2016-02-19



Flower in Autumn

-BYEONIEB@2016-

I love you. As always, it is you..

Main Cast:: Baekhyun of EXO as Byun Baekhyun, OC/You/Readers as Han Minjoo || Other Cast:: Chanyeol of EXO as Park Chanyeol, Suga of BTS as Min Yoongi || Genre:: Drama, Romance, Angst, Fluff || Rate:: PG-14 – PG-17 || Length:: Chapter || Before:: #IX Love is Like That || Poster by Jungleelolvely

Theme Song:: 모르나봐  by Soyou of SISTAR and Brother Su {OST. She Was Pretty}

[#X You Don’t Know Me: Realization]

H A P P Y   R E A D I N G

Minjoo mengaitkan kedua jemarinya sambil tersenyum gemas. Dia benar-benar senang, pikiran tentang ia akan berpisah dengan Baekhyun ia lupakan dalam waktu sementara ini. Pria itu menyetujui permintaannya untuk menjadi sasaeng fan nya. Walaupun untuk yang terakhir kalinya, tetap saja Minjoo bahagia karena.. ia bisa dekat dengan Baekhyun lagi.

Walaupun hanya tersisa 18 jam lagi.. tapi aku akan tetap tersenyum, Baekhyun-ah

Sesekali ia mendekatkan telinganya pada pintu di hadapannya, mendengar apa yang Baekhyun lakukan di dalam kamarnya. Baru saja telinganya ia tempelkan selama beberapa detik, pintu itu ditarik ke dalam dan terbuka sepenuhnya.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Baekhyun dengan datar melihat Minjoo.

Minjoo menggeleng pelan kepalanya, “Tidak, hanya ingin mendengar apa yang kau lakukan di dalam.” Kemudian Minjoo pun melihat Baekhyun dari puncak kepalanya sampai tumit kakinya. Baekhyun hanya mengenakan kaos putih dan celana jeans hitamnya tapi entah mengapa Baekhyun terlihat sangat tampan di hadapannya saat ini.

“Oouuhh.. Kau sangat tampan, Baek.” Gumamnya sambil tersenyum gummy pada Baekhyun.

Mendengar perkataan Minjoo, Baekhyun pun ikut melihat ke sekujur tubuh gadis itu mulai dari puncak kepalanya sampai tumit kakinya. Minjoo memakai dress berwarna pink pastel lengan panjang dan hanya menutupi sampai lutut kakinya saja. Tapi, yang membuat Baekhyun menelan salivanya susah payah adalah ketika ia melihat bagian bahu dan leher Minjoo yang terekspos. Model baju sabrina nya membiarkan bahu, tulang selangka dan leher Minjoo yang putih mulus terlihat begitu saja.

Kau juga sama, Minjoo-ya. Sangat cantik.

“Darimana kau dapat baju itu?” ujarnya setelah berhasil meredamkan hormonnya yang tiba-tiba terbakar begitu saja. Ugh, Minjoo terlalu cantik untuk di lewatkan, seharusnya.

“Ini?” Minjoo memerhatikan dressnya sebentar, “Aku memang telah mempersiapkannya dari kemarin karena sebenarnya.. aku memang sudah berniat menginap disini.” Lanjutnya sambil menyegir kuda pada Baekhyun.

“Ck..Kau benar-benar mempersiapkan segalanya hanya untuk menjadi sasaeng fan ku ternyata..” Tak kuasa untuk melihat kecantikan Minjoo lagi, Baekhyun pun mengingat niat pertamanya untuk keluar dari kamarnya. “Yoongi hyung! Bantu aku pilihkan baju untuk acara nanti siang!”

“Aku saja, Baekhyun-ah!” ujarnya sambil memajukan langkahnya mendekat ke Baekhyun dan membuat Baekhyun ikut memundurkan langkahnya menjauh dari Minjoo. “Aku saja yang memilihkan bajunya untukmu!”

“Apa?”

Tanpa membalas perkataan Baekhyun, Minjoo langsung menarik Baekhyun ke dalam kamarnya begitu saja. Ia menarik Baekhyun untuk berdiri di hadapan lemarinya lalu Minjoo membuka lemari Baekhyun dengan satu tarikan.

“Ah.. banyak sekali bajumu, Baekhyun..” Ia menggeser-geser baju Baekhyun yang menggantung di dalam lemari lalu melihatnya dengan seksama.

“Ya.. siapa yang mengizinkanmu untuk memilih bajuku?!”

“Biarkan aku sekali ini saja, Baekhyun-ah..” Gumamnya sambil masih memilih-milih baju yang dirasanya cocok untuk Baekhyun. “Lagipula, kurasa Yoongi-ssi perlu istirahat juga. Selama ini dia yang selalu membantumu, bukan? Ah!” Minjoo menolehkan wajahnya pada Baekhyun dan membuat jarak mereka hanya terpaut 10 cm dari perbedaan tinggi mereka. “Bagaimana jika aku menjadi sekretaris pribadimu saja hari ini? Tidak usah jadi sasaeng, okay? Okay?” tuturnya sambil menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri beruntutan. Persis seperti anak anjing, tapi Minjoo tentunya jauh 10 kali lebih lucu bagi Baekhyun.

Minjoo-ya, hentikan. Ini semakin membuatku ingin menciummu lagi.

“Kau kira aku akan mengabuli perkataanmu?” balasnya setelah ia mengubur dalam-dalam keinginan untuk mencium Minjoo di dalam hatinya. Menyesal memang, tapi Baekhyun tidak bisa apa-apa lagi.

“Aish! Kau tidak asyik, Baekhyun-ah!” gerutunya lalu membalikan tubuhnya dan kembali memilih-milih baju Baekhyun disana. Membuat Baekhyun terkekeh pelan di dalam hatinya.

Sambil menunggu Minjoo memilihkan baju untuknya, Baekhyun pun memperhatikan tubuh Minjoo di balik punggungnya. Melihatnya dengan perasaan rindu yang begitu menggebu. Ini mengingatkannya pada dimana ketika ia memeluk Minjoo dari belakang waktu di dapur dulu. Tubuh Minjoo benar-benar kecil dan hangat, sangat pas untuk berada di dalam dekapannya. So huggable.

Perlahan, Baekhyun mengangkat tangannya dan menyentuh ujung-ujung rambut Minjoo yang terurai menutupi punggungnya. Dengan sendu, Baekhyun mengelus rambut itu dengan lembut tanpa membuat Minjoo sadar. Ya hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menyalurkan perasaan rindunya pada Minjoo.

“Baekhyun-ah..”

Dalam satu detik, Baekhyun menurunkan tangannya dengan cepat dan bersikap selayaknya ia tidak menyentuh Minjoo.

“Kurasa ini bagus untukmu.” Lalu ia mengangkat coat berwarna coklat milik Baekhyun dan menempelkannya pada tubuh Baekhyun. “Jika kau memakai dalaman berwarna putih atau hitam, kau pasti akan sangat tampan, Baek.” Ujarnya kembali lalu memperlihatkan pada Baekhyun kaus berwarna putih lengan panjang dan bermodel turtleneck itu.

“Kau coba dulu sekarang, aku ingin memastikannya.”

“Minjoo-ya.. aku malas untuk ganti baju lagi!”

Minjoo menatap Baekhyun dengan bulat di matanya. Nafasnya sedikit tercekat juga dan Baekhyun kebingungan.

“Kenapa? Kenapa kau melihatku seperti itu?”

Minjoo perlahan menaikkan senyumannya dan menatap Baekhyun dengan malu-malu.

“Itu.. Kau memanggilku dengan ‘Minjoo-ya’. Sudah lama tidak mendengarnya, Baek.”

Baekhyun ingin sekali memotong lidahnya saat ini, bagaimana bisa ia memanggil Minjoo seperti itu secara tiba-tiba.

“Y-ya.. itu hanya panggilan saja. Apa begitu pentingnya untukmu?” Baekhyun masih berusaha untuk menghilangkan kegugupannya dan mengubah nadanya menjadi datar kembali. “Pokoknya aku tidak mau untuk mencoba baju itu.”

“Ayolah, Baek.. aku hanya ingin memastikannya saja. Jika tidak cocok kan aku bisa memilih lagi untukmu.”

“Aish!” Baekhyun pun menyerah, perkataan Minjoo masih menjadi suatu kelemahannya. “Baiklah, aku akan mencobanya.” Kemudian ia menarik baju itu dan melesat ke kamar mandi dengan cepat.

Minjoo hanya tersenyum sambil mendendangkan panggilan Baekhyun padanya tadi di telinga. Benar-benar terasa hangat dan lembut, persis Baekhyun yang dahulu. Entahlah, ia merasa namanya begitu indah jika Baekhyun memanggilnya seperti itu.

Tidak membutuhkan waktu sampai 5 menit, Baekhyun sudah keluar kembali dari kamar mandi dengan baju yang Minjoo pilihkan tadi.

Benar bukan seperti prediksi Minjoo? Baekhyun terlihat 10 kali lebih tampan dari sebelumnya. Baju berwarna putih serta coat berwarna coklat sepanjang lututnya. Kolaborasi yang pas untuk seseorang yang sangat tampan seperti Baekhyun.

“Kau puas?” ujarnya dengan dingin.

Minjoo tersenyum lembut pada Baekhyun dan memajukan langkahnya menghampiri Baekhyun. Jarak mereka hanya terpaut 5 cm lagi dan itu membuat jantung Baekhyun berdetak dengan cepat.

Deg. Deg.

“Hm, kau sangat tampan, Baekhyun-ah.” Kemudian ia mengangkat tangannya untuk membenarkan kerah Baekhyun yang sedikit terlipat. “Sangat.. sangat.. tampan, Baek.”

Baekhyun memerhatikan Minjoo dari jarak sedekat ini. Nafasnya yang menerpa dada Baekhyun membuat hati Baekhyun bergemuruh dengan hebat. Tangan Minjoo begitu lentik dan cekatan di sekitar lehernya membenarkan kerah Baekhyun. Yang pada akhirnya, tanpa sepenglihatan Minjoo, Baekhyun menyematkan senyuman kecilnya sambil menatap mata Minjoo.

Minjoo-ya, harusnya kau melakukan ini saat kau menjadi istriku di kehidupan mendatang. Membantuku untuk memilihkan baju, lalu merapikan kerahku jika terlipat.

Ah, Minjoo-ya.. Aku benar-benar ingin hidup bersamamu baik di kehidupan ini maupun di kehidupan mendatang..

.

.

.

Seperti biasanya, studio itu selalu penuh dengan orang-orang yang mendalami bidang kerja dalam fotografi atau desain. Minjoo tidak pernah lupa dengan bagaimana kondisi sebuah studio yang akan mengadakan pemotretan mengingat dia dahulu sering ikut untuk menemani Baekhyun melakukan pemotretannya. Ya, seperti sekarang juga, Minjoo kembali lagi menemani Baekhyun untuk melaksanakan pemotretannya.

Minjoo berjalan-jalan kecil mengitari studio, tersenyum pada orang-orang yang melihat ke arahnya sambil memerhatikan mereka yang bekerja begitu serius. Orang-orang disana tidak mengusir Minjoo karena tadi Yoongi telah bilang pada mereka bahwa Minjoo ‘kenalan’ terdekat Baekhyun—sebenarnya Yoongi ingin bilang bahwa Minjoo adalah ‘pacar’ Baekhyun, tapi ya kalian bisa tebak sendiri bagaimana nantinya.

Tak sengaja mata Minjoo menangkap Baekhyun yang kini tengah duduk di kursinya, menunggu alat-alat serta perabotan untuk pemotretannya selesai di tata rapikan. Minjoo tersenyum kecil lalu menghampiri pria itu.

“Baekhyun-ah, kau sudah siap?”

“Kenapa aku harus tidak siap jika ini adalah pekerjaanku selama berbulan-bulan..” gumamnya tanpa melihat ke arah Minjoo dan terus membaca majalah yang sedari tadi di pegangnya.

“Ah kau benar.. kau sudah hidup seperti ini selama bertahun-tahun..” tuturnya sambil memanggut-manggutkan bibirnya, “Ngomong-ngomong, aku belum pernah menanyakan ini padamu, bagaimana rasanya saat kau melakukan pemotretan begitu, Baek?”

“Rasanya? Kau pikir ini adalah jenis makanan apa?” tuturnya lagi dengan sinis.

“Ck..” Minjoo mendecakkan lidahnya dengan sebal pada Baekhyun. Demi Tuhan, jika nama Baekhyun tidak terukir di hatinya, mungkin ia akan menjambak rambut pria itu sekarang juga. “Maksudku.. Apakah itu menyenangkan atau tidak? Kau merasa terganggu atau tidak?” ujarnya lagi sambil menahan emosinya.

“Biasa saja. Mengingat aku sudah terbiasa berada di hadapan kamera.” Ucapnya dengan datar—lagi.

Minjoo yang mendengar itu pun semakin kesal dengan Baekhyun. Melihat ke arah majalah yang sedang Baekhyun baca, Minjoo langsung mengambil majalah itu dengan satu detik. Membuat Baekhyun langsung menolehkan wajahnya ke arah Minjoo dengan tajam.

“Ya! Aku sedang membaca itu!”

“Apa menariknya sih majalah ini? Kurasa hanya wanita saja yang membaca majalah!”

Aku berusaha untuk tidak menambahkan rasa rindu ini padamu, Minjoo.

“Biar saja, ini hidupku jadi terserah dengan apa yang kulakukan!” Baekhyun mengangkat tangannya dan berusaha meraih majalah itu dari tangan Minjoo. “Cepat berikan!”

“Aish, baiklah-baiklah..” Minjoo pun menyerah dan akhirnya memberikan majalah itu lagi pada Baekhyun. “Dasar pria dingin! Huh, aku bingung mengapa aku bisa jatuh cinta padamu..” ujarnya dengan pelan di akhir kata walaupun Baekhyun tetap masih bisa mendengarnya. Buktinya, jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya sekarang.

Minjoo.. hentikan. Ini membuatku semakin gila untuk merindukanmu.

.

.

.

Setelah 15 menit menunggu tempat pemotretan disiapkan, akhirnya Baekhyun dipanggil oleh sang fotografer untuk segera memasuki venue tempat pemotretannya. Minjoo berdiri tak jauh dari dimana Baekhyun berada, menatap pria itu dengan kagum-kagum. Bagaimana tidak kagum? Baekhyun adalah ciptaan Tuhan paling indah, menurutnya. Garis ketampanannya begitu jelas terlihat, baik itu dia sedang di make up maupun tidak. Baekhyun memiliki tahi lalat kecil di sudut kanan bibirnya tapi itu tidak pernah mengurangi ketampanan Baekhyun. Justru menurut Minjoo, itu adalah salah satu tanda khas-ketampanan milik Baekhyun. Terlebih ketika ia mengingat pernah mengecup tahi lalat itu juga saat mereka berciuman dahulu.

Tuhan, aku benar-benar merindukannya.

“Dimana si model wanitanya?” ujar sang wakil kepala redaksi yang ikut turun untuk melihat pemotretan itu. Kebetulan Baekhyun melakukan pemotretan ini untuk sebuah majalah.

Suasana disana tiba-tiba sedikit mencekam, beberapa orang mulai sibuk mondar-mandir sambil melakukan panggilan. Mungkin menelepon si model wanita itu.

“Tuan.. si model wanita tidak bisa datang hari ini. Tiba-tiba dia sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit..” ujar seorang gadis yang mungkin menjadi penanggung jawab dari model itu. “Maafkan saya, Tuan..” gumamnya sambil ketakutan. Jika kalian melihat secara langsung, wajah si wakil kepala redaksi itu benar-benar menakutkan saat ini.

Dia pun mengusap wajahnya dengan kasar sambil melihat ke arah Minjoo dengan kesal. Tapi, tak lama dari situ, ia langsung memicingkan matanya pada Minjoo, seakan-akan memerhatikan Minjoo dengan detail.

“Gadis itu siapa?” ujarnya pada gadis yang menjadi penanggung jawab model wanita tadi. Gadis itu melihat ke arah Minjoo dan itu membuat Minjoo sedikit risih di tempatnya.

“Ah, dia itu kerabat dari model pria ini, Tuan..” balasnya.

Wakil kepala redaksi itu tidak menanggapi perkataan bawahannya dan langsung berjalan ke arah Minjoo. Minjoo pun sedikit tercekat nafasnya ketika melihat dia berdiri tepat di hadapannya, terlebih sekarang dia sedang melihat Minjoo dari puncak kepalanya sampai ujung kakinya.

“Kau lumayan juga..” katanya tiba-tiba. “Kita pakai saja dia untuk menjadi model penggantinya!” teriaknya kembali pada gadis tadi.

“Eh?” Minjoo menaikkan satu alisnya. Begitu juga dengan Baekhyun yang mendengar perkataan wakil kepala redaksi itu, mengingat Baekhyun sendiri juga yang melihat dia berjalan ke arah Minjoo tadi. Bahkan kini Baekhyun langsung berdiri dari duduknya.

“Nona, kumohon anda bersedia untuk menjadi model pengganti saat ini, ok? Saya berjanji akan membayar anda..” ujar wakil kepala redaksi itu kembali dan tersenyum pada Minjoo.

“Tapi saya—“

“Ayo, nona saya antar ke ruang ganti pakaian untuk mengganti baju anda.” Si gadis yang menjadi penanggung jawab model wanita tadi kini telah menarik tangan Minjoo dan membawanya menuju ruang ganti pakaian.

Minjoo tidak bisa mengelak dan pada akhirnya ia pun pasrah mengikuti si gadis itu. Sedangkan Baekhyun, di tempatnya berdiri ia memerhatikan Minjoo terus menerus sampai gadis itu menghilang di balik pintu ruang gantinya.

.

.

.

Entah sudah berapa kali Baekhyun mendecakkan lidahnya sedari tadi. Ia bahkan terus menerus membuka halaman majalah yang sebelumnya ia baca dengan kasar, tidak berniat membaca majalah itu.

“Baekhyun-ssi, ada apa?” tanya stylist noonanya pada Baekhyun—sambil menunggu Minjoo di dandani, Baekhyun juga di rapikan kembali tatanan make upnya. Kebetulan sekali stylist noonanya ini sudah bekerja cukup lama dengan Baekhyun, maka dari itu dia mengetahui bagaimana sifat-sifat Baekhyun tentunya. “Apa ada yang mengganggumu?”

Baekhyun tidak membalas perkataan stylist noonanya itu dan terus berpikiran yang tidak tenang pada Minjoo. Tidak tahu kenapa, ia benar-benar tidak tenang saat ini mengetahui Minjoo akan menjadi pasangan modelnya untuk pemotretan sekarang.

“Ayo lanjutkan kembali pemotretannya!” teriak penanggung jawab pemotretan itu pada semua orang. Membuat Baekhyun dengan pikiran yang tidak tenangnya berjalan ke venue pemotretan tanpa menyadari bahwa Minjoo juga ikut berjalan di sampingnya.

“Ya, ayo kita mulai kembali pemotretannya. Sekarang.. um, tadi siapa namamu, nona?”

“Minjoo. Han Minjoo.”

Mendengar nama itu disebut, Baekhyun tersadar dari lamunannya dan langsung menolehkan wajahnya pada Minjoo.

Dia, gadis itu benar-benar mencuri seluruh pikiran Baekhyun.

Dress putih yang telah terpasang mengikuti lekuk tubuh Minjoo yang ramping itu semakin memperjelas tubuh S line Minjoo. Bagian atasnya terbuka, memperlihatkan sebagian dada, punggung tapi seluruh bahu Minjoo. Panjang dress itu sampai menutupi tumit kaki Minjoo memang, tapi itu tidak mengurangi sedikit pun kecantikan Minjoo. Yang membuat hati Baekhyun mencair seketika adalah kini Minjoo memolesi make up di wajahnya. Demi Tuhan, Minjoo yang tidak pernah memakai make up saja sudah seperti miss Korea cantiknya. Apalagi ini?

“Ah, ya nona Minjoo sekarang duduk di sebelah Baekhyun. Baekhyun kau juga ikut duduk di sebelah Minjoo.”

Baekhyun menelan salivanya susah payah lalu memfokuskan pendengarannya pada suruhan fotografer. Ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu mulai duduk di sebelah Minjoo.

“Ya, sekarang nona Minjoo miringkan sedikit duduk anda ke arah Baekhyun dan Baekhyun kau tetap saja duduk menghadap ke kamera ini.”

Baekhyun rasa jantungnya telah meledak seketika sesaat ia menangkap wajah Minjoo dari sampingnya sangat jelas. Oh, Tuhan.. Dia benar-benar wanita paling cantik yang Tuhan pernah ciptakan!

“Ya.. seperti itu. coba tersenyum sedikit nona Minjoo.”

Dan pemotretan itu pun di mulai. Dengan berbagai gaya yang fotografer titahkan pada Baekhyun dan Minjoo. Kalian tahu, itu semakin membuat Baekhyun menyesal karena telah mengaminkan permintaan Minjoo mengenai menjadi sasaeng fan nya hari ini, mengikuti Baekhyun sampai ke studio ini. Selama pemotretan ini, banyak sekali hal intim yang mereka lakukan. Misalnya, Minjoo harus merangkul lengan Baekhyun. Lalu ada juga yang Baekhyun harus merangkul pinggang Minjoo. Ada juga yang Baekhyun harus menempelkan kepalanya pada Minjoo. Adalagi yang harus Baekhyun memeluk bahu Minjoo dari belakang dan demi Tuhan itu yang paling buruk. Dia bisa merasakan kulit lembut punggung Minjoo di dadanya—oh Baekhyun lupa menjelaskan bahwa rambut Minjoo di ikat ke atas dan itu semakin memperlihatkan lekuk lehernya—dan itu benar-benar membuat jantungnya meledak sampai membuat kulitnya panas. Astaga, Minjoo benar-benar menyalakan hormonnya.

“Ya, ini terakhir.. sekarang kalian saling menghadapkan tubuh kalian. Baekhyun, kau pegang pinggang Minjoo, merangkul pinggangnya dan Minjoo kau memegang lengan Baekhyun.”

Mendengar titahan itu, Minjoo pun dengan cepat memutar tubuhnya dan mendekatkan dirinya pada Baekhyun. Baekhyun sebenarnya bingung pada Minjoo, apakah gadis itu tidak merasa canggung atau panas di dalam tubuhnya setelah melakukan banyak adegan itu dengan Baekhyun? Pikiran itu langsung Baekhyun singkirkan detik selanjutnya setelah mengingat bahwa Minjoo sangat menyukainya.

Pasti dia sangat menikmati ini semua. Ya.. aku juga sebenarnya.

Setelah berhasil meredam hormonnya, Baekhyun pun mengikuti sesuai dengan titahan fotografer. Ia perlahan mengangkat tangannya lalu melingkarkannya di pinggang Minjoo. Membuat jarak mereka benar-benar hanya terpaut 5 sentimeter panjangnya hingga masing-masing bisa merasakan hembusan nafasnya mereka. Sesaat setelahnya lagi, Baekhyun menaikkan pandangannya menatap mata Minjoo.

“Kau senang?” gumamnya pelan. “Ah, kau pasti sangat senang karena bisa dekat denganku seperti ini..” lanjutnya lagi masih dengan suara yang hanya bisa Minjoo dengar.

Minjoo tidak membalas perkataan Baekhyun dan hanya menelan salivanya dalam-dalam. Jika Baekhyun tahu, sedari tadi sesungguhnya Minjoo sudah lemas. Sendi lututnya sudah seperti hilang kemana sesaat semua sentuhan Baekhyun yang ia rasakan di kulit tubuhnya. Hormonnya pun ikut menyala seiring nafas Baekhyun yang terkadang menerpa lehernya.

Baekhyun-ah, aku gila bukan jika aku ingin menciummu sekarang juga?

Tidak mendengar tanggapan Minjoo, Baekhyun menurunkan pandangannya lagi dari mata Minjoo. Ketika ia melihat ke arah lekuk leher Minjoo, jantungnya berdetak dengan cepat namun itu membuatnya sedikit.. lega.

Kalung itu.. ada disana.

Kalung pemberiannya dahulu.

“Bunga matahari ini melambangkanmu, Minjoo. Walaupun aku tahu arti namamu adalah permata, tapi kurasa bunga matahari ini lebih pas untuk menjadi arti darimu.”

“..setiap aku melihat bungat matahari, aku selalu merasa bahagia. Sama seperti saat aku melihatmu, kau sama seperti bunga matahari itu padaku.”

“Kau.. masih memakainya?”

Menyadari Baekhyun berbicara tentang kalung itu, Minjoo pun mengangkat tangannya yang satu lagi dan meremas kalung itu dengan erat.

“Tentu saja.” Ujarnya menatap mata Baekhyun yang tidak menatapnya.

“Sudah kubilang, aku tidak bisa melepasmu.. Baekhyun. Begitu pula dengan kalung ini, selamanya aku tidak akan melepasnya.” Lanjutnya kembali.

Baekhyun terdiam dengan nafasnya yang tercekat. Rasanya.. ia ingin menangis juga detik itu.

Jika kau bisa untuk mendengar kata hatiku saja, Minjoo-ya.. Kau pasti tahu bahwa aku juga sama.

Aku tidak bisa melepasmu. Selamanya, tidak bisa melepasmu, Han Minjoo..

.

.

.

Yoongi baru saja masuk kembali ke studio dimana Baekhyun melakukan pemotretan tadi setelah sebelumnya ia mengantarkan Baekhyun dan Minjoo ke mobil mereka. Dia tidak bisa berhenti senyum saat ini, mengingat bagaimana reaksi mereka berdua saat pemotretan tadi. Oh, harusnya ia ikut memfoto reaksi mereka menggunakan kamera ponselnya.

“Tuan Yoongi!” seorang fotografer dari pemotretan itu memanggil Yoongi dari tempatnya. Yoongi pun tersenyum sekilas lalu menghampiri si fotografer.

“Ya? Ada apa?”

“Baekhyun dimana? Ini aku ingin melihatkan hasil fotonya..” ujarnya lalu menambahkan lagi, “Ah, Minjoo juga dimana?”

Yoongi menyerigai tersembunyi tanpa membiarkan fotografer itu melihatnya, tidak ingin bermaksud membuat ‘kode’ yang membuat fotografer itu bertanya-tanya apa maksud senyum Yoongi.

“Mereka sudah pergi.. biar aku saja yang melihatnya.” Ah aku akan memfotonya kali ini.

Fotografer itu tampak membuat huruf ‘O’ di bibirnya selama beberapa detik, sambil memanggut-manggut juga, lalu ia menunjukkan foto-foto hasil jepretannya yang sudah ditayangkan di layar notebooknya.

“Ini. Mereka tampak serasi sekali, benar?” ujarnya lagi.

Sumpah, Yoongi rasanya ingin terbahak saat ini juga. Foto itu benar-benar menggelitik indra kelucuannya. Walaupun Baekhyun bersikap selayaknya itu adalah pemotretan biasa, Yoongi bisa lihat jika dia menikmati proses dari pemotretan itu. Lihatlah, bahkan ia masih ingat sekali satu foto yang dimana seharusnya Baekhyun melihat ke sembarang arah tapi dia malah melihat ke arah wajah Minjoo. Demi Tuhan, dia ingin tertawa melihat ini semua.

“Kau yakin mereka hanya kerabat saja? Kurasa mereka tidak hanya sebatas kerabat saja, Yoongi.” Kemudian fotografer itu menslide satu per satu foto hasilnya, “Lihatlah, bahkan Baekhyun begitu menatap Minjoo dengan cinta. Selayaknya Minjoo adalah kekasihnya. Kau tidak bisa melihatnya, Yoongi?” ujarnya lagi sambil terkekeh pelan, dia hanya bercanda saja sebenarnya.

Yoongi pun menutup mulut rapat-rapat dan menyembunyikan senyumannya, “Tidak, mereka hanya kerabat. Minjoo juga kerabatku, kebetulan.” Lalu menatap hasil foto itu kembali.

Ah, seharusnya Yoongi bilang saja pada fotografer itu bahwa mereka adalah sepasang kekasih bukan? Tapi, jika Yoongi mengatakan itu mungkin Baekhyun akan membunuhnya malam ini. Haha.

“Kalau kalian masih saling mencintai, mengapa kalian harus terus mengelak hm?” gumamnya lagi.

.

.

.

Baekhyun terus menatap jalanan di hadapannya dengan datar, tidak ingin kehilangan fokusnya karena ia sedang membawa Minjoo saat ini. Dia saja melepas Minjoo karena tidak ingin gadisnya terluka, apalagi alasan yang tepat untuk saat ini kalau bukan itu?

“Baekhyun-ah..” akhirnya Minjoo membuka suaranya juga setelah 10 menit lamanya terdiam dengan dengungan mesin mobil Baekhyun di telinganya, “Kita sekarang akan kemana?”

“Ck..” Baekhyun terkekeh menyebalkan pada Minjoo, “Aku akan bertemu dengan temanku.” Ujar pria itu dengan menekan kata ‘Aku’-nya. “Apa maksudmu dengan kita?” tambahnya lagi masih tidak ingin melihat ke arah Minjoo—Dia masih belum menetralisir hatinya dari pemotretan sebelumnya.

Minjoo menolehkan wajahnya sempurna pada Baekhyun, “Heol..” lalu ia mendesah kasar pada Baekhyun, “Kenapa kau menyebalkan sekali sih hari ini?”

“Mana ada artis yang senang saat sasaeng fan nya mengikutinya seperti ini..” Ia kali ini memberanikan dirinya untuk melirik sekilas pada Minjoo, “Kau beruntung karena aku tidak melaporkanmu ke polisi, Minjoo-ya.”

“Dua kali!” ujar Minjoo dengan tiba-tiba. Kemudian ia menyondongkan tubuhnya pada Baekhyun, membuat Baekhyun menoleh seketika, “Dua kali kau memanggilku seperti itu, Baekhyun-ah..” tambahnya lagi sambil tersenyum gummy.

Deg. Deg.

Jantung Baekhyun berdegup dengan kencang sekali saat wajah Minjoo benar-benar di hadapannya. Ia hampir saja kehilangan kendalinya pada kemudi sebelum ia berhasil mendorong wajah Minjoo menggunakan telunjuknya lalu membuat jantungnya berdetak seperti semula kembali.

Minjoo-ya! Hentikan kumohon.. jangan sampai pertahananku goyah..

“Aku sedang menyetir, jangan ganggu aku.” Ujarnya lagi setelah ia rasa jantungnya ternetralisir di dalamnya. “Dan.. itu hanya panggilan, Minjoo—“ dia hampir saja mengeluarkan panggilan itu, “Han Minjoo. Apa se-ber-harganya kah panggilan itu untukmu? Ah.. aku lupa. Kau kan tidak bisa melepasku.” Ujarnya dengan nada mengejek walaupun nafasnya tercekat saat mengucapkan itu.

“Benar.. Aku memang tidak bisa melepasmu. Maka dari itu, hal kecil yang kau lakukan padaku akan sangat berharga untukku, Baek.” Ujarnya dan Baekhyun bisa lihat jika Minjoo tersenyum kecil padanya saat itu. Dan.. kembalilah lagi hati Baekhyun yang berdetak dengan menyakitkan di dalam tempatnya.

Berhenti mengatakan itu, Minjoo. Kumohon, perkataan itu semakin membuatku sakit.

“Tapi.. kau benar-benar menyebalkan hari ini, Baekhyun-ah. Sampai rasanya aku ingin memukul kepalamu!” ujarnya lagi, Minjoo mencairkan suasana yang tampak sedikit mencekam di antara mereka. Ya, mungkin Minjoo sebenarnya bisa membaca hati Baekhyun walaupun tidak bisa 100 persen menebaknya dengan benar.

Jangan merasa sakit, Baekhyun-ah. Keputusanmu untuk melepaskanku tepat. Kita memang tidak bisa bersama.

Tapi, untuk hari ini saja.. biarkan aku terus berada di sampingmu sampai 30 jam terakhir kita berakhir. Ya, hanya kau dan aku, serta waktu yang menghantui kebersamaan kita.

.

.

.

Baekhyun membuka pintu mobilnya setelah ia berhasil memarkirkannya di depan sebuah café. Tak selang satu detik darisitu, Minjoo juga keluar dari mobil Baekhyun melalui pintu sampingnya.

“Kau tidak pernah bercerita kau punya teman, Baek..” ujar Minjoo kembali setelah sebelumnya mereka hening di dalam mobil setelah pengakuan Minjoo. Baekhyun benar-benar diam seribu kata sambil menahan tangisannya tadi.

“Kau pikir aku introvert?” tuturnya dengan dingin dan menyolot. Minjoo yang mendengar itu terkekeh pelan.

“Habis.. aku tidak pernah melihatmu dengan temanmu sewaktu di Korea dahulu.. Temanmu kalau tidak Yoongi ya..” potongya sambil mengecilkan nada suaranya, “..aku.”

“Aku tidak pernah menganggapmu teman, sekedar informasi saja.” Tapi aku menganggapmu milikku, Minjoo.

“Sudah, kau lebih baik pergi kemana dahulu sekarang. Aku ingin bertemu dengan temanku dan aku tidak suka jika orang lain mengikuti saat aku bertemu dengan temanku.” Lanjutnya lagi dengan dingin. Sesaat setelahnya, ia berniat melangkah untuk meninggalkan Minjoo namun Minjoo berhasil menahannya.

“Tidak, aku akan ikut bersamamu. Sudah kubilang, aku akan menjadi sasaeng fan mu seharian ini. Seharian ini artinya dari saat aku mengatakan itu sampai malam ini.”

Baekhyun melepas tangan Minjoo dengan sedikit kasar namun tidak bermaksud untuk melukai gadisnya. Ia kemudian memutar tubuhnya lantas menatap Minjoo dengan malas di matanya.

“Han Minjoo, ini privasiku. Bagaimanapun juga aku punya hak privasiku sendiri, kumohon.. mengertilah.”

Mendengar nada bicara Baekhyun yang seperti malas dan mulai terganggu dengan kehadiran Minjoo tentunya membuat Minjoo merasa sedih hati di dalam dirinya. Apakah Baekhyun benar-benar serius saat ia bilang mencintai Minjoo waktu itu? Kenapa ia dengan semudah ini mengusirnya, merasa terganggu juga dengan kehadirannya.

Di dalam hatinya, Minjoo menahan pelan-pelan hatinya untuk tidak jatuh dan pecah di dasar. Ia menggigit bibirnya lalu memikirkan sebuah alasan.

“Aku akan duduk jauh dari mejamu, Baek.” Ujarnya dengan tiba-tiba, membuat Baekhyun menaikkan satu alis matanya, “Ya, aku akan duduk jauh dari mejamu dan hanya melihatmu dari kejauhan saja..” lanjutnya lagi sambil mengubah tatapannya seperti anak anjing meminta makanan, “Kumohon, izinkan ya.. hm? Janji tidak akan menganggumu. Aku hanya akan duduk diam dan melihatmu, itu saja.”

Melihat Minjoo memohonnya seperti ini, Baekhyun pun menghela nafasnya dengan kasar. Baekhyun akan selalu kalah telak dengan permintaan Minjoo-nya.

.

.

.

Minjoo mengangkat buku menunya tinggi-tinggi lalu mencoba melihat ke arah Baekhyun dari celah buku itu. Baru saja matanya berhasil menangkap keberadaan Baekhyun yang berjarak 4 meja darinya, ternyata Baekhyun juga sedang melihat ke arah Minjoo. Dengan mata yang sedikit kesal.

Minjoo pun membulatkan matanya lalu mengalihkan tatapannya dari Baekhyun. Detik selanjutnya, ia pun terkekeh pelan. Ini benar-benar lucu dan mengasyikan di satu waktu. Ia benar-benar merasa seperti sasaeng fan saat ini dan ia bahagia.

Beberapa detik setelahnya, Minjoo kembali menaikkan pandangannya dan mulai melirik Baekhyun lagi melewati celah buku itu. Sama seperti sebelumnya, Baekhyun masih melihat ke arahnya dengan kesal namun kali ini Baekhyun tampak dua kali lebih kesal. Selanjutnya pun masih sama, Minjoo merundukkan pandangannya lalu terkekeh pelan lagi.

Drrt. Drrt.

Ponselnya bergetar di dalam tasnya, membuat Minjoo mengeluarkan ponsel itu dari dalam.

From: Baekhyun

Berhenti melakukan itu atau aku akan membawamu keluar dari café ini.

Minjoo mendesah nafasnya dengan kasar, lalu kemudian menutup buku itu dengan hentakan keras.

“Baiklah-baiklah..” ujarnya dengan sedikit menaikkan volumenya, membuat pengunjung sekitar melihatnya dengan tatapan aneh. Jangan tanyakan bagaimana Baekhyun, pria itu kini sedang melihat Minjoo dengan tatapan datarnya.

Minjoo tentunya melihat tatapan datar itu lalu mengetikkan balasan pesan di ponselnya pada Baekhyun.

To: Baekhyun

Aku akan diam dan hanya melihatimu saja. Kau puas?

Setelah mengklik ‘send’ pada layar sentuh itu, Minjoo menaikkan pandangannya lagi menatap Baekhyun. Bisa ia lihat setelah Baekhyun melihat ke arah ponselnya, Baekhyun tersenyum menyeringai sambil mengangguk-anggukan kepalanya pada Minjoo. Dia benar-benar menyebalkan.

“Kenapa juga aku bisa jatuh cinta pada pria yang nyatanya se-menyebalkan-itu..” gumamnya dengan pelan lalu mengalihkan pandangannya pada jendela kaca luar. Melihat mobil-mobil yang berjalan lalu lalang di jalanan raya dan Minjoo tak ingin tahu juga mereka akan pergi kemana.

“Hai?”

Minjoo tampak mengernyitkan keningnya sebentar lalu detik selanjutnya ia memutar kepalanya untuk memastikan panggilan itu.

Seorang lelaki yang tampan telah duduk di hadapannya saat ini.

“Apa aku mengenalmu?” tanya Minjoo setelah melihat dengan jelas lelaki itu. Oh, jangan lupakan Baekhyun yang sedang memerhatikan mereka berdua dengan api amarah di dalam tubuhnya.

Siapa pria itu?

“Aku, Oh Sehun. Ngomong-ngomong, apa kau berasal dari Korea juga?” tanya lelaki itu dengan mengganti bahasanya pada bahasa Korea. Minjoo pun mengangguk mengiyakan detik selanjutnya.

“Ah.. beruntungnya bisa bertemu orang Korea juga..” pria itu tersenyum lalu kini mengangkat tangannya pada Minjoo, “Untuk formalnya, perkenalkan.. Aku Oh Sehun.”

Minjoo melihat tangan yang menggantung di udara dan wajah pria itu dengan bergantian. Memastikan apa lelaki itu pria yang baik-baik atau tidak.

“Ah, kau pasti berpikir bahwa aku pria yang tidak-tidak..” ujarnya kemudian sambil tersenyum lebih dalam lagi, “Menurutku karena kita sama-sama orang Korea, bukankah kita harusnya saling mengenal? Maka dari itu tadi aku berani mengajak berkenalan denganmu mengingat tidak terlalu banyak orang Korea di London ini..” lanjutnya lagi.

Minjoo pun terdiam sebentar namun akhirnya ia ikut tersenyum membalas Sehun. “Benar.” Minjoo lalu membalas jabatan tangan Sehun, “Aku, Han Minjoo. Halo, Sehun-ssi.”

Baekhyun baru saja akan berdiri dari kursinya—tidak lain kalau bukan untuk menghampiri mereka—namun temannya baru saja datang dari pintu café dan langsung menyadari kehadirannya.

“Baekhyun-ah!”

Minjoo melihat ke arah Baekhyun serta temannya yang berjumlah dua orang itu. Sehun juga yang menyadari bahasa bicaranya teman Baekhyun langsung memutar tubuhnya, melihat ke arah meja itu.

“Ah, ternyata di London banyak orang Korea juga. Koreksi perkataanku, Minjoo-ssi.”

Minjoo terkekeh pelan mendengar perkataan Sehun walaupun kini netranya masih melihat ke arah Baekhyun dan kedua temannya. Sedangkan Baekhyun kini menahan amarahnya dalam-dalam lalu perlahan duduk kembali di kursinya. Melihat ke arah Minjoo dan Sehun dengan panas di kepalanya.

.

.

.

“Ya! Bagaimana kabarmu?!” ujar Jongdae, teman kuliah Baekhyun ketika dahulu yang kini sedang mengambil magisternya di London. “Ah kau pasti sukses sekali sekarang karena namamu sudah terkenal menjadi artis internasional, bukan?!”

“Benar, dia pasti sukses sekali..” kali ini Minseok lah yang membuka suaranya untuk menyapa Baekhyun. Minseok juga sama seperti Jongdae untuk Baekhyun, teman kuliah Baekhyun ketika dahulu namun bedanya dia berada dua tingkat di atas dari dirinya dan Jongdae. “Aku saja baru menyelesaikan studi magisterku tapi kau sudah se-sukses ini. Kau licik, Baekhyun-ah.”

“Tidak, tidak seperti itu hyung..” Baekhyun sedikit melirikkan matanya pada meja Minjoo, mengecek apa yang Minjoo lakukan dengan pria itu. Demi Tuhan, Baekhyun benar-benar kesal saat ini. Ia bisa yakin sekali jika pria yang berada di hadapan Minjoo bukanlah seseorang yang Minjoo kenal, mengingat ia sendiri melihat bagaimana tidak tertarikannya Minjoo di awal pertemuan mereka. Tapi, lihat, kini mereka bahkan tertawa bersama untuk candaan yang Baekhyun tidak tahu apa. Rasanya itu.. hatinya benar-benar terbakar saat ini.

“Kau berlebihan, hyung.. Jongdae-ya. Aku tetaplah Baekhyun teman makan kalian di kantin dahulu.”

“Aigoo.. Baekhyun bisa juga berbicara seperti itu.” Ujar Jongdae, namun tiba-tiba Minseok menimpalinya sambil memukul lengan Jongdae. “Ya! Dia kan memang seperti itu, bisa sekali berbicara gombal.” Balasnya sambil terkekeh. Tak selang beberapa detik dari situ, Minseok menolehkan wajahnya menatap Baekhyun, “Berbicara gombal, apakah kau sudah punya pacar saat ini, Baekhyun-ah?”

Fokusnya benar-benar hilang dari Minseok dan Jongdae saat ini. Kepalanya mendidih, persis seperti matahari telah terbit di baliknya.

Di sana, ia melihat jika pria entah siapa itu sedang menghampiri Minjoo di kursinya lalu duduk persis di sebelah gadis itu. Menempelkan bahu mereka. Dan tertawa pada sesuatu yang berada di ponsel pria sialan itu.

Ini tidak bisa dibiarkan, pria itu telah menyentuh Minjoo sampai luar batasnya—ya menempel bahu bagi Baekhyun sudah diluar batasnya. Dalam satu hentakan, Baekhyun pun berdiri dari kursinya. Membuat kedua temannya melihat kebingungan ke arahnya.

“Ya! Kenapa kau berdiri? Kau sudah mau pergi lagi?” ujar Jongdae.

“Apakah kau sesibuk itu sampai hanya bertemu dengan kami 10 menit lamanya saja?” timpal Minseok.

Baekhyun tidak menanggapi perkataan Minseok dan ia mulai berjalan menghampiri meja itu, meja Minjoo. Membuat kedua temannya tadi semakin menautkan alisnya kebingungan.

“Minjoo, berdiri.” Ujarnya setelah berada di hadapan meja itu.

Mendengar suara Baekhyun memanggilnya, Minjoo cukup kaget tentunya dan langsung menghentikan tawanya bersama Sehun. Ia pun langsung menatap Baekhyun di matanya.

“Eh? Apa yang kau maksud, Baekhyun-ah?” tanyanya. Sehun yang berada di sebelah Minjoo pun melihat Baekhyun sama bingungnya dengan Minjoo.

Melihat kedua ekspresi yang sama itulah semakin membuat panas di kepala Baekhyun menyala. Demi Tuhan, apakah mereka ini sedang memanasinya sampai harus membuat gerakan ‘couple’ seperti itu?

Tidak membalas perkataan Minjoo, Baekhyun langsung menggenggam pergelangan tangan Minjoo dan menariknya sampai gadis itu berdiri.

“Baekhyun-ah, kenapa denganmu? Kau bilang kau tidak mau privasimu diganggu, tapi mengapa kau mengusikku saat ini?” ujar Minjoo dengan pelan, seperti berbisik pada Baekhyun. “Temanmu memerhatikanku saat ini.. lepaskan aku, Baekhyun-ah.” lanjutnya lagi setelah melihat Minseok dan Jongdae memerhatikan mereka dengan kerutan kening di dahi mereka. Ugh, bahkan beberapa pengunjung juga mulai memerhatikan mereka.

“Kau.. jangan temui dia lagi. Dia bukan seseorang yang bisa kau permainkan, Tuan-entah-siapa-namamu.”

Minjoo benar-benar membuat simbol tanda tanya yang besar di atas kepalanya. Seiring juga dengan kedua alis yang terangkat sempurna dan mulut yang terbuka karena kata-katanya tercekat di tenggorokannya. Apa maksud perkataan Baekhyun itu?

Setelah itu, Baekhyun memutar tubuhnya dan membawa Minjoo berjalan menjauh dari meja itu. Dengan penuh keberaniannya, ia juga menggenggam tangan Minjoo dan mendudukannya tepat di sebelahnya, di mejanya dengan Minseok dan Jongdae tadi.

Baekhyun memerhatikan Sehun yang masih belum beranjak dari tempatnya dan masih melihat Minjoo kebingungan. Melihat itu, Baekhyun langsung menolehkan wajahnya pada Minjoo.

“Tidak usah melihatnya, kau bisa?” ujarnya dengan dingin.

Minjoo semakin-semakin lagi menatap Baekhyun tidak mengerti. Tapi, mengingat dia berada di meja pria itu dan kedua teman Baekhyun sedang memerhatikan mereka dengan dahi yang benar-benar mengkerut ke dalam, Minjoo pun menyerah. Ia melihat sekilas pada Sehun, lalu membungkuk maaf. Sehun pun tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain ikut membungkuk maaf, tersenyum pada Minjoo dan melihat Baekhyun dengan kebingungan. Jangan tanyakan apa yang Baekhyun balas pada tatapan Sehun, bahkan Sehun sedikit bergidik ngeri melihat Baekhyun yang menatapnya dengan tatapan yang membunuh. Kini, Sehun beranjak dari tempatnya dan mulai pergi dari café itu.

“Uhm.. bisa kau jelaskan ini semua pada kami, Baekhyun-ah?” Jongdae membuka suaranya dan melihat ke arah Baekhyun dan Minjoo bergantian. “Siapa..nona ini?”

Baekhyun tahu pasti Jongdae akan bertanya seperti itu. Mau bagaimana lagi, bagaimana pun juga dia tidak bisa melihat Minjoo barang seujung kuku pun di sentuh pria lain selain dirinya. Bahkan Chanyeol yang notabenenya kakak—angkatnya—sendiri pun sanggup membuat Baekhyun merasa kesal padanya.

“Dia anak dari tentangga di apartemenku.” Bohongnya, “Dia sangat menyukaiku jadi dia mengikuti sampai kesini tadi. Hanya saja ketika tadi aku melihat seorang pria yang aku rasa tidak dikenalnya mengganggunya, maka aku menolongnya tadi.” Ujarnya sambil menekan beberapa kata untuk meyinggung Minjoo. Dan itu memang berhasil, Minjoo sedikit tersinggung.

“Ah.. begitu rupanya.” Jongdae berujar. “Kalau dia hanya anak tetanggamu, boleh jika aku meminta nomornya?”

“Ya!”

Baekhyun menyentak Jongdae begitu keras, membuat si pelaku itu sendiri, Jongdae dan Minseok—yang ternyata bersengkokol—terkekeh pelan. Sedangkan Minjoo.. dia cukup tersentak kaget di awal. Namun melihat Jongdae dan Minseok tertawa, Minjoo mengerti sesuatu.

“Kau masih pembohong yang payah, Baekhyun-ah!” ujar Minseok dengan tawa yang mulai terbahak.

“Kalau dia hanya anak tetanggamu mengapa kau mesti marah?” timpal Jongdae kembali, “Aigoo.. Baekhyun-ah, kau masih saja sama seperti dahulu.” Teringat oleh Jongdae bagaimana kentaranya sekali amarah Baekhyun saat menghampiri Minjoo tadi. Persis seperti seorang lelaki yang membela gadisnya dari lelaki genit yang mengganggunya. “Pembohong yang payah.” lanjutnya lagi sambil masih tertawa.

Baekhyun diam seribu bahasa di tempatnya, ia benar-benar tersuduti dan skak mat saat ini. Percuma saja jika ia mengelak, Jongdae dan Minseok akan semakin membullynya dan mungkin akan mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh Minjoo dengar untuk waktu ini.

Tapi Baekhyun salah. Tanpa butuh penjelasan lebih detail pun, Minjoo mengerti. Minjoo tersenyum kecil di kursinya, melihat Baekhyun dengan dadanya yang sedikit menghangat.

Kau memang mencintaiku, Baekhyun-ah.

.

.

.

“Ah, sayang sekali kita hanya bisa berbicara sebentar..” kini Jongdae, Minseok, Baekhyun, dan Minjoo berada di luar café tadi. Setelah berbincang sekitar satu sampai dua jam lamanya, Minseok dan Jongdae harus pergi. Minseok memiliki urusan untuk persiapan kembali ke Korea, sedangkan Jongdae memiliki kelas 15 menit lagi.

Dari waktu yang mereka habiskan tadi, Minjoo tahu jika Jongdae dan Minseok adalah pria yang sangat menyenangkan. Sangat ramah dan sopan sekali, mereka juga sangat lucu sampai membuat perut Minjoo kesakitan karena tertawa terus sedari tadi.

“Ah, Minjoo-ssi kuharap kita bisa bertemu lagi jika di Korea nanti..” ujar Minseok menatap Minjoo dengan senyum. Jongdae mengangguk-angguk mengiyakan, “Kalau kau ada waktu, kita harus bertemu lagi, Minjoo-ssi. Kau masih lama kan untuk tinggal di London?”

“Ya.. ya..” Baekhyun membuka suaranya, menimpali perkataan mereka. “Yang temannya kalian ini aku atau dia? Bukankah seharusnya kalian mengatakan itu padaku!?” ujarnya dengan sedikit kesal. Ya walaupun tidak sepenuhnya di diamkan, tapi Baekhyun bisa pastikan jika dia hanya berbincang selama 45 menit lamanya saja dengan mereka ketika di café tadi. Sisanya mereka terus berbincang dengan Minjoo.

“Aigoo.. dia cemburu, Minjoo-ssi.” Bisik Jongdae pada telinga Minjoo. Membuat Minjoo terkekeh pelan dan Baekhyun semakin menatapnya nyalak.

“Sudahlah, aku takut terlambat untuk datang ke kelas. Sekali lagi, senang bertemu denganmu, Minjoo-ssi.” Ujarnya lagi dan diikuti Minseok setelahnya, “Benar, senang sekali bisa berbicara denganmu.”

Minjoo tersenyum malu dan membungkukkan badannya hormat pada mereka berdua, “Sama-sama, semoga kita bisa bertemu kembali, Jongdae-ssi dan Minseok-ssi.”

“Untuk kau.. aku tidak akan merindukanmu, kau tahu?” kini Jongdae merangkul Baekhyun sekilas lalu menepuk pelan pundak Baekhyun dua kali. “Sampai berjumpa lagi!” kekehnya di akhir kata lalu melepas tangannya dari Baekhyun sebelum Baekhyun hendak memukul kepala Jongdae.

“Benar, Baekhyun-ah. Hyung tidak akan merindukanmu..” goda Minseok lagi sama seperti Jongdae, menepuk pundak Baekhyun dua kali lalu berjalan menjauh dari pria itu.

“Kalian benar-benar..” Baekhyun tadinya hendak menarik mereka berdua namun entah bagaimana bisa saat ini mereka telah berhasil masuk ke sebuah taksi berwarna kuning dan mengunci pintunya dari dalam.

“Annyeong, Baekhyun-ah! Ah, Minjoo-ssi! Jika Baekhyun macam-macam padamu, beritahu kami, ok? Kami akan ada di pihakmu!” ujar Jongdae sekali lagi melewati kaca jendela taksi diikuti kekehan Minseok. Dan Baekhyun, pria itu semakin ingin menarik mereka berdua keluar dari mobil taksi dan menyumpal mulut mereka dengan kaus kakinya. Terlalu berisik.

Selang beberapa detik, taksi kuning itu pun pergi dari hadapan Minjoo dan Baekhyun. Meninggalkan mereka yang terdiam memandang taksi itu dengan satu yang tersenyum dan satu lagi kesal.

“Awas mereka.. jika bertemu lagi aku akan menghabisinya..” gumam Baekhyun perlahan namun di dengar oleh Minjoo yang kini sedang berdiri di sebelah pria itu.

“Mereka orang yang menyenangkan, Baekhyun-ah.” ujarnya tiba-tiba, “..tidak seperti dirimu..” lanjutnya kembali membuat Baekhyun memutar tubuhnya seketika.

“Apa? Apa yang kau katakan?” tuturnya dengan nyalak menatap Minjoo.

“Tidak.. bukan apa-apa..” bohongnya sambil menyembunyikan tawanya. Jika Baekhyun mendengar tawanya, mungkin Baekhyun bisa semakin marah lagi pada dirinya. “Omong-omong tadi kenapa kau menarikku dari meja? Kau bilang kau tidak mau aku mengganggumu.”

“Kau.. cemburu benar, Baekhyun-ah?” lanjutnya lagi menggoda Baekhyun. Oh, tentunya Minjoo belum lupa dengan perihal kejadian dimana Baekhyun menariknya keluar dari meja padahal Minjoo hanya berbincang saja dengan Sehun.

Baekhyun tercekat nafasnya oleh kata-kata Minjoo karena perkataan itu benar adanya. Dia tidak suka melihat Minjoo bersama lelaki lain selain dirinya. Atau cemburu kata lainnya.

“Tidak usah berharap yang tidak-tidak, Han Minjoo.” tuturnya sambil menahan nafasnya agar tidak terlihat seperti sedang gugup di hadapan Minjoo, “Justru kau yang harusnya berterima kasih padaku, aku tahu pria itu bukanlah pria yang baik-baik mengingat ini di London.” Dia mengumpulkan alibinya yang ia rangkai secara cepat di otaknya, “Walaupun dia berasal dari Korea, aku bisa lihat jika budaya barat telah mengontaminasi dirinya. Mungkin kau bisa di apa-apakan sebelum aku datang tadi.” Ujarnya kembali.

“Kau ini.. seharusnya sebagai seorang gadis bisa menjaga martabatnya.. tapi apa? Kau dengan mudahnya terjatuh hanya karena ketampanan pria itu..”

Demi Tuhan, Minjoo semakin ingin sekali untuk terbahak di tempatnya saat ini. Baekhyun dengan sifat cemburunya memang terbaik.

Aigoo.. Baekhyun-ku benar-benar cemburu ternyata, hm?

“Sudahlah, beritahu alamat apartemenmu. Aku akan mengantarmu pulang sekarang.”

Mendengar itu, Minjoo langsung menghentikan kekehan di dalam hatinya dan membulatkan matanya pada Baekhyun. “Tidak mau! Kan sudah kubilang aku akan mengikutimu sampai malam nanti, Baekhyun-ah..” rengeknya di akhir kata.

Baekhyun menghela nafasnya kemudian, “Minjoo, aku sudah tidak punya acara apa-apa lagi sekarang. Lebih baik kau pulang saja, sudah mulai sore juga.”

Minjoo menggeleng pelan kepalanya, “Pokoknya tidak mau, aku tidak mau pulang sebelum malam nanti.” Baekhyun-ah, ini yang terakhir untukku. “Kau pergi kemana misalnya begitu, Baek? Aku akan mengikutimu dan diam..”

“Aish!” Baekhyun mengerang kesal dan menyerah, “Sudahlah! Kali ini aku akan membiarkanmu..” dia pun menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Mau bagaimana lagi? Sejujurnya dia juga belum mau berpisah dengan Minjoo, tapi tidak lucu kan jika dia mengatakan itu pada Minjoo.

“Kau mau pergi kemana? Aku akan mengantarmu. Sekarang.. aku yang akan mengikutimu.”

Minjoo membulatkan matanya tak percaya, “Kau.. serius, Baek?” ujarnya.

“Ck..” Baekhyun mendecakkan lidahnya dengan kesal. Bisa tidak dia tidak usah mengulang perkataannya lagi?, “Ya sudah kalau tidak mau, aku akan menelepon Chanyeol saja dan menyuruhnya—“

Perkataannya berhenti sesaat Minjoo menggenggam tangannya dengan erat dan membawanya berjalan menuju mobilnya.

“Ayo pergi, aku akan membawamu ke suatu tempat.”

Baekhyun hanya tetap terdiam sambil membiarkan dirinya di bawa oleh Minjoo, menatap tangan Minjoo yang di genggamannya. Rasanya.. sudah lama sekali tidak merasakan kehangantan jemari Minjoo di miliknya.

.

.

.

Suara riuh anak kecil terdengar menggema di kuping Baekhyun. Sebenarnya Baekhyun lumayan menyukai anak-anak karena dia dahulu juga sering mengunjungi panti asuhan seperti ini ketika di Korea dahulu. Namun, karena sudah terlalu lama jadi suara anak kecil ini sedikit mengganggunya.

“Kau sering kemari?” tanya Baekhyun. Kini mereka sedang berjalan melewati lorong yang menghubungkan ruang penerima tamu dengan ruang dimana anak-anak bermain. Baekhyun menanyakan hal itu karena sepertinya suster di depan tadi telah mengenal Minjoo dengan baik.

Minjoo menganggukkan kepalanya, “Iya, selama di London ini aku menghabiskan waktuku disini, Baek..”

Baekhyun tidak membalas perkataan itu dan tetap berjalan mengikuti Minjoo. Tak sampai 1 menit lamanya, kini mereka telah berada di ruangan dimana anak-anak bermain. Suara riuh anak-anak itu pun semakin jelas di telinga Baekhyun.

“Minjoo noona!” teriak Michael menyadarkan Baekhyun. Anak lelaki itu kini tengah berlari menghampiri mereka—atau lebih tepatnya Minjoo.

“Michael!” Minjoo tersenyum lebar dan menyambut kehadiran Michael. Sesaat Michael telah berada di hadapannya, mereka berdua saling menyodorkan tangan mereka dan kemudian high-five secara bersamaan. Pastinya mereka sudah cukup dekat, pikir Baekhyun.

“Minjoo datang kemari karena merindukanku bukan?!” ujar bocah lelaki itu setelahnya sambil mengangkat kedua alisnya, menggodai Minjoo. Well, Baekhyun sedikit mengangkat alisnya kebingungan melihat sikap bocah lelaki itu tapi kemudian ia tepis begitu saja setelah ia mengingat ini di London yang berbeda budaya dengan Korea.

“Percaya diri sekali kau, Michael..” balas Minjoo sambil tertawa keras dan Michael langsung menanggapi Minjoo dengan pout di bibirnya.

“Minjoo Eonnieeeee!” kemudian Baekhyun dikejutkan kembali dengan kehadiran seorang gadis cilik yang berlari ke arah Minjoo dan setelah berhasil menghampiri Minjoo, gadis itu langsung memeluk Minjoo. “Aku merindukanmu, Minjoo!”

“Aigoo.. Hailey!” Minjoo menyambut kehadiran gadis cilik itu dengan hangat, ikut memeluknya juga. “Aku juga merindukanmu! Ah iya, kau sudah bisa menjawab soal matematika yang waktu itu aku ajarkan?”

“Sudah!” Hailey mengangguk-angguk antusias, “Bahkan aku mendapatkan nilai 100 di ulanganku, Minjoo!”

Mendengar itu tentunya Minjoo senang bukan main. Dia tersenyum lebar sekali sambil memeluk Hailey dengan lebih erat lagi.

“Ini namanya adikku! Wah, Hailey-ku memang pintar!”

“Aku juga dapat nilai 100, Minjoo!” Michael menyerongot tiba-tiba, tak ingin kalah dari Hailey. “Tapi, aku tidak mau jadi adikmu. Aku maunya jadi pacarmu!”

Baekhyun membulatkan matanya seketika dan langsung melihat Michael tidak suka, “Bocah kecil, kau ini masih kecil sudah berpikir untuk mencari pacar saja. Sekolah dahulu yang benar baru mencari pacar.” Ujarnya dengan dingin dan sedikit menyerongot.

“Kau siapa? Kenapa kau datang bersama Minjoo?” tanya Michael sinis juga. Jelas sekali tidak suka dengan Baekhyun.

“Aku? Aku teman, Minjoo. Kenapa? Tidak suka?”

“Oh Tuhan.. Minjoo!” Michael menolehkan wajahnya pada Minjoo, “Kenapa kau membawa teman yang menyebalkan seperti ini?”

“Kau benar, dia memang menyebalkan Michael. Aku juga tidak tahu mengapa aku membawanya kemari..” timpal Minjoo memanas-manasi Baekhyun.

Tentunya Baekhyun merasa tersinggung dengan perkataan mereka, ia membulatkan matanya tak percaya dan menatap nyalak pada Minjoo.

“Ya.. Han Minjoo..”

Baru saja Baekhyun hendak menarik Minjoo, tapi gadis itu telah kabur bersama Hailey. Lari dengan sambil tertawa, diikuti Michael di belakangnya.

Melihat itu, entah mengapa Baekhyun merasa bahagia. Melihat Minjoo tertawa di hadapannya, senyuman lebar yang gadis torehkan karena atas nama dirinya.

Ini semua membuatnya gila. Seharusnya, dia tidak boleh melakukan ini bersama Minjoo. Melakukan hal-hal kecil yang dahulu mereka sering lakukan, bertengkar karena hal sepele dan tertawa bersama. Tapi jujur, Baekhyun sangat merindukan itu.

Dia pun membuang egonya jauh-jauh dari dari hatinya.

Biarkan sekali ini saja aku membuat diriku senang.

Lalu kemudian tersenyum kecil dan mulai mengejar Minjoo, Hailey serta Michael. Tertawa bersama mereka, membiarkan perasaan yang pernah dan masih hinggap di dadanya semakin tumbuh mengembang dan perasaan dimana ia tidak ingin melepas Minjoo kembali tumbuh di dalam hatinya.

Mereka akhirnya menghabiskan sore hari mereka disana, bermain bersama anak-anak yang tidak seberuntung dirinya dan Minjoo. Sesekali Baekhyun tak sengaja menyembunyikan Minjoo di belakang tubuhnya jika Michael sudah merengek lagi meminta Minjoo menjadi pacarnya. Sesekali juga Baekhyun menahan pinggang Minjoo dengan merangkulnya jikalau Hailey terlalu kencang mendorong-dorongnya karena sedang bermain. Banyak sekali hal kecil yang Baekhyun lakukan pada Minjoo tanpa kesadarannya. Ia merasa.. ia seperti hidup bersama Minjoo kembali.

.

.

.

“Minjoo, ini bagaimana sih? Kenapa bunganya jadi begini..” ujar Hailey sambil menyodorkan bunga yang sedang ia jahit pada sebuah bando untuk membuat flower crown. Baekhyun tidak ikut membuat itu, dia hanya menonton mereka tepat di samping Minjoo.

“Begini, Hailey..” Minjoo mengambil bando serta bunga yang sedang Hailey jahit tadi. “Kau harus menjahitnya seperti ini..” Dia mulai menarikan jemarinya untuk menjahit bando serta bunga itu cekatan, “Kau lihat? Jadi bunganya tidak akan terbelit oleh benang itu..”

Hailey mengangguk-angguk mengerti lalu meminta Minjoo untuk menyerahkan kembali bandonya.

“Darimana kau bisa menjahit? Kurasa kau tak pernah menceritakan itu padaku dahulu..”

Minjoo menolehkan wajahnya pada Baekhyun, “Tumben sekali kau bertanya, mengingat betapa dinginnya kau hari ini..” tuturnya tersenyum menyebalkan pada Baekhyun.

“Tsk..Kau juga sama menyebalkannya dengan diriku..”

Minjoo pun hanya terkekeh pelan menanggapi perkataan Baekhyun. Tapi kekehannya ia hentikan seketika sesaat Minjoo merasakan sesuatu yang berat di kepalanya. Sakit sekali, seperti di tusuk-tusuk menggunakan pisau.

Tuhan, jangan lagi..

“Minjoo, setelah ini apalagi..”

Minjoo tetap terdiam dan mulai menundukkan pandangannya. Masih menahan rasa sakit di kepalanya itu dan yang lebih penting lagi, ada sesuatu yang ia sembunyikan di balik sana.

Merasa sesuatu terjadi pada Minjoo, Baekhyun pun menolehkan wajahnya melihat Minjoo.

“Minjoo? Kau kenapa?” tanyanya.

Aku tidak boleh terlihat seperti ini di hadapannya.

“Hailey, Minjoo ingin ke kamar mandi dahulu sebentar. Aku sepertinya ingin buang air kecil.”

Dengan cepat Minjoo pun bangkit dari duduknya dan meninggalkan mereka berdua. Ketika dia telah berada di kamar mandi, ia langsung menaikkan pandangannya dan menatap kaca yang berada di hadapannya.

Darah segar itu perlahan turun dari hidung Minjoo.

“Jangan seperti ini, Tuhan.. Jangan saat ini, kumohon..” Dia pun menyalakan keran air lalu membasuh wajahnya. “Dia sedang bersamaku, dia tidak boleh melihat ini kumohon..”

.

.

.

Baekhyun dan Minjoo duduk terdiam di kursi mereka, Baekhyun yang fokus menyetir mobil dan Minjoo yang hanya menatap diam jalanan gelap di hadapannya. Waktu sudah sangat gelap, sudah menunjukkan pukul 8 malam. Hailey terlalu merindukan Minjoo sampai-sampai dia tidak membiarkan Minjoo untuk pulang hingga malam seperti ini.

Mengingat bagaimana dekatnya Minjoo dan Hailey membuat Baekhyun tersenyum kecil di tempatnya. Mereka sangat lucu, dengan Hailey yang sangat manja dan Minjoo yang bersifat keibuan. Memikirkan itu membuat Baekhyun menghayal lagi jika saja Minjoo menjadi istrinya, mungkin dia akan menjadi Ibu yang sangat menyenangkan untuk anak-anaknya.

“Sudah berapa lama kau bermain di panti asuhan itu? Sepertinya kau sangat dekat dengan mereka..” akhirnya Baekhyun membuka suaranya, suasana terlalu hening dan Baekhyun tidak menyukai itu. Ya, sebenarnya Baekhyun tidak boleh membuat percakapan apapun lagi dengan Minjoo agar gadis itu tidak terlalu menaruh banyak harapan pada dirinya. Hanya saja.. dia benar-benar sudah kelampau oleh egonya sejak di panti tadi.

Sekali lagi, biarkan diriku untuk senang sekali lagi saja.

“Hm.. kau tahu sudah berapa lama aku tinggal di London?”

Baekhyun tahu jawabannya hanya saja dia memilih untuk menggeleng kepalanya.

“3 bulan, Baek. Aku sudah 3 bulan tinggal disini..” ujarnya, “Selain hanya mengikutimu, aku bermain juga dengan mereka.. Terlebih Hailey dan Michael, mereka dua orang pertama yang mau dekat denganku. Kau tahu, anak-anak yang lain sebelumnya itu tidak menyukaiku karena aku berasal dari Korea. Racism.”

“Ah pantas saja kau terlihat lebih dekat dengan mereka.. Dan Michael, apa dia benar-benar menyukaimu?” tanyanya lagi lebih menyelidik. Tentu saja Baekhyun tidak lupa bagaimana Michael menaruh perhatian lebih pada Minjoo dan berulang kali juga meminta Minjoo menjadi pacarnya.

“Kenapa tiba-tiba menanyakan itu? Jika dia benar menyukaiku, apa urusannya denganmu?” Minjoo sedikit mengubah nadanya menjadi menyebalkan. Ingin tahu reaksi Baekhyun bagaimana.

“Ya.. itu salah, bodoh! Anak sekecil itu sudah main cinta-cintaan saja..” ujarnya, “Kau harusnya mengajarkan pada mereka jika cinta itu hanya untuk orang dewasa saja! Terlebih, dia malah memintamu untuk menjadi pacarnya. Apa-apaan itu..”

“Jadi.. kau sudah merasa dewasa, Byun Baekhyun? Makanya kau sudah berurusan dengan cinta, begitu?” tanya Minjoo lagi lebih menyebalkan.

“Tsk.. Kau malah membalikkannya padaku, Han Minjoo..” ucapnya sambil melihat Minjoo sekilas. “Kau benar-benar gadis yang menyebalkan. Serius.”

Minjoo yang mendengar itu pun hanya tertawa lebih keras dari sebelumnya. Baekhyun dengan sifat cemburunya memang benar-benar manis dan menggelikan.

Mendengar tawa Minjoo di sebelahnya membuat Baekhyun menolehkan wajahnya pada Minjoo dan melihat gadis itu dengan seksama. Ini mengingatkannya pada waktu mereka bersama dahulu. Minjoo yang selalu tawa bersamanya, tepat di sampingnya. Tersenyum dengan lebar dan yang membuat Baekhyun lebih merasa bahagia adalah karena atas nama siapanya diri gadis itu tertawa.

Jika aku ingin kembali bersamamu.. Apa aku salah, Minjoo-ya? Jika aku ingin ini tidak berakhir.. Apa aku salah, Minjoo-ya?

“Terima kasih.” Baekhyun kembali membuka suaranya.

Minjoo meredakan tawanya lalu mengangkat satu alisnya kebingungan. “Eh? Terima kasih untuk apa?”

Baekhyun memberanikan dirinya untuk mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tidak dia katakan. Biarlah ia mengatakan ini dan melawan aturan yang telah ia ciptakan sendiri.

“Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat.. bahagia.” Ujarnya tersenyum kecil pada jalanan di hadapannya. Senyuman yang merealisasikan bahwa dia sebenarnya sangat bahagia karena Minjoo hadir di harinya yang menyenangkan ini.

Perkataan itu tak ayal membuat jantung Minjoo berdetak dengan cepat seiring perasaan hangat yang menyergapi seluruh tubuhnya. Ingin rasanya dia memeluk Baekhyun dengan erat dan mengungkapkan semua apa kata hatinya pada pria itu. Dimana ia tidak mau melepas pria itu, dimana ia masih mencintai pria itu—sangat, dan dimana ia ingin hidup bersama pria itu.

Minjoo tersenyum cukup lama pada Baekhyun.

Namun, beberapa detik selanjutnya ia merasakan kepalanya seperti dihantam ribuan batu kembali di atasnya. Ia menolehkan wajahnya dengan cepat dari Baekhyun, menghadap kaca lalu meringis kesakitan disana.

Tuhan, hanya sebentar lagi.. Jangan sekarang, kumohon..

.

.

.

Baekhyun menghentikan mobilnya tepat di apartemen Minjoo. Dia baru saja mematikan mesin mobilnya dan menatap diam setir mobilnya setelahnya. Dia tidak berani untuk membuka suaranya. Ia tahu, jika ia membuka suaranya maka ia seperti mengakhiri semuanya oleh dirinya sendiri.

Aku tidak ingin ini berakhir, Minjoo-ya.

“Sudah sampai rupanya..” Minjoo pun akhirnya yang mengalah untuk membuka suaranya. Demi Tuhan, Minjoo pun sama seperti Baekhyun. Ingin rasanya dia menangis dengan sangat keras, menguliti organ tubuhnya karena ini benar-benar menyakitkan. Terakhir selalu menjadi menyakitkan. 30 jam itu benar-benar terasa seperti satu detik baginya. Dia ingin marah, memprotes pada Tuhan, bukankah sebelumnya dia sudah meminta untuk memperpanjang waktunya dengan satu jam seperti satu bulan lamanya? Dia benar-benar tidak mau meninggalkan Baekhyun.

“Hm. Kalau begitu..” Minjoo menolehkan wajahnya dan menatap Baekhyun yang masih menatap setir mobilnya. “Terima kasih untuk semuanya hari ini. Terima kasih karena telah membiarkanku untuk berada di sisimu. Terima kasih karena telah memberikan semua waktumu padaku, dan semua kebahagiaan yang aku miliki untuk kedepannya.” Minjoo tercekat dengan perkataannya, matanya juga sudah sedikit mengabur dengan air matanya. “Dan juga terima kasih kau sudah bahagia karenaku untuk hari ini. Sekarang benar-benar berakhir, Baekhyun-ah..”

Jantung Baekhyun jatuh seketika mendengar perkataan terakhir Minjoo.

Tidak, kumohon.. Minjoo-ya..

“Aku harap.. Kau.. selalu disertai kebahagiaan di setiap jalanmu. Aku berharap kau menemukan seseorang yang dapat membuat tersenyum dan tertawa seperti dahulu kala, Baekhyun-ah.” ujar Minjoo lagi dan Baekhyun semakin hancur di tempatnya.

“Aku berdoa untuk kebahagiaanmu..”

Minjoo menjatuhkan air mata setelahnya. Kalian tahu rasanya bagaimana saat  kau menginginkan untuk menjadi kebahagiaan orang yang kau cintai namun nyatanya kau hanya menjadi orang yang paling membuatnya tersakiti? Jika Minjoo bisa demonstasikan bagaimana, mungkin dia akan membelah dadanya lalu menge

Show more