Author : Chanscreamy
Title :
Kleptomania Alert!
Cast :
Kang Serin as Kang Serin
Oh Sehun as Oh Sehun
Kim Jongin as Kim Jongin
Genre : Slice of Life, romance, school.
Rated : T
Teaser \ Chap.1
STORY BEGIN
Don`t worry if you kleptomaniac, U can always take something for it.
“Aku sedang mengajakmu bolos tahu!” Celetuk gadis bermata pekat tersebut.
Tanpa ba-bi-bu ia menarik Jongin yang tampak masih bingung. Cowok tersebut pun mau saja, mungkin ia harus mengikutinya sampai tahu maksud dari mengajaknya bolos.
Mereka sampai pada sebuah taman kecil. Serin merogoh tasnya dan mengambil sesuatu.
“Tara!” Kejutnya sambil tersenyum manis. Sambil memegang 2 buah tiket serta sebuah dompet yang terlihat cukup tebal dan mengayun-ayunkannya di depan Jongin.
“Untuk apa?” Jongin, wajahnya terlihat sangat bodoh saat ini. Sampai-sampai Serin tertawa melihatnya. Ia yang merasa tak dihargai memanyunkan bibirnya. Apa ini. Sangat lucu.
Serin meminta maaf dan menyenggol pelan Jongin. Taman di Jumat pagi tak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang lari pagi dan berolah raga.
“Tiketnya untuk apa?” Kali ini lebih santai, Serin berjalan mendahului Jongin.
“Kau lupa ya? Kau sendiri yang bilang ingin menontonya dengan ku. Dan tiket ini jam 10 pagi. Makanya aku menculikmu.” Jongin mengikutinya sambil berfikir. Apa yang ia pernah katatakan soal menonton sesuatu bersama dengan gadis di sampingnya. Ah, theater.
“Ah, aku ingat, theater robot itu kan?”
“Nah itu baru Jongin-ku.” Sambil mengacak-acak rambut lelaki itu.
“Nah sekarang apa yang akan kita lakukan untuk menghabiskan waktu?”
Serin tersenyum. “Tentu saja ke game center! Kajja!”
“E-ehh-”
—
Lelah bermain di game center, mereka duduk di bangku taman sambil menyeruput minuman masing-masing.
“Ah! Segar!” Pekiknya sambil mengecap, menandakan memang benar-benar enak.
Jongin tersenyum melihat kelakuan Serin yang kekanakan. Harusnya mereka lebih sering seperti ini, melihatnya tersenyum tanpa beban membuat Jongin lebih nyaman.
Serin menemukan sebuah photobox di pinggir danau. Ia berfikir akan berkunjung sebentar, sekedar memotret dirinya dan Jongin untuk kenang-kenangan.
“Ayo foto.” Lagi-lagi tangannya di tarik oleh Serin. Walaupun berkali-kali, mungkin Jongin akan merindukan dirinya setelah ini.
Serin berbincang dengan penjaga Photobox tersebut dan terus tersenyum, setalah memberikan beberapa uang, mereka masuk.
–
Foto pertama- Jongin datar dan Serin tersenyum. Keduanya masih terlihat kaku.
Foto ketiga- Jongin masih datar dan kali ini Serin membentuk angka dua dengan jarinya.
Foto kelima- Karena terus di paksa, akhirnya Jongin tersenyum dan Serin melihat ke arah Jongin dengan ekspresi yang sama. Senyum.
Foto ketujuh- Serin berlagak seperti Superhero diikuti oleh Jongin yang terlihat enggan dari wajahnya.
Foto kesembilan- Serin memeluk Jongin dan wajah Jongin terlihat kaget.
Foto kesepuluh- Serin masih sama. Bedanya Jongin sudah tersenyum dengan alaminya dan mengarah ke Wajah Serin yang terlihat ceria.
–
“Woah lihat wajah mu ini? Hahaha. Aku akan menyimpan yang ini.” Unjuk Serin pada foto kesembilan. Jongin yang terlihat malu berusaha merebut fotonya dari tangan Serin, tapi Serin lebih gesit dan memasukannya pada kantung yang terdapat di dada-nya. Kalau sudah gitu, Jongin tak bisa berbuat apa-apa.
“Ya sudah kalau gitu aku ambil semuanya.” Elaknya sambil merebut semua foto yang ada di tangan Serin.
“Tak apa. Aku sudah mendapat yang terpenting.” Ujarnya sambil mengeluarkan lidahnya. Jongin hanya bisa mengumpat sendiri.
Tak terasa, 1 jam lagi theater akan di mulai. Mereka bergegas ke halte untuk mendapatkan bus ke arah tempat tersebut. Diperjalanan keduanya tak berhenti tersenyum.
—
Serin memang yang terbaik. Mereka berdua mendapatkan tempat VIP. Entah bagaimana, setahu Jongin tiket VIP hanya akan di dapatkan oleh orang-orang tertentu.
Cerita theater ini sendiri sebenarnya tak menarik minat Serin. Yang terpenting adalah dengan siapa hari ini ia menonton.
Berkisah tentang Robot yang jatuh cinta pada robot lainnya. Tapi robot tersebut di daur ulang dan tidak mengingat robot yang mencintainya. Walaupun Serin dapat membayangkan sambil terkekeh, Jongin tak tahu ceritanya menggelikan seperti itu. Yang lelaki itu tahu hanyalah robot. Karena Jongin suka Robot.
Theater-nya di mulai. Di awali dengan aksi yang keren, Jongin cukup dibuat kagum, hingga pertengahan yang menurutnya mulai menggelikan. Jongin melihat Serin yang sedari tadi malah cekikikan. Menjelang akhir, Jongin berfikir sesuatu. Sampai saat ini Serin belum memberitahu maksudnya ‘hari terakhir’ itu apa.
“Em, Serin-a kau belum memberitahu ku tentang maksud mu.”
“Yang mana?”
“Tentang ‘hari terakhir’.” Ungkapnya sambil menekankan kata hari terakhir.
“Besok aku akan pindah sekolah.”
“Mworago?!”
“BESOK- AKU- AKAN- PINDAH-” Ulang Serin sambil berteriak, pikirnya Jongin tak mendengar apa yang ia katakan karena theater nya sangat berisik.
Jongin yang awalnya tak begitu tertarik, kini benar-benar tak tertarik dengan theaternya. Ia mengalihkan pandangan dari panggung ke arah Serin yang masih tersenyum.
‘Bagaimana bisa ia masih tersenyum. Apa ia benar-benar serius?’ Batinnya.
“Ayo kita keluar.” Jongin menarik Serin keluar. Serin merasa kecewa karena tontonannya di hentikan begitu saja.
Di luar theater.
“Apa yang kau katakan di dalam tadi serius?” Jongin menatap intens ke dalam manik gelap tersebut. Serin yang salah tingkah dan tak tahu harus berbuat apa hanya menatap Jongin lemah. Berharap ia tak mengungkitnya terus.
“Ya! Jawab aku!” Kali ini Jongin mengguncang tubuh lemah Serin.
“Ah- appo. Ne! Aku serius!” Laki-laki itu melepaskan cengkraman pada dua bahu Serin dah mundur selangkah.
“Bagaiman- apa ini hukumannya?” Jongin menelusur kejadian-kejadian yang lalu.
“Ne. Maafkan aku. Karena penyakit ku ini, aku mencuri sebuah kalung seorang wali siswa waktu itu, dan ia meminta kepala sekolah untuk mengeluarkanku. Jika tidak sekolah akan di bubarkan. Kepala sekolah tak ingin membubarkan sekolah. Oleh karena itu ia harus memindahkan ku dari sana. Aku akan pergi ke Seoul.” Jelasnya lirih dan terus menunduk. Jongin tak habis pikir dan merasa sangat marah.
“Bibi dan paman sudah kuberitahu seminggu yang lalu tentang ini, dan mereka juga sudah kuberitahu tentang penyakitku. Awalnya mereka terkejut, tapi akhirnya mereka memaklumi. Jadi hari ini merupakan hari terakhir ku disini. Makanya, aku mengajakmu bersenang-senang. Karena mungkin aku akan jarang berkunjung. Dan mungkin kau juga akan sama. Jadi hari ini kita membuat kenangan.” Air mata gadis itu sudah hampir tumpah. Jongin masih terdiam dan tetap menjaga jarak dengan Serin.
Ia sangat marah karena ia tak diberitahu oleh Serin pertama kali dengan notaben sebagai sahabat. Jongin berfikir Serin hanya bermain-main dengannya. Tapi melihat wajahnya yang sudah memerah karena menahan tangis membuat amarahnya menyulut padam. Jongin percaya Serin. Sangat percaya.
Ia melangkah pelan dan mendekap Serin dengan lembut. Di saat itu air mata gadis itu tumpah. Membasahi seragamnya, tidak seberapa jika dibandingkan penderitaan Serin yang sejak kecil sudah tak sebaik dirinya. Disaat terpuruk biasanya Serin akan merindukan Orangtua-nya. Dan sesekali merindukan oppa-nya sebagai seorang kakak. Tapi Serin sudah tak bisa merasakannya lagi, selain kasih sayang dari Orangtua Jongin dan Jongin sendiri tak ada yang menyanginya lagi secara nyata.
—
Beberapa koper sudah berderet di depan pintu siap dimasukan ke mobil. Hari ini Serin dengan resmi akan meninggalkan kediaman keluar Kim. Walau semuanya tampak tak rela, tapi bagaimana lagi, nasi telah menjadi bubur. Pepatah pun tak bisa di elak-an.
Semuanya naik ke mobil. Eomma dan appa memakai seatbell nya, Jongin dan Serin duduk di belakang. Sekarang Serin akan di antar ke apartement tempatnya akan tinggal.
Cukup lama menempuh perjalanan dari Busan ke Seoul. Melihat keadaan Seoul dan Busan yang cukup beda membuat mereka semua menyibukan diri dengan melihat-lihat sekitar.
Oh ya. Jangan salah, dulu Mereka berdua juga sempat tinggal di Seoul. Ayah mereka berteman baik dan menjalin hubungan baik sebagai rekan bisnis. Tapi karena suatu alasan, keduanya di pindahkan dan menetap di Busan. Itu ketika mereka berdua masih TK. Sejak saat itu lah mereka dekat.
Mereka sampai di tempat parkir outdoor sebuah gedung yang menjulang tinggi. Mereka turun dan membantu Serin membawa koper-kopernya. Eomma tak membawa apa- apa dan Serin hanya membawa satu koper. Sisanya di ambil oleh Jongin dan appa nya.
Eomma dan Serin jalan di depan sambil melihat nomor-nomor kamar. Ketemu. 1017 adalah nomor kuncinya, yang artinya itu adalah kamar milikinya. Sebelum memasuki kamarnya ia melirik kamar di sampingnya. 1016.
—
[Back]
“Kau bisa pindah Lusa. Barang-barang mu sudah beres kan disini?”
“Ye?! Lusa?”
“Iya, Lusa. Tepatnya hari sabtu.”
Serin menggigit bibirnya.
“Ne, saya paham.” Dan ia beranjak dari kantor sekolah.
Tapi tepat sebelum ia menyentuh knop pintu. Namanya di panggil kembali.
“Tunggu.” Serin berhenti.
“Sebenarnya bapak memindahkan mu ke Seoul bukan tanpa alasan. Bisa sajakan bapak memimdahkan mu ke sekolah yang lebih dekat.” Ia berbalik dan menatap pria paruh baya di depannya.
“Tapi karena kau murid yang istimewa. Silahkan duduk.” Serin yang tak mengerti hanya mengikuti.
“Baca ini.” Sambil menyodorkan sebuah tablet. Di dalamnya terdapat biografi seseorang.
“Iya? Saya tidak mengerti maksudnya.”
“Selama di Seoul, kau akan bersekolah dan menyilidiki orang itu.” Serin menatap kembali tablet yang ada di depannya.
“Marga Oh-? Apa ini-”
“Ya benar, ia anak bapak. Sebenarnya bapak sudah berkali-kali menyuruh orang untuk mengawasinya tapi mereka semua ketahuan. Dan berakhir di rumah sakit atau kantor polisi, padahal mereka laki-laki yang cukup kuat. Kami, kedua orang tua-nya sangat menyayanginya dan ingin yang terbaik.” Jelasnya, wajahnya terlihat putus asa.
“Lalu mengapa anda memilih saya? Saya kan perempuan.”
“Karena saya yakin kau bisa. Ah tenang saja, semua biaya mu disana, tempat tinggal, transport, makan, dll. Akan bapak tanggung sebagai bayaran. Juga kau akan mendapat sedikit lagi dari kami. Oh iya, jika kau bisa, tolong rubah kebiasaannya juga.” Serin ragu untuk menerima amanat tersebut. Tapi apa salahnya membantu orang yang menurutnya penting. Walaupun konsekuensi nya harus jauh dari Jongin dan keluarnya. Lagipula ia bisa menghasilkan uang dan siapa tahu bisa membalas budi pada keluarga Jongin.
“Baiklah, saya akan mencobanya.”
—
Sudah selesai menata barang-barang di dalam apartement Serin. Mereka cukup terbantu karena saat masuk, benda-benda sudah ada dan tersusun rapi, tapi tataannya membuat ruangan sempit. Jadi mereka bekerja sebentar untuk membantu Serin.
Waktunya berpisah. Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Eomma dan appa memeluk Serin dan mengatakan padanya harus hati-hati karena ia seorang perempuan. Serin mengiyakan dan membalas pelukan keduanya.
Selanjutnya Jongin. Eomma dan appa sudah kebawah duluan. Mereka berbincang-bincang sebentar lalu berpelukan, cukup lama.
“Kau, makan yang banyak ya. Tidak enak memelukmu, sakit tubuhku memeluk tulang.” Cibirnya dan di balas kekeh-an Serin.
“Arraseo! Aku akan makan yang banyak dan menjadi gendut!” Sambil mengembungkan pipi seperti orang gendut.
“Hahaha baiklah-baiklah, jaga kesehatan ya, aku pergi.”
“Ne! Sering-sering datang ya!” Ia melambaikan tangan dengan riang. Walau wajahnya terlihat sedih, ia harus mengakhiri ini secepatnya. Jongin menghilang di balik lift.
Waktu yang tepat. Saat ia menunggu Jongin pergi, seorang keluar dari lift yang ada di sebelahnya. Serin mengamati dari kejauahan dan meyakinkan dirinya. Ya benar, itu orang yang di perintahkan kepala sekolah Oh untuk ia awasi.
Gadis itu sedikit tertegun awalnya, wajahnya tampan. Serin tak bohong. Sedetik kemudian ia sadar dan buru-buru membuka pintu apatement nya dan masuk kedalam.
‘Kurasa cukup, setidaknya aku mengetahui wajahnya.’ Batinnya dan pergi ke kamar mandi, sekedar menyegarkan diri dan menyusun rencana. Ia harus siap-siap untuk besok. Selain sekolah, ia harus lebih hati-hati dan cermat.
—
Serin terbangun di tengah malam, matanya yang mengantuk memaksa terbuka. Nafasnya yang terengah-engah seakan ia habis bermimpi buruk. Memang benar.
Pikiran mimpi buruknya segera sirna mendengar suara berisik dari sebelah kamarnya. Serin kebingungan, apa dinding ini tidak kedap suara.
Ia memakai sandal kamarnya dan mendekati dinding yang menurutnya adalah sumber suara berisik tersebut. Serin menempelkan telinga pada dinding ber-wallpaper laut tersebut. Di dengarnya suara perempuan dan laki-laki sedang tertawa.
“Ah mungkin mereka suami istri, tapi kenapa pakai musik segala. Menganggu saja.” Kemudian ia kembali ke tempat tidurnya. Matanya enggan menutup kembali, disaat sudah hampir tertutup. Pikirannya membangunkannya lagi.
“Tunggu. Bukankah kamarku kamar paling ujung? Dan sebelah ku hanya ada satu orang?” Ia kembali bangkit dan bergegas ke dinding itu lagi. Kali ini dengan gelas untuk mempertajam pendengarannya.
“Kalau begitu.. Dia..”
-Tep
Musiknya mati. Suara tawanya pun juga hilang. Serin tetap mencari suaranya dan menggerakan gelas ke semua arah.
Gotcha!
Tapi suara tersebut terdengar menjijikan baginya. Sekarang yang terdengar olehnya adalah kecapan dan desahan. Serin langsung mundur dan menjauhi dinding tersebut. Ia masih tak menyangka apa yang barusan ia dengar. Suara itu sangat nyata. Jadi ia tak mungkin salah menganggap itu film atau semacamnya. Apa hal ini yang harus diselidiki olehnya?
Ia memilih tidur di ruang tengah daripada mendengar suara seperti itu lagi. Apartement macam apa ini, hanya punya satu lapis tembok. Mungkin ini bisa ia laporkan pada pak kepala Oh. Tapi tunggu dulu, ia tak bisa langusng tuduh begitu saja. Setidaknya ia harus punya bukti. Sebaiknya ia tidur, Serin tak mau terlambat di hari pertama sekolahnya.
—
~☆[Serin]
Ditanganku sekarang terdapat secarik kertas. Isinya agar diriku bisa pergi kesekolah dengan naik bus. Sampai sekarang aku tak bisa melupakan kejadian semalam. Hari ini aku akan melihat wajahnya tidak ya? Semoga saja aku tak sekelas.
Hari pertama ku tanpa kehatangatan keluarga Jongin. Kupijakan kaki ku pada rumput pendek di sekitar sekolah. Sekolah ini lumayan besar. Sangat besar jika di bandingkan dengan sekolah lama ku.
Aku sengaja datang pagi agar bisa mengkonfirmasi kedatangan ku pada bagian administrasi.
–
Di kantor administrasi, aku di berikan sebuah kertas yang berisi murid-murid di kelas ku. Kelas ku X-A. Mataku seperti mesin scanner saat membaca semua nama-nama yang akan menjadi teman sekelas ku, dan juga apakah aku sekelas dengannya atau tidak.
Oh-
Oh-
Oh-
Ada tiga marga Oh disini. Aku lupa siapa namanya. Semoga saja ini Oh yang lain.
Selesai menandatangani surat konfirmasi. Aku disuruh keliling melihat-lihat. Ide yang bagus, sambil mencari kelas ku.
sekolah ini juga lumayan lengkap, kolam renang, dan juga lapangan indoor dan outdoor ada disini. Entahlah aku harus merasa beruntung atau apa bisa bersekolah disini.
Mataku menangkap pintu lapangan basket indoor yang terbuka. Karena penasaran, aku masuk kedalamnya. Luasnya.
Ku edarkan pandangan keseluruh sudut. Kosong.
Karena bosan, ku pergi dari sana. Tapi sebelumnya aku mendengar sesuatu.
“Hahaha, ayo kita lakukan lagi. Kau sangat bagus chagi.” Samar.
Aku salah. Disini ada seseorang. Tidak, tepatnya dua orang. Ku edarkan pandangan ku sekali lagi. Benar. Ada orang disana, ditempat penyimpanan bola tepatnya.
Tak perlu berpikir 2 kali, kaki ku mendekat membawa tubuhku. Aku harus hati-hati jika tak ingin ke tahuan.
“Aniyo, sebentar lagi ramai, kau mau kita ketahuan? Dan jangan panggil aku chagi. Sudah lah, aku akan ke kelas.”
Suara berat tersebut semakin jelas, tempatku pun sudah dekat.
Apa?!
Bagaimana ini, aku harus kabur.
—
~☆[Author]
Dengan hati-hati Serin melangkahkan kakinya kecil-kecil di atas lantai kayu lapangan ini. Karena rasa penasarannya lah membuatnya melakukan hal tersebut.
Tapi ekspresinya seketika berubah ketika si pemilik suara kemungkinan akan pergi ke arahnya, dengan sigap ia membalikan badan dan bergegas untuk pergi. Tapi langkah pertamanya segera di intrupsi oleh seseorang.
“Ya! Nugu?” Suara perempuan yang terdengar. Karena tak punya keberanian, ia tak menengok. Yang ada dipilihannya adalah menengok atau lari. Akhirnya keputusannya bulat dan ia berlari keluar lapangan.
“Eo! Sehun-a! Bagaimana kalau dia melihatnya? Lalu melaporkannya?” Gadis di sebelahnya merengek. Pria disebelahnya hanya menatap punggung Serin yang kabur.
“Kau tak akan mengejarnya eoh?!” Gadis bawel itu terus mendesak Sehun. Ia yang merasa terganggu meninggalkan cewek itu sendirian.
—
~☆[Sehun]
“Pagi ini kita kedatangan murid baru. Masuklah.” Lee saengnim lagi-lagi datang membawa pemberitahuan murid baru. Bulan ini sudah ada 3 murid baru dan semuanya bukan masuk ke kelas kami. Melainkan Lee saengnim yang salah info. Semoga kali ini tidak salah.
Nanti saja melihat murid barunya, aku harus memenangkan level game ini dulu, level ini sangat penting, aku tak mau melewatkannya demi memerhatikan hal yang tak penting itu.
“Annyeonghaseyo. Kang Serin imnida. Bangapda. Aku dari Busan. Mohon bantuannya.”
Suara yang lembut. Baguslah kalo dia seorang yeoja. Perempuan dikelas ku maniak belajar semua. Seharusnya aku tak menyogok sebanyak itu agar masuk ke kelas ini (Kelas A, tertinggi), ah sia-sia.
“Ya! Oh Sehun! Apa kau tak mendengarkan lagi?”
Ah! Sial! Karena omelannya, aku kalah. Benar-benar. Ku lempar ponsel ku ke dalam laci meja dengan kasar. Mau tak mau aku harus melihat ke arah depan. Dan terlihatlah guru berkepala plontos tersebut dan juga si murid baru.
Tunggu. Itu tas yang sama. Tas yang di pakai oleh orang yang mengintip kegiatan pribadi ku. Seketika hal ini menjadi lebih menarik daripada game tadi, terlebih ekspresi wajahnya yang menampilkan keterkejutan. Ia harus duduk disampingku.
“Saem! Biarkan dia duduk di sampingku!” Secara khusus aku memintanya. Semua orang di kelas tertuju padaku dengan tatapan tak percaya dan aku tak peduli.
“Kenapa?”
“Tak apa, daripada dia duduk sendiri?” Sudah pasti ia akan duduk disebelahku. Suatu kebetulan macam apa ini. Aku sangat gembira.
“Baiklah, untuk adaptasi mu. Silahkan duduk. Dan sebaiknya kau hati-hati.” Ia pun berjalan ke arah ku dengan wajah yang ragu-ragu. Sebaliknya senyum ini tak bisa dielakan, aku sudah tak sabar.
—
~☆[Author]
‘Ini hari kesialan ku atau apa?‘ Serin masih tak bisa menerima ia akan sekelas dengannya. Terlebih mengapa laki-laki itu sangat antusias untuk duduk di sebelahnya.
‘Apa ia sudah menyadarinya?‘ Pikiran negatif mulai menyerangnya. Alih-alih ia sudah berfikir akan masuk rumah sakit atau sebagainya. Kemudian ia menggeleng cepat dan mendekati tempat duduknya.
Pria itu menyeringai memamerkan barisan rapi gigi-gigi putihnya saat Serin sudah duduk. Serin merasa tak nyaman saat dilihat aneh teman-temannya. Serin hanya tersenyum kecut pada semuanya.
Saat Serin melihat ke arah Sehun. Ia tak melepas pandangannya dari Serin. Serin merasa salah tingkah, bagaimana tidak, makhluk di depannya sangat tampan menyetarai Jongin. Atau mungkin lebih?
Serin rasa, hari-hari nya akan sangat berat mulai hari ini.
—
Jam menunjukan pukul 11. Waktunya makan siang. Serin tak lapar, jadi ia memutuskan untuk pergi berjalan-jalan dan menggambar.
Perasaannya mengatakan hal buruk akan terjadi. Jadi ia mencari tempat yang benar-benar aman dan pemandangannya yang indah.
Sepertinya taman sekolah jadi pilihan yang tepat. Ia mencari tempat duduk. Baru saja ia dapat tempat duduk dan membuka sketchbook nya. Seseorang menarik tangannya. Cengkramannya kuat.
Sampai ditempat sepi, Serin dilepaskan. Tempat ini tak memiliki penerangan yang banyak. Ia tak melihat jelas orang tak bertanggung jawab yang membawanya kesini, yang jelas ia tahu itu adalah laki-laki.
“Apa yang kau lihat tadi?”
Suara yang sepertinya pernah Serin dengar menggema di ruangan tersebut.
“Nuguseyo?” Serin takut-takut.
Tep.
Lampunya menyala.
Dan disanalah. Sehun.
Serin panik bukan main. Dengan tempat sempit seperti ini dan juga mereka hanya berdua. Lagi-lagi pikiran negatif menyerangnya.
“An-ani. Aku benar-benar tak melihat apapun.”
“Baiklah. Anggap aku percaya. Tapi bukan berarti kau bisa lepas dari hukumanmu, bagaimana pun kau sudah memiliki niat melihat.” Ucap Sehun. Ia bertambah kaget saat Sehun mencengkram kerah bajunya. Ia pikir pria di depannya tak akan bermain kasar pada perempuan.
Laki-laki itu itu mendorong Serin hingga punggungnya menabrak dinding besi dan membuat suara berisik. Serin reflek memejamkan mata.
“Mi-Mian-Mian-Mian. Aku tak akan melakukannya lagi, jangan sakiti aku.” Elaknya pasrah sambil melindungi tubuhnya sendiri.
“Hahahaha, kau pikir aku brengsek? Aku tak akan kasar dengan perempuan. Aku hanya ingin bermain dengan mu. Sebentar saja eoh.” Serin yang bingung membuka matanya perlahan.
“Ma-main?”
“Pfftt- kau ini polos atau bodoh?” Serin yang merasa tak terima hanya diam saja.
“Jadi rules nya seperti ini. Pertama, lepas semua- AAKKKHH.” Tendangan bebas mengarah pada bagian intim nya. Mendapatkan kesempatan, Serin tak segan-segan kabur sebelum pria itu mengejarnya.
Benar-benar orang yang tak sopan. Serin membatin.
Harusnya ia bawa perekam suara tadi. Selalu saja musnah kesempatan untuk melaporkan sesuatu.
Tunggu saja Oh Sehun. Kau akan ketahuan.
TBC
Haeee apa kabar para reader? Masih nunggu nih FF ga?/gaada?oke:( wkwkwk
Pasti di chapter ini kalian bingung kan siapa yang bakal jadi tokoh utama, melihat comment-comment di chap sebelumnya, masih pada bingung siapa tokoh utamanya, hehe. Hayo main tebak2an sama author kkk~ oh iya sekedar pemberitahuan, aku tuh ganti nama pena dari “Kimraeha” jadi “Chanscreamy” maaf ya belom sempet ngasih tau soalnya aku lupa wehehehe. Ok deh kalo gitu, JANGN LUPA RCL YA! AUTHOR SANGAT MENGHARGAI SETIAP COMMENT DAN LIKE YANG KALIAN BERIKAN♡ Annyeong~ sampe ketemu di chapter selanjutnya^^♡
Filed under: Complication Tagged: Jongin, kim jongin, oh sehun, Sehun