2016-07-26



IM
PERFECTION

Oh Jaehee / OC || Kim Joonmyun / EXO Suho

IMPERFECTION Universe, Campus Life, Romance, Angst, Drama

PG || Chapter

BETA & POSTER © IMA

In Correlation with

IMPERFECTION by IMA

Jaehee – Joonmyun Dating Stories

IMPERFECTION SPIN OFF — (Joonmyun – Jaehee Stories) by IMA

Previous Slide

1ST SLIDE

© neez

2ND SLIDE

Mungkin.

Mungkin dia dan Jaehee harus sama-sama saling introspeksi diri. Sama-sama membutuhkan waktu sendiri, tanpa ada komunikasi, tanpa ada emosi terlebih dahulu, kemudian barulah mereka bisa menyelesaikan masalah mereka, pikir Joonmyun. Maka, sepulang dari Busan, Joonmyun sama sekali tidak mengontak kekasihnya itu, dan melihat Jaehee juga sama sekali tidak menghubunginya, Joonmyun rasa perasaan mereka sama sekarang. Teman-temannya, masih saja mengolok-olok dirinya sebagai seorang pria yang mau diatur oleh wanita, hanya karena kekasihnya itu seorang model. Namun selama satu minggu semenjak komunikasi dengan Jaehee terputus, Joonmyun harus mengakui ia merasa bebas sebebas-bebasnya. Tak ada lagi rasa kewajiban untuk lapor ini, lapor ini, membuktikan ini, membuktikan itu. Setiap malam juga ia tidak harus buru-buru pulang dari belajar bersama, atau rapat, atau bahkan meski ia di rumah sekalipun, waktu belajarnya tak lagi terganggu karena tergesa-gesa menjemput kekasihnya di lokasi pemotretan yang bisa saja tersebar di seluruh kota Seoul atau bahkan sampai ke luar kota.

”Mana supermodel?” tanya Jonghyun begitu melihat Joonmyun datang ke sebuah kafe tempat kelompok mereka biasa bertemu. Jiyeon, dan teman-teman lain ikut mendongak dengan mata berbinar-binar, siap untuk mengganggu teman mereka yang satu ini.

Joonmyun hanya mengibaskan tangannya, ”Kenapa cari-cari dia? Sudah syukur aku bisa datang kan hari ini…”

”Oke…” semua bersorak-sorak.

”Ayo, sini… minum, Joonmyun-ah, jangan pikirkan pacar modelmu itu dulu.”

Menjelang malam, teman-teman yang bergabung semakin banyak. Salah satu teman di kelompok mereka juga, Yonghwa, datang dengan membawa kekasihnya yang disambut dengan antusias oleh teman-temannya yang lain. Yonghwa mengenalkan kekasihnya yang bernama Seohyun itu, dan Seohyun yang ramah langsung cepat sekali membaur bersama teman-teman wanita di kelompok mereka.

Jonghyun menyenggol lutut Joonmyun yang dibalut celana denim biru, menginterupsi dirinya yang mau meneguk bir. ”Cari pacar seperti Seohyun itu, Joonmyun-ah. Lihat, dia bahkan mau berbaur dengan gadis-gadis kelompok kita.”

Joonmyun hanya tersenyum kecil, menyeruput birnya.

”Aku tahu pacarmu itu… uuuhhhh seksi,” Jonghyun terbahak begitu melihat mata Joonmyun berubah tajam saat mendengar dirinya menyebut kata seksi, ”Heyy aku harus adil dong mengakui kalau pacarmu itu seksi sekali, jadi maksudku wajar kalau kau sangat menyukainya dan tak mau putus dengannya. Kapan lagi bisa dapat pacar model dengan tubuh… phew…” Jonghyun bersiul nyaring. Untung teman-teman mereka yang lain tengah sibuk berbincang masing-masing dengan satu sama lain, sehingga tidak memperhatikan Jonghyun.

Joonmyun memutar kedua matanya, sebenarnya merasa jengkel, namun tetap saja bibirnya tersenyum meski kecil dan enggan. ”Aku mengencaninya bukan karena dia model. Kami berteman lebih dulu sebelum aku berani mengajaknya pacaran.”

“Ya ya, tentu saja… tapi apa dia sudah jadi model ketika kalian awal berkencan?”

Joonmyun mengangguk, ”Belum terkenal tapi…”

”Tentu saja! Apa kau tidak bisa lihat sendiri, Joonmyun-ah? Dia sudah jadi model terkenal sekarang…” Jonghyun terkekeh-kekeh. Joonmyun mengernyit, tidak mengerti dengan apa yang temannya ini maksud. ”Aish, jangan terlalu polos. Dengar, dunia model… atau dunia entertainment, berbeda dengan dunia kita anak-anak kuliahan yang mengejar target indeks prestasi kumulatif di setiap akhir semester. Kita harus punya prestasi bagus… kau Sobat, kan belajar tentang untung rugi dalam kuliah, menurutmu apa wanita macam kekasihmu itu masih mau bertahan padamu sementara dia sendiri kariernya sudah cemerlang?”

Joonmyn menoleh pada temannya, mengerutkan alis.

”Bukannya aku menjelek-jelekkan kekasihmu itu, Joonmyun-ah, tapi bukankah kau heran kenapa dia selalu marah-marah dan menuduhmu yang tidak-tidak? Seperti mencari-cari alasan agar kalian bertengkar?”

Joonmyun mengedikkan kepalanya, ”Maksudmu apa, Jonghyun-ah? Langsung jelaskan saja intinya,”

”Begini, kalau aku yang ada di posisi kekasihmu, aku akan merasa aku adalah model terkenal. Tentu saja aku marah kalau pacarku lebih mendahulukan teman-temannya, dibandingkan aku. Hey, yang mau denganku… model, aktor, idol papan atas… dan pacarku menolakku demi teman-temannya?”

Joonmyun kini mengerti apa yang Jonghyun maksud, dan ia tidak suka dengan pendapat temannya itu. Ia hanya diam saja. Ia yakin dan ia tahu Jaehee semenjak mereka duduk di kelas dua bangku SMA. Kalau memang hanya karena kepopuleran, Jaehee takkan pernah mau menerima ajakan kencannya. Namun, waktu di sekolah dulu, kenyataannya Jaehee yang jauh lebih populer darinya malah menolak ajakan kencan pria-pria populer yang kini sudah ada yang menjadi aktor, atlet, trainee, dan lainnya.

Tetap saja, Jaehee memilihnya kan? Ya, dia memang kaya raya, tapi tak ada seorang pun di sekolah yang tahu bahwa dia adalah putra pengusaha minyak. Jaehee pun baru tahu setelah mereka berkencan, dan gadis itu tetap memperlakukannya sama. Jika Jaehee mendapatkan honor sebagai model, tetap saja gadis itu akan mentraktirnya makan. Bukan status, bukan kepopuleran yang membuat mereka berkencan.

”Kenangan kalian pasti manis sekali sampai kau sulit melepaskannya, benar?” Jonghyun bicara lagi setelah melihat Joonmyun terdiam. ”Jika sudah menemukan lingkungan baru, orang akan berubah. Apalagi lingkungan di dunia hiburan seperti yang pacar modelmu itu geluti, ia pasti berubah sebaik apa pun dia dulu.”

Joonmyun masih belum menjawab.

”Apa dulu dia pernah bersikap seperti ini sebelumnya?”

Joonmyun menggeleng.

”Nah? Kau lihat sendiri? Dulu dia tidak begini, tapi sekarang dia seperti ini kan?” kekeh Jonghyun. ”Sobat, patah hati memang pedih… tapi kau, Sobat, yang mau denganmu juga banyak. Bukan cuma pacar modelmu yang bisanya memperlakukanmu seperti kacung saja.” Tandas Jonghyun, pria itu kemudian menaik-naikkan alisnya, ”Bagaimana dengan Jiyeon, eoh?”

Joonmyun tertawa geli dengan usaha temannya mengalihkan pembicaraan. ”Apanya dengan Jiyeon?”

”Eyy, jangan bohong! Aku tahu kalian sering berangkat dan pulang bersama.” Jonghyun menaik-naikkan alisnya dengan menggoda ke arah Joonmyun yang juga ikut mengangkat alisnya. ”Kurasa kau memang lebih baik dengan orang yang satu ’dunia’ denganmu. Seperti Jiyeon itu…”

”Jonghyun…” geleng Joonmyun.

Jonghyun kembali memotong kata-kata Joonmyun, ”Maksudnya begini, kita kan sudah sama-sama dewasa. Kau pasti tidak mau berkencan hanya untuk main-mainan saja seperti kemarin, kan? Jika nanti kau bersama seseorang seperti Jiyeon, dia akan tahu dunia kerjamu, dunia kerja seperti kita akan menuntut istri yang sabar, dan yang tidak manja. Karena… kau tahu betapa sibuknya menjadi orang manajemen di kantor bukan?” tanyanya. ”Lalu, bagaimana kalau nanti kau bersama si pacar modelmu yang manja itu? Apakah pernikahan kalian akan bertahan?”

Joonmyun terdiam.

*        *        *

Sudah dua minggu berlalu, dan kali ini Joonmyun hendak menghadapi semester baru, setelah liburan semester kemarin ia habiskan dengan mengumpulkan pengalamannya dalam berbagai acara dan seminar. Dua minggu pula, Joonmyun tidak berkomunikasi dengan Jaehee. Tak ada pesan yang masuk ke dalam ponselnya, tak ada telepon, atau apa pun yang menghubungkannya dengan kekasihnya itu. Joonmyun berpikir, Jaehee memiliki banyak kesibukan lain, dan menunggu gadis itu akan menghubunginya terlebih dahulu.

Ia bangkit dari kasurnya, membereskan seadanya—karena ia memang bukan pria yang rapi. Menyurukkan kaki ke dalam sandal rumahnya ia berjalan keluar kamar dan menuju dapur. Kopi sudah dipanaskan oleh seorang bibi yang disewa oleh ibunya, begitu Joonmyun memutuskan untuk tinggal sendiri semenjak semester lalu. Joonmyun melihat ada koran bisnis yang sudah dilipat di atas meja makan, dan sepiring sarapan ala Amerika sudah tersedia, sementara samar-samar ia bisa mendengar suara mesin cuci tengah diputar.

Joonmyun menuangkan kopi ke dalam cangkirnya, memasukkan satu sachet gula rendah lemak dan mulai mengaduk kopi tersebut sambil mengambil koran bisnis dan berjalan menuju sofa di ruang tengah apartemennya. Menyilangkan kaki, Joonmyun meraih remote televisi dan menyalakannya. Matanya menelusuri detil layar membaca setiap berita jalan yang lewat dan menelaah acara apa yang tengah ditayangkan.

Ternyata… acara gosip!

Joonmyun membuka lembar pertama korannya yang membahas krisis ekonomi global di Yunani, dan bagaimana hal itu mempengaruhi perekonomian negara-negara Uni Eropa. Ia mengernyitkan alisnya, satu tangan meraih cangkir kopi di meja kopi kecil di samping sofa, dan ia menyeruputnya pelan.

”Supermodel Oh Jaehee mengajukan tuntutan pembatalan kontrak dengan agensinya, Special Occasion Entertainment. Untuk sementara ini, seluruh brand yang menggunakan dirinya sebagai model menarik seluruh iklan sementara perwakilan SO Entertainment menuntut sang model atas pelanggaran kontrak.”

Joonmyun buru-buru menurunkan korannya. Kedua matanya membelalak menatap ke layar televisi, dan telinganya ditajamkan untuk mendengarkan secara seksama berita barusan. Layar televisi kini tengah memajang foto kekasihnya yang berpose untuk salah satu iklan aparel ternama, dan sang penyiar masih membacakan berita.

”…menurut kuasa hukum Oh Jaehee, kliennya menginginkan pembatalan kontrak karena merasa agensinya, SO Entertainment telah keterlaluan dalam mengeksploitasi dirinya. Sebagai barang bukti kuat untuk mengajukan pembatalan tersebut, Miss Oh mencantumkan kontrak selama tujuh tahun dengan bukti-bukti pelanggaran seperti bagaimana Miss Oh kerap kali dipaksa bekerja diluar jam yang seharusnya.”

Hati Joonmyun mencelos. Apa ini? Ada apa ini? Apa yang terjadi?! Jaehee membatalkan kontraknya dengan agensinya? Dia tidak tahu apa-apa soal ini. Joonmyun meletakkan korannya dengan serampangan sambil berlari memasuki kamarnya, melempar bantal dan selimutnya agar bisa menemukan benda pipih yang ia cari-cari. Tombol satu ditekannya dan langsung saja ia menempelkan benda tersebut di telinganya.

”Maaf, nomor yang Anda tuju tidak terdaftar.”

Menjauhkan ponselnya, kening Joonmyun berkerut. Tidak terdaftar? Ini benar nomor kekasihnya, kan? Joonmyun melihat nama yang tertera di layar; My Angel. Benar, ini memang benar nomor Jaehee.

”Maaf, nomor yang Anda tuju tidak terdaftar.”

Joonmyun kembali berjalan ke ruang tengah untuk mengikuti berita, namun yang ia dengar justru semakin mengkhawatirkannya. Bagaimana SO Entertainment berniat mencekal Jaehee di segala macam pekerjaan karena menganggap gadis itu telah menyalahgunakan kontraknya. Joonmyun mengembuskan napasnya dan merebahkan dirinya di sofa kembali, membuka layanan aplikasi KakaoTalk-nya.

Hatinya mencelos saat mencari-cari nama kekasihnya diantara deretan nama-nama teman-teman KakaoTalknya.

Nama Oh Jaehee sudah tidak ada.

Panik, Joonmyun membuka aplikasi lainnya yang terkadang mereka gunakan untuk berkomunikasi selain KakaoTalk, yaitu Line. Karena Joonmyun jarang menggunakan layanan aplikasi tersebut untuk berkomunikasi dengan pacar maupun temannya, dengan mudahnya seharusnya nama Jaehee ada di daftar paling atas laman chat aplikasi tersebut. Nama Jaehee memang masih ada di deretan chat teratas.

Namun sudah tak berfoto, dan dari keterangan Line bisa dipastikan; Jaehee telah menghapus akun Line-nya. Jaehee tidak memiliki akun sosial media lainnya, menurutnya dulu saat bercerita dengan Joonmyun, ibunya melarangnya membuat akun-akun tersebut karena profesinya sebagai model. Dan kini Joonmyun merutuki calon ibu mertuanya tersebut karena telah melarang anak gadisnya untuk memiliki akun media sosial.

Waktu menunjukkan pukul delapan, satu jam sebelum ia harus berada di kelas pertamanya dalam semester ini. Kepalanya pusing. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah berharap Jaehee sendiri yang akan menghubunginya. Ia yakin, kekasihnya itu akan menghubunginya sendiri dalam waktu dekat, dan Joonmyun bertekad memberikan waktunya sebanyak yang ia bisa.

Mengendarai BMW X-3 SUV kesayangannya setengah jam kemudian, Joonmyun membelokkan mobil tersebut di pelataran parkir stasiun subway, menjemput Park Jiyeon seperti biasa. Jiyeon mengabarkan subway-nya akan tiba dalam waktu sepuluh menit, maka Joonmyun bersandar pada jok mobilnya sambil mencari-cari berita terkait mengenai Jaehee.

”Eoh?” gumam Joonmyun membaca judul berita paling atas; Meski masih terlibat sengketa dengan agensinya, Supermodel Oh Jaehee menghadiri pengambilan gambar CF kosmetik Dr G. ”Mereka takkan menuntutnya karena ini…?” gumam Joonmyun menghela napas lagi. Ia tidak tahu menahu mengenai teman-teman Jaehee yang bisa ia mintai tolong di dunia hiburan. Ia hanya mengenal Seo Woori, Manajer Jaehee, yang pernah gadisnya kenalkan dulu. Awalnya Joonmyun memang biasa-biasa saja dengan Manajer Jaehee itu, namun belakangan semenjak seringkali memotong libur kekasihnya, ia mulai merasa perusahaan Jaehee ini tidak beres.

Pintu penumpang di sebelahnya terbuka, Joonmyun meletakkan ponselnya dan tersenyum, ”Annyeong.”

”Hai, Joonmyun~” sapa Jiyeon cerah sambil duduk dan mengenakan sabuk pengamannya. ”Lama tidak berjumpa.”

Joonmyun terkekeh. Sebenarnya tidak lama juga. Mereka kerap kali bertemu karena kelompok pertemanan mereka seringkali mengadakan jalan bersama, diskusi bersama, atau mengikuti seminar dan workshop bersama-sama.

”So, apa kau melihat berita pagi ini?” tanya Jiyeon penuh semangat.

Joonmyun berdeham, mencengkram kemudi. ”Berita pagi ini? Hmm… lihat.”

”Lalu apa pendapatmu?” tanya Jiyeon penuh semangat.

”Entahlah,”

”Eyy,” dengan main-main, Jiyeon memukul lengan Joonmyun. ”Kau pasti punya analisa kenapa kasusnya bisa seperti ini, Joonmyun-ah.”

Joonmyun mengangkat bahu, ”Entahlah, dia belum bercerita padaku…”

”Eoh?”

”Kalau dia sudah bercerita mungkin aku bisa menerangkan jelas titik kasusnya seperti apa.” Jawab Joonmyun pelan, matanya fokus ke jalanan. Tidak memperhatikan bahwa Jiyeon kini tengah mengernyit.

”Memangnya Yunani akan langsung memberikan penjelasan padamu?”

Barulah Joonmyun sadar, bahwa Jiyeon tidak tengah membicarakan tentang kasus yang menimpa Jaehee, meski itu masuk di televisi nasional. Jiyeon tengah membicarakan kasus krisis ekonomi yang tengah melanda Yunani. Joonmyun tertawa garing, pura-pura bergurau mengenai perwakilan Yunani yang memang akan bicara padanya, sebelum benar-benar memberikan tanggapannya mengenai krisis tersebut.

Rasanya, anak-anak jurusannya takkan ada yang tertarik dengan dunia entertainment.

Tapi, Joonmyun salah. Begitu tiba di kampus, setelah memarkirkan mobilnya, teman-teman laki-lakinya dan juga teman-teman wanitanya yang lain langsung menjemputnya mereka langsung melempar senyuman penuh arti pada Jiyeon dan mulai berdeham-deham. Joonmyun tidak pernah menghiraukan ledekan teman-temannya tersebut, karena ia bukan pria lajang dan masih memiliki kekasih. Lagipula, dia memang menyukai Jiyeon, namun tidak lebih dari sekedar teman. Ia tahu teman-temannya berupaya menjodoh-jodohkannya dengan Jiyeon pasca mengetahui hubungan pasang-surutnya dengan Jaehee, namun Joonmyun tidak mengindahkan mereka. Toh Jiyeon juga sepertinya tidak menganggapnya lebih dari sekedar teman.

”Pacar supermodelmu masuk televisi, katanya mau mangkir dari kontrak ya?” tanya Hyomin, salah satu teman wanitanya yang lain.

“Siapa? Oh Jaehee itu?!” tanya Jiyeon terkejut. ”Serius?”

”Memang mereka masih pacaran?” tanya Eunjung geli.

Mereka terkikik, Jonghyun, Yonghwa, Minhyuk, dan Jungshin tertawa mendengar gurauan Eunjung tersebut tanpa melihat ekspresi wajah Joonmyun. Mereka rupanya nampak tertarik juga dengan berita yang dibawa Hyomin. Intinya, Hyomin menyampaikan pendapatnya bahwa Jaehee mangkir dari kontraknya, sampai Joonmyun menjelaskan bahwa sebenarnya selama ini mereka bertengkar karena memang ia merasa perusahaan sudah terlalu banyak melanggar dan mengeksploitasi Jaehee.

Entah mengapa, setelah itu teman-temannya enggan membahas topik itu lagi.

Minggu berganti menjadi bulan, dan Joonmyun masih terus menunggu Jaehee untuk menghubunginya. Dan dalam waktu satu bulan itu, tidak sekali pun ada pesan masuk dari Jaehee untuknya. Ia menjadi semakin khawatir. Ia hanya dapat mengetahui kabar terkini mengenai Jaehee melalui televisi dan internet, dimana perseteruan antara sang supermodel dan agensi semakin memanas.

Perasaan Joonmyun bercabang. Antara khawatir dan jengkel. Apakah Jaehee masih marah padanya karena ia memilih pergi ke Busan? Tapi bukankah ia sudah berjanji untuk bicara setelah ia pulang? Benar-benar…

Ah benar, Jaehee dekat dengan Hana! Satu-satunya teman yang Jaehee miliki setelah kuliah adalah Lee Hana, yang pergi ke Selandia Baru untuk berobat sekaligus menuntut ilmu.

Joonmyun mengeluarkan ponselnya dan baru menyadari bahwa ia tidak memiliki nomor ponsel Hana. Selama ini, jika berbicara dengan Hana, selalu melalui telepon genggam Jaehee dan mereka berbicara bersama atau video call dengan Hana di Selandia Baru. Alasan Jaehee untuk merahasiakan semua tentang Hana adalah karena ia tahu Joonmyun masih berteman baik dengan Kim Jongin.

Mengingat betapa protektifnya Jaehee pada Hana membuat senyum Joonmyun mengembang. Salah satu alasan kenapa ia sangat menyayangi kekasihnya itu karena ia begitu menyayangi orang-orang disekitarnya dan sangat-sangat protektif. Padahal dulu sekali ketika mereka baru mulai berkencan dan Hana masih belum sakit, Jaehee sempat cemburu sekali pada sahabatnya itu.

Yang Joonmyun tahu, Hana memiliki akun sosial media. Mungkin Joonmyun bisa menghubungi Hana, menanyakan perihal Jaehee melalui akun Instagram gadis itu. Sebenarnya Joonmyun tidak berharap banyak untuk mendapatkan informasi mengenai Jaehee, namun ia tidak menyangka bahwa di halaman instagram Hana, ada tiga buah postingan yang ketiganya memasang foto Jaehee yang berbeda. Joonmyun membuka postingan yang lebih lama.



Hanaleeee__ oh my god, can’t believe that this beautiful girl currently single right now! She’s Oh Jaehee, she is my best friend from SK. Jaehee-ya, let’s hunt hunkies foreigner here in Wellington kkkkkk

Joonmyun berusaha mencerna kata-kata yang Hana tuliskan, sampai akhirnya ia menyadari bahwa Hana menyebut Jaehee single! Joonmyun membuka postingan Hana yang kedua, yang memajang foto Jaehee yang tengah berpose di salah satu majalah.



Hanaleeee__ you’re beautiful inside and out, Dear. If he can’t appreciate you, someone out there will. That’s what you said to me all the times, fighting!

TYKim wow your friend is beautiful @Hanaleeee__

Hanaleeee__ @TYKim want me to introduce her to you? LOL not now, she’s still broken heart after break up few days ago

OkTaecyeon Hana, apakah itu Oh Jaehee? Supermodel Korea Selatan?

TYKim @OkTaecyeon Dude, she’s mine!

Hanaleeee__ @TYKim @OkTaecyeon chill! You guys aren’t her type :p

Dan foto terakhir, adalah foto Jaehee yang mengenakan gaun pengantin. Bahkan dalam kegundahan hatinya, Joonmyun masih sempat mengagumi paras kekasihnya. Ugh, apa benar yang Hana tulis? Jaehee single? Tapi… kapan mereka putus.

Hanaleeee__ the real jerks is the one who hide behind beautiful smile, cheer up J!

TYKim her ex is a jerk?

Hchansunk stupid boy

Apa?! Jerks? Maksud Hana dia yang jerks? Apa maksud Hana dengan kata-kata orang brengsek yang sebenarnya adalah orang yang bersembunyi dibalik senyuman manis?! Jadi maksud Hana… anhi, ini pasti Jaehee setelah bercerita pada Hana. Dan entah apa yang gadis itu katakan, namun kini Hana menganggapnya sebagai orang brengsek!

Mendadak Joonmyun tidak ingin lagi mencari Jaehee.

*        *        *

1 Bulan Sebelumnya,

Ketika Joonmyun pergi ke Busan

Menatap punggung Joonmyun yang menjauh, memasuki elevator. Jaehee hanya bisa mengusap air matanya. Kata-kata Joonmyun menoreh hatinya, dalam. Selama ini ia lebih memilih kariernya dibandingkan Joonmyun? Apa Joonmyun tidak merasakan bahwa ia juga sudah susah payah meminta agar hari liburnya tidak diambil seenaknya?

Bukankah Joonmyun belajar ilmu manajemen? Seharusnya Joonmyun tahu kalau ia berani melanggar apa pun yang perusahaannya perintahkan padanya, meskipun mengenai hari liburnya sendiri, dia bisa dikenakan pinalti yang sangat besar. Ia selalu diancam nama baik modelingnya akan hancur, reputasinya, dan kariernya akan begitu saja mati. Ia sudah mengorbankan pendidikannya, jika dunia modelnya juga ikut dia hempaskan begitu saja, maka apa artinya dia hidup?

Dia sudah tidak tahu mau kemana lagi bercerita. Agensinya, yang selama ini ia anggap sangat mendukung perjalanan kariernya dari bawah, hingga ia bisa terkenal, kini telah berubah menjadi agensi yang bertangan besi. Apa pun yang mereka minta, semua harus dituruti. Tak ada satu pun orang dalam agensi tersebut, yang dapat Jaehee mintai pendapat atau sekedar tempat berbagi. Disaat ia membutuhkan Joonmyun untuk berkeluh kesah, dan meminta pendapat mengenai persoalan karier-nya, karena Joonmyun adalah salah satu orang yang mendorongnya untuk segera protes mengenai peraturan agensinya itu, malah mendadak menjauhinya dan tidak bisa dihubungi.

Karena pekerjaannya sebagai model, Jaehee jarang memiliki teman dekat. Pertama karena ia sibuk,sehingga sulit bergaul dengan teman-teman sekolahnya. Yang kedua, ia memang sedikit takut dengan orang-orang yang datang hanya mau memanfaatkan statusnya sebagai seorang model rookie dulu. Ia tak mau terkena skandal, dan ia menjaga dengan rapi imejnya agar tidak kotor karena apa pun. Itulah kenapa, orang yang dekat padanya, karena menyukainya apa adanya hanyalah Joonmyun—dan Hana.

Kini, Joonmyun sudah berubah. Sementara Hana jauh. Jaehee benar-benar tidak punya siapa pun untuk bergantung.

Jaehee sadar, hidupnya harus berlanjut meski Joonmyun sudah menatapnya dengan tatapan seolah tidak mau berurusan lagi dengannya, ia harus berjalan maju. Hidupnya tidak boleh berhenti begitu saja, hanya karena patah hati. Ia mencintai Joonmyun, ia merelakan hatinya diambil oleh pria itu sejak SMA, dan tidak menuntut untuk dikembalikan lagi. Tapi sekarang, hatinya sudah terluka karena perlakuan Joonmyun yang pergi, meski ia sudah memohon untuk tinggal, karena Jaehee merasa tidak ada lagi yang bisa ia ajak konsultasi soal ini.

Jaehee menuruni tangga darurat apartemen Joonmyun, enggan menaiki lift karena ia ingin berpikir selama menuruni semua anak tangga yang membawanya ke lantai dasar. Ia iri pada Hana, kini Hana sudah bisa menjadi gadis dewasa yang mandiri setelah berobat di Selandia Baru. Hana bahkan menjadi mahasiswi berprestasi di jurusannya, Jaehee yakin sebentar lagi Hana pasti lulus dan segera menjadi psikiatris terbaik.

”Aku tidak boleh tergantung pada siapa pun lagi. Tidak semua orang… bahkan kekasihmu sendiri akan tinggal bersamamu di saat sulit.”

Pertama-tama yang Jaehee lakukan adalah berjalan kaki ke halte terdekat. Ia memanggil taksi dan meminta taksi tersebut berjalan ke daerah perkantoran Hongdae. Menahan tangis, Jaehee membuka aplikasi browser dan mencari-cari nama seorang pengacara terkenal, sambil di kepalanya mencatat ia harus segera belajar menyetir mobil. Selama ini ia bergantung pada Joonmyun yang mengantar-jemputnya. Ia kira dengan begitu, mereka akan memiliki waktu lebih untuk bersama-sama karena mereka memiliki kesibukan berbeda. Namun, rupanya Joonmyun menganggap bahwa ia memanfaatkan Joonmyun sebagai supirnya dan manajernya, dan sudah dua bulan belakangan semenjak Joonmyun tak lagi mengantar jemputnya, Jaehee harus menaiki bus umum atau taksi.

Tiba di kantor pengacara tersebut, Jaehee menghela napasnya dalam-dalam. Pengacara dibayar dengan uang. Dengan begitu, ia takkan mengkhianati kepercayaannya bukan? Profesional, maka pengacara akan membela dan mendengar semua keluh kesahnya bukan?

Pengacar yang ia sewa kebetulan salah seorang kenalan ayahnya. Pengacara tersebut mendengarkan keluh kesah Jaehee, hingga gadis itu menangis menumpahkan segala kesulitan yang ia alami selama berada di bawah naungan SO Entertainment. Jaehee juga menegaskan ia sudah banyak berkorban demi pekerjaannya, dan ia berharap karena modeling adalah mimpinya sejak kecil, ia tetap bisa bekerja meskipun dalam sengketa dengan SO Entertainment nanti. Sang pengacara meyakinkannya bahwa ia akan bisa terus bekerja, dan beliau juga menjamin bahwa nama baik Jaehee akan tetap terjaga.

Seusai konsultasi selama nyaris lima jam di kantor pengacara tersebut, sang pengacara memberikannya saran untuk langkah-langkah selanjutnya. Tentang bagaimana mulai sekarang, Jaehee harus bisa mengambil alih kontrak kerja sendiri, dan pengacaranya juga memintanya untuk mencari agensi baru yang Jaehee rasa benar-benar dapat mendukung kariernya sepenuhnya, dan tak ada lagi eksploitasi, namun untuk sementara Jaehee masih merasa trauma dan ingin menjadi model bebas, yang berarti ia harus bisa menjadi memanajeri dirinya sendiri.

Berjalan menyusuri trotoar menuju rumahnya, Jaehee merasakan nyeri yang amat sangat pada dadanya, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Menggunakan kepalan tangannya ia memukul-mukul dadanya untuk mempermudah dirinya bernapas, sampai ia melihat mobil Sehun berhenti di depan rumah. Buru-buru Jaehee berlari untuk sekalian membukakan pagar, dan Sehun membawa mobilnya ke dalam.

”Kau darimana?” tanya Sehun heran saat melihat penampilan Jaehee yang pastinya kacau. Menurut Sehun, tidak pernah ada model yang berpenampilan seperti Jaehee sekarang. Rambutnya diikat asal, bajunya juga asal-asalan, dan wajah super pucat tanpa dihiasi makeup apa pun.

Jaehee hanya menjawab, ”Luar.”

Sehun tidak mengatakan apa pun lagi, mengikuti adik tirinya itu menaiki undakan rumah dan masuk ke dalam. Terlalu sibuk dengan masalahnya sendiri, Sehun sampai tidak menyadari bahwa adik tirinya ini ternyata juga tengah memiliki masalah. Sehun berjalan ke dapur, dan kaget mendapati Jaehee juga ada disana, melamun menatap keranjang buah di stool.

”Mau?” tawar Sehun, menyodorkan sebotol Heineken pada Jaehee.

Jaehee terkekeh, menerima botol yang disodorkan oleh Sehun dan mengucapkan terima kasih sebelum membuka tutupnya dengan pembuka botol yang diletakkan di atas meja. Sehun mengernyit saat melihat adik tirinya itu menenggak bir banyak-banyak begitu saja.

”Gwenchana?” meski nadanya terdengar tidak acuh, Jaehee tahu bahwa kakak tirinya itu sebenarnya sedang mengkhawatirkannya. Tinggal bersama Sehun selama beberapa tahun ini cukup membuatnya mengenal kakak tirinya tersebut. Memang ia dingin, dan suka seenaknya. Tapi, bukan berarti ia tak punya hati.

Oh Sehun juga seorang manusia, memang butuh waktu lama bagi Jaehee untuk menyadarinya setelah berhasil benar-benar menyingkirkan ketidaksukaannya pada sang kakak setelah menyakiti sahabatnya sendiri. Ia kira, Sehun tidak peduli. Ia kira, Sehun biasa-biasa saja setelah Hana pergi meninggalkan Korea.

Ternyata ia salah. Sehun sangat terpukul. Ia merasa bersalah begitu mengetahui bahwa Hana sakit karena dirinya, Hana pergi karena perbuatannya dan Jongin. Dan ia menyadari bahwa sebenarnya, semua perbuatan bodohnya itu dilandasi perasaan cintanya pada Hana. Meski bodoh, itulah caranya mencari dan menarik perhatian Hana.

Kini, mungkin Hana takkan pernah memaafkannya.

”Aku… baik-baik saja,” sahut Jaehee sambil meneguk birnya lagi. Ia melirik Sehun, ”Kau sendiri, tak apa-apa?”

Sehun memberinya senyuman singkat, ”Aku bukannya tidak apa-apa, tapi aku berusaha mematirasakan diriku sendiri, Jaehee-ya. Aku… aku…” Sehun, seperti biasa, tidak pernah bisa mengutarakan perasaannya secara verbal, namun Jaehee tahu maksudnya.

”Sehun-ah… ini sudah bertahun-tahun. Kau harus mulai memaafkan dirimu sendiri, atau kau takkan pernah sembuh,” ujar Jaehee menatap kakaknya dengan iba. ”Hana sudah baik-baik saja sekarang.”

Sehun mendongak dari birnya, dan Jaehee merasa bersalah. Tidak seharusnya ia menceritakan keadaan Hana pada Sehun.

”Dia baik-baik saja?”

Percuma berbohong, Jaehee mengangguk. Ia tak mau Sehun berlarut-larut seperti ini. Kakaknya sudah berulangkali pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Menyebut-nyebut nama Hana dan kata maaf. Sehun sangat tertekan.

”Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika dia belum memaafkanku,” ujar Sehun menunduk dan tiba-tiba saja bahunya berguncang. Jaehee menghela napas, ia berjalan mendekat ke arah Sehun dan mulai menepuk-nepuk pundaknya.

”Dia sudah memaafkanmu,” sahut Jaehee, ia tahu betul itu. ”Kau juga harus memaafkan dirimu sendiri agar bisa segera sembuh, Sehun-ah.” Bujuknya lagi. Sehun membersit hidungnya dan mendongak, menatap Jaehee.

”Lalu, bagaimana denganmu?”

Jaehee menurunkan tangannya dari pundak Sehun. ”Ada apa denganku?”

”Jangan bohong! Kau juga sedang ada masalah, kan? Kau tak pernah minum alkohol sebelumnya, Oh Jaehee.”

Jaehee meletakkan botol birnya di atas meja dengan enggan. Ia tak mau lagi menceritakan apa pun, kepada siapun sekarang ini. Ia belajar, tak ada satu orang pun yang dapat ia tumpukan soal masalahnya, termasuk keluarga dan kekasihnya, atau yah… sudah mantan kekasih, bukan? Joonmyun mengatakan ia sudah memilih antara pendidikan dan Jaehee sendiri, sudah final! Ia sudah bukan kekasih Joonmyun.

”Apa yang terjadi padamu?” tanya Sehun, matanya sedikit tidak fokus, namun ia benar-benar berusaha.

Jaehee mengangkat bahu, “Hanya putus dengan Joonmyun, dan mencoba putus hubungan juga dengan agensiku.”

Alis Sehun bertaut, ”Kau? Putus dengan Joonmyun?! Kenapa?” Sepertinya Sehun lebih terkejut dengan berita bahwa ia dan Joonmyun putus dibandingkan dengan ia mencoba memutuskan kontrak dengan SO Entertainment.

”Life’s happens, Oh Sehun.” Tandas Jaehee sambil tersenyum. ”Kami sudah tidak bisa mempertahankannya lagi.”

Sehun tahu Jaehee tidak ingin membicarakan Joonmyun, dan ia menghormati itu. Sehun mengangguk dan mengajak Jaehee tos menggunakan botol bir, mereka kembali menenggak bir bersama-sama.

”Are you really okay, Littly Sissy?” Sehun biasanya mengatakan Little Sissy untuk mengejek Jaehee, namun kali ini Jaehee tahu, Sehun mengatakannya untuk meringankan atmosfer diantara mereka yang mendadak berat.

”I’m fine…”

Sehun nyengir, ”You’re not good lying, tapi drama zaman sekarang bahkan mengkasting orang-orang yang tak pandai akting, jadi oke… aku akan percaya kalau kau memang tak apa-apa. Kau boleh bicara padaku kalau kau mau… aku memang takkan memberimu saran apa-apa, tapi daripada kau berakhir seperti aku.” Ujarnya.

”Thanks, Sehun.”

Membantu Sehun, merupakan agendanya selama dua minggu ini setelah Jaehee memutuskan untuk memasukkan gugatan pada manajemennya melalui kuasa hukumnya. Langkah lain yang Jaehee lakukan adalah memutus komunikasi dengan orang-orang yang ada di masa lalunya, termasuk agensinya, dan Joonmyun.

Pria itu tak juga menghubunginya, meski hatinya masih berharap Joonmyun akan menarik kata-katanya kembali dan mengucapkan berbagai macam kalimat penghiburan untuknya, kemudian ia bisa menceritakan masalahnya pada Joonmyun. Tapi, tidak… tak ada satu pun telepon, pesan, chat, atau apa pun, yang menandakan pria itu memang sudah tak mau berhubungan lagi dengannya.

Jaehee mematikan sim card-nya, menggantinya dengan yang baru. Tak lupa, ia menonaktifkan semua akun-akun yang menghubungkannya dengan perusahaannya, dan juga Joonmyun. Email, KakaoTalk, Line, dan apa pun yang bisa menghubungkannya dengan mereka berdua. Untungnya, Ibunya melarangnya memiliki media sosial, sehingga ia tidak perlu repot-repot menulis di media sosial.

Jaehee mulai belajar menjadi free agent. Model bebas. Yang berarti Jaehee harus mengatur sendiri kontrak, jadwal, dan bahkan pembayaran apa pun. Mengikuti saran kuasa hukumnya, pertama-tama, Jaehee menghubungi perusahaan-perusahaan yang memakai jasa modelingnya, dan memberitahu mereka bahwa ia kini sudah tidak lagi berada dibawah naungan SO Entertainment. Konsekuensi yang ia dapatkan adalah, beberapa perusahaan menolak memakai jasanya karena tidak ingin terjadi sengketa dengan agensi, namun beberapa perusahaan yang masih ingin memakai jasanya sebagai model, kini mengatur kontrak baru untuknya.

Ia tidak menyangka bahwa pekerjaan sebagai Manajer ternyata cukup berat. Ditambah lagi, ia juga tetap harus bekerja sebagai modelnya. Jika ada pemotretan pukul sembilan, biasanya pukul enam Jaehee sudah dijemput, berangkat ke salon, kemudian barulah pergi ke lokasi pemotretan. Kali ini, karena ia sudah menjadi agen bebas, Jaehee terpaksa mencari atau memesan taksi, memang kadang-kadang Sehun menawarkan diri untuk mengantarkannya, namun sekali lagi, Jaehee sudah kapok bergantung dengan orang lain.

Suatu saat Sehun akan meninggalkannya juga, kan?

Setelah mendapatkan taksi, Jaehee akan pergi ke salon untuk menata rambutnya, dan untuk menghemat pengeluarannya, ia melakukan makeup-nya sendiri. Ia juga harus mencari sarapan sendiri, dan memesan makanan untuk staff. Di lokasi pemotretan, Jaehee memberikan berbagai makanan dan minuman pada staff sebagai sarana promosi dirinya sebagai model Oh Jaehee, sang free agent.

Dengan bekerja terus menerus, Jaehee tidak harus memikirkan Joonmyun. Tak punya waktu untuk memikirkan Joonmyun.

Akhirnya, berita sengketa kontraknya tersebar setelah pengadilan kota Seoul menerima berkas laporannya. Kini, seluruh negeri membicarakannya. Ada yang membelanya, ada juga yang menghujatnya. Ia dikatakan tidak tahu terima kasih, dan jujur Jaehee sudah mati rasa untuk memikirkan hal semacam itu. Yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana ia harus kerja, kerja, kerja, dan kerja. Juga targetnya untuk segera bisa mengendarai mobil. Sayangnya untuk belajar mobil membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dan ia sangat-sangat sibuk sekarang.

Beruntungnya di bulan kedua, Jaehee menjalani profesi sebagai free agent, Ayahnya mengenalkannya dengan seorang freelance Manajer, bernama Seo Daeyoung. Menggunakan kontrak lagi, yang kali ini diawasi oleh ayahnya, Jaehee merasa jauh lebih percaya diri. Dan jujur saja, memiliki Manajer membuat segalanya lebih mudah.

Seo Daeyoung, yang lebih tua sepuluh tahun darinya adalah ex Manajer perusahaan-perusahaan besar, sehingga ia sudah benar-benar sangat berpengalaman dalam menangani artis-artisnya. Meski jauh lebih tua, Daeyong bersikap sangat hangat dan perhatian padanya. Memperlakukannya bak seorang adik, namun tetap profesional. Itu yang membuat Jaehee sedikit mengendurkan pertahanannya saat mengenal orang lain sekarang.

”Kau yakin tidak mau diperiksa? Sudah berapakali kulihat kau memukul-mukuli dadamu seperti itu…” gumam Daeyong sambil membawa mobil Jaehee (ya, Jaehee memutuskan untuk membeli mobil dan apartemen sendiri setelah resmi menjadi free agent) dari lokasi pemotretan menuju apartemennya di sudut Apgujeong.

Jaehee terbatuk sedikit dan menggelengkan kepalanya, ”Aku hanya kegemukan.” Cetusnya asal.

”Kegemukan? Saat fitting tadi bahkan bajunya kelonggaran, Oh Jaehee-ssi.”

Jaehee mengangkat bahu, sedikit terbatuk dan kembali memukul dadanya dengan jengkel. Sakit di dadanya ini semakin lama semakin mengganggunya. ”Oppa, kita ke toko obat dulu ya… aspirinku habis.”

Daeyong kembali berdecak, ”Apa tidak sebaiknya ke rumah sakit saja? Sudah berapa lama kau minum aspirin?”

”Entahlah, kepalaku selalu sakit,” gumam Jaehee. ”Aku harus berhenti makan makanan berlemak, mungkin.”

Daeyong memutar kedua matanya, ”Kau kehilangan berat badanmu lumayan banyak, bagaimana mungkin kau malah semakin mau mengurangi makanmu? Besok jadwalmu selesai jam tiga sore, pulangnya kau bisa ke rumah sakit.”

”Gwenchana, paling hanya sakit kepala biasa.” Jaehee kembali terbatuk dan menekan-nekan dadanya lagi, mengabaikan sakit kepala yang menyerang kepalanya semenjak dua bulan belakangan ini. ”Aku hanya terlalu lama bekerja sendirian.” Daeyong geleng-geleng kepala dan memberhentikan mobil di depan apotek. Jaehee sendiri turun dan memasuki apotek tersebut untuk membeli aspirin. Aspirin terakhirnya ia minum tadi siang saat kepalanya terasa mau pecah ketika melakukan pemotretan.

”Jadwal kita besok dimana?” tanya Jaehee setelah kembali duduk dan mengangsurkan vitamin dan tonik untuk Manajernya.

Daeyong menerimanya kemudian menjawab, ”KAIST, kampusmu.”

Hati Jaehee mencelos.

-TBC-

Hai ini dia datang part keduanya… aku baca-baca komen di part kemarin, ada yang belum pernah baca Imperfection, hihihi padahal disitu ada bocoran ending FF ini lho, walaupun Joonmyun-Jaehee bukan peran utama disana, monggo cek yang mau spoiler, tapi kalau mau baca yang ini biar tetep penasaran juga nggak apa-apa kok. Ima juga buat Imperfection Spin Off waktu Joonmyun-Jaehee mulai-mulai jadian, aku udah taro link-nya di atas… monggo kalau mau spoiler kkkkk~

FF ini gak akan panjang-panjang mungkin sekitar 4 part, atau lima lah ya kira-kira, karena aku juga tetep mau fokus sama FF All I Ask, yang belum baca aku kasih linknya juga di bawah ini boleh cek FF aku yang itu hihihi ^^ Kalau gitu, jangan lupa komennya ya temen-temen, walaupun mungkin udah tau endingnya bakalan gimana hehehe… sampai ketemu di part selanjutnya

bye yeom

XoXo

Neez

Neez’s Library

On Going Fiction

All I Ask || Campus Scandal

Completed Fiction

{Kim Tales} Wildest Dream} || Press The Reset ||

One Shots

Because of That Nude Lipstick || Karma In Love

Filed under: Angst, AU, Campus Life, Drama, romance Tagged: exo, OC, suho

Show more