2016-09-19

 

Author : lightmover0488

Main Cast : Byun Baekhyun, Park Yeolhee, Kim Jongin

Support cast : Park Chanyeol, Luhan, Kim Junmyeon

Genre : Romance, Friendship, PG- 15

Lenght : Chaptered

Disclaimers : Cerita ini murni dari pemikiranku sendiri, tolong jangan ditiru. Jika terdapat kesamaan cerita itu adalah 100% ketidaksengajaan. Terimakasih^^

Prev : Chapter 1 , Chapter 2 , Chapter 3



CHAPTER 4 : Is This Our Fate?

Alis Chanyeol berkerut memandang layar komputernya sendiri, sudah semalaman dia memeriksa cctv pada kasus pembunuhan yang sedang di selidiki bersama timnya di kantor polisi gangnam ini, tapi sepertinya belum menemukan titik temu. Temannya yang berwajah malaikat di sebelahnya saja sudah berubah kusut seperti tidak tidur semalaman. Setelah menenggak kopinya sampai tak bersisa, dia berkata pada chanyeol, “Ya! sudah waktunya makan siang, makanlah—“ Dia menepuk lengan chanyeol yang matanya masih memelototi layar computer, “Kau, Kau.. berhenti dari kerjaan kalian. Ini sudah waktunya makan siang,” Tangannya menunjuk 2 orang lain yang ada di depan mejanya.

“Ini memusingkan Hyung. Aku sangat tidak menyukai jika harus memeriksa cctv. Mataku serasa ingin keluar,” Ujar Chanyeol pada pria malaikat disampingnya kemudian melambaikan tangan saat 2 orang lainnya meninggalkan ruangan. Saat pintu terbuka, wajah yeolhee tiba – tiba muncul dari sana membuat Chanyeol terkejut. Gadis itu membungkuk dan tersenyum pada 2 orang yang barusan keluar dan masuk ke ruangan Chanyeol.

“Chanyeol, Aku Lapar!”

“Heeh? Jika lapar kenapa kau kemari, ya ampun..”

“Annyeong, Junmyeon oppa.. kau seperti zombi kkk,” Yeolhee terkekeh melihat wajah Junmyeon yang seperti benang kusut.

Pria berkulit susu itu berdecak sembari mengambil dompetnya, “Oppamu lebih seperti zombi dari pada aku,”

“Bagaimanapun aku tetap akan selalu tampan hyung,”

Junmyeon memukulkan sebuah map plastik pada ubun – ubun Chanyeol, “Pergi makan sana!”

“Kajja!” Yeolhee menarik satu tangan chanyeol karena tangan satunya sedang ia gunakan untuk mengelus – ngelus kepalanya yang habis dipukul junmyeon. Sialan.

Chanyeol dan yeolhee memasuki de’ Beam Cafe yang tidak jauh dari kantor polisi, matahari  bersinar tidak terlalu terik sekarang mungkin karena efek hujan semalam. Keadaan cafe sungguh penuh sesak karena ini memang jam makan siang. Karena lantai satu sudah tidak ada tempat duduk keduanya melangkahkan kakinya ke lantai 2.

Mata yeolhee langsung menemukan meja kosong di dekat jendela besar yang mengarah langsung ke jalan raya. Sedangkan Chanyeol mengikutinya dari belakang.

“Tumben kau mengeluh lapar sampai datang ke kantorku?” Tanya chanyeol saat mereka berdua sudah duduk nyaman disana. Yeolhee menaruh tas selempangnya di kursi kosong dan meletakkan kedua tangannya di atas meja.

“Apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Chanyeol yang mengerti gerak – gerik adiknya

Saat yeolhee hendak menjawab, seorang pelayan laki –  laki menghampiri keduanya dengan buku menu yang langsung ia berikan pada keduanya. Chanyeol memesan jukkumi samgyeopsal bokkeum sedangkan yeolhee Daege-jjim  karena masakan ini pas untuk dinikmati saat musim semi. Apalagi keduanya sangat menyukai seafood.

“Chanyeol, Aku—“

“Ah, Tunggu dulu—kenapa kau tidak pulang semalaman?” Chanyeol memotongnya, matanya menelisik penuh curiga, “Ponselmu mati. Kau berkata akan pergi memilih gaun pernikahan tapi kau tidak pulang semalam. Apakah kau semalaman dengannya? Aku pikir kau—“

“Kami terjebak hujan di Gwangju kemarin,”

“Ya! kenapa jauh sekali sampai ke gwangju!”

Aigo suara chanyeol meninggi membuat yeolhee mendengus, sebelumnya chanyeol tidak akan mengijinkan yeolhee pergi jauh – jauh darinya. Apalagi dengan orang asing—yeah walaupun itu calon suaminya tapi kan mereka baru bertemu beberapa hari. Chanyeol akan mengijinkan yeolhee pergi jauh jika itu bersama kyungsoo, yoorae, Luhan atau Jongdae.

“Baekhyun ingin aku menemaninya kesana untuk urusan bisnis, dan semalam terjadi badai jadi kita bermalam disana,”

“Di hotel huh?” Mata Chanyeol berubah tajam, yeolhee sedikit merinding bersamaan dengan pesanan mereka yang diantarkan. Yeolhee menenggak chocolate greenteanya hingga setengah dan memandang chanyeol yang masih dengan mata bulatnya yang menatap yeolhee dengan begitu mengintimidasi.

“Ti—Tidak seperti yang kau pikirkan, Chanyeol. Kita—Ya, Baekhyun tidur di sofa semalam—“

Jelas yeolhee bohong, berharap chanyeol percaya.

“Benarkah?”

“Kau tau aku tidak pintar berbohong,” Yeolhee mulai menyantap makanannya, dalam hati ia merutuki mulutnya yang tidak sejalan dengan otaknya yang menyuruhnya untuk berkata jujur. Lagipula bagaimana mungkin dia menceritakan pada chanyeol kalau sebenarnya dia tidur seranjang dengan baekhyun dengan berpelukan! Bisa saja yeolhee bertemu dengan ayah dan ibunya disurga hari ini.

“Dulu ayah sempat ingin menikahkanmu dengan baekhyun memang,”

Yeolhee sontak tersedak daging kepiting pedas yang sedang ditelannya membuat chanyeol buru – buru mengambilkan air putih dan menyodorkannya pada yeolhee yang terbatuk – batuk dengan muka memerah. Ah, tenggorokannya perih sekarang.

Dengan memincing hidungnya yang pedas, yeolhee berkata susah payah, “Mwoya!” Dia jadi teringat nenek baekhyun yang berkata tadi pagi, “Dulu kalian berdua sangat menggemaskan saat masih bayi,”

“Kau ingat kan ayah berteman dekat dengan paman byun, saat paman byun memutuskan untuk mengurus perusahaannya yang ada di berlin, ayah mengatakan semoga mereka bisa bertemu lagi dan bisa menikahkanmu dengan baekhyun suatu saat nanti. Ayah mengatakan itu saat kau masih 7 bulan, sejak saat itu ayah tidak pernah bertemu lagi dengan paman sampai ayah kita meninggal 2 tahun lalu,”

“Kau—“ Tenggorokan yeolhee tercekat, cerita macam apa yang chanyeol ceritakan barusan, “Kenapa kau tau semua ini?”

“Paman byun yang menceritakannya,” Chanyeol berkata santai sambil memasukan nasi banyak – banyak kedalam mulutnya.

“Pantas saja nenek baekhyun mengatakan pernah menggendongku saat aku masih bayi,”

“Kau bertemu nenek baekhyun?”

“Ini kenapa aku ingin bertemu denganmu, tadi pagi nenek baekhyun ingin bertemu aku dan baekhyun dan dia berkata seolah – olah sudah lama mengenalku. Makannya aku ingin bertanya padamu,”

“Aigo, sepertinya ayah sedang tersenyum disurga karena kalian sudah benar – benar akan menikah,” Chanyeol tersenyum sangat lebar, sedangkan yeolhee didepannya memajang wajah datar.

“Aku menyesalkan cara bertemu kami yang sangat tidak mengenakkan,”

“Kau tidak menyukai baekhyun?”

“Tidak,”

Chanyeol berhenti mengunyah, “Kau bercanda,”

“Ya! kau pikir cinta akan tumbuh hanya kurang dari seminggu? Lagipula Baekhyun itu menyebalkan!”

“Terima saja takdir, lagipula dia yang ayah pilihkan untukmu,” Chanyeol menjeda karena sibuk dengan makanan di mulutnya, “Lagipula wartawan juga sudah menangkap basahmu saat di halte,”

Nafsu makan yeolhee langsung menurun saat chanyeol mengingatkannya pada wartawan yang menyebarkan foto – fotonya dengan baekhyun malam itu. Ditenggaknya lagi air putih yang tadi diambilkan chanyeol sampai kandas, “Tapi kita sepakat akan bercerai jika 6 bulan ini aku tidak menyukai baekhyun,”

“Apaaa!?”

“Dia juga hanya menikahiku karena ingin mendapatkan warisan dan membersihkan namanya dari gosip miring para wartawan,”

Chanyeol tidak habis pikir dengan 2 manusia yang 2 hari ini akan melangsungkan pernikahan, jadi ada udang dibalik batu huh?

“Yeolhee-ya, pernikahan bukan untuk main – main, kau tau itu! ayah pernah mengatakannya pada kita,”

“Aku tau,”

“Apakah ada pria yang sedang kau sukai?”

“Kenapa memangnya?”

“Tidak. Semoga pernikahanmu tetap awet sampai ajal memisahkan kalian,”

“Aish,”

“YAAA!”



Seorang pria tampan dengan menggunakan kemeja hitam dan celana hitam berjalan dengan cool saat keluar dari bandara Incheon.

Dilepaskannya headset yang terpasang dikedua telinganya dan matanya mencari – cari seseorang. Langit sudah menggelap di kota seoul karena itu udaranya sangatlah menusuk tulang. Diambilnya coat coklat yang tersampir begitu saja di koper yang sedang dibawanya dan segera ia pakai untuk menghalau udara dingin.

Beberapa menit kemudian sebuah mobil porche merah mengkilap berhenti di hadapannya. Mata pria itu menyipit saat orang dari dalam mobil keluar dan menghampirinya.

“Oi, Jongin. Kau sudah menunggu lama?” Tanya Luhan dengan hanya menggunakan kaos panjang dan jeans biru gelap. Jongin agak heran dengan Luhan yang tidak kedinginan di udara malam yang dingin ini.

“Sudah 1 jam,”

“Kau pintar sekali berbohong, ayo naik—“ Setelah luhan memasukan koper Jongin dia berlari ke pintu kemudi dan segera memasang seat beltnya, “Apakah Kuliahmu dilondon sudah beres? Aku pikir kau akan pulang beberapa hari lagi,”

“Sudah beres,” Jawab jongin datar, wajahnya sekeras es batu, “Apakah Jongdae sudah membelikan pesananku?”

“Sudah, apartemennya berada di gangnam. Kau pasti suka,”

Setelah itu tidak ada percakapan lagi yang terjadi, jongin membuka ponselnya dan mengetikkan pesan pada ibunya.

To : Mom

Ibu aku sudah sampai seoul, aku sudah membeli apartemen di daerah gangnam. Besok pagi kita bertemu.. aku merindukanmu

Setelah mengeklik tombol send, dia menoleh pada luhan, “Yeolhee benar – benar akan menikah?”

Luhan sedikit keget tiba – tiba jongin bertanya setelah hening agak lama, “Iya. Kau masih menyukai yeolhee huh?”

Jongin tidak menjawab.

“Ya! Aku pikir itu hanya sewaktu SMA, kau masih menyukainya? Bahkan sudah 3 tahun lebih kau di London?” Luhan malah heboh sendiri sambil mengemudi.

Jongin masih diam menatap mobil – mobil yang berlalu lalang di sekitarnya.

“Daebak! Lupakanlah dia, Jongin. Ya ampun, aku kira kau sudah mendapatkan gadis london selama ini!”

Jongin mendengus, melupakannya dia bilang. Apakah semudah itu? Jongin sudah menyukai yeolhee saat pertama kali masuk SMA, dan saat dia jauh dari yeolhee selama 3 tahun ini pun, yang ada di pikirannya hanya gadis bermata indah itu. Walapun yeolhee menolaknya waktu itu, tapi selama ini jongin yakin akan mendapatkan gadis itu saat dia sudah kembali ke korea. Tapi sekarang, apa yang dia dapat? Dia menikah dengan kakak tirinya sendiri? Damn it, Tuhan benar – benar tidak adil pada hamba tampan yang satu ini rupanya.

Sekitar 30 menit berlalu, mobil luhan terparkir apik di basement apartemen mewah yang sudah dicarikan Jongdae 2 hari lalu itu. Luhan menarik koper jongin dan berjalan menuju lift disusul jongin dibelakangnya.

“Aku akan langsung pergi,” Kata luhan saat sudah sampai di depan apartemen nomor 2001 berpintu mewah, “Passwordnya, Jongdae. Kau bisa menggantinya besok,”

Jongin mengangguk, “Kau yakin tidak mau masuk dulu?”

“Aku harus kembali ke bar,”

“Kau masih bekerja disana?”

“Tentu saja,”

“Aku ingin bersenang – senang dengan kalian,”

“Hubungi aku dulu jika akan ke sana, aku akan memesankan gadis – gadis cantik untukmu,”

Jongin meninju perut luhan pelan dan tersenyum, “Terserah padamu. Hati – hati dijalan, Lu..”

Luhan hanya melambai pada jongin dan hilang di telan pintu lift.



Jongin tidak tahan jika tidak langsung menemui Yeolhee, dengan menaiki Bus karena dia tidak mempunyai kendaraan apapun Jongin berlari ke rumah Yeolhee. dengan masih terengah pasca berlarian seperti orang gila, Wajahnya langsung kecewa saat yang membuka pintu rumah Yeolhee adalah Park Chanyeol.

“Jongin?”

“Hyung, Yeolhee dimana?”

“Dia? barusan dia pergi membawa mobilku,” Jawab Chanyeol lantas menatap Teman baik Yeolhee itu dari ujung kepala hingga kaki. Dia tidak menyangka Jongin akan muncul lagi setelah lama tidak pulang ke Korea.

“Apakah dia bilang mau kemana?”

“Entahlah, Tapi sepertinya dia ke rumah Baekhyun karena ponselnya tertinggal disana,”

Mata Jongin melebar. telinganya seolah menolak perkataan Chanyeol barusan. Baekhyun? Jadi apa yang Kyungsoo katakan kemarin adalah benar?

Tidak. Jongin tidak akan pernah bisa membiarkan Yeolhee bersanding dengan Baekhyun. Dia pun langsung berlari lagi dari hadapan Chanyeol menuju rumah Baekhyun yang tentu saja juga Rumahnya sendiri. Walaupun Ibunya tidak memperbolehkannya pulang kesana dalam waktu dekat ini Namun Jongin tidak bisa jika keadaannya berubah menyebalkan seperti ini. Dia harus memastikan keberadaan Yeolhee sekarang juga.



Yeolhee POV

Entahlah, kenapa sejak bertemu dengan Baekhyun aku sering sekali mengumpat. Sekarang pun aku sedang mengumpat dan merutuk tiada henti di dalam mobil yang ku kendarai sendiri menuju rumah baekhyun. Ya ampun, bagaimana aku bisa lupa sama sekali kalau ponselku masih ada di tangan baekhyun sejak kemarin malam yang direbutnya secara paksa dari tanganku? Haah, padahal aku bukan tipe orang yang bisa hidup tanpa ponsel.

Setelah pulang dari cafe dengan chanyeol, aku akhirnya bisa menginjak rumah dan tidur pulas selama 6 jam. Wow, Apakah aku selelah itu?

Saat terbangun dan tidak menemukan ponselku, aku buru – buru meminjam mobil Chanyeol dan disinilah aku sedang berhenti karena lampu merah. Setelah perempatan ini, rumah baekhyun akan terlihat menjulang disana.

Gara – gara tidurku terlalu lama, aku sempat bermimpi bertemu dengan Jongin. Tidak biasanya memimpikan jongin setelah bertahun – tahun lamanya. Di dalam mimpi jongin menangis tersedu di hadapanku. Tapi saat aku ingin memeluk jongin, tubuhnya seperti menjauh dan menjauh sementara aku terus berjalan menghampirinya. Suara tangisan jongin saja masih berdengung di telingaku hingga saat ini membuatku ingin memeluk jongin sekarang juga.

Maka dari itu aku buru – buru kerumah baekhyun untuk mengambil ponselku dan akan langsung menelepon jongin karena hatiku sama sekali tidak tenang.

Tanpa sadar, aku sudah memberhentikan mobilku tepat di pelataran mansion baekhyun yang tetap saja masih aku kagumi kebesarannya itu. Aku segera berlari menuju pintu dan menekan bel dengan tidak sabar, aku mengusap – usap kedua telapak tanganku yang sedingin es. Ah, saking buru – burunya aku hanya memakai kemeja besar milik chanyeol dan celana jeans berwarna coklat.

“Nona Yeolhee? Kenapa kau kesini malam – malam begini?” Tanya seorang pelayan paruh baya yang tidak aku kenal, tapi kenapa dia mengenalku? Ah, tentu saja dia harus tau, karena aku adalah calon Nyonya Byun dimansion ini. Hell, aku sungguh ingin meninju sesuatu jika berpikiran namaku akan berubah marga menjadi ‘Byun’ kurang dari 2 hari lagi.

“Apakah Baekhyun dirumah?”

“Masuklah nona, Tuan muda ada di dalam kamarnya,”

Aku membungkuk sopan seraya memperlihatkan senyumanku yang menawan kemudian berjalan mengikuti pelayan ramah itu. Aku tidak sengaja melihat jam dinding super besar di ruang tengah, masih menunjukan pukul 8 malam, tapi kenapa keadaan rumah sangat sepi.

“Kemana paman dan bibi, Ajjuma? Kenapa rumah sangat sepi begini?” Tanyaku penasaran

“Tuan dan nyonya sedang dalam perjalanan ke jepang, mungkin besok siang sudah pulang,”

“Oh,” Aku hanya mengangguk paham, ajjuma yang mengantarkanku akhirnya berhenti di depan pintu berdaun dua yang besar dan terlihat kokoh itu.

“Masuklah nona, ini kamar tuan muda—“

Aku menelan ludahku kemudian mendorong perlahan gagang pintu yang terasa dingin di tanganku, ajjuma tadi sudah meninggalkanku begitu saja sejak sedetik yang lalu. Ya ampun tega sekali.

“Baekhyun,” Panggilku saat aku sudah menutup pintu kamar? Wow, aku rasa ini bukan sekedar kamar. Lihatlah, ini seperti sebuah rumah! Bahkan di sudut ruangan ada dapur kecil dan perapian disebelahnya. Saat pandanganku lurus kedepan, aku akan melihat beranda dengan kaca yang super besar ditutupi tirai putih yang transparan.

Saat aku berjalan 3 langkah, aku terlonjak kaget saat melihat layar televisi yang ada di sebelah kiri ruangan menyala tanpa suara. Sofa dan mejanya penuh dengan kertas – kertas yang berantakan. Ya ampun apakah ini akan menjadi tempat tinggalku nanti?

Mungkin aku akan sangat betah menghabiskan waktuku seharian di ruangan yang besar ini. Tapi ngomong – ngomong, kenapa batang hidung baekhyun tidak terlihat dimanapun?

“Baekhyun!” Seruku lagi, seraya mematikan televisi. Aku tidak terbiasa memboroskan listrik.

Cklek

Pintu sebuah kamar lain terbuka dan menampakan sosok baekhyun yang sedang mengucek matanya. Apakah dia sedang tidur?

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanyanya seperti biasa dengan muka datar kemudian menuju dapur mengambil air minum dan langsung menenggaknya.

“Aku mau mengambil ponselku,”

“Oh, aku lupa menaruhnya dimana,”

Kenapa baekhyun selalu membuat emosiku melonjak naik hanya dengan kalimat pendeknya ish! Menyebalkan.

“Jangan main – main, cepat berikan padaku!”

“Aku benar – benar lupa,”

Aku menghela napas agar emosiku bisa kutelan bulat – bulat, ini sudah malam dan aku tidak mau juga berlama – lama dengan makhluk menyebalkan ini disini. Kakiku bergerak mencari – cari di meja yang berantakan tapi nihil, aku berjalan menuju kamar baekhyun dan melihat sebuah ponsel di nakas tempat tidur king sizenya, mataku langsung berbinar.

Saat aku menggenggamnya aku mengumpat karena ini bukan ponselku. Dengan ide yang tiba – tiba muncul, aku membuka ponsel yang sepertinya milik baekhyun dan menekan nomorku sendiri.

Tidak tersambung. Astaga ponselku pasti mati!!

“Apakah begitu penting ponselmu itu huh?” Suara baekhyun mengganggu kegiatan menggeledahku tapi aku pura – pura tidak mendengarkan.

“Bagaimana kalau kau menginap saja disini?”

Tiba – tiba baekhyun memelukku dari belakang saat aku sedang mengobrak – abrik laci mejanya. Buru buru aku melepaskan tangan baekhyun, tapi hal itu makin membuat pelukannya semakin erat. Ugh, aku ingin menjerit saat tiba – tiba baekhyun mengecupi leherku.

“Lepaskan aku!”

Saat itulah sudut mataku melihat sesuatu berwarna putih berbentuk kotak dan tipis menyembul di balik kertas – kertas yang ada di laci paling atas. Rasanya aku ingin berteriak bahagia melihatnya. Dengan gerakan cepat kakiku mengijak kaki baekhyun yang berada dalam jangkauanku dengan keras. Membuat baekhyun mengaduh sakit sementara aku tersenyum puas dan segera mengambil ponsel yang ternyata memang ponselku. Aku membuka pintu secepat yang aku bisa kemudian berlari keluar kamar baekhyun. Hampir saja aku terpeleset lantai saking terburu – burunya aku berlari.

Aku merasa rumah baekhyun benar – benar luas, nafasku sampai tersengal karena berlari sampai pintu depan.

Tanganku mencari kunci mobil yang aku letakan di saku Celanaku, saat aku sudah akan memasuki mobilku seseorang memanggil namaku dari belakang.

Jantungku merosot mendengarkan suara yang sangat sangat familiar di telingaku.

“Yeolhee-ya,”

Aku segera menoleh ke belakang, dan terkejutlah aku saat melihat jongin berada di hadapanku. Apakah aku sedang berhalusinasi? Kenapa jongin ada di sini? Bukan kah jongin ada di london dan akan pulang sekitar 2 -3 hari lagi? Mataku menatap mata hitam jongin yang selama ini ingin aku lihat. Wajah jongin semakin dewasa saja, lihatlah betapa tampannya makhluk yang berada 1 meter di depanku ini?!

“Kau melamun,” Jongin berdecak dan merentangkan kedua tangannya, “Kau bilang kau merindukanku,”

Aku ingin sekali menangis tersedu – sedu saking bahagianya aku melihat jongin asli didepanku. ini sama sekali bukan halusinasiku!

Aku berjalan dan masuk kedalam pelukan jongin..yang hangat. Ya ampun sejak kapan tubuh jongin jadi hangat seperti ini. Aku menarik napasku sedalam – dalamnya agar bisa menghisap aroma jongin yang menenangkan—wangi Greentea. Aku memeluk jongin sangat erat seperti tidak ingin melepaskannya lagi, aku sangat merindukannya ya tuhan! Aku ingin sekali berteriak bahwa aku senang jongin sudah kembali.

“Aku merindukanmu,”

Aku merasakan jongin menepuk – nepuk punggungku, nafasnya berhembus hangat di puncak kepalaku.

“Apakah kau tidak dingin? Kau memeluku sangat erat aku tidak bisa bernapas,”

Aku tersenyum lebar, kepalaku semakin tenggelam di dada jongin yang bidang. Aku bahkan tidak merasakan dingin seujung kukupun.

“Sebentar lagi,”

Aku mendengar jongin terkekeh, sebenarnya aku ingin sekali melihatnya. Tapi aku belum ingin melepaskan pelukanku. Biarlah dulu seperti ini.

“Aku merindukanmu,”

“Ya ampun yeolhee, aku tau,”

“Aku benar – benar merindukanmu. Banyak sekali.. jongin..”



Dengan masih ngilu karena injakan Yeolhee, baekhyun mengejar Calon istrinya yang berusaha keluar dari kamar. Dia sempat menabrak lemari buku dan hampir terjatuh, karena itu yeolhee sudah hilang dari pandangannya.

Dia mengumpat pelan dan terus berlari mengikuti yeolhee sampai pintu depan. Saat sudah membuka pintu dan akan meneriakan nama yeolhee. Pergerakannya terhenti, dia melihat jongin disana saat yeolhee hendak masuk ke mobil. Karena pintu masuk dan mobil yeolhee yang terparkir agak jauh, jongin tidak melihat jika baekhyun menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Mungkin terkejut lebih mendominan.

Dia berdiri terpaku di tempatnya, menatap kedua insan yang sedang berpelukan. Sangat lama. Ada perasaan tidak rela di dada baekhyun melihat yeolhee menyambut pelukan jongin. Ada debaran – debaran aneh yang ia rasakan saat dekat dengan yeolhee. Dan dia sangat tidak suka jika yeolhee memikirkan yang lainnya—bukan memandangnya.

Mungkin cara baekhyun salah mendekati gadis itu, tapi baekhyun sudah kehilangan—bukan, tapi sudah melupakan cara memperlakukan gadis dengan semestinya sejak saat itu. Saat jihyun meninggal.

Makin lama memandang mereka yang masih setia berpelukan, baekhyun malah memasang smirk menakutkan di bibirnya. “Kau tidak akan bisa lari dariku, Park Yeolhee—“ Baekhyun menutup kembali pintu rumahnya dan berjalan dengan wajah dingin kembali ke kamarnya.

.

To Be Continued…

NB : Terimakasih sebelumnya buat para Readers lightmover0488 atau Readers SKF yang udah nemuin dan membaca FF ini^^.

Untuk Chapter 5 akan saya Pasword dan kalian bisa memintanya di liestyaonyubin27@gmail.com (Gmail) / liestyaonyubin (Line) / 085201284558 (Whatsapp)

Terimakasih^^

Filed under: friendship, romance Tagged: Baekhyun, Kim Jongin EXO

Show more