TITLE : WHAT IS LOVE
CAST : HWANG EUNBI
SONG MANSE
CHOI YUNA (YUJU)
HWANG FAMILY
KIM JOONMYUN
BAE JUHYUN
CHO SARANG
RATING : PG-13
LENGTH : ONESHOT
GENRE : SAD, MELODRAMA, FAMILY, ROMANCE, SLICE LIFE, HURT
SUMMARY : “I’m dreaming to be with you, the one and only.”
———————–STORY BEGIN—————————————–
BACKSONG:
KIM TAEYEON – IF
ADELLE – ALL I ASK
K-WILL – TALK LOVE
LYN – WITH YOU
EUNBI POV
Kulangkahkan kakiku menyelusuri bandara Incheon yang padat, kulihat banyak pasang mata yang sedari tadi mengikuti arahku, rambut panjang kecoklatan kubiarkan tergerai bebas, kulit seputih susu, mata yang berkelopak ganda, hidung runcing, dan bibirku yang merekah membuat penampilanku semakin sempurna dan jangan lupa dengan kedua bodyguard yang super kekar yang selalu mengikutiku kemanapun tapi aku tak meperdulikan itu yang kulakukan adalah menghirup udara segar seoul pada malam hari ini. Seoul terlalu banyak berubah setelah ku tinggal 7 tahun, bahkan sekarang seoul sudah menjadi salah satu negara maju seperti jepang dan amerika, dimulai dari fasilitas umum, ekonomi, politik bahkan pangan pun korea sudah banyak mengekspor ke seluruh dunia woaaaah itu kebanggaan tersendiri saat aku berada di Harvard dan mengatakan aku seorang orang korea selatan, yah meskipun sering terjadi perselisihan dengan negara tetangga-korea utara- itu tak banyak mempengaruhi reputasi korea selatan dimata dunia, bahkan sekarang seluruh dunia sedang terserang ‘KPOP HALLYU’.
Yah, tinggalkan saja tentang kesuksesan korea selatan sekarang aku akan membahas mengapa aku kembali ke negara yang sudah memberikanku air untuk hidup dan menghabiskan separuh hidupku. Appa-ku adalah seorang CEO panggung hiburan terbesar di korea, ya dia adalah pemilik beberapa stasiun tv, ditambah lagi sekarang appa punya proyek baru yaitu sebuah mall besar di daerah jantung seoul. Mau mendengarkan yang lebih gila lagi? Appa menyuruhku untuk menjadi CEO-nya, What the Hell!? Bahkan aku baru menyelesaikan kuliahku di Harvard dan dengan gelar master-ku paling tidak aku ingin bekerja di USA, namun aku hanyalah seorang anak yang tak bisa menolak permintaan ayahnya. Ya, sebut sajalah ‘anak yang baik’ aku terlalu menyayangi ayahku hingga tak sanggup menolak permintaan ayahku dengan wajah memelasnya itu.
Hari ini adalah hari pertamaku memimpin sebuah mall besar, sepertinya mustahil jika aku katakan jika aku tak gugup, bukankah itu manusiawi? Bahkan aku bisa saja merasakan gugup meski aku sudah sering memberikan pidato beratus-ratus kali bahkan saat aku dipinta pidato saat kelulusan di Harvard aku tak segugup ini, kalian aneh wanita sepertiku berpidato untuk kelulusan? Salahkan saja IPK-ku yang sempurna. Untung saja aku tak terkena jetlag setelah tadi malam aku langsung tidur saat tiba dirumah.
Kuhabiskan 30 menit untuk mempersiapkan diriku dan saat kulihat lagi pantulan diriku didepan cermin sudah kupastikan bajuku cocok dengan rapat yang kuhadiri pagi ini, rambut coklat sudah ku ikat sebagian dan ku gerai bebas sisanya lalu kuoleskan polesan terakhir make-up ku, sempurna! Kulangkahkan kakiku kelantai bawah dan saat ditangga aku melihat ibu tiriku sedang menyiapkan meja untuk sarapan pagi. Ya, dia ibu tiriku sejak 2 tahun yang lalu karena eomma-ku sudah meninggal saat aku berumur 6 tahun karena penyakit jantungnya.
“Jeon ahjumma, ayahku ada dimana?” ucapku sekenanya karena kuakui aku tak terlalu dekat dengan ibu tiri-ku ini, ya kalian tahu lah aku berada di amerika selama tujuh tahun dan aku hanya melihatnya saat upacara pernikahan kecil-kecilan yang diakan ayahku dulu. Dan ini percakapan pertama kita sebagai anak-ibu tiri
“Ayahmu sudah berangkat barusan karena ada urusan mendadak” ucapnya sambil tersenyum “Apa kau akan sarapan? Sudah kusiapkan roti panggang dengan selai coklat kesukaanmu.” Jeon ahjumma mengambilkan piring dengan sepiring roti yang sudah ada selai didalamnya dan seperti terkena hipnotis aku duduk dimeja makan sambil memandang jeon ahjumma“dan ini susu coklat low fat-mu.” Bagaimana dia tahu kebiasaanku saat pagi? Ah pasti appa. Jeon ahjumma mengingatkanku pada eomma yang selalu menyiapkan sarapan untukku dengan senyumnya, eoh hwang eunbi kau tak boleh bersedih karena eomma menyuruhku tak menangis saat mengingatnya.
“Gomawoyo jeon ahjumma, tapi kau tak perlu seperti ini biasanya bibi han yang menyiapkan ini semua untukku.” Ucapku canggung aku memang tak bisa terlalu bersahabat dengan orang yang baru aku kenal
“Gwenchana, aku menyukai kegiatan ini. Eoh, kau sudah akan berangkat? Kenalkan diri pada kakak tirimu”ucap jeon ahjumma pada seorang pria yang membawa tas hitam seperti seorang dokter saja
“annyeonghaseyo noonim, jeon jungkook imnida anak tunggal dari ibu tirimu. Senang bertemu denganmu” Ucap lelaki itu dengan sedikit gugup saat memandangku yang sepertinya seumuran denganku, ya aku tak mengingkari bahwa dia tampan, sangat tampan malah
“annyeonghaseyo, hwang eunbi imnida anak tunggal dari ayah tirimu. Senang bertemu denganmu” apa ada yang salah dengan ucapanku? Mengapa kedua orang ini tertawa? “kenapa? Apa ada yang lucu?” tanyaku
“aniya noonim, hanya saja …. Kau cantik” ujarnya dengan senyuman maut lalu duduk disebrang mejaku aku sudah biasa dibilang cantik oleh para lelaki diluar sana tapi ini adik tiriku sendiri yang mengatakannya terasa aneh karena aku tak bisa meneriakinya seperti yang biasa ku lakukan, ah sudahlah
“noonim? Kau lebih muda dariku?”
“nde, aku lebih muda 3 tahun darimu.” Dan aku hanya ber ‘oh’ ria dan mulai melahap makanan yang dari tadi sudah meminta untuk dimakan
“Eunbi noona, kau bisa memanggilku seperti itu.” Ucapku dengan mulut penuh “Dan Jeon ahjumma.” Aku menoleh kearah jeon ahjumma yang ada disampingku “Maaf jika aku belum bisa memanggilmu eomma, untuk saat ini panggilan Jeon ahjumma taka pa kan?” koreksiku sambil meneliti raut wajahnya
“Gwenchana eunbi-a” jeon ahjumma tersenyum dengan lembut dan tangannya mengambil sesuatu dipinggir mulutku. Demi apapun hatiku berdebar sekarang, bukan karena aku jatuh cinta dengan jeon ahjumma tapi perlakuannya persis seperti mendiang ibuku. Mungkinkah ini alasan appa menikahi jeon ahjumma?
“Apa kau seorang dokter?”
“eoh bagaimana noona tahu?” jungkook terkejut sampai-sampai ia berhenti memakn sup-nya
“aniii~ aku hanya melihat di drama-drama dokter selalu membawa tas hitam seperti itu haha” setelah itu aku banyak berbincang dengan jungkook dan sesekali di timpali oleh jeon ahjumma. Saat aku melihat jam tanganku “Oh my god! Aku terlambat” lirihku seketika aku mengambil roti isi-ku
“jeon ahjumma, jungkook-ssi aku berangkat duluan ya” ucapku tergesa-gesa sambil berlalu tak lupa ku sunggingkan dulu senyumanku untuk kedua keluarga baruku -baru dua tahun-
“oppa! Ayo berangkat, aku tak mau telat di hari pertamaku berkerja!” ucapku lantang meskipun kim joonmyun berada tak jauh dari tempatku. ya itu kebiasaanku, Jangan menganggap itu aneh
AUTHOR POV
Tanpa sepengetahuan eunbi, jungkook dan nyonya hwang melihatnya sampai ia pergi dengan mobil dan bodyguard-nya
“aigoo, benar kata appa-mu dia wanita yang cantik, baik, ceroboh. Kukira kita bisa menjadi keluarga yang akur. Iyakan?”
“ya sepertinya, kalau saja dia bukan kakak tiriku aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.”
“hush kau tak boleh berkata seperti itu jeon jungkook.”
“aku hanya bercanda eomma.” ‘eunbi noona wanita yang menarik’ batin jungkook
—————————————AT KUMA’S OFFICE——————————
EUNBI POV
Akhirnya! Pidato dan acara pembukaan resmi kuma’s mall berjalan dengan sangat lancar, tak percuma doaku yang kupanjatkan selama seminggu ini. Kuakui aku memang anak tuhan yang sering berdoa karena aku yakin adanya tuhan. Belum genap 2 menit sejak aku merenggangkan otot-otot ini, telfon dimejaku sudah berdering.
“nde, silakan masuk” titahku pada choi yuna, sahabat kecilku sekaligus asisten-ku. Aku sering memanggilnya yuju, ya bilang saja panggilan kesayanganku untuknya rasanya senang sekali bekerja sama dengan sahabat sendiri setelah 7 tahun aku meninggalkannya di seoul, aku bisa mengobati rinduku setiap hari dengannya. suara pintu terbuka menyadarku dan segera ku tegakkan tubuhku dan sedikit merapihkan bajuku yang kusut, dan secara tak sengaja aku menjatuhkan ballpoint-ku dan saat aku menenggakkan wajahku pandanganku kabur seketika
“perkenalkan ini model yang akan menjadi brand ambassador mall kita.” Aku tak mendengar dengan jelas apa yang yuju katakana karena yang kuperhatikan adalah seorang pria yang berdiri tepat didepanku
“Annyeonghaseyo, song manse imnida bagapshimnida.” Tidak ada orang yang senyum selebar itu selain dia, Song Manse-ku. Senyum itu masih bisa menggetarkan hatiku
“An.. Annyeonghaseyo” ucapku gugup namun saat ku melihat yuju yang sedang komat-kamit tak jelas dan saat aku meluruskan pikiranku aku tahu aku sudah bertingkah konyol dengan posisiku dan kegugupanku. Hey bukan kau yang seharusnya gugup! eyy dasar CEO pemula
“Annyeonghaseyo, saya Hwang eunbi CEO Kuma’s mall.”
“Saya manager song manse, Lee seojun imnida. Bagapshimnida, jalpeutakderimnida” ucapnya sopan dengan membungkuk beberapa kali. Aku berani bertaruh, dia lee seojun orang yang selalu mengikuti song manse saat JHS. Bagaimana aku tahu? Karena aku satu sekolah dengannya.
“ah nde, silakan duduk” ucapku usai menguasai perasaanku dan memakai poker face-ku
“mereka disini hanya akan membahas tentang kontrak ambassador yang sudah fix dan tinggal meminta cap sajangnim untuk legal-nya” yuju menyerahkan map berwarna hijau padaku dan setelah membaca dengan seksama aku langsung mencap-nya karena memang tak ada hal yang ganjil didalamnya.
“Anda sudah membaca kontraknya kan?”
“nde sajangnim saya sudah punya salinannya dan sangat menyutujuinya.” Lee seojun menatapku dengan mata yang berbinar, apa dia tak pernah melihat CEO muda yang cantik sepertiku? Dan tak sengaja aku menangkap mata manse seolah lumpuh aku tak bisa merasakan kakiku menapak, kendalikan dirimu hwang eunbi!
“Pemotretan pertama akan dilasanakan besok dan saya harap hasilnya memuaskan. jika ada yang tidak anda mengerti atau butuh bantuan kalian bisa langsung menghubungi asistenku.”
“nde, kalau begitu kami pamit hwang sajangnim. Annyeongigiseyo” lagi lagi seojun yang berbicara dan yang manse lakukan hanya menatapku dan memberikan senyum mautnya, tak bisakah ia berhenti tersenyum? Tak tahukah aku disini berusaha sekuat tenaga untuk tak pingsan sekarang juga? Dan yang kulakukan hanya berdiri sambil membungkukan badanku lalu melihat punggungnya yang pergi menjauh dariku, lagi.
“yuju-a aku akan keluar sebentar untuk mencari angin” ucapku tergesa-gesa
————————————–AT SUNGAI HAN————————————————-
Aku sudah tersesat dalam ingatan tentangmu untuk waktu yang lama. Tapi, ketika aku membuka mata aku hanya melihat punggungmu yang berjalan menjauh dariku. Jika aku ingin dekat denganmu, apa yang akan kau pikirkan?
Lagi dan lagi aku berakhir ditempat ini, tidakkah terlihat menyedihkan? Seoang wanita datang ke sungai han sendirian dan merenung seperti orang yang putus asa, namun sungai ini jadi saksinya, saat aku kehilangan cinta pertamaku. Ya, Song Manse. Nama yang sedikit aneh kan? Tapi itu sangat special dihatiku. Cinta pada pandangan pertama? Itu benar terjadi padaku saat aku pertama melihatnya di gang kecil dan merintih kesakitan.
FLASHBACK ON
Aku Hwang Eunbi, aku sangat bersyukur karena lahir dari keluarga hwang, aku anak tunggal dari Hwang Jihoo dan Ryu Hyeju. Selain dari bisnis keluarga yang terbilang sukses meskipun hanya turunan tapi ayahku membuktikan jika ia memang punya potensial untuk memajukan bisnisnya, tapi ayahku bukan workaholic ia sangat menghargai waktu dengan keluarganya appa adalah ayah terhebat yang ada didunia. Dan eommaku paling cantik, baik, penyayang, eomma seperti malaikat untukku. Sebenarnya aku mempunyai kembaran yang berbeda jenis kelamin denganku, Hwang Jinwoo. Sayangnya ia meninggal karena kelainan dengan jantungnya saat umur 4 tahun. Eomma terpukul dan sakit-sakitan setelah itu, karena ia yakin penyakit jinwoo itu adalah salahnya, eomma mempunyai penyakit jantung sejak kecil tapi eomma sudah sembuh tapi masih dibantu dengan obat-obatan, saat aku berumur 6 tahun eomma meninggal karena sudah tak kuat melawan penyakitnya. Yang tertinggal hanya aku dan appa, dari saat itu appa sangat protektif padaku dan aku sangat manja dan tak bisa melakukan apapun sendirian hingga akhirnya aku menjadi tak punya teman karena selalu dijaga oleh bodyguard yang merangkap menjadi pengasuh dan sudah seperti oppa untukku, kim joonmyun tapi aku selalu memanggilnya suho oppa karena dimataku sia seperti malaikat penjagaku. Selain itu aku hanya mempunyai choi yuna dan bae juhyun yang benar-benar kuanggap temanku, karena mereka satu-satunya teman yang ada disaat aku senang maupun sedih saat mamaku meninggal hanya mereka yang setia disampingku, tak seperti teman lainnya yang hanya ada disaat aku senang. Meskipun usia aku dan juhyun terpaut 2 tahun aku tetap tak memanggilnya eonni karena kurasa itu membuat jarak diantara kita, ya yuna dan juhyun sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri bahkan mereka sudah kenal dekat dengan ayah, suho oppa dan seluruh pelayan yang ada dirumahku.
Ya, aku tak menyangkal jika banyak orang yang menyebutku cantik karena itu adalah kenyataan, rambut coklat asliku tak pernah kupotong dan selalu kupanjangkan dengan gelombang diujung rambutku banyak sekali yang iri padaku karena aku tak perlu susah untuk mem-blow rambutku dan kulit putih bersihku ku dapatkan dari ibu, tapi mata hidung dan bibir dan tinggiku dapatkan dari appa, sudah beratus-ratus surat cinta yang kudapatkan sejak aku sekolah dasar namun appa tak mengizinkanku untuk pacaran sebelum umur 17 tahun, dan aku menuruti itu karena aku tahu itu untuk kebaikanku juga, namun jangan salah jika kalian menganggapku bangga dengan kecantikan ini kadang aku juga merasa risih saat orang-orang memperhatikanku.
Tapi hari itu, hari dimana suho oppa tak kunjung datang menjemputku aku memutuskan untuk berjalan kearah halte bis, yah meskipun aku tak tahu bagaimana cara menggunakan kendaraan umum. Hari itu takkan pernah kulupakan seumur hidupku, bukan karena aku pertamakali naik bis sendiri tapi aku menemukan someone special, orang-orang menyebutnya dengan kata ‘cinta pertama’
Sebenarnya aku hanya melewat dan tak sengaja melihat ada segerombolan murid yang berkelahi, saat kulihat ada yang terluka aku ingin mendekat tapi aku yakin itu takkan menghentikan mereka memukuli lelaki malang yang sudah tak berdaya itu. Dengan ide brilliant-ku ku bunyikan alarm handphoneku yang menyerupai sirine polisi dan dan itu berhasil!
4 orang leleaki itu lari terbirit-birit, setelah itu aku mendekati seorang lelaki yang dipukuli dan keadaannya sangat parah sampai tak sadarkan diri. Sekuat tenaga aku berteriak tak ada yang datang, jadi kuputuskan menelfon ambulance meskipun pertamanya mereka tak percaya dan mengira hanya sebuah lelucon anak kecil tapi setelah menunggu 15 menit ambulance itu datang juga dan aku disuruh untuk ikut oleh para ahjussi yang memakai pakaina putih itu. Saat dirumah sakit aku di introgasi tentang apa yang terjadi, kapan, siapa, dan bla … bla … bla … aku diperbolehkan pulang saat ada dua orang pria yang lebih tua dariku datang dan mengaku sebagai kakak korban itu, saat aku akan pulang lenganku dicekal oleh seorang pria yang memakai seragam SHS.
“tunggu nona, kau yang menyelamatkan uri manse?” ujar lelaki yang kini sedang memandangku dengan mata berbinar-nya
“manse?” Tanya ku
“nde, song manse anak yang kau bawa kemari. Terimakasih karena sudah menyelamatkannya, kau akan pulang? Oppa antar ya” kurasa oppa ini tidak memiliki niat jahat, lihatlah senyumnya yang begitu tulus. Karena aku takut pulang sendirian dan tak tahu caranya pulang akhirnya kuputuskan untuk meng-iya-kan tawaran oppa ini
Song manse, dari situlah aku memulai cinta pertama atau cinta monyet? Terserah kalian akan menganggap apa karena saat itu aku masih kelas 1 JHS.
Tiga hari kemudian aku melihat lelaki yang aku tolong ah song manse itu datang kesekolah yang sama denganku, saat aku melihat ke jendela teman-teman sekelasku pun melakukan hal yang sama.
“lihat itu song manse! Aaaaa mengapa ia bisa tampan seperti itu?”
“tapi lihat dimukanya ada lebam! Mungkin itu alasannya tak sekolah 2 hari ini”
“aigoo aku akan membelikan salep untuknya”
“ya! Manse oppa itu milikku”
“sejak kapan manse oppa punya pacar? Dia itu single”
“ah terserah yang pasti mulai sekarang manse oppa adalah milikku”
Ya, itu adalah percakapan tak penting dari dua gadis yang super genit dikelasku. Aigoo aku ingin untah mendengarnya. Namun saat aku melihat keluar jendela lagi song manse itu sudah tak ada. Jadi dia kakak kelasku? Mengapa aku bodoh sekali waktu itu juga dia memakai seragam yang sama denganku pastilah dia satu almamater. Salahkanlah kecerobohanku yang satu itu.
Setelah hari itu hari-hariku selanjutnya dipenuhi dengan lelaki itu, dia dua tahun lebih tua dariku, aku suka semua yang ada pada dirinya, jika dilihat sekilas ia seperti orang yang tidak peduli pada apapun yah ‘pribadi yang bebas’ ia melakukan apa yang ia suka, selalu tesenyum sangat ramah pada siapapun dan yang penting ia sangat berterus terang.
Dalam setahun itu aku sudah hafal tentang semua kebiasaannya dimulai dengan kebiasaannya membolos, kapan waktu dia ke kantin, dan apa apa saja yang disukainya aku tahu bahkan alamat rumah dan keluarganya pun aku sudah hafal. Aku mungkin terlihat seperti penguntit tapi itu karena kami berpisah saat aku menginjak kelas dua JHS dan ia memasuki SHS, meskipun aku memasuki SHS yang berbeda dengannya –karena aku tak suka seni- aku terus mengikuti apapun yang ia kerjakan selama 6 tahun itu tanpa jeda. Bahkan aku tahu selama ini ia sudah menyukai seorang wanita yang lebih tua darinya, karena aku sering menguntitnya kencan, Meskipun hatiku sakit tapi aku tetap menguntitnya namun semenjak kelas 3 SHS wanita itu menghilang entah kemana. aku tak mengerti mengapa aku melakukan itu selama 6 tahun, padahal aku bisa saja muncul dihadapannya dan mengatakan aku menyukainya, dengan tampangku yang seperti ini ia pasti tak menolak mengingat ia selalu mengencani wanita cantik disekolahnya. Ya, song manse menjadi playboy dan sangat suka berganti pasangan, ia mengganti pacar bisa 1 minggu sekali dan meninggalkannya tanpa penyesalan sama sekali.
Namun satu kejadian yang membuatku berhenti menjadi ‘stalker’ song manse, saat aku mendengarkan percakapan manse dan seojun. Disitu aku pertama melihat seorang song manse menangis, karena wanitanya pergi dengan membawa hati manse, dia bahkan berkata dia tak mungkin mencintai wanita lain selain sarang noona-nya. Aku mengerti, jadi alasan manse menjadi player yang selalu berganti wanita itu karena melampiaskan kemarahannya?
Aku berfikir, jika aku ingin mendekat pada manse akankah ia menerimaku dengan tulus? Bukan sebagai mainannya, tapi sebagai pemilik hatinya yang baru. Aku sadar Selama ini aku seperti orang bodoh yang hanya melihatnya dari jauh, semua itu karena ketakutanku. Aku takut jika aku menunjukan diriku yang mencintaimu sebegitu besar akan terlihat menyedihkan, biarkanlah waktu yang mendatangi kita. Aku yakin, kita akan bertemu kembali. Karena hal yang paling menyakitkan adalah melihat orang yang aku sayangi hancur tapi aku tak bisa melakukan apapun.
Dan jika aku menyebut namamu sekuat tenaga, salahkah aku berharap kau akan datang padaku. Ya, aku akan berharap dan berharap.. seperti orang bodoh.
FLASHBACK OFF
Merasakan angin berhembus yag berhasil menerbangkan rambutku seakan menertawakanku, 7 tahun berlalu tapi mengapa hanya tempat ini yang berubah dan hatiku masih tetap sama dan mengapa kenangan buruk itu selalu menghantuiku? Sudah cukup selama ini aku menutupi kesedihanku dengan senyuman ini. Bayangan kau sangat mencintai wanita lain, aku benar-benar tak bisa menahannya lagi aku juga ingin menjadi bagian dihidupmu, aku ingin menjadi alasan dibalik senyumanmu, aku ingin menjadi wanita yang tepat berada disisimu dan aku ingin menjadi wanita yang dicintai olehmu setidaknya sekali sebelum aku lenyap didunia ini.
AUTHOR POV
2 Days later
Aku sudah menangis untuk waktu yang lama. Aku hanya ingin kau, mencintaiku. Akankah cinta itu datang?
Malam ini 22 february 2016 adalah dinner para staff dan karyawan termasuk artis yang mempromosikan kuma’s mall berkumpul untuk berharap suksesnya ‘planning’ mereka. Setelah CEO kuma’s mall memberi satu dua patah kata pesta itu dimulai, ya mereka makan malam ditempat yang cukup mewah berterimakasihlah pada CEO kita yang pemilik restoran ini. Dengan ruangan yang di design modern classic dan pemandangan yang luarrr biasa itu seolah menyuruh kita untuk melihat indahnya dunia, bintang-bintang yang bertaburan bulan yang menunjukan sinarnya dan jangan lupa angina yang mneyapa kulit kita dengan lembutnya. Setelah 1 jam didalam ruangan manse berpamitan untuk ke toilet namun itu hanya alasan karena sebenarnya ia ingin mendapatkan udara yang segar dan bebas untuk merokok. Setelah membakar ujung rokoknya manse meletakkan rokok itu dimulutnya lalu mengeluarkan asap-asap pembawa penyakit itu
“sudah bosan?” terlihat sekali jika manse terperanjat saat CEO-nya bersuara tepat dibelakangnya dan secepat kilat manse mematikan rokok yang baru ia hisap dan mengahadapkan badannya untuk melihat hwang eunbi dan kemudian menyandarkan punggungnya dipagar pembatas
“aniya sajangnim aku hanya ingin mendapatkan udara segar, dan juga pemandangan ini sangat sayang jika dilewatkan. Keutji?” ucap manse dengan senyumnya, manse tak tahu jika itu membuat kaki wanita dihadapannya lemas
“eum aku memang tak salah memilih spot yang indah, keutji?” ujar eunbi membalas senyuman manse dan menyadarkan kedua tangannya diatas pembatas besi yang hanya sampai perutnya
“kau terlihat cantik dengan senyuman itu sajangnim” rayu manse-kebiasaan-namun itu membuat senyuman eunbi memudar ‘jadi bergini rasanya dipuji manse’ batin eunbi dan malah menatap manse dengan intens, dan itu berhasil membuat manse terdiam dalam 5 detik. Terpanah kecantikan eunbi bung?
“aku tahu, dan tolong singkirkan kata sajangnim itu. Panggil saja aku eunbi karena aku lebih muda darimu”
“baiklah jika itu maumu” manse menganggukan kepalanya berkali-kali “eunbi, hwang eunbi. Tapi bagaimana kau tahu umurku?” Ucap manse dan entah mengapa itu membuat hati eunbi berdesir. ‘akhirnya, dia menyebut namaku’ batin eunbi
“eyy apa sekarang oppa berpura-pura tak terkenal dikalangan wanita huh?” eunbi menenggakan wajahnya dan melirik manse dengan ujung mata “wae? aku boleh memanggilmu manse oppa kan?” manse terlihat terperangah, lihat saja buktinya manse menganga mendengar ucapan eunbi “aku lebih muda darimu 2 tahun, itu bisa menjadi alasannya kan?” demi apapun manse sangat membenci jika ada orang memanggilnya ‘manse oppa’ karena itu terdengar menggelikan bahkan saat ia masih memainkan wanita ia selalu melarang pacar-pacarnya memanggil kata terkutuk itu, tapi kenapa saat eunbi memanggilnya terasa berbeda?
“kau tak suka?” eunbi memalingkan wajahnya kembali memandangi langit yang gelap dan dihiasi bintang-bintang, sial mengapa manse menjadi seperti ini? Bukankah ia playboy? Apa dia berbohong selama ini? Kenapa mengatakan bahwa ia tak suka jika ada yang memanggilnya ‘oppa’
“baiklah aku anggap kau tak keberatan aku memanggilmu oppa. Manse oppa, kau ingin mendengar ceritaku?” eunbi menegakkan tubuhnya dan membalikkan badannya untuk menghadap manse dan memandangnya dengan jelas dan manse pun hanya mengangguk dan melihat eunbi dari arah yang membuat wajah eunbi tersinari bulan
“Dulu aku punya lelaki yang menjadi cinta pertamaku, aku bertemu dengannya saat JHS dan terus mengikutinya sampai SHS aku bahkan rela menjadi stalker untuknya. Aku mengetahui semua tentang dirinya, bahkan melebihi aku tahu tentang diriku. Tapi, dia tak tahu jika aku ada didunia ini, aku bahkan belum pernah berbicara padanya karena aku takut dia akan menolakku. Tapi sepertinya takdir mempermainkanku, baru-baru ini aku bertemu dengannya. menurutmu apa yang harus kulakukan?”
“Aku tak percaya wanita secantikmu mengejar pria sebegitunya, tapi aku sarankan teruslah berjuang sampai kau mendapatkan hatinya. Karena cinta tak akan tersampaikan jika hanya dipendam, kau harus menunjukan cintamu, tapi jika aku boleh tahu… kira-kira siapa pria beruntung itu?” eunbi menatap manse tepat dimatanya, lalu menunjukan senyum terindah yang selalu ia banggakan
“Song manse.” Eunbi mengucapkannya dengan lirih dan menatap manse dengan lekat seakan ada yang ingin disampaikan dengan cara menatapnya saja “Namanya Song Manse.”
“jangan bercanda eunbi-ssi.” Manse berusaha berpaling namun dengan cepat eunbi menahan lengan manse
“aku tak bercanda oppa, aku menyukaimu daridulu. Jadi, mau kah kau kencan denganku?” manse terdiam dan berusaha mencari kebohongan diwajah eunbi namun ia tak menemukan itu yang ada hanya mata eunbi yang memenjarakannya
“Saat JHS manse oppa berada dikelas G selama 3 tahun, mempunyai 2 hyung yang sama tampannya, oppa selalu bolos pelajaran kyuhyun saem dan pergi kekantin dengan seojun sunbae, oppa sangat menyukai jajangmyun kim ahjumma dan selalu meminta ekstra untuk makanan pendampingnya, saat SHS oppa selalu melepas almamater dan hanya memakai rompi saja, pukul 6-8 pm oppa selalu ada di sungai han sendiri dan kadang dengan seojun sunbae, oppa sangat membenci serangga, warna kesukaanmu merah, pertama kali kau merokok itu saat kau berada dikelas 3 SHS dan langsung dihukum oleh Hyung-mu Dulu oppa sangat sering berganti wanita, oppa memakai sepeda motor pertama kali saat kelas 2 SHS dan tentu saja oppa suka kecepatan dan terbukti sekarang oppa menjadi pembalap nasional korea yang berbakat. Dan musim ini kau akan mengikuti balapan di swiss. Bagaimana? Apa kau masih menganggap aku bercanda? Mungkin kau sekarang sangat terkejut dan kau masih belum mengenalku dengan baik jadi bagaimana kalau kita melakukan kencan 3 kali? Selama itu aku akan berusaha membuatmu mencintaiku”
“Jika aku menolak?”
“Aku akan memutuskan kontrak kerja kita dan menyabotase seakan kau yang bersalah lalu menyalahkanmu dan kau akan mengganti rugi yang besar, setelah itu kau takkan pernah bisa live di tv untuk menjadi model kau tahu kan ayahku yang sangat berpenagruh untuk itu? Dan juga aku bisa membujuk para investormu untuk tak memberimu dana untuk balapan musim ini jadi kau tak bisa mengikuti balapan yang kau tunggu selama 2 tahun ini. Bagaimana? Kau tetap akan menolakku?”
“Woah daebak! Ternyata wanita sepertimu bisa juga mengancam. Memang benar kata Minguk tak boleh menilai seseorang dari tampilan luarnya saja” manse melihat eunbi dengan mata yang tak berkedip
“Deal?”
“Tapi apa yang akan kau lakukan jika kita sudah kencan dan aku tetap tak menyukaimu?”
“Aku yakin bisa membuatmu mencintaiku, percayalah.” Eunbi menunjukan senyumnya “Bagaimana?”
“Deal?” eunbi mengulurkan tangannya namun manse mengerutkan dahinya dan sedetik kemudian senyuman mautnya kembali menghiasi bibirnya dan tanpa ragu ia menggapai tangan eunbi
“Deal! Hanya berkencan 3 kali kan? Lagipula itu takkan merugikanku.” Setelah menggenggam tangan eunbi sebagai peresmian perjanjiannya manse memasukkan kedua tangannya dia saku celananya dan memiringkan kepalanya agar bisa melihat eunbi lebih jelas
“Baiklah, kita mulai kencan pertama kita besok di taman kota jam 8. Jangan telat, aku akan menunggumu.”
“kau tak menanyakanku ada jadwal atau tidak? Bagaimana jika aku mengatakan sibuk?”
“kau tak ada jadwal sampai rabu nanti oppa, jadi jangan berlagak sibuk jika yang kau lakukan hanya menjadi zombie di apartement-mu.” goda eunbi dengan alis yang dinaikkan sebelah dan jangan lupa smirk-nya
“woah kau benar-benar seperti rubah bagaimana bisa kau tahu jadwal dan kebiasaanku? Tapi apa kau ada waktu? Jabatan CEO-mu akan dicabut jika kau bermain-main seperti ini terus.” Manse bertingkah seperti ayah yang menyeramahi anaknya
“Gwenchana, aku sudah lembur kemarin dan menyelesaikan pekerjaan untuk seminggu yang akan datang. Tunggu dulu, apa sekarang oppa sudah mulai mengkhawatirkanku?” eunbi mendekatkan wajahnya pada manse dan dengan refleks manse memundurkan wajahnya jika tak ingin bibirnya saling bersentuhan
“Eyy tak mungkin sudahlah aku masuk duluan udaranya sudah semakin dingin.” Eunbi menyunggingkan senyumnya dan mengikuti manse masuk ke ruangan dinner
“Tak apa kan jika aku lebih agresif? Aku tak punya waktu yang banyak. ” Batin eunbi
—————————————–Kencan Pertama Di Taman Hiburan———————
Seakan anak kecil yang baru pertama kali diajak ke taman hiburan oleh kedua orangtua-nya hwang eunbi bersemangat untuk menjelajahi semua yang ada di taman hiburan ini. Bukankah sekarang kencan pertama mereka? Tidakkan eunbi ingin menunjukan sisi feminimnya dengan memakai rok yang super mahal, riasan yang menggoda, dan menjaga sikapnya untuk memikat perhatian manse? Namun yang manse lihat sekarang hanyalah seorang gadis yang sederhana dengan kaos putih sepundak, jeans yang sedikit robek dibagian lututnya, rambut coklat bergelombang ia biarkan terurai dan jangan lupa sneakersnya, lupakanlah jabatannya sebagai CEO yang berwibawa di perusahaannya bahkan sekarang mamnse hampir lupa jika wanita yang sedari tadi melingkarkan tangannya dilengan manse itu adalah seorang CEO terkenal karena kecantikannya. Tapi, mengapa semua itu terlihat sempurna dimata manse? Yang ia ingat ia tak pernah memperhatikan pakaian wanita-nya dulu karena ia memang tak benar-benar menganggap mereka ada, mereka hanya mainan untuknya.
“Oppa, ayo kita berfoto dengan pororo. Aigoo lucunya.”
“Oppa, apa kau ingin naik itu? Ayo sepertinya seru.”
“Oppa, aku ingin permen kapas seperti anak kecil itu.”
“Oppa, aku bisakah kau memenangkan permainan ini dan memberiku boneka beruang putih itu?”
“Oppa, apa kau lelah?”
“Oppa, kau ingin makan apa?”
“Oppa, apa kau sering ke taman hiburan seperti ini?”
Manse sempat terdiam dengan tingkah laku eunbi sekarang. Dan yang manse lakukan hanya menuruti semua permintaan eunbi, ia bertaruh jika ia memakai kaos yang berbahan murahan mungkin sekarang kaos bagian lengannya sudah robek karena eunbi selalu memegang lengannya seperti orang yang berkencan pada umumnya.
Bagaimana bisa ia tak lelah sama sekali bahkan sekarang eunbi merengek padanya untuk menaiki wahana roller coaster yang sangat menakutkan itu-menurut manse- tak peduli berapa kali manse menolak tapi ia tetap takkan menang melawan eunbi dan aegyo-nya itu dan pada akhirnya manse selalu kalah.
Terkutuklah hwang eunbi yang memaksa manse untuk menaiki permainan sialan itu, lihatlah sekarang manse berada di toilet dan eunbi terus mengabaikan para pria yang menatapnya aneh karena berdiri didepan toilet pria.
“Oppa gwenchana? Ini minum dulu.” Ujar eunbi saat ia melihat manse keluar di toilet pria dengan wajah muramnya “masih pusing? Apa perlu aku membelikan obat? Pasti ada yang menjualnya disini, tunggu ya.” Seperti sihir rasa kesal dan mual manse hilang saat melihat eunbi khawatir seakan melihat kecelakaan tepat didepan matanya dan tak ada siapapun. Saat eunbi akan melangkahkan kakinya untuk mencari obat manse menahan tangannya dengan wajah yang masih muram
“tak usah, aku sudah mendingan.”
“mianhae oppa, aku tak tahu kau tak bisa naik wahana itu.” namun manse tak menggubrisnya ia terlalu kesal dan malu(?) dan setelah berjalan 5 menit manse merasa bersalah karena eunbi hanya mengikutinya dibelakang dan menundukan wajahnya. Ia tak bisa jahat pada wanita dan akhirnya manse membuat keputusan BRAKK “Awww” eunbi menabrak punggung manse dan langsung memegang kepalanya yang terbentur badan tegap manse
“Kau bilang tadi kau lapar kan?” eunbi hanya menganggukan kepalanya dan menatap manse dengan berbinar “Kajja” setelah melihat manse berlalu dihadapannya ia segera menyelipkan kembali tangannya dilengan manse
“Kenapa kau selalu menyelipkan lenganmu? Lenganmu itu berat tahu.” Keluh manse dan berusaha melepaskan lengan eunbi
“Wae? Bukankah kau suka seperti ini jika berkencan dengan pacar-pacarmu dulu? Aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya menggandeng lenganmu oppa” eunbi yang tak mau kalah ia melingkarkan kembali tangannya dilengan manse bahkan lebih intens karena eunbi berani menyenderkan kepalanya dipundak manse
“apa kau tak pernah berkencan sebelumnya? Hal-hal seperti ini seharusnya pria yang duluan melakukannya.”
“Ini kencan pertamaku oppa, karena oppa tak kunjung menggenggam tanganku jadi aku saja yang mengambil inisiatif. Lagipula tadi oppa tak keberatan kenapa sekarang oppa mengeluh?” eunbi memiringkan wajahnya dan saat manse tak kunjung melihat wajahnya eunbi mencoba mengahalangi pandangan manse dengan membuatnya harus jinjit dan itu membuat manse terkekeh
“Dasar anak kecil” manse menyentil dahi eunbi
“kita hanya berbeda 2 tahun! Kau tak bisa mengatakan aku anak kecil oppa!” eunbi berhenti didepan manse dan mau tak mau manse pun harus berhenti “dan jangan lupa aku ini direktur yang mengontrakmu, arra?”
“Ya tentu saja aku tak lupa, kau adalah seorang direktur yang memaksa dan mengancam modelnya untuk berkencan.”
“benarkah kau mau berkencan denganku karena aku mengancammu? Bukan karena kau juga tertarik padaku?” eunbi mengangkat alisnya dan membuat smirk yang membuat manse memalingkan wajahnya dan tersenyum sekilas
“aigoo bagaimana bisa kau tak tahu malu seperti itu?”
“gwencahana, karena aku seperti ini hanya dihadapanmu. Sudahlah oppa aku benar-benar lapar sekarang, ayo kita makan.” Ucap eunbi tentu saja dengan aegyo-nya dan yang manse lakukan hanya memalingkan wajahnya lagi dan lagi
“Bukankah kau yang sedari tadi selalu membuat perjalanan kita terhenti. Ayo didekat sini ada restoran favorite-ku” manse terlihat pasrah saat eunbi kembali menggandeng tangannya bahkan lebih erat saat manse tertangkap basah sedang tersenyum pada wanita lain bahkan saat eunbi berada tepat disebelahnya.
“oppa! Bagaimana bisa kau tersenyum pada wanita lain saat aku berada disampingmu?” eunbi kesal dan memanyukan bibirnya lalu menatap tajam wanita yang menggoda-manse-nya
“wae? Lagipula kau bukan pacarku, kau hanya teman kencan. Arra? Jadi aku bebas melihat siapapun”
“aish jinjja, lihat saja aku akan membuatmu tak bisa melihat wanita lain selain aku.” Eunbi mengernyitkan dahinya dan menatap manse dengan tatapan yang sengaja ia buat menyeramkan namun yang manse lihat eunbi yang sedang merajuk
“whoa aku tak yakin kau bisa melakukannya” goda manse dan mencolek dagu eunbi berkali-kali sampai eunbi tersenyum kembali
“kau terlalu meremehkanku oppa, kau tak tahu kan sudah berapa banyak aku mematahkan hati pria hanya untukmu?” eunbi menengadahkan wajahnya dan mengangkat dagunya seolah meyakinkan manse untuk mempercayai perkataannya
“haruskah aku berterimakasih dan terharu?” ucap manse dengan mata yang ia buat berbinar seolah berakting terharu
“aish oppa! kajja sepertinya akan hujan, aku tak suka bajuku basah” ucap eunbi dan menarik manse berlari menuju parkiran, tanpa manse sadari eunbi tersenyum sambil melihat wajah manse dari samping, eunbi tak tahu kata apa yang pas untuk ia katakana tentang perasaannya saat ini. Se[erti mendapat lotre 1 milyarpun rasanya takkan sesenang ini.
—————————–at restorant—————-
“Kau tak suka makanannya?” manse memperhatikan eunbi hanya menempelkan sumpitnya dimulut seperti mau tak mau memakan daging babi yang sudah ia panggangkan dan berikan di piring eunbi
“aniyo, aku menyukainya hanya saja perutku sedang tak enak oppa.” Eunbi langsung memakan daging yang manse letakkan di piringnya dan tersenyum saat manse memandangnya
“Oppa ini restoran favorite oppa sejak kapan?” memandang manse ang tengah makan dnegan lahap
“mungkin lima tahun yang lalu” jawab manse yang masih mengunyah dan menelannya “wae?”
“pantas, aku tak pernah tahu oppa pernah mengunjungi restoran ini. Apa oppa sering membawa pacar-pacarmu ke restoran ini?” ucap eunbi enteng seperti ia tak sakit saat menanyakan tentang mantan-mantan manse yang sudah tak terhitung olehnya
“mungkin, aku tak ingat. Sudahlah cepat habiskan makananmu dan aku akan mengantarkanmu pulang karena sudah malam.”
“mwo? Sudah malam? Mengapa waktu berlalu begitu cepat? Aku masih ingin berkencan denganmu oppa.” Rengek eunbi, tidak tahukah ia bahwa para pria disekitarnya memperhatikan eunbi Karena aegyonya?
“aigoo tak bisakah kau lebih frontal dari itu? Kita bahkan baru berkenalan seminggu yang lalu dan kau sudah seperti ini. Apa kau tak ingin mencoba trik ‘Tarik ulur’ padaku?”
“aniyo, aku sudah mengenalmu lebih dari 13 tahun oppa, hanya kau saja yang tak pernah tahu keberadaanku. Tarik ulur? Aku tak punya waktu untuk itu, sekarang hanya tersisa 2 kali berkencan untuk membuatmu mencintaiku.” Eunbi meletakkan tangannya dikening seakan frustasi
“kau benar-benar wanita yang luar biasa hwang eunbi, sudahlah aku akan mengantarkanmu pulang sekarang.”
“Aku tidak mau pulang, tak bisakah kita lebih lama? Oh ya oppa tahu café yang baru buka dekat kantorku? Kita kesana saja yuk!”
“Aniya, ini sudah malam. Kau harus pulang, bukankah kau besok kerja?”
“emmm oppa sudah mulai mengkhawatirkanku ternyata.”
“aku hanya tak mau jadi alasanmu bolos kerja besok” Manse berdiri dan menuju kasir yang diikuti oleh eunbi dan setelah berdiri tepat didepan kasir eunbi mengeluarkan card-nya namun dicegah oleh manse
“Apa-apaan kau? Jika berkencan pria yang harus membayar tagihannya.” Setelah manse membayar bill-nya ia merasa aneh karena eunbi terus memandangnya tanpa berkedip “wae tto?”
“aniyo, geunyang gomawoyo oppa aku sangat senang hari ini” eunbi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dan kembali menyelipkan tagannya dilengan manse. Eunbi mengulas senyumannya disepanjang jalan, ia sangat bahagia. Apakah ia bermimpi?
“kau sudah mengatakannya tadi, dasar anak kecil” ucap manse dan mengacak rambut eunbi karena gemas ia tak tahu mengapa ia merasa tak asing dengan eunbi dan yang pasti ia merasa harus menjaga eunbi, bukan sebagai wanita tapi sebagai seorang adik kecilnya. Manse tak menganggap eunbi aneh karena ia tahu bagaimana rasanya suka pada seseorang yang tak pernah menganggapmu ada, bahkan sepertinya manse lebih mengerti dari eunbi bagaimna mencintai dalam diam
————————————————Kencan kedua Piknik———————————-
Sepanjang jalan kim joonmyun mendengar suara keluhan eunbi yang menyalahkan alarm yang mengkhianatinya karena tak berfungsi saat hari penting seperti hari ini, ya hari ini eunbi dan manse akan pergi kencan yang kedua kalinya. Dengan dress putih selutut dengan Brenda didaerah leher yang berwarna pink, sepatu flat shoes putih, dan rambut yang ia biarkan tergerai namun ia memakai jepit rambut berwarna pink untuk sedikit menyingkirkan poni-nya yang mulai panjang dan jangan lupa slingbag coklat muda yang menempel ditubuhnya. Eunbi berlari kea rah manse yang sudah terlihat membusuk karena menunggu-nya hampir 2 jam.
“oppa!” dan ketika manse menoleh dan segera mengeluarkan sumpah serapahnya karena eunbi memebuat waktu berharganya terbuang sia-sia, entah pura-pura atau benar-benar lupa manse meninggalkan wanita yang sedari tadi ia ajak bicara saat menunggu eunbi dan kebingungan wanita itu pergi begitu saja
“ya! Kau tak tahu ak-“ tak tahu mengapa manse menghentikan kata-kata yang sudah ia siapkan jika eunbi datang, manse melihat eunbi yang berlari kecil kearahnya dengan membawa keranjang yang ia yakin itu adalah makanan yang sudah disiapkan eunbi untuk mereka dan saat eunbi berhenti tepat didepannya manse makin terdiam karena melihat keringat yang bercucuran didahinya namun sama sekali tak melunturkan make-up nya karena eunbi-nya tak pernah memakai make-up tebal yang seperti para mantan kekasihnya. Tunggu, eunbi-nya? Manse sekejap terpanah atas penampilan eunbi yang benar-benar sempurna seperti boneka Barbie keponakannya, cantik.
“mianhae mianhae oppa, aku terlambat bangun karena tak bisa tidur semalaman dan sialnya alarm-ku tak menyala tadi pagi. Aku sudah berusaha secepat mungkin untuk sampai kesini tapi aku juga tetap harus terlihat cantik didepanmu, aku juga mengabaikan roti kesukaanku yang dibuatkan jeon ahjumma tadi pagi dan memilih menyiapkan makanan untuk kita, sepanjang jalan aku selalu mengomeli suho oppa untuk memotong jalannya tapi suho oppa bilang hari ini ada event di balai kota jadi tak bisa memotong jalan. Mianhae oppa kau pasti kesal menungguku, dan tunggu apa oppa daritadi bersama wanita itu?” Ucap eunbi dengan cepat seperti idol yang sedang ‘rapp’ ia menggerakan tangannya seakan menunjukkan betapa susahnya ia sampai disini dan menajamkan matanya pada wanita yang tadi ngobrol bersama manse oppa-nya
“aigoo aku tak bisa berkata apapun padahal tadi aku sudah menyiapkan beribu pertanyaan mengapa kau telat hari ini dan kau malah menjawab sebelum aku bertanya, sudahlah aku memaafkanmu. Dia hanya gadis yang menanyakan arah jalan padaku jadi kau tak usah cemburu”
“hanya bertanya arah? Tapi mengapa ia duduk berdua denganmu? Aku tak suka” eunbi memeluk manse dan menghentakkan kakinya lalu memeluk manse erat namun manse menyadari banyak pengunjung yang memperhatikan mereka dan segera melepas pelukan eunbi lalu menarik tangan eunbi dan mengambil keranjang yang eunbi jatuhkan saat akan memeluknya
“anak kecil yang cemburuan, Kajja kita cari tempat!” ucap manse namun tanpa manse sadari eunbi membeku saat melihat tangan manse menggenggamnya dan kemudian ia menatap manse dengan tatapan memuja. Eunbi benar-benar tak mengerti dengan hatinya mengapa eunbi bisa memaafkan manse begitu saja dan kembali menjadi eunbi yang manja, bahkan eunbi menunjukan sikap itu hanya pada ayahnya. Dan setelah mengelilingi taman pilihan eunbi jatuh pada spot yang tak jauh dari pertama mereka bertemu.
“oppa disini saja, aku ingin melihat air terjun itu.” eunbi memilih tempat dibawah pohon yang terlihat rindang dengan pemandangan rumput hijau dan danau yang tenang kira-kira jauhnya sekitar 10 meter tepat menghadap yang menjadi view yang sangat indah. Eunbi menuntun manse dan membatu meletakkan alas laken yang bercorak coklat putih kotak yang cukup besar untuk ukuran 2 orang yang akan mendudukinya, setelah manse meletakkan keranjang ditengah eunbi mencoba membuka isi dan mengeluarkan kimbab yang ia buat dan orange juice yang ia buat pagi tadi. Setelah menuangkan kedalam gelas ia menyuguhkannya pada manse “oppa ige”
“gomawo” eunbi tersenyum seperti orang bodoh saat manse meminum orange juice buatannya
“emm kau kan membelinya di supermarket, tentu saja enak”
“aniya oppa! Itu juice buatanku!” eunbi tak terima juice buatannya disamakan dengan juice supermarket
“tapi rasanya sama, apa kau yakin ini buatanmu? Bisa saja kan kau membelinya di supermarket dan kau masukan ke Tupperware ini. Dan juga kurasa aku kenal rasa kimbab ini, apa kau membelinya di toko disekitar sini?”
“tentu saja kau kenal dengan rasa kimbabku karena saat junior high school aku selalu menyimpan kimbab ini di loker-mu.”
“Aigoo kau benar-benar fans-ku ternyata.” Manse menyampaikan rasa terimakasihnya dengan mengacak rambut eunbi sembarangan dan lanjut memakan makanan yang eunbi bawa. Dan tanpa eunbi sadari disekitarnya ada anak kecil yang sedang bermain bola dan dalam hiutngan detik eunbi merasakan ada sesuatu yang membentur kepalanya
“AWWW” eunbi mengerang saat merasa ada suatu benda asing yang menerjang kepalanya dan saat menoleh ia melihat anak kecil yang mengambil bola dan membungkukan badan sebagai tanda permintaan maafnya
“YA! MAIN BOLA YANG BENAR TIDAKKAH KAU LIHAT ADA ORANG DISINI? BAGAIMANA JIKA WANITA INI GEGER OTAK KARENA BOLA YANG KAU TENDANG TADI ITU!” eunbi hanya terdiam saat manse berteriak memarahi anak kecil yang lari ketakutan saat manse berdiri dan mengepalkan tangannya seolah ingin menghajar anak kecil tadi
“Sudahlah oppa lagipula dia sudah meminta maaf” ucap eunbi berusaha menahan manse dengan cara memegang tangannya
“gwenchana? Bukankah tadi kau berteriak pasti sangat sakit ya? Sini kulihat apakah berdarah?” ucap manse dan mendekati eunbi mengecek kepala eunbi dengan cara yang berlebihan
“gwenchana oppa, aku hanya kaget” manse terpanah, seakan dunia berjalan lambat dari sebelumnya saat ia melihat eunbi tersenyum, bukankah ia sudah biasa melihat eunbi tersenyum padanya? Tapi mengapa ini sangat berbeda? Seakan ada gemerlap disekitar eunbi dan mata eunbi lenyap saat ia tersenyum, Lucu.
“syukurlah kalau begitu” Namun dengan cepat manse mengalihkan wajahnya dan kembali makan kimbab yang mulai sekatang menjadi favorit-nya. Namun saat manse lahap memakan kimbab yang sudah hampir habis eunbi melihat wanita yang tadi bersama manse datang dengan sekotak yang ia yakin itu makanan
“oppa, ini untukmu semoga kau suka.” Ucap wanita itu dengan genit dan eunbi melihat manse lagi lagi tersenyum ramah “kau bisa membaginya dengan adikmu, aku akan menunggu telfonmu” dan parahnya manse mengedipkan matanya saat wanita itu akan pergi
“AKU BUKAN ADIKNYA! TIDAKKAH KAU LIHAT KAMI SEDANG BERKENCAN? OPPA? KAU PIKIR KAU PANTAS BERKATA SEPERTI PADA MANSE OPPA-KU? HANYA AKU YANG BOLEH MENGATAKANNYA! LIHAT SAJA JIKA KAU BERANI MENGGODA MANSE OPPA-KU LAGI AKU AKAN MEMBUAT RAMBUTMU RONTOK!” eunbi melihat wanita itu dengan garang namun apa daya wanita itu sudah pergi menjauh namun disini eunbi masih terlihat sangat marah sampai-sampai wajahnya memerah
“oppa! Mengapa kau tersenyum padanya? Dan aku lihat tadi kau mengedipkan matamu padanya! Bahkan akupun belum pernah melihat kau berkedip padaku. apa tadi sebelum aku datang kau meminta nomer telfonnya? Kau jahat oppa bukankah kau sudah janji denganku mengapa kau masih bermain dengan wanita lain? Kau membuat mood-ku menjadi rusak” eunbi terlihat sangat kesal dan mengalungkan kedua tangannay didepan perut dan yang manse lakukan hanya melihat eunbi mengomel sambil memakan makanan dari wanita tadi sampai habis seakan yang diucapkan eunbi adalah lelucon
“aigoo aku kenyang” manse mengelus perutnya dengan gaya seperti kakek-kakek kekenyangan dan tersneyum bodoh
“oppa! Apa kau tak mendengarkanku? Apa aku tak terlihat? Kau pikir aku hantu?” eunbi melambaikan kedua tangannya dihadapan manse
“mana ada hantu secantik kau hwang eunbi.” Manse mengalihkan pandangannya dan menatap eunbi penuh makna “aku tak tau wanita itu, dia yang pertama menyapaku dan memberiku selembar kertas, ah mungkin selembar kertas itu ada nomer handphone-nya. Tidakkah kau ingat aku seorang model? Jadi aku harus bertingkah ramah pada siapapun.” Ucap manse sambil melihat eunbi tepat pada matanya seakan ia mengatakan ketulusannya melalui mata
“lalu dimana kertas itu berikan padaku, kau tak boleh menelfonnya! Kau bahkan tak pernah menelfonku duluan, selalu aku yang pertama inisiatif menelfon dan mengirim pesan padamu.” Eunbi menengadahkan tangannya tepat diwajah manse dan mau tak mau manse harus memundurkan sedikit wajahnya
“aku tak ingat, mungkin terbawa angin karena aku menyimpan ditempat duduk taman tadi” entah mengapa manse melihat eunbi yang sedang cemburu ini adalah tontonan menarik, baru kali ini ia merasa benar-benar disukai oleh seseorang
“JINJJA?” eunbi menumpukan kakinya seperti orang yang berlutut saking senangnya berarti manse memang tak tertarik pada wanita tadi ia hanya bersikap ramah, mood eunbi mulai membaik. Sangat baik malah
“jinjja lagipula untuk apa aku berbohong eun-a” manse menjentik dahi eunbi seakan menegaskan ia tak berbohong dan menyuruh eunbi berhenti mengintrogasinya
“mwo? eun-a? apa oppa sekarang memberiku panggilan? Baiklah aku akan mengizinkanmu memanggilku seperti itu” ucap eunbi sambil menyilangkan tangannya didepan dada dan tersenyum
“eun-a? bukankah sedikit aneh?”
“gwenchana, asal kau yang memanggilku begitu aku tak keberatan. Ige mwoya? Oppa! Hujan!” senyum eunbi memudar ketika menyadari air hujan sedang menyerbunya dengan refleks ia menumpukan kedua tangannya seakan menghalangi air hujan menyentuh tubuhnya
“kajja bereskan ini dan pergi. Palli” manse membuka jaket kulitnya dan menaruhnya dikepala eunbi dan itu cukup membuat eunbi diam membeku
“ya mwoyaneungoya? Kajja” setelah memasukkan semua barang kedalam keranjang manse mengangkatnya dan mengambil jaketnya lalu memegang kedua ujung jaketnya untuk melindungi kepalanya dan eunbi dari hujan meskipun itu percuma. Setelah sampai ke parkiran dan masuk ke mobil Ferrari merah kebanggan manse eunbi segera mengeringkan badan dan kepalanya dengan handuk yang manse berikan.
Namun ada sesuatu yang menangkap mata eunbi, anjing kecil yang malang berteduh dibawah pohon yang tak begitu besar dan sepertinya menggigil kedinginan, tanpa sepatah katapun eunbi kembali memakai jaket manse yang sudah basah dan mengabaikan panggilan manse. Setelah mendapatkan anjing kecil itu ia segera masuk kedalam mobil dan sibuk mengeringkan anjing kecil dan sesekali memeluknya seakan ingin memberinya kehangatan
“eun-a apa yang akan kau lakukan pada anjing itu? kau tak berniat memungutya kan?” manse terlihat ngeri karena ia memang takut pada anjing bahkan ia lebih takut pada anjing kecil
“oppa apa kau akan membiarkan anjing ini kedinginan? Bagaimana jika ia sakit dan mati?” ucap eunbi dengan ekspresi yang dibuat-buat seakan anjing ini adalah anjing paling malang didunia
“tapi bagaimana jika ada pemiliknya yang mencari?” manse mencoba untuk tak terbujuk dengan mata eunbi yang berbinar, bukankah manse sudah bilang jika ia lemah atas aegyo eunbi? Ia tak tahu sejak kapan ia mulai menuruti semua perintah eunbi, mungkin karena eunbi adalah direktur-nya atau ada alasan lain?
“aniya, anjing ini taka da pemiliknya oppa, taka da tanda apapun. Jika ia punya pemilik biasanya ada tanda kalung atau apapun. Oppa, bisakah kita rawat saja anjing ini? Apa hatimu tak tergerak melihat anjing ini?” lagi dan lagi eunbi menunjukan wajah itu pada manse, ya manse mengaku ia kalah
“yasudah kalau begitu kau yang rawat, aku tak suka anjing dan tak tahu bagaimana cara merawatnya”
“aku tak bisa oppa, ayahku alergi pada bulu anjing. Tak bisakah oppa sajayang merawatnya? Aku berjanji akan mengunjunginya di apartement-mu dan menyiapkan semua kebutuhannya. Eoh? Oppa? Ya?” seperti hukum alam, manse selalu tak bisa mengatakan tidak pada eunbi apalagi dengan mata kucingnya itu, ia benar-benar kalah
“kau memang benar-benar, bagaimana aku menolak jika kau mengeluarkan aegyo-mu itu?” gumam manse namun masih terdengar oleh kuping kelelawar eunbi
“aegyo? Maksudmu aku baru saja ber-aegyo padamu?” eunbi terkejut dengan perkataan manse karena yang ia tahu semua orang mengatakan jika ia adalah orang yang terlalu simple dan cuek dan tak ada yang pernah mengatakan ia punya aegyo kecuali ibu dan ayahnya
“tentu saja! Semua orang akan sependapat denganku jika mereka melihat kau dengan mata yang bulat dan berbinar yang kulihat barusan” ucap manse ketus karena ia masih tak menerima jika ia harus berada satu ruangan dengan anjing kecil itu
“mungkin itu perilaku-ku yang terpendam dan otomastis keluar jika hanya denganmu oppa.” Eunbi mengeluarkan senyumnya seakan manse baru saja mengatakan kata cinta untuknya
“eyyy kau mulai menggoda-ku sekarang? Arasso arasso asal kau berjanji akan mengurusnya juga kan?” eunbi mengangguk berkali-kali
“nde! Whoa sekarang kita sudah punya anjing peliharaan bersama? Bukankah ini yang dilakukan couple-couple lainnya saat berkencan? Whoaaa senangnya~” sambil menggelengkan kepala manse menyalakan mesin mobilnya dan mulai bergabung dnegan mobil-mobil lainnya di jalan utama. Namun sepanjang jalan yang ia dengar hanya eunbi yang mengajak bicara anjing baru-nya bahkan sekarang manse merasa diabaikan, biasanya eunbi selalu mengganggunya menyetir dengan cerita aneh yang ceritakannya
“oppa! Kita harus memberinya nama. Mwohalka? Kai? James? Moss? Aniya aniya, itu sudah terlalu mainstream. Kita harus memberi nama apa oppa?” tanpa eunbi sadari manse tersenyum sekilas atas perilaku eunbi yang benar-benar menggemaskan, bahkan manse tak tahan untuk tak mencubit pipi yang digembungkan eunbi –kebiasaan eunbi saat berfikir-
“eun-a?”
“mwo?” eunbi menoleh dan terpaku saat tangan manse yang hangat memegang pipinya, sepertinya ia takkan mencuci mukanya malam ini
“eun-a, namanya eun-a” ucap manse tersenyum dan masih memegang pipi eunbi. Bukankah mereka seperti dua sejoli yang sedang dimabuk cinta? Manse yang menyetir dengan satu tangan dan tangan yang lainnya memegang pipi eunbi
“oppa! Bukankah itu panggilanmu untukku? Aish” eunbi berpura-pura kesal dan melepaskan cubitan manse dipipinya yang memerah “bagaimana dengan eunse atau manbi? Kurasa lebih baik manbi karena ini betina, bagaimana oppa? Manbi? Apa kau menyukainya?” eunbi menggoyangkan tangan manse yang sedang memegang stear mobil
“gwenchanci, tapi agak sedikit aneh”
“man untuk manse dan bi untuk eunbi, jadi namanya manbi. Bukankah romantic? Manbi adalah bukti kencan kita, keutchi manbi-a?” eunbi membawa anjing itu berhadapan dengannya dan mulai berbicara pada anjing kecil yang sudah ia resmikan bernama manbi itu
“dasar anak kecil aneh” manse kembali mengacak kepala eunbi karena terlalu geli dan tak habis pikir dengan hwang eunbi.
Setelah kencan kedua mereka yang mengaharuskan manse merawat anjing mereka-manbi-, eunbi benar-benar menepati janjinya untuk merawat manbi dengan baik ia selalu datang ke apartement manse saat pulang kerja dan kembali ke rumahnya sebelum jam 9 malam. Ya, sekarang manse dan eunbi jauh lebih dekat karena sekarang eunbi tahu password apartement manse dan bisa masuk kapan saja bahkan hari minggu kemarin eunbi memasak diapartement manse dan itu sangat membuat manse terkejut dan hampir terkena serangan jantung karena ia hanya memakai boxer saja saat keluar. Meskipun sangat sulit untuk manse bergaul dengan anjing tapi ia merasa ada ikatan batin dengan manbi karena manbi sangat menurut padanya. Manse kadang merasa diterror oleh pesan atau telfon dari eunbi yang ia anggap tak penting karena selalu menanyakan kabarnya, sedang apa, dan yang sering ia ucapkan adalah ‘jangan coba-coba melirik wanita lain oppa!’, tapi entah mengapa ia terbiasa dengan eunbi yang suka membangunkannya dan selalu mengucapkan selamat malam, dan yang lebih parahnya manse merasa terenyuh saat eunbi memintanya berhenti merokok dan mengurangi kadar minum alkoholnya dengan cara sederhana seperti
“oppa aku tahu kau sudah merokok pada 3 SHS, tapi apakah kau tahu merokok itu merusak paru-parumu oppa bagaimana jika kau terkena penyakit? Aku pasti sedih dan aku inign hidup lebih lama denganmu”
“oppa bisakah kau hanya minum saat ada acara penting saja? Melihat kau minum dan bagaimana cara wanita memandangmu membuatku marah, aku tak suka saat kau tak sadar dan mulai berdekatan dengan wanita lain”
entah mengapa manse merasa dicintai dengan tulus tak seperti mantan-mantannya yang matre dan selalu memuja wajahnya saja, sudah lama ia tak merasa ketulusan itu dan ia merasakannya saat eunbi datang ‘Hwang eunbi, memang berbeda’ batin manse
Setelah seminggu berlalu eunbi menelfon manse dan mengatakan ia punya tiket theater yang sangat popular dan ingin menontonnya dengan manse, dan ya itu jadi kencan ketiga mereka.
————————————AT COFEE SHOP—————————————————-
“Sudah jangan menangis lagi, bukankah theater-nya sudah selesai 3 jam yang lalu? Lihatlah hidungmu yang memerah itu dan juga kau terlihat jelek saat menangis.” Manse berusaha menenangkan eunbi yang terus menangis setelah melihat film “the ugly duck”. Ia tak tahu harus berbuat apa jika wanita menangis, apalagi di café terbuka seperti ini banyak orang yang salah paham bahwa ia yang membuat gadis manis itu menangis, jika bukan hwang eunbi ia pasti akan meninggalkan wanita yang sedang menangis ini karena ia paling tak suka melihat wanita menangis dihadapannya
“Aku hanya terhanyut oleh jalan cerita-nya oppa, bukankah kasian bebek buruk rupa itu? sudah susah payah dan mencoba berbagai cara agar mendapatkan cinta pangeran tapi akhirnya ia harus mati karena patah hati.” Eunbi masih tak bisa menenangkan dirinya sendiri dan terus terisak saat membayangkan kembali theater tadi. Bahkan eunbi tak mempedulikan banyak pasang mata yang sedang memperhatikannya.
“lagipula itukan hanya theater tak benar-benar terjadi, sudahlah jangan menangis.”
“tapi bagaimana jika itu terjadi padaku? Bagaimana jika aku mati karena patah hati olehmu oppa?! Hiks”
“aniya, kau tak akan mati karena patah hati. Percayalah, dan kumohon berhenti menangis kau membuatku seakan pria yang jahat, lihatlah tatapan pengunjung lain.”
“jinjja? Oppa takkan membiarkanku mati karena patah hati? Oppa takkan meninggalkanku kan?”
“eum, aku janji. Sekarang berhentilah menangis. Eun-a Lihat! Coffee-mu sudah dingin dan sudah tak enak, apa perlu kupesankan lagi?”
“aniya oppa, tak apa aku tak suka jika coffee yang panas membuat bibirku terbakar” manse tersenyum karena eunbi-nya sudah kembali karena sudah mengatakan kata-kata yang manse sangat polos. Saat eunbi meminum coffee-nya ia melihat manse yang sepertinya sedang memperhatikan seseorang dibelakang eunbi, saat eunbi menoleh ia juga cukup terpaku karena ia baru saja melihat wanita yang menggunakan baju yang sangat-sangat kurang bahan sampai-sampai memperlihatkan seluruh tubuhnya. dan parahnya manse bersiul saat wanita itu melewati meja mereka dan sontak itu membuat eunbi marah dan langsung menangkup wajah manse dengan kedua tangannya.
“Jangan melihatnya oppa! Kau hanya boleh melihatku!”manse sejenak terpanah karena jarak wajah mereka sangat dekat bahkan jika manse bergerak sedikit ia yakin bibir mereka akan bersentuhan, manse melihat bibir itu bibir yang tipis dan berwarna peach khas eunbi, ia penasaran bagaimana rasanya? Apakah sama dengan wanita lain atau berbeda, haruskan ia merasakannya? lupakan tentang wanita tadi manse hanya mencuci matanya tapi mengapa sekarang jantung berdetak cepat? Mungkinkah karena wanita yang dihadapannya ini? Tak mungkin, eunbi bukan tipe manse. Ia tak suka gadis yang berisik dan manja, ia lebih menyukai wanita yang lebih tua darinya karena lebih bisa diandalkan dan tak bergantung padanya. Setelah mneyadarkan kembali kewarasannya manse menjauhkan tangan eunbi yang berada diwajahnya
“kenapa aku tak boleh melihatnya? Jadi untuk apa aku mempunyai mata jika tidak dipakai untuk melihat?” ucap manse dengan tergesa-gesa karena ia gugup dan mencoba mengalihkan kegugupannya dengan menyenderkan badannya dan meminum coffee-nya
“oppa? Kenapa kau gugup seperti itu? waeee~? Karena wajah kita berdekatan?” eunbi kembali mendekatkan badannya seakan sedang menggoda manse
“ya! Bicara apa kau? Bahkan jika kau memakai pakaian seperti wanita tadi aku takkan tertarik padamu” ucap manse menjauhkan badannya seakan eunbi akan melakukan sesuatu padanya
“oppa mengapa kau jahat padaku?”eunbi kembali pada tempat duduknya dengan wajah yang lesu, tapi anehnya manse tersneyum melihat semua itu `karena aku menyukai ekspresimu saat merajuk hwang eunbi` batin manse
“sudah malam, ayo kuantarkan pulang” ucap manse setelah melihat jam berapa sekarang
“oppa mengapa kau selalu menagajakku pulang cepat~ aku masih mau melihat wajahmu” eunbi terlihat mengerutkan keningnya dan mengalungkan tangannya didepan dada seperti orang yang sedang marah, sungguh manse tak bisa berbuat apa-apa selain tersenyum manse benar-benar tak tahan akan keunikan eunbi yang satu ini sepertinya mulai hari ini ia mengakui ia benar-benar lemah atas aegyo eunbi.
“karena ini sudah malam eun-a, apa yang akan dikatakan ayahmu jika anak perempuannya selalu pulang larut malam?” manse mengucapkan itu dengan lembut dan meruntuhkan pertahanan eunbi yang benar tak ingin berpisah dengan manse
“aarasso oppa tapi sebenarnya 1 jam lagi aku akan berangkat ke shanghai karena akan ada project besar disana dan sepertinya akan memakan waktu yang lama, mungkin 2 minggu aku takkan bertemu denganmu.”eunbi membuat mulutnya cemberut dan itu membuat manse tak tahan untuk menangkupkan kedua tangannya diwajah eunbi yang sedang murung
“jadi kau akan sedih karena 2 minggu ini tak bisa menemuiku?” eunbi mengangguk
“kau tak ingin berpisah denganku?” eunbi mengangguk berkali-kali dan itu membuat senyum manse mengembang, dimata manse eunbi seperti anak kucing sekarang
“tapi bagaimana ya? Aku seperti kehilangan beban yang ada pada pundakku bahkan hidupku lebih baik jika tak ada kau yang menerorku sepanjang hari, sepertinya aku harus bersyukur pada tuhan karena akan membuat hidupku tenang selama 2 minggu ini” dan itu membuat eunbi kesal dan menggigit jari manse yang ada tepat dipinggir wajahnya, sontak itu membuat manse menjerit dan mengundang banyak mata untuk melihat kearahnya
“ish aku memang berlebihan mengharapkan oppa sedih dan merindukanku karena kita takkan bertemu selama 2 minggu tapi apa ini? Kau bahkan bersyukur tanpa aku, mengapa kau bisa semudah itu oppa? bahkan sekarang aku sudah merindukanmu lagi, padahal kita belum berpisah. Apa yang harus kulakukan?” eunbi menyembunyikan wajahnya dikedua tangan yang ia letakkan di atas meja, saat akan mendongkakkan kepalannya eunbi merasakan ada tangan yang mengelus dengan lembut eunbi yakin jika ia tak ingat sekarang akan ke shanghai ia pasti akan tidur di café ini.
“Bukankah kau sudah 7 tahun sendirian di LA? Kau bahkan menamatkan gelar mastermu dengan cepat tanpa bantuan ayahmu, tapi aku tak tahu kau sangat manja seperti ini.” Ucap manse dengan lembut seperti sedang mneyanyikan lullaby untuk eunbi “Ayo oppa antarkan ke bandara, bukankah pesawatmu akan berangkat 1 jam lagi?”
“meskipun aku masih ingin bersamamu tapi aku akan berangkat ke bandara dengan suho oppa. Oppa pulang saja, mungkin sbentar lagi suho oppa akan datang menjemputku” eunbi mengatakannya dengan lesu dan mengangkat kepalanya dan itu berhasil mempertemukan matanya dengan mata manse
“suho oppa?” tanya manse d