2016-08-08

Title : It Has To Be You

Author : Ariskachann

Cast : Riri (OC/You) & Oh Sehun

Genre : Romance, comedy

Rating : PG17

Length : Oneshoot

“Kenapa harus pasangan denganmu sih?” Riri melipat tangannya didepan dada sementara bola matanya menatap pria dalam kategori menyebalkan menurutnya itu tak suka. Si pria tak menggubris sama sekali keluhan Riri. Ia malah sibuk memakan jelly-jelly berwarna pink, panjang, dan terlihat menjijikan itu dengan nikmat. Kakinya sengaja ditumpukan diatas meja sementara mulutnya sibuk mengunyah jelly-jelly itu. Riri makin keki melihatnya. Dengan langkah panjang-panjang Riri menghampiri pria jelly itu sebelum merampas bungkusan makanan ditangannya kasar.

“Yak! Hentikan kunyahan dimulutmu itu! Kau menyebalkan!”

Pria itu menghentikan kunyahan dimulutnya, balik menatap Riri tak suka, “Ck, berhenti mengomeliku. Sebaiknya cepat cari ide untuk pementasan nanti. Waktunya sudah mepet.”

“Yak! Oh Sehun! Seharusnya kau itulah yang cari ide, apa yang mesti dipentaskan nanti! Lagipula sejak kapan aku mau pentas denganmu eoh? Aku tidak suka berpasangan denganmu! Arro?!” Riri bahkan tak segan-segan mengoarkan suara soprannya membuat telinga pria berkulit putih pucat bernama Oh Sehun itu berdenging.

“Kau ini aneh,” Sehun menatap Riri dengan wajah tertekuk setelah mengusap-usap daun telinganya.

Riri mendelik, “Apa?! Apanya yang aneh?! Tidak usah mengalihkan pembicaraan!”

Sehun berdecak, “Iya, kau gadis teraneh yang pernah ada didunia ini. Bagaimana mungkin kau tidak suka disaat pacarmu sendiri dipasangkan denganmu? Apa itu tidak aneh? Seharusnya kau senang kan karena dengan begitu kau tidak perlu dipasangkan dengan pria-pria mesum diluar sana.”

Riri mencebikan bibirnya, “Hei, hei siapa yang kau maksud pria mesum diluar sana. Bukankah yang ada didepan mata lebih berbahaya?” Riri menatap Sehun dari atas kebawah.

“Setidaknya aku punya hak untuk menyentuhmu dan itu bukan mesum namanya. Itu kewajaran. Normal jika aku suka menyentuhmu. Lain cerita jika aku suka menyentuh Luhan Hyung atau Baekhyunnie yang tampangnya imut itu.”

Riri bergidik mendengar perkataan Sehun barusan. Bukan bergidik saat pria itu bilang menyentuh Luhan atau Baekhyun. Tetapi lebih kepada perkataan pria itu soal menyentuhnya. Riri buru-buru menyilangkan dua tangannya didepan dada. Sikap defensif perlu ia lakukan jika sedang berada diradius satu meter dari pria bernama Oh Sehun itu. Yeeah Riri akui pria dengan kata-kata frontal dengan bibir tipis menyebalkan itu adalah pacarnya sejak setahun yang lalu. Tetapi sebagai rahasia mereka itu backstreet. Tidak ada yang tahu mereka tengah berkencan terkecuali orang-orang dekat mereka seperti ayah, ibu, nenek, kakak Riri, dan Jongdae. Mereka menyimpannya dengan rapat dan selalu menjaga jarak jika sedang berada dikampus. Alasan kenapa mereka backstreet hanya satu.

“Aku tidak mau sampai fans seantero kampusmu mengeroyokku hanya karena kita pacaran. Kau pasti tidak lupa kan cerita Min Hyorin pacarnya Luhan oppa. Dia mati bunuh diri karena dibully terus-terusan.”

Riri-lah pihak yang tak mau menanggung resiko yang seperti itu. Tetapi sebenarnya ada untung juga sih pacaran backstreet karena dengan begitu Riri tak akan merasa segan jika ada pria-pria tampan dikampus yang mendekatinya. Sehun mana bisa marah tentu saja. Karena pacaran backstreet kan sudah disetujui bersama dan jika Sehun berani membukanya didepan umum maka

“Kita putus saja!”

Ancaman jitu dari Riri akan segera meluncur dan demi apapun gadis itu tak pernah main-main dengan ucapannya.

Pacaran backstreet sungguh menyiksa sebenarnya. Sehun tidak bisa setiap saat berada dengan jarak terdekat pacarnya. Apalagi jika sudah dikampus. Padahal Sehun maunya berlovey dovey layaknya drama sitkom yang digandrungi ibunya itu. Tapi sayangnya Sehun hanya bisa gigit jari jika sudah masuk area kampus. Pernah suatu kali Sehun kelepasan dengan memeluk tubuh Riri dari belakang saat diarea kampus. Pasalnya Riri absen kuliah karena demam selama tiga hari dan Sehun benar-benar tidak bisa menahan kerinduannya. Jadi apa boleh buat kerinduannya membuat kehebohan seluruh penghuni kantin atas aksinya. Untungnya Riri pandai berakting.

“Ya-yak! Ap-apa yang sudah kau lakukan? Dasar mesum!!” Hardik Riri setelah berhasil melepaskan pelukan Sehun dari tubuhnya.

Sehun yang tak paham nampak mengerutkan dahinya, “Kenapa kau mengataiku mesum? Aku kan-“

“Ji-jika kau mengatakannya maka aku akan memberimu ultimatum!” Ancam Riri seraya mengedipkan sebelah matanya berulang kali. Maksudnya memberikan kode pada Sehun.

“Riri, matamu tidak apa-apa?” Tanya Hana yang mendapati sebelah mata Riri yang terus berkedip-kedip. Riri buru-buru menghentikan aksinya.

“Aah, lensa kontakku sepertinya bergeser,” dustanya dan Hana percaya begitu saja.

Huuft!

“Sa-“

“Andweee!!” Teriak Riri saat Sehun hendak melafalkan panggilan itu. Wajah pria itu nampak kebingungan.

‘Ya ampuuun! Kenapa dia tidak mengerti juga siiih?’

“Ul-Ti-Ma-Tum!” Tekan Riri dengan kedua mata melotot.

Sehun mengerutkan dahinya, “Ultimatum?”

‘Ultimatum = pembongkaran rahasia = putus!’

“Aaah, matda!” Sehun menepukan dua tangannya, tersadar juga maksud si pacar.

“Ck! Tadi aku tidak sengaja memeluknya. Percayalah!” Sehun mengedarkan matanya keseluruh penjuru kantin. Meyakinkan orang-orang disana akan perbuatannya tadi hanyalah sebuah ketidaksengajaan.

“Iya! Dia pria mesum!” Tunjuk Riri pada Sehun.

Seorang gadis nampak tak suka dengan perkataan Riri, “Hei! Sehun oppa sudah bilang kan dia tidak sengaja memelukmu tadi. Sehun oppa tidak mesum,” bela gadis bersurai coklat terang itu.

“Gomawo, Yeri-ah. Oppa memang tidak mesum,” Sehun tersenyum manis kearah Yeri membuat Riri ingin muntah disana sekarang juga.

“Cish! Andai saja kau tahu,” ujar Riri sebelum pergi meninggalkan kantin dengan kaki dihentak-hentakan kelantai diikuti oleh Hana dibelakangnya.

“Menyebalkan!”

Yeaah itu kata yang tepat untuk hubungan mereka. Tetapi sepertinya keberuntungan berpihak pada dua sejoli itu. Pada peringatan hari valentine nanti  dipilih beberapa pasangan untuk menampilkan sebuah pementasan mini. Dimana mereka bisa menampilkan apa saja dengan tema bebas. Berkat sedikit kecurangan Jongdae dan juga Luhan, Sehun mendapatkan kesempatan berpasangan dengan Riri, pacarnya sendiri. Padahal pemilihan pasangan itu dilakukan secara acak. Yeeah Jongdae dan Luhan adalah anggota senat kampus dan Luhan adalah ketuanya. Wajar saja mereka bisa mencurangi hal itu dan semua biang keladinya adalah Oh Sehun sendiri. Dialah pemohon dua sahabat itu agar dipasangkan dengan Riri dengan imbalan makan gratis seumur hidup di kafe milik ibunya Sehun.

“Tidak bisa seumur hidup. Jika suatu saat kafe ibuku bangkrut maka kalian tidak berhak lagi atas imbalan itu,” Sehun tak terima dengan imbalan yang sangat menguntungkan dua cecunguk itu.

“Kalau kafe ibumu bangkrut, kami makan dirumahmu saja,” kata Jongdae.

“Kenapa bisa begitu? Perjanjiannya kan makan dikafe ibuku,” Sehun makin sebal dengan dua orang itu.

Luhan merangkul bahu Sehun, “Aku tanya,” mulai Luhan dengan wajah serius dan Sehun menanggapinya.

“Ya?”

“Yang memasak dikafemu siapa?”

“Ibuku.”

“Lalu yang memasak dirumahmu?”

“Ibuku?”

“Lalu apa bedanya makan dikafe ibumu dan makan dirumahmu?”

“Tidak ada.”

Luhan dan Jongdae menjentikan jarinya, “Nah itu dia intinya.”

Sehun menatap sebal dua orang itu, “Dasar kaliaaaaaaaan!!!!”

Luhan dan Jongdae tertawa keras sambil berhigh five berkali-kali.

“Membicarakan apa?” Tiba-tiba Riri muncul.

Luhan dan Jongdae langsung terdiam, “Eobso!” Jawab mereka serentak.

Riri menaikan sebelah alisnya lalu menatap Sehun meminta jawaban lain, “Eobsoyo~.”

Dan setelah keinginan itu terwujud Riri malah tak setuju.

“Sayang, please. Kita tidak akan ketahuan hanya karena kita berpasangan dipentas nanti. Semua juga berpasangan. Tidak akan menjadi aneh.”

Riri memutar bola matanya jengah, “Iya katamu tidak apa-apa. Tetapi gadis-gadismu diluar sana sangat iri denganku yang bisa berpasangan denganmu, babo. Tidakkah kau lihat setelah pengumuman tadi, mata mereka seakan punya laser yang kapan saja bisa mengulitiku hidup-hidup,” Riri bergidik jika kembali mengingat death glare fans-fansnya Sehun tadi.

“Mereka tidak akan berani mengganggumu selama ini masih acara kampus. So, be relax and find something to-” Riri meletakan jari telunjukanya diatas bibir Sehun, menghentikan ocehan inggris kacau pria itu.

“Hentikan sebelum telingaku mengeluarkan cairan merah yang biasa kita sebut sebagai darah. Kau membuatku pusing!”

Setelah mengatakan hal itu, Riri meraih tas ranselnya sebelum melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang sepi itu.

“Hei! Kau mau pulang sendiri?!” Teriak Sehun.

Riri menoleh sebentar begitu sampai diambang pintu, “Eoh! Annyeong!”

Sehun mendelik, “Yak! Riribo!”



“Haaaah~,” Riri menjilat eskrimnya yang sudah hampir cair dengan helaan napas yang keluar dari bibirnya. Asal kalian tahu sudah lebih dari setengah hari kerjaan gadis itu hanya menghela napas panjang. Sehun yang juga sedang memakan eskrimnya melirik tak suka kearah Riri.

“Tidak usah menghela napas panjang begitu. Seperti dunia akan berakhir besok saja,” Sehun memasukan eskrimnya kedalam mulut, menikmati krimnya yang lezat.

Riri kembali menghela napas dan Sehun tetap asyik dengan eskrimnya. Bahkan dengan semangat mengulum eskrim itu beberapa kali dan Riri jadi sebal melihatnya.

“Yak! Dunia akan berakhir besok jika kita belum juga mendapatkan ide untuk pentas nanti babo! Dasar rakuuusss!!!” Teriak Riri tak sabar lagi.

Sehun menghentikan aksi makannya. Tangkai eskrimnya masih ada didalam mulut sedang wajahnya polos menatap kemarahan sang pacar, “Tidak usah teriak. Eskrimku jadi tertelan bulat-bulat karenamu. Untung saja eskrimnya langsung cair dikerongkonganku,” Sehun mengeluatkan tangkai eskrimnya dari dalam mulut lalu membuangnya asal kejalanan.

“Kau benar-benar,” desis Riri. Gadis itu menatap eskrimnya yang mulai mencair ditangannya.

“Jika kau tidak mau makan eskrimnya, berikan saja padaku,” Sehun hendak meraih eskrim milik Riri namun gadis itu dengan cepat membuangnya ke jalanan.

Sehun melongo, memandang eskrim malang yang mencair itu mencium aspal.

“Kalau mau ambil saja!”

Sehun menatap Riri tak percaya, “Yak! Kenapa kau membuangnya?”

“Jika kau masih tidak ada ide untuk pementasan nanti maka kupastikan,” Riri melangkah maju kedepan, mengacungkan telapak tangannya kearah Sehun, lalu mengepalkannya perlahan hingga menimbulkan bunyi ‘Kreek!’ Yang menakutkan.

“Kau yang akan kulempar seperti eskrim itu,” Riri menggertakan giginya membuat Sehun menelan ludahnya susah payah.

Well, Riri adalah penjudo sejati. Jadi jangan remehkan kata-katanya okay?



“Kenapa kita keruang seni?” Bisik Sehun pada Riri yang berdiri disampingnya.

“Biasanya orang-orang kesenian mempunyai banyak ide. Jadi kupikir apa salahnya datang kesini kan?” Bisik Riri dan Sehun mengangguk paham.

Lalu tiba-tiba pria itu menyenggol lengan Riri, “Sst, itu kan Baekhyun dan Taeyeon noona. Mereka disini juga?”

Riri menatap datar Sehun, “Kau bodoh ya? Mereka kan memang anggotanya.”

Sehun tersenyum lima jari, “Eoh mian!”

“Jjincha!”

“Annyeong haseyo,” sapa Riri begitu melihat Irene sunbae masuk kedalam ruang seni. Gadis berambut sebahu itu tersenyum ramah.

“Annyeong! Hai Oh Sehun!” Sapa Irene begitu melihat Sehun yang berdiri dibelakang Riri.

“Hallo,” Sehun membungkukan tubuhnya sopan.

Riri mencibir dalam hati, ‘Huh! Padahal kan aku yang menyapanya tadi. Dasar genit!’

“Hhm, sunbae,” Riri mulai dengan senyum palsunya, “Kami kesini mau minta bantuan,” Riri menyenggol lengan Sehun, bermaksud agar pria itu juga ikut membantunya bicara.

“Aah, ne. Noona kami mau-“

“Noona?” Irene agak tidak suka dengan panggilan Sehun.

“Kupikir kita satu angkatan. Panggil saja aku Irene.”

“Aah iya,” Sehun baru ingat jika dia dan Irene memang satu angkatan. Beda dengan Riri yang memang satu tahun dibawahnya.

“Jadi?” Irene menaikan sebelah alisnya.

“Kami bingung mau mementaskan apa saat hari valentine nanti,” Riri angkat bicara, “Jadi kupikir minta ide dari sunbae adalah solusi yang tepat.”

Irene menganggukan kepalanya paham, “Ooh begitu. Belum dapat ide ya?” Irene menampilkan wajah berpikirnya.

“Kalian berdua bisa menari?” Tanya Irene kemudian.

“Aku bisa,”

“Tidak,”

Irene menatap bingung dua orang itu. Satu menjawab bisa yang satunya tidak.

“Jadi?”

“Ak-aku tidak bisa,” Riri menggelengkan kepalanya cepat.

Sehun mendecak, “Bukankah kau bisa tarian ‘Keluarga Beruang’ ?”

Riri menatap Sehun sebal, “Kau mengejekku?”

“Aniyo,” Sehun menggeleng, “Kau menari sangat lincah saat mendengar lagu itu. Seperti ini

‘Gomsemariga han-‘

“Yak! Yak hentikan!” Riri mencubit lengan Sehun yang mulai meniru-nirukan Tarian Beruang bodoh itu.

“Akh! Sakit! Sakit!” Rintih Sehun sambil mengusap-usap lengannya yang perih. Irene yang melihat hal itu hanya bisa tertawa geli.

“Kuanggap kau bisa menari,” kata Irene setelah tawanya reda.

Riri mendelik, “Sun-sunbae, aku mana bisa.”

“Kalau begitu latihan. Masih ada waktu sepuluh hari sebelum pementasan bukan. Kupikir akan mudah jika partnermu adalah Sehun. Dia bisa membimbingmu.”

Sehun menganggukan kepalanya setuju dan mau tak mau Riri akhirnya menyetujui hal it. Mau bagaimana lagi, mereka sama sekali tidak punya ide untuk pementasan nanti.

“Jadi ayo pikirkan, tarian apa yang cocok untuk kalian berdua,” Irene menopang dagunya dengan sebelah tangan layaknya detektif yang sedang menganalisa. Dua orang itu hanya saling pandang.

“Bagaimana jika ‘Duet Trouble maker’ ?” Irene melontarkan pendapatnya.

Sehun dan Riri saling pandang.

Duet?

Troublemaker?

Tarian?

Menyentuh?

Intim?

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Kedua mata Riri sontak membulat, “Jangan! Jangan tarian itu!”

“Kenapa? Itu tarian yang bagus,” Sehun malah tersenyum. Senyum mesum maksudnya.

“Hentikan! Jangan tersenyum!” Riri menunjuk wajah Sehun.

“Yak! Kenapa memangnya? Apa tersenyum itu salah?” Sehun menepis telunjuk Riri.

“Kau itu tersenyum mesum! Menjijikan!”

Sehun menatap Riri tak percaya, “Kau ini-“

“Sudah, sudah. Berhenti bertengkar. Mau atau tidak idenya? Jika tidak mau juga tidak apa-apa. Kalian bisa cari ide lain sendirian,” Irene hendak meninggalkan mereka berdua namun Riri buru-buru menahan lengan gadis itu.

“Maaf sunbae. Bukannya tidak mau tapii,” Riri menggigit bibirnya, “Aku sama sekali tidak bisa menari. Apalagi duet semacam itu.”

Sehun mendesah frustasi, “Kan sudah kubilang aku akan mengajarimu dan juga ada Irene. Kau mau bantu kan?”

Irene menganggukan kepalanya, “Tentu saja.”

Riri menghembuskan napasnya panjang, “Baiklah. Kalau begitu mohon bimbingannya,” Riri membungkukan tubuhnya sopan pada Irene dan Sehun kembali tersenyum. Kali ini senyum penuh kelegaan bukan senyum mesum seperti tadi.



“Ya-yak!” Riri menghempaskan tangan Sehun yang bertengger dipinggangnya, “Sudah kubilang jangan menyentuh terlalu erat!” Peringat Riri seraya melotot tajam.

Sehun mengusap poninya kebelakang, peluh sudah membasahi dahinya, “Kalau tidak begitu bagaimana bisa kita menarikannya,” keluh Sehun frustasi.

Riri menatap pantulan dirinya dan Sehun dicermin besar dihadapannya, “Kita bisa menarikannya tanpa menempel ketat seperti tadi kan?” Riri mengambil langkah satu meter dari Sehun, “Seperti ini. Kupikir tidak masalah.”

Sehun memejamkan kedua matanya sejenak, “Baiklah, baiklah.”

Lagu diputar dan mereka menari kembali. Kali ini dengan jarak yang cukup jauh. Tapi hanya berlangsung satu menit.

“Yak!” Riri mendorong Sehun kembali saat pria itu mengelus lengannya dengan gerakan yang eerrr. . . Begitulah. . . Dan Riri sungguh tak nyaman.

“Apalagi huh?” Sehun lelah dengan pacarnya itu yang banyak protesnya.

“Tidak usah menyentuh dengan perasaan seperti itu,” Riri mengusap-usap bekas sentuhan Sehun yang membuatnya kembali merinding. Pria itu kembali mendecak frustasi.

“Aku lelah. Kita istirahat dulu,” putus Sehun ketimbang mendengar omelan Riri lagi dan lagi.

Sehun mengambil duduk dilantai dengan kaki diluruskan. Riri mengambil dua air mineral yang tadi dibawanya. Satu untuk Sehun dan satu untuknya.

“Pementasannya tinggal sembilan hari lagi dan hasil latihan kita masih nol,” kata Sehun setelah meneguk air mineralnya.

Riri mengerucutkan bibirnya, “Latihannya akan cepat selesai jika kau menuruti apa yang kukatakan.”

Sehun melirik sebal pacarnya yang tak mau mengalah itu, “Bagaimana mungkin aku menuruti kata-katamu? Apa kau tidak tahu bagaimana duet troublemaker itu eoh?”

Riri menatap Sehun tajam, “Sangat tahu dan itu berbahaya.”

Sehun melemaskan bahunya, “Ayolah Riri. Pentasnya sebentar lagi dan kau masih memikirkan ‘Bahaya’ ?” Sehun mengacungkan dua tangannya membuat tanda kutip. Dua bola matanya memutar jengah, “Kekanakan.”

“Siapa bilang aku kekanakan?”

“Aku,” Sehun menjawab datar seraya mengeluarkan ponselnya.

Pria itu mengotak-atik ponselnya sebentar sebelum mengangsurkannya pada Riri, “Coba lihat bagaimana duet troublemaker itu,” diponsel Sehun kini tengah memutar mv dari lagu Troublemaker yang dibawakan apik oleh Hyuna dan Hyunseung.

“Eerrr, kupikir ini terlalu vulgar,” Riri mengembalikan ponsel Sehun kepada pemiliknya.

“Vulgar bagaimana?”

Riri mengendikan bahunya, “Entahlah kupikir fansmu pasti tidak suka jika aku menarikannya denganmu dan lagipula,” Riri memeluk dua lututnya dengan tangan, “Rasanya terlalu kaku untukku. Aku bukan penari seperti Hyuna.”

Sehun meletakan ponselnya, “Kita masih punya waktu okay? Lupakan soal fansku. Ini soal pentas kita untuk kampus. Supaya acaranya meriah dan kita jadi pasangan terbaik. Jangan bilang jika kau tidak mau hadiahnya.”

Riri menegakan tubuhnya lalu menatap Sehun dengan mata melebar, “Hadiah?”

Sehun mengangguk, “Iya.”

“Apa hadiahnya?” Tanya Riri mulai antusias.

“Jalan-jalan ke Jeju gratis selama dua hari. Bukankah itu hadiah yang besar?”

Kedua mata Riri langsung berbinar, “Aiigooo, aku suka hadiaaah. Yak! Kenapa kau tidak katakan dari awal? Kan aku bisa semangat latihannya,” Riri mengguncang bahu Sehun.

“Itu karena kau sibuk mengomel saja.”

Riri terkekeh, “Baiklah, baiklah. Kupikir aku bisa melihatmu dulu menarikan Troublemaker. Mungkin setelahnya aku bisa mengikuti,” Riri berdiri dari duduknya dan mulai melakukan pemanasan. Sehun baru saja hendak beranjak saat Irene masuk kedalam ruang latihan.

“Apakah sudah ada kemajuan?” Irene menatap Riri dan Sehun bergantian.

“Yaah, begitulah. Aku masih kaku. Kupikir Sehun bisa mencontohkan dulu,” Riri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa malu dengam ketidakpiawaian dirinya dalam menari.

“Kalau begitu biar aku dan Sehun yang mencontohkannya. Kau bisa lihat dulu dan setelahnya baru kau berpasangan dengan Sehun

Okay?”

Riri terperangah.

‘Ap-apa tadi yang dikatakan Irene?’

‘Di-dia dan Sehun akan mencontohkan?’

‘Maksudnya menari seperti Hyuna dan Hyunseung?’

‘Begitu?’

“Sehun-ah, apa kau siap?”

Pria itu menatap Riri, meminta persetujuan dan gadis itu nampaknya tidak peka. Sepertinya Riri masih berkutat dengan pikirannya sendiri.

Intro dari lagu Troublemakerlah yang kemudian menyadarkan Riri. Sayang, belum sempat Riri berucap Irene sudah mengambil posisi dibelakang Sehun. Bersiap menarikan Troublemaker.

Riri hanya bisa menggigit bibirnya rapat seraya berdoa agar ia tidak cemburu melihat duet maut Irene dan Sehun.

Sayangnya doa Riri tak terkabul.

Ia sangat keki melihat betapa lincah dan. . . . Intimnyaaa duet dua orang itu. Gerakan mereka begitu dinamis dan lentur bak penari profesional. Riri sempat iri dengan Irene yang pandai menari seperti itu.

Dan ketika dimana Sehun hendak menelusuri lengan Irene tepat dibagian reffnya, Riri refleks memegangi perutnya seraya mengerang. Sehun dan Irene menghentikan tarian mereka.

Sehun buru-buru menghampiri pacarnya itu yang nampak kesakitan, “Kau baik-baik saja?” Sehun menatap cemas wajah Riri.

“Aku mau pup. Aku ke toilet dulu,” bohong Riri sebelum berlarian keluar dari ruang latihan dan saat diambang pintu tak sengaja ia menabrak Baekhyun yang hendak masuk kedalam.

“Aah maaf sunbae,” Riri membungkukan tubuhnya sopan sebelum benar-benar pergi dari sana.

“Ya tidak ap-“

Bruk!

Baekhyun kini kembali ditubruk dengan Sehun yang juga keluar dari ruang latihan dengan tiba-tiba dan pria itu tak mengucapkan kata maaf sedikitpun. Terus berlari mengejar Riri.

“Yak! Dasar tidak sopan!”

Dan sebelum ketiga kalinya Baekhyun ditabrak lagi-kali ini Irene yang hendak keluar-pria itu buru-buru menyingkir dari pintu.

“Kenapa semua terburu-buru sih?” Gerutu Baekhyun seraya masuk kedalam ruang latihan. Tak perduli Irene yang kebingungan mencari Sehun.

“Kemana perginya Sehun? Cepat sekali,” gumam Irene yang tidak menemukan jejak Sehun diluar.



Riri keluar dari kamar mandi dengan wajah tertunduk tanpa menyadari Sehun yang sudah berdiri dihadapannya.

“Omo!” Riri mundur kebelakang begitu tersadar, begitu terkejut dengan kehadiran Sehun apalagi ini toilet wanita.

“Yak! Sedang apa kau disini?” Desis Riri.

“Kau marah ya?” Tanya Sehun mengabaikan pertanyaan Riri.

Riri terdiam.

“Iya kan?” Sehun sedikit menundukan kepalanya demi melihat wajah Riri lebih jelas.

“Tidak. Biasa saja,” Riri balik menatap Sehun. Yeeah dia tidak marah hanya sedikit eeerrr kesal saja dengan duet Irene dan Sehun tadi.

Lama mereka saling berpandangan hingga suara beberapa langkah kaki dan obrolan para gadis memasuki bilik kamar mandi. Riri mendelik dan buru-buru menarik Sehun masuk ke salah satu bilik kamar mandi. Bisa gawat jika ada yang memergoki mereka disana berdua. Didalam toilet wanita lagi.

Gadis itu menghembuskan napas lega sedang Sehun terkesan tak perduli mereka akan ketahuan atau tidak.

‘Yak! Gara-gara kau kita jadi terjebak begini?’ Riri komat kamit tanpa mengeluarkan suaranya. Nampak lucu dan menggemaskan dimata Sehun saat melihat bibir mungil penuh itu bergerak-gerak.

Sehun jadi ingiiin. . .

Dan sebelum sempat Riri kembali mengomel, Sehun buru-buru menempelkan bibirnya pada bibir Riri.

Puk!

Riri memukul bahu Sehun cukup kuat dan pria itu melepaskan kecupannya. Gadis itu mendelik kesal. Dasar! Kesempatan dalam kesempitan. Tetapi bukannya kapok, Sehun malah merapatkan tubuhnya pada Riri dengan dua tangan tertumpu ditembok toilet, mengurung gadisnya.

“Apa yang-“

Sehun meletakan jari telunjukanya dibibir Riri, mengisyaratkan jika pacarnya itu harus diam jika tidak mau ketahuan. Riri mau tak mau diam juga. Kedua matanya mengawasi Sehun tajam. Apalagi begitu wajah Sehun kembali mendekat, Riri menahan napasnya. Tak sanggup jika bibir tipis menyebalkan itu menempel lagi dibibirnya. Alasannya bukan karena Riri tak mau tetapi lebih kepada menahan untuk tidak kecanduan dari rasa bibir Oh Sehun. Namun Riri tak bisa mengelak lagi, bilik toilet yang sempit dan resiko ketahuan membuat gadis itu pasrah ketika Sehun kembali mendaratkan kecupannya. Kali ini bukan hanya kecupan, benda lembut yang terasa manis itu sudah menelusur lembut dilekukan bibir Riri. Melumat bibir mungil penuh itu atas dan bawah bergantian, menghantarkan rasa panas ditubuh Riri. Apalagi ketika gigi Sehun menggesek permukaan bibir bawahnya yang sensitif, Riri tak bisa menahan tangannya untuk tidak mencengkeram bahu Sehun. Jika saja mulutnya tak tertutup bibir Sehun maka dipastikan Riri sudah mengeluarkan desahan menjijikan itu.

Sehun mendudukan dirinya diatas dudukan kloset yang tertutup dan menuntun Riri untuk duduk dipangkuannya tanpa melepas ciuman intens mereka. Untung saja Riri memakai legging panjang sehingga  Sehun tidak bisa meraba pahanya secara langsung. Tetapi pakaiannya yang longgar membuat Sehun dengan leluasa menyelinapkan sebelah tangannya kesana sementara tangan yang satunya menahan tengkuk Riri agar ciuman mereka tak terlepas.

“Nggn,” Riri hendak melepaskan ciumannya saat tangan Sehun sudah begitu nakal didalam sana. Namun Sehun masih terus menahan tengkuk Riri. Gadis itu memukulkan tangannya kedada Sehun bertubi-tubi. Barulah pria itu melepaskannya.

“Ya-hmmpp!”

Sehun membungkam mulut Riri yang hendak berteriak dan telunjuknya ia arahkan kebibirnya sendiri.

‘Diamlah!’ Isyaratnya.

Riri menepis bungkaman tangan Sehun dimulutnya dan menatap tajam Sehun.

‘Apa yang kau sentuh huh?’ Kira-kira begitulah arti tatapannya.

Sehun hanya tersenyum seraya menarik pinggang Riri agar tubuh gadis itu semakin menempel padanya.

‘Tidak ada’ Sehun menggerakan bibirnya.

‘Awas kau nanti!’ Balas Riri.

Sehun hanya tersenyum lima jari lalu tanpa aba-aba menenggelamkan wajahnya kebelahan dada Riri yang tentu saja masih tertutupi kaosnya. Gadis itu langsung mendelik.

‘Eommaaaaa!’

Sehun memang selalu mencuri kesempatan dalam kesempitan.



“Maaf eoh?” Sehun menangkupkan dua tangannya didepan dada, memohon pada Riri yang masih enggan membukakan pintu pagar rumahnya saat pria itu datang.

“Kan sudah kubilang tidak usah datang. Kenapa kau datang?” Kesal Riri.

Sehun mengerucutkan bibirnya, “Kupikir kita bisa latihan dirumahmu soal duet itu. Kau bilang sendiri kan tidak mau lagi latihan diruang seni.”

Ya semenjak kejadian Irene dan Sehun, Riri enggan datang kesana lagi. Gadis itu tidak mau kembali mengingat duet maut Irene dan Sehun yang membuatnya cemburu itu.

Iya, Riri cemburu saudara-saudara.

“Tapi aku masih kesal denganmu.”

“Aku kan sudah minta maaf. Itu sentuhan ketidaksengajaan. Aku janji tidak akan melakukannya lagi,” Sehun mengacungkan jari tengah dan telunjuknya bersamaan dengan wajah seinnocent mungkin. Berharap pacarnya akan percaya.

Riri menghela napas panjang, “Setiap kali kau melakukannya pasti kau akan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Tetapi kau akan mengulanginya lagi dikemudian hari. Aku tidak masalah dengan ciuman tapi tetap saja kalau sudah kesana aku belum bisa menerimanya. Itu tabu! Arra?”

“Iya, iya. Maaf, masa kau tidak mau memaafkanku hum?” Kalau sudah urusan memelas saja Sehun nomor satunya. Riri jadi tidak tega.

Riri mengeluarkan kunci pagar rumahnya, “Kali ini kumaafkan,” Riri membuka pintu pagarnya, “Tapi lain kali aku akan melemparkanmu saat itu juga!”

Sehun tersenyum, “Iya Nyonya Oh. Cerewet sekali siih. Minta dicium ya?”

“Yak!”

Dan hari itu dari sore menjelang malam Sehun dirumah Riri untuk latihan Duet Troublemaker mereka. Luhan yang kebetulan ada dirumah menjadi komentator pasangan itu. Sangat cocok sekali dengan kepribadiannya yang cerewet. Sebelas dua belas dengan Riri. Yeeah tentu saja, mereka kan kakak adik.

“Aku yakin kalian akan menjadi best couple diacara valentine nanti!” Luhan bertepuk tangan riang yang disambut senyuman lebar Sehun dan Riri.

“Liburan ke Pulau Jeju!” Teriak Riri senang lalu tanpa sadar memeluk Sehun.

Luhan mengeryitkan dahinya, “Liburan?”

Sehun buru-buru mengedipkan sebelah matanya kearah Luhan berulang kali.

‘Kau berbohong?’ Luhan menggerakan bibirnya tanpa suara dan Sehun hanya meringis. Pria imut itu hanya menepuk dahinya pelan.

“Ya ampun!”



14 Februari, waktu korea setempat.

Acara Valentine Days yang diselenggarakan Kyunghee University berlangsung begitu meriah. Sehun dan Riri tentunya menjadi salah satu pasangan yang akan berpartisipasi dikontes Love Couple. Setidaknya ada sembilan pasangan lainnya yang akan mengikuti kontes itu. Mereka bisa menampilkan apa saja yang sudah mereka persiapkan sebelum pementasan. Ada yang duet menyanyikan lagu romantis, melakukan sulap berdua, memainkan drama mini, bermain alat musik, dan menari seperti yang dilakukan oleh Sehun dan Riri. Yeeah meskipun mereka tidak akan sebaik duet Hyuna dan Hyunseung setidaknya Sehun dan Riri akan menunjukan hasil latihan mereka selama sepuluh hari lalu.

Tapi ngomong-ngomong kemana gerangan Riri? Sedari tadi Sehun tidak mendapati pacar cerewetnya itu. Tadi saat pergi ke kampus Luhan menelpon Sehun jika Riri akan pergi ke kampus bersamanya. Jadilah Sehun yang biasanya menjemput Riri pergi ke kampus hanya dengan Jongdae. Biasanya mereka selalu pergi bertiga. Sehun mengitari seluruh aula dan juga kelas sastra tempat Riri. Namun hasilnya nihil. Yang ada Sehun menemukan Hana, teman satu kelasnya Riri yang tengah bercengkrama dengan teman-teman wanitanya.

“Hana-ya,” Sehun menghampiri Hana.

“OhSeh, kenapa disini? Bukankah kau harus bersiap akan tampil?” Hana menatap heran pemuda itu yang belum berganti kostum. Masih memakai celana training dan kaos oblong yang dilapisi jaket converse.

“Daripada itu, aku sedang mencari Riri.”

Hana menaikan sebelah alisnya, “Riri? Dia belum datang?” Tanya Hana.

Sehun menatap datar Hana, “Kalau sudah datang mana mungkin aku mencarinya babo.”

Hana meringis, “Anak itu sih aku juga tidak melihatnya sedari tadi. Hubungi saja ponselnya,” anjur Hana dan Sehun mendecak seraya memerhatikan ponsel ditangannya.

“Eoh? Itu kan ponselnya Riri,” Tunjuk Hana pada ponsel yang digenggam Sehun. Ponsel yang terdapat gantungan bernard bear putih.

“Semalam ponselnya kupinjam,” sesal Sehun. Hana mengeryitkan dahinya.

“Pinjam? Kalian sepinjaman ponsel?”

“Tidak, hanya aku yang pinjam. Riri tidak pinjam ponselku,” Sehun mengeluarkan satu lagi ponselnya dari dalam saku trainingnya.

Hana mengangguk polos, “Coba hubungi Luhan oppa saja.”

“Aah, kau benar. Kenapa tidak kepikiran ya?” Sehun mulai berkutat dengan ponselnya. Senyuman lebar menghiasi wajahnya namun hanya beberapa detik saja karena senyuman itu langsung luntur seketika. Hana yang melihat jadi bingung.

“Kenapa?”

Sehun mengerucutkan bibirnya, “Luhan hyung kan baru ganti nomor ponsel.”

Hana melongo, “Jadi bagaimana?”

Sehun mengacak rambutnya frustasi, “Aaargh! Bagaimana ini?”



“Oppa~,” Riri keluar dari dalam kamarnya dengan dua tangan yang memegangi perutnya.

“Oppa, aku sakit,” adu Riri masih memegangi perutnya yang hanya dibalas tatapan datar oleh Luhan.

“Oppa tahu kau pura-pura kan?” Luhan melipat tangannya didepan dada menatap Riri yang kini mendudukan dirinya disofa dengan wajah ditekuk.

“Yak! Rusa jelek! Aku ini sakit dan kau bilang jika aku pura-pura! Perutku sakit dan aku tidak bisa menari dengan baik pastinya!” Teriak Riri kesal.

Luhan berdecak lalu duduk disamping Riri, “Bagaimana bisa kau tiba-tiba sakit? Tadi kau baik-baik saja. Bahkan kau menambah nasi saat sarapan. Lalu kenapa sekarang jadi sakit huh?”

Riri mencebikan bibirnya, “Apa jika sakit harus ditentukan waktunya?”

Luhan menggeleng tegas, “Cepat minum obat lalu setelah itu bersiap-siap. Kau tahu, gara-gara adik rengekan sepertimu aku jadi kena marah Jongdae karena tidak datang pagi-pagi.”

“Kenapa kau jadi marah? Kalau mau pergi ya pergi saja sendiri. Aku tidak akan datang!” Riri melipat dua tangannya didepan dada melupakan akting sakit perutnya tadi.

Luhan menggeleng, “Jika kau tidak ikut pergi, bagaimana dengan pentasnya? Bagaimana dengan Oh Sehun? Dia akan didiskualifikasi karena tidak ada pasangan. Jangan bersikap seenaknya Riri.”

“Dia bisa cari pasangan lain kan? Banyak yang mau berpasangan dengannya dan yang pasti mereka bisa menari dengan baik. Tidak sepertiku yang tidak bisa apa-apa ini,” Riri menundukan kepalanya sedih membuat Luhan jadi tak enak hati sudah memarahi adiknya itu.

Dengan lembut diusapnya puncak kepala Riri, “Sehun hanya ingin berpasangan denganmu,” kata Luhan lembut, “Dia rela mentraktir aku dan Jongdae agar mencurangi sistem pembagian pasangan supaya dia dipasangkan denganmu bukan dengan gadis lain,” lanjut Luhan membuat Riri kembali mendongakan kepalanya.

“Dia melakukannya?”

Luhan mengangguk, “Dan setelah kalian latihan keras untuk pementasan itu kau malah tidak mau datang. Kemana tanggung jawabmu eoh? Apa itu tindakan yang tepat? Kau tidak hanya membuat pementasannya gagal tetapi kau juga membuat Sehun kecewa nantinya.”

Riri terdiam, tak mampu membalas perkataan Luhan lagi.

“Aku hanya merasa takut oppa,” lirih gadis itu, “Aku yang selalu ceroboh ini takut menggagalkan pementasannya nanti dan membuat Sehun malu. Oppa tahu kan Sehun adalah mahasiswa terbaik yang punya banyak fans dikampus. Semua yang ada dalam diri Sehun adalah magnet dan jika terjadi satu kesalahan maka semua orang akan kecewa. Dan aku, aku akan menjadi bahan bullyan mereka oppa. Karena mereka pasti berpikir akulah penyebab kegagalan Sehun,” ungkap Riri.

Luhan tersenyum lembut, “Kegagalan itu adalah hal yang wajar. Tetapi dari sebuah kegagalan maka kita akan berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dan kupikir rasa takut akan gagal sebelum kau melakukan sesuatu itu adalah hal yang baik. Bukankah dengan begitu kita akan berpikir untuk berusaha dengan maksimal agar tidak gagal nantinya?”

Riri mendengarkan tiap detil perkataan Luhan, meresapinya, “Lalu   kenapa kau selalu tidak percaya diri begitu? Seharusnya kau lebih percaya diri kan. Sehun yang sempurna dimata orang itu saja sudah mempercayakan hatinya pada orang sepertimu. Dia mencintaimu tanpa tahu apa, mengapa, dan bagaimana dia bisa memiliki perasaan itu. Dia tidak perduli kau yang gagal ataupun kau yang tidak sebaik gadis diluar sana. Yang ia tahu kau adalah gadis terbaiknya dan dia mencintaimu. Titik.”

Riri tersenyum, “Oppa benar, seharusnya aku tidak seperti ini,” Riri mengepalkan kedua tangannya erat dan mengacungkannya keudara.

“Baiklah! Kurasa aku siap sekarang! Oppa ayo bersiap-siap! Jika tidak kita akan terlambat sampai dikampus!”

Luhan memutar bola matanya malas, “Kita sudah terlambat bodoh.”

“Mwwooooo???!!”



Sehun mengusap wajahnya frustasi seraya mondar-mandir gelisah diruang tunggu. Pasalnya giliran Sehun dan Riri akan tiba dan gadis itu belum muncul juga. Namun kegundahan Sehun sirna saat sebuah tangan menepuk bahunya pelan dari belakang. Saat Sehun menoleh, nampak Riri dengan senyum Lebarnya.

“Hai, hunbo!”

“Yaak! Kemana saja kau?!” Teriak Sehun marah. Riri hanya tersenyum saja dan menepuk-nepuk bahu Sehun pelan.

“Relax, relax. Tadi jalanan macet,” jawab Riri berdusta.

Sehun melemaskan bahunya, “Kau ini membuat cemas saja. Aku benar-benar khawatir.”

“Tidak usah sok cemas begitu. Jika aku tidak datang bukankah ada banyak gadis yang siap menggantikanku?”

“Aku tidak mau jika bukan dengan kau. Lebih baik didiskualifikasi,” Sehun membuang wajahnya kearah lain takut rona merah diwajahnya nampak dimata Riri. Gadis itu mengulum senyumnya.

“Benarkah?” Godanya.

“Eoh!”

“Maniiis sekali~,” Riri mencubit pipi Sehun gemas.

“Akh! Yak! Bisa tidak sih sekali saja kau tidak menganiayaku,” Sehun menepis tangan Riri dari pipinya.

Riri menggeleng, “Karena kau manis.”

Sehun mencibir, “Aku itu tampan. Bukan manis.”

“Aniyooo, kau manis,” Dan Riri kali ini mengacak rambut Sehun yang sudah ditata rapi.

“Yaaak!” Sehun balas mengacak rambut Riri.

“Hei! Apa yang kau lakukan?” Riri menahan tangan Sehun yang masih gencar mengacak surai hitamnya.

“Ahahaaha! Rasakan!”

Ya Riri memang paling suka menganggu Sehun. Karena bagi Riri wajah Sehun yang sedang dijahilinya itu sangat manis dan menggemaskan. Dibanding melihat sosok Sehun yang hanya diam dengan wajah sempurnanya Riri lebih suka wajah kesal, cemberut, dan marah pacarnya itu. Riri tidak suka pacar yang tampan, dia suka pacar yang manis dan menyenangkan.

Seperti saat ini, Sehun yang merajuk karena tatanan rambutnya yang berantakan. Atau Sehun yang tertawa puas karena berhasil membalas kelakuan Riri.

Sehun yang seperti itulah yang disukai oleh Riri.



Troublemaker – Sehun & Riri vers.

Sehun : Ni nun-eul bo-myeon nan Trouble
Maker
(Jika aku melihat matamu, akulah trouble maker)

Sehun mulai menari dengan lincah sedang Riri berdiri dibelakangnya layaknya duo pasang troublemaker, Hyuna dan Hyunseung.

Riri : Ni gyeot-e seo-myeon nan Trouble Maker
(Jika aku berdiri di sampingmu, akulah trouble
maker)

Riri menggerakan tubuhnya serileks mungkin, berusaha tidak gugup dengan terus mempertahankan ekspresi tersenyum diwajahnya.

Sehun : Jo-geum-sshik deo deo deo
(Sedikit demi sedikit, lebih lebih lebih)

Sehun mendapati Riri yang terlihat gugup saat mulai berhadapan dengan penonton dan buru-buru pria itu menyentuh bahu Riri lembut sebelum masuk kedalam reff.

Riri : Gal-su-rok deo deo deo
(Semakin pergi, lebih lebih lebih)

Masuk kebagian reff, Riri tak sengaja menginjak sepatu Sehun. Lumayan sakit karena hak tinggi runcing yang dipakai gadis itu. Namun dengan sikap profesionalnya Sehun menahan ringisannya. Naasnya beberapa kali saat bagian skinship, Riri malah beberapa kali mencubit pinggang Sehun.

Sehun & Riri :

I-jen nae mam-eul na-do
eo-jjeol su eobs-eo
(Sekarangpun aku tak bisa menolong hatiku lagi)

Saat bagian ini

Ni-ga na-reul it-ji mot-
ha-ge ja-ggu ni ap-e-seo ddo
(Kau tidak bisa melupakanku sebab aku terus
menerus berada di depanmu)

Yang bagian ini

Ni mam ja-ggu nae-ga heun-deul-eo
su eobs-do-rok
(Aku terus menerus menggetarkan hatimu, hingga
kau tidak dapat melarikan diri)

Dan beberapa kali bagian yang ini. Apalagi saat Sehun ingin menciumnya. Saat itulah Sehun benar-benar meringis sakit.

Ni ib-sul-eul ddo hum-chi-go meol-li dal-a-na-
beo-ryeo
(Aku juga akan mencuri bibirmu dan berlari jauh)

Nan Trou a a a ble! Trouble! Trou! Trouble Maker!
(Aku Trou a a a ble! Trouble! Trou! Trouble
Maker!)

Trouble Maker!
Trouble Maker!
Trouble Maker!
Trouble Maker!

Bagian rap, bagian yang paling ditunggu Sehun. Dimana gadisnya menampilkan gerakan lincahnya yang seksi. Tetapi sayang senyuman Sehun hanya berlangsung beberapa detik.

Riri : Ni mam-eul ggae-mul-go do-mang-chil
geo-ya go-yang-i-cheo-reom
(Aku akan menggigit hatimu dan melarikan diri
seperti kucing)

Karena demi apapun, semua mata pria tertuju pada gadisnya.

Neon ja-ggu an-dal-i nal geo-ya nae ap-eu-ro
wa eo-seo hwa-nae-bo-ryeom
(Aku akan terus menerus bertingkah denganmu,
sehingga kau datang di depanku dan marah)

Sehun bisa melihat dari atas panggung dengan jelas penonton-penonton dibawah sana.

Nae sek-shi-han geol-eum ni meo-ri sok-e bal-
dong-eul geo-neun
(Langkah seksiku bergerak ke dalam kepalamu)

Mereka mencoba mengintip bagian depan belahan kostum Riri yang memang agak rendah. Untung saja Riri memakai jeans panjang berbahan kulit yang mengetat dilekukan kakinya. Jika dia pakai miniskirt kan lebih bahaya.

Eun-geun-han seu-kin-shib eol-gul-e bi-chin mot
cham-a juk-gett-dan ni nun-bit
(Sentuhan fisik yang lembut, sinar mata di
wajahmu berkata bahwa tidak bisa menakuti dan
membunuh apapun)

Setelah bagian rap selesai, Sehun buru-buru maku kedepan dan segara menggeser tubuh Riri kebelakangnya. Sehun langsung memelototi beberapa mahasiswa yang mengambil posisi nonton paling depan. Yang tadi dengan kurang ajar menikmati tubuh pacarnya.

Sehun : Gal-su-rok gip-i deo bba-jyeo-
deul-eo al-su-rok ni-ga deo mam-e deul-eo Baby
(Semakin aku pergi, kau semakin jatuh ke
dalamnya, Semakin aku mengerti, semakin aku
tahu hatimu baby)

Riri yang sadar tatapan sadis Sehun langsung menyenggol lengan pria itu. Sehun tersadar jika juri sedang memerhatikan mimik wajahnya. Pria itu segera menampilkan sisi coolnya dan segera saja penonton yang sebagian besar fansnya berteriak heboh.

A- mu-rae-do ni saeng-gak-e chwi-haett-na-
bwa Lady
(Bagaimanapun juga, aku rasanya dimabukkan
oleh pikiranmu lady)

I never never never stop!
(I never never never stop!)

Dan kembali ke bagian reff. Dimana Riri kembali menyiksa Sehun dengan cubitan-cubitannya.

Sehun & Riri :

Ni-ga na-reul it-ji mot-
ha-ge ja-ggu ni ap-e-seo ddo
(Kau tidak bisa melupakanku sebab aku terus
menerus berada di depanmu)

Ni mam ja-ggu nae-ga heun-deul-eo beos-eo-nal
su eobs-do-rok
(Aku terus menerus menggetarkan hatimu, hingga
kau tidak dapat melarikan diri)

Ni ib-sul-eul ddo hum-chi-go meol-li dal-a-na-
beo-ryeo
(Aku juga akan mencuri bibirmu dan berlari jauh)

Nan Trou a a a ble! Trouble! Trou! Trouble Maker!
(Aku Trou a a a ble! Trouble! Trou! Trouble
Maker!)

Trouble Maker!
Trouble Maker!
Trouble Maker!
Trouble Maker!

Sehun: Eo-ddeoh-ge neol nae mam-e dam-
a-dul su itt-neun-ji (Trouble Maker)
(Bagaimana aku bisa meletakkanmu di hatiku
(trouble maker)

Riri : Geu-nyang nae mam-i ga-neun-dae-ro
i-jen
(Saat ini aku akan pergi dengan hatiku)

Sehun : I Never never stop!
(I never never stop!)

Sehun & Riri : Meom-chul su eobs-eo
(Aku tidak dapat berhenti)



“Dan pemenang untuk kontes Love Couple dimenangkan oleh pasangan,” Sang MC sengaja menghentikan kalimatnya guna membuat suasana aula kampus semakin dramatis. Sementara Riri mengomel karena MCnya yang lamban itu.

“Aiigoo, cepat sedikit mengatakannya. Aku sudah keburu jamuran menunggu hasilnya,” keluh Riri.

“Sabar, berdoa saja kita yang menang,” bisik Sehun.

“Ck! Aku tidak yakin kita menang. Tadi beberapa kali aku menginjak kakimu,” Riri mengingat kembali penampilan mereka tadi diatas panggung. Riri bergidik membayangkan penampilan mereka yang lumayan banyak melakukan kesalahan tadi.

“Dan kau mencubit pinggangku beberapa kali,” seloroh Sehun sambil mengusap-usap pinggangnya yang masih ngilu dibeberapa bagian.

Riri menatap Sehun malas, “Itu karena kau mencoba menciumku beberapa kali. Kenapa juga bagian reffnya mesti diulang?”

“Duet troublemaker memang begitu. Bahkan mereka berciuman diakhir lagu dan kita melewatkan bagian itu.”

Riri mengacungkan kepalan tangannya, “Kau minta dipukul ya?”

“Pemenangnya adalaaaaah,”

Riri menghentikan aksinya untuk memukul Sehun karena MC kembali mengumandangkan suaranya.

“Selamat kepada pasangan kita yang manis, Do Kyungsoo dan Kim So Hyun!!”

Plok

Plok

Plok

Pasangan itu maju kedepan untuk menerima trofi kemenangan dan juga hadiah utama dari Love Couple Contest.

“Aiigoo, sudah kuduga pria kecil bermata bulat itu yang akan menang. Suaranya merdu siih,” Riri bertepuk tangan seraya berkomentar. Sedang Sehun hanya manyun dan ogah-ogahan saat bertepuk tangan.

“Suara gadis itu tidak terlalu bagus menurutku. Apanya yang juara pertama? Menyebalkan!” Gerutu Sehun.

“Sekali lagi selamat kepada pasangan ini!”

Pada akhirnya Sehun hanya bisa gigit jari, Riri yang melihatnya hanya bisa menggeleng pelan.

“Kupikir kita sudah berusaha maksimal jadi kalah menang bukan masalah. Bukankah tahun depan kita bisa mencoba lagi?” Riri menyemangati Sehun. Gayanya saja sok bijak padahal siapa tadi pagi yang pura-pura sakit dan tidak mau datang ke kampus. Andai saja Sehun tahu pastilah kata-kata bijak Riri hanya menjadi bahan tertawaan pria itu. Dasar!

“Ya baiklah. Hadiah utamanya juga tidak terlalu menarik kok.”

Riri menaikan sebelah alisnya, merasa aneh dengan perkataan Sehun “Padahal aku ingin hadiahnya. Liburan ke Jeju gratis, siapa yang tidak mau.”

“Liburan ke Jeju apanya? Hadiahnya cuma makan gratis di kafetaria kampus selama tiga bulan penuh. Makanan dikafe ibuku lebih enak dan banyak,” cerocos Sehun tanpa sadar jika Riri sekarang menatapnya curiga.

“Tunggu! Bukannya kau yang bilang jika liburannya ke Pulau Jeju? Kenapa jadi makan gratis di kantin kampus?” Riri memicingkan dua matanya disaat Sehun mulai gelagapan.

‘Ya ampun! Aku kelepasan!’ Sehun menggigit bibirnya.

Riri mulai yakin jika Sehun memang berbohong, “Yak~ kau berbohong padaku eoh?”

Sehun buru-buru menggeleng, “Tidak, kau salah dengar tadi.”

“Masih mau mengelak?” Riri tersenyum miring seraya mengepalkan dua tangannya kuat-kuat.

“Riri, ka-kau salah paham. In-ini-“

“Riri!”

Panggilan Hana membuat Riri menghentikan aksinya. Sehun bernapas dengan lega.

“Ini,” Hana menyerahkan sebuah bungkusan plastik kearah Riri, “Semalam kau lupa membawanya.”

Riri menerima bungkusan dari Hana, “Eoh, iya. Gomawo sudah mau membawanya.”

“Hei,” bisik Hana, “Kau mau memberikannya pada siapa sih?”

“Untuk oppaku tentu saja,” jawab Riri cepat. Hana mencebik.

“Eiiy, biasanya juga kau tidak pernah sebaik ini pada oppamu. Ayo katakan padaku. Siapa pria beruntung yang akan mendapatkan coklatmu?” Bisik Hana lagi.

Riri menyibakan tangannya, “Eobseo!” Dan Riri melirik kearah Sehun yang masih menatap mereka dengan kerutan didahi.

“Membicarakan apa sih mereka sampai bisik-bisik begitu?” Gerutu Sehun, “Dasar wanita!”



“Wooah, OhSeh kau dapat banyak sekali coklat. Seperti biasanya eoh?” Jongdae menyenggol lengan Sehun cukup keras sementara pria yang disenggolnya itu langsung memberikan death glarenya. Sehun sedang dalam mood yang tidak bagus sekarang.

“Kau juga dapat banyak,” Luhan mengendikan dagunya kearah dua kantung yang dipegang Jongdae. Pria itu hanya tersenyum.

“Begitulah,” Jongdae menilik isi kantung yang dipegangnya, “Tapi tetap saja, coklat pemberian pacarku adalah yang paling istimewa!”

Luhan mencebik, “Memang kau punya pacar?” Dan seketika senyuman lebar Jongdae luntur.

“Aku tahu. Tidak usah dijelaskan. Aku kan cuma~,” Jongdae memberikan isyarat mata pada Sehun yang sibuk melamun dan langsung dipahami oleh Luhan.

“Aaah kau benar, Jongdae-ya! Coklat pemberian pacar memang yang selalu istimewa. Tapi sepertinya disini tidak ada yang punya pacar, kekeke~,” Luhan akhirnya ikut menimpali maksud Jongdae dan kali ini lebih memperjelasnya membuat Sehun keki setengah mati.

“Yak! Kalian ini sebenarnya teman atau lawan siih?” Kesal Sehun.

Luhan dan Jongdae hanya tertawa-tawa tidak jelas membuat Sehun makin kesal saja, “Dasar gila!”



Sehun menatap layar ponselnya yang gelap. Tidak ada layanan pesan, telpon, atau video call dari pacarnya. Yeeah siapa lagi pacar Sehun jika bukan Riri. Hanya dia satu-satunya pacar Sehun dan pria itu tak berniat mencari cadangan meskipun diluar sana banyak yang ingin jadi pacarnya. Sehun sudah terlalu cinta dengan gadis cerewet itu.

“Haaah~, hari valentine sudah akan berakhir dan gadis bodoh itu sama sekali tidak memberiku satu coklat pun,” Sehun bangkit dari posisi berbaringnya, menatap tumpukan coklat diatas mejanya yang tak ia sentuh satu pun. Padahal Sehun paling suka makan coklat. Tetapi entah kenapa dia tidak tertarik sama sekali memakan coklat-coklat pemberian fansnya itu. Apa karena ia sangat menantikan coklat pemberian Riri?

Ponsel Sehun bergetar tanda panggilan masuk. Id callernya ‘My Darl’. Buru-buru Sehun mengangkatnya.

“Yak! Riribo! Mana coklat untukku?” Tembak Sehun langsung.

“Buka pintu rumahmu,” perintah Riri tanpa menjawab pertanyaan Sehun. Pria itu mendecak.

“Kau didepan rumahku?” Tanya Sehun.

“Tidak. Aku sedang dirumah keluarga Oh dan aku sedang menyuruh pembantunya untuk membukakan pintu,” jawab Riri malas.

“Hei, hei siapa yang kau maksud dengan pembantu?”

“Duuuh, cepat buka pintunya atau aku kembali pulang kerumah!”

“Iya, iya, Nyonya Oh.”

Sehun langsung keluar dari kamarnya untuk kemudian membukakan pintu rumahnya. Riri tidak bohong. Sekarang ia berada didepan rumah Sehun dengan syal tebal melilit leher dan sebagian wajahnya.

“Kupikir kau main-main,” sambut Sehun dan Riri hanya menatap malas pacarnya itu sebelum mengangsurkan kotak persegi ukuran sedang berwarna hitam. Sehun menautkan alisnya.

“Ige mwoya?”

Riri berdehem pelan seraya mengalihkan dua netranya kearah lain, kemana saja asal jangan melihat kearah Sehun, “It-itu coklat,” kata Riri pelan dan untungnya Sehun masih bisa mendengarnya. Mata sipit Sehun melebar.

“Coklat?” Sehun tidak yakin dengan apa yang didengarnya.

Riri menghela napas panjang, “Kau tuli ya? Masa kau tidak dengar.”

“Aiigooo, masa cara bicaramu begitu siih. Romantis sedikit kenapa,” Sehun menggelengkan kepalanya pelan.

“Happy valentine,” kata Riri kemudian dan kali ini tidak dengan nada kasar tetapi dengan nada lembut dan manis layaknya permen kapas. Perlahan senyuman Sehun tersungging. Sehun menuntun sebelah tangannya untuk mengusap pipi Riri dengan lembut.

“Happy valentine, my dear,” perlahan Sehun mendekatkan wajahnya kearah Riri sedang matanya sudah fokus pada bibir mungil penuh itu. Sesenti lagi bibir itu melekat, Riri buru-buru menahan dahi Sehun, menjauhkan wajah itu dari wajahnya.

“Ayahmu melihat kita bodoh!”

Sehun terdiam lalu mengikuti arah pandang Riri. Benar saja Tuan Oh sedang mengawasi dua insan itu dari balik tirai jendela kamar lantai dua.

“Uugh! Pria tua itu mengganggu saja!”

“Hei, tidak sopan!” Riri menepuk kepala Sehun kuat. Pria itu hanya meringis sebelum kemudian menarik lengan Riri.

“Ayo kita jalan-jalan keluar!”



Suara decapan bibir yang saling menyatu terdengar dari dalam mobil mercedes hitam yang terparkir dipinggir Sungai Han. Tangan si pria sudah hendak menjelajah

Show more