2015-09-29



Title: Love Me Like You Do #1 Love Me

Author: Applyo (@doublekimJ06)

Cast:

Kim Jongin

Park Jiyoo

Leight: Chapter

Genre: Drama, Romance, Pscyo

Rate: PG-17!! [Warning]

Inspriration by Ellie Goulding –  Love Me Like You Do (OST Fifty Shades of Grey)

Prev : Prolog







– L O V E    M E   L I K E   Y O U   D O-







London adalah kota global terkemuka yang unggul dalam bidang seni, bisnis, pendidikan, hiburan, mode, keuangan, kesehatan, media, layanan profesional, penelitian dan pengembangan, pariwisata, serta transportasi. London, bersama dengan New York City, merupakan pusat keuangan terkemuka di dunia dan menghasilkan ratusan pengusaha kaya raya dengan gelombang keuangan terbesar di dunia.

Dan salah satu pengusaha kaya raya di negri London itu dia—Kim Jongin. direktur pewaris Royal Dutch Shell perusahaan terbesar kedua di dunia yang terkenal di benua Eropa dan Amerika. Sukses, kaya raya, tampan, seksi, dan wajahnya yang benar-benar menggoda—Sebuah kesempurnaan fisik dan finansial yang pemuda itu miliki di usianya yang ke-23 itu.

Jongin yang tengah duduk di balik kemudi itu terus menerus memijat pelipisnya dan merasakan mual yang teramat sangat di perutnya. Jam hampir menunjukan tengah malam, jalanan di kota london tengah di derai hujan lebat dan pemuda itu terus meringis kesakitan di dalam mobilnya. Entah sejak kapan ia mengalami penyakit menyebalkan itu tapi yang jelas itu adalah akibatnya sendiri yang selalu melewatkan waktu makannya hanya karena pekerjaanya yang menumpuk.

Pemuda yang di lebih sering di sapa Jongin itu kembali mencengkram setir kemudinya kuat-kuat, tapi ia tak berhenti melajukan mobil Lamborghini Reventon kesayangannya itu. Ia terus menerobos gelapnya malam di tengah rasa sakit yang terus menerus menggelayuti isi kepala dan perutnya itu.

“Aggggghttt!!!”

Jongin menggeram nyaris berteriak di sela-sela kemudi nya, ia menjambak rambutnya  sendiri menggunakan sebelah tangannya, merasakan sakit di bagian kepalanya yang semakin menjadi-jadi dan saat itu juga matanya tiba-tiba menghambur gelap—Jongin tak tahu apa yang harus ia lakukan dengan kemudi nya dan jalanan terasa begitu licin malam itu, mungkin karena pengaruh hujan yang turun terlalu lebat. Saat ia berusaha untuk menginjak pedal rem tanpa sengaja kakinya menginjak pedal gas dan membuat mobilnya tiba-tiba kehilangan kendali dan saat itu juga kepala Jongin merasakan sakit yang teramat sakit hingga ia tak sadar mobilnya tengah berjalan tak terkendali dan….

DUG!

mobilnya menabrak seseorang yang tengah berjalan dan tubuh orang yang ditabraknya tiba-tiba terpental ke ujung jalan dan menghantam beton trotoar kota London begitu saja.

Ckittttttttttttttttttttttttt………………………….

Jongin menginjak pedal remnya kuat-kuat hingga mobilnya nyaris kembali menabrak pohon, tapi untung saja jalanan tengah sepi mengingat jam sudah menunjukan larut malam, dan tanpa menunggu lebih lama lagi dengan segera Jongin turun dari mobilnya dan memastikan tentang keadaan di luar. Dan apa yang ia lihat di detik selanjutnya sungguh mencengangkan, darah segar mengalir menghiasi aspal malam itu,  dan saat itu juga Jongin baru benar-benar sadar bahwa ia sudah menabrak seseorang.

“Aghtt….shit!!!!”

**

KRRIIIIINGGGGGGGG…

Seorang gadis dengan rambut hitam acak-acakan dan wajah bangun tidurnya yang kental nampak bangkit dari posisi berbaringnya lalu tangannya meraba-raba meja nakas disamping tempat tidurnya dan dengan cepat merampas benda berisik bernama jam-itu yang barusaja mengusik tidur nyenyak nya.

Tangannya barusaja berniat untuk melempar jam beker berisik itu tapi buru-buru ia sadar dan dengan segera memungut benda keramat itu sebelum jatuh ke lantai. Ia tidak ingat jika jam ini adalah jam satu-satu nya jam Korea yang ia miliki di London. Sungguh, perbedaan waktu antara London dan Korea selatan bukanlah waktu yang singkat. Dan sialnya empat hari menetap di London membuat gadis itu seakan mulai terbiasa dengan jam tidurnya yang mulai berubah.

Gadis itu kembali mendengus kesal saat melihat sebuah sticky note’s dan sebuah tiket pesawat yang terpajang di samping tempat tidurnya, pesan dalam sticky notes itu seakan melemparnya secara kasar dan membangunkannya dari sebuah kenyataan bahwa kini dirinya berada di negara oranglain yang jelas-jelas berbeda ras dan golongan dengannya lalu tiketnya seakan berusaha membawanya kembali pada kenyataan bahwa dia bukanlah warga asli dari negara di benua eropa itu.

Barusaja gadis itu akan kembali memejamkan matanya saat tiba-tiba aktivitasnya itu kembali tergangu dengan sebuah ketukan pintu dan mau tak mau dengan segera ia menghampiri pintu dan mendapati seorang pria asisten bertuxedo hitam lengkap, tengah berdiri di belakangnya. “Good morning, Mrs. Byun. What can I do for you?”

“I really don’t enjoy that kind of activity. I want comeback to Korea now. And please tell me Mr. BYUN BAEKHYUN i will back to Seoul tonight! There’s nothing to do in here. I’m always bored there! And you please, GET OUT now!!!!!”

BLUG!

Gadis berambut hitam legam itu menutup pintu kamarnya dengan keras dan sang asisten yang mendengarnya hanya mampu menutup matanya rapat-rapat lalu dengan segera berlalu pergi. Sementara gadis itu kembali ke tempat tidur king size-nya yang nyaman.

Gadis bernama lengkap Park Jiyoo itu tersenyum puas setelah mencecer maki asisten pribadi yang sengaja pemuda bernama Baekhyun itu kirim khusus untuk menemani Jiyoo di London. Ya, Park Jiyoo. Gadis yang dua minggu lagi akan resmi menjadi istri syah dari Byun Baekhyun, seorang Ceo dari B’ Magazine, sebuah perusahaan majalah internasional yang terkenal di kalangan para pebisnis Asia dan Eropa karena keakuratan berita yang selalu di sampaikan oleh majalah di bawah naungan pemuda Byun itu.

Jiyoo kembali mempotkan bibirnya membayangkan bahwa Baekhyun yang seharusnya berada disisinya saat ini malah masih asyik berkutat dengan dokumen-dokemen berharga jutaan wonnya itu di Seoul. Ishh.. calon suami yang benar-benar tak peduli akan hari pernikahaan mereka yang tinggal menghitung hari. Jika saja schedule Baekhyun sedikit lebih lenggang mungkin pemuda berwajah cute itu seharusnya ikut ke acara foto pre-weddingnya minggu ini dan bukannya mengirimkan seorang asisten yang benar-benar Jiyoo benci. Lalu alasan utama Jiyoo ingin menikah dengan Byun Baekhyun bukanlah karena perasaan cinta atau kasih sayang kepada pemuda itu, tapi karena permintaan kedua orangtuanya dan mengikuti tradisi leluhur nenek moyang mereka yang sebelumnya telah menjodohkan Baekhyun dan Jiyoo bahkan sebelum mereka benar-benar lahir. Tradisi kuno yang benar-benar Jiyoo benci dan sialnya Baekhyun benar-benar kelewat tampan dan menyenangkan hingga akhirnya Jiyoo terjerumus kedalam lembah bernama Baekhyun itu dan berusaha mencintai pria itu hingga saat ini.

Awalnya Jiyoo bersikukuh terus menolak permintaan kedua orangtuanya, karena membayangkan di usianya yang masih muda ia harus jatuh dalam perangkap yang di sebut pernikahan lalu terkurung untuk seumur hidup bersama pria tampan bernama Byun Baekhyun itu-yang jelas-jelas tidak ia cintai sama sekali. Oh..shit Tapi apa daya, karena semua penolakan yang Jiyoo lakukan akan tetap berakhir seperti ini. Berakhir dalam keadaan mengalah dan cukup berdoa pada tuhan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

“Sial !” Dan Jiyoo kembali teringat perdebatan dengan Baekhyun tadi malam, ia ingat saat dirinya menanyakan kapan Baekhyun akan pergi menyusulnya ke London dan menyudahi pekerjaannya di Seoul. Tapi Baekhyun tetap bersikukuh dengan argumennya setiap hari, selalu sama dan Jiyoo merasa amat muak akan sikap Baekhyun yang terus-menerus mengulur waktu.

Malam sebelumnya……

“Hari ini aku masih sibuk mengurus pekerjaanku di Seoul, Byun Jiyoo. Berapa kali harus kukatakan agar kau mengerti. Aku sibuk dan aku tetap berusaha agar akhir pekan ini menyusulmu ke London. Bersabarlah..” jelas Baekhyun melalui sambungan telpon internasionalnya.

“BullShit! Byun Baekhyun aku benar-benar bosan disii. Tanpa aktivitas apapun hanya menunggumu. Itu menyebalkan Baekhyun! Dan kau pikir pernikahan kita masih lama? Come on Mr. Byun! Pernikahan kita tinggal dua minggu lagi dan kau sama sekali tak peduli dan hanya menyuruh asisten menyebalkanmu itu untuk menemaniku disini? Apa kau benar-benar serius ingin menikah denganku? Jika tidak sebaiknya kita batalkan malam ini juga dan aku akan kembali ke Seoul besok malam—” Jiyoo berbicara dengan amarah yang kini terkumpul seutuhnya.

Sementara Baekhyun di ujung sana terdengar mendecak frustasi. “Jiyoo, tentu aku serius. Aku mencintaimu dan aku berjanji ini yang terakhir. Aku benar-benar akan datang akhir pekan ini. Kau harus mengerti ya.. pekerjaanku tentu penting tapi kau jelas lebih penting. Kau mengerti bukan?”

“Aku mengerti. Tapi sayangnya aku akan kembali ke Seoul besok malam. Semuanya sudah terlambat dan katakan pada keluargaku untuk membatalkan pernikahaan ini. Sampai bertemu di Seoul Mr. Byun- tuttttttttttttttttttttt”

Percakapan malam itu diakhiri Jiyoo secara sepihak dan malam itu juga Jiyoo benar-benar membereskan semua pakaiannya dan bersiap untuk pulang esok malam, hingga akhirnya pagi ini asisten Baekhyun yang menyebalkan itu datang lagi, semakin merusak mood Jiyoo, dan Jiyoo lebih memutuskan untuk menyudahi aktivitasnya di London dengan berjalan-jalan terakhir kalinya sebelum melakukan penerbangan kembali ke Seoul nanti malam.

.

Langit malam itu mulai mengeluarkan rintik-rintik hujan ke bumi dan orang-orang yang tengah berjalan dengan cepat berlarian ketakuatan pada hal kecil itu, berlarian kesana kesini mencari tempat persembunyian. Dan Jiyoo meruntuki nasibnya malam itu juga. karena terjebak di sebuah jalanan yang sama sekali tak ia ketahui, jalanan itu sepi, gelap di tambah suasana hujan yang semakin memperkeruh keadaan jalanan itu. Tak ada taxi ataupun bus yang melewat ke arah itu. Dan yang lebih sialnya jaringan handphone Jiyoo juga mendadak hilang.  Tak ada satupun manusia yang berjalan melewati jalan itu seolah-olah jalan itu adalah jalanan buntu yang dikhususkan untuk menjebak Jiyoo seorang. Si gadis tidak beruntung itu.

Malam semakin larut dan Jiyoo mulai merasa takut, nyalinya semakin mengkerut mengingat semakin tidak ada siapapun di jalanan itu dan ia hanya melihat satu atau dua mobil yang hanya bersaliweran cepat disana, akhirnya Jiyoo memutuskan untuk menerobos hujan dan menyebrangi jalan untuk mencari bantuan lain di jalanan itu tapi tiba-tiba sebuah mobil Lamborghini  berkecepatan tinggi datang entah darimana lalu menghantam tubuh Jiyoo begitusaja hingga terpental dan kepalanya membentur beton di ujung trotoar.

Seketika itu Jiyoo mencium bau anyir menyeruak begitu saja. Rasanya sakit, kepalanya berdarah dan sekujur tulang di tubuhnya seakan remuk. Mulutnya kaku dan yang mampu Jiyoo rasakan adalah rasa sakit itu dan guyuran air hujan yang sukses menambah rasa sakit itu.

Tuhan, apa aku benar-benar akan mati? Rasanya terlalu menyakitkan.  Siapapun, tolong selamatkan aku… kumohon….

**

You’re the light, you’re the night

You’re the color of my blood

You’re the cure, you’re the pain.

**

Kim Jongin menatap sosok seorang gadis yang tengah berbaring dan memejamkan matanya rapat. Tampak begitu damai, dan tenang. Wajah gadis itu nampak berkilau dengan pantulan cahaya matahari pagi itu. Dan dia termasuk gadis yang bisa di bilang cantik ketika sedang tertidur dalam versi Jongin.

Mata pemuda bermarga Kim itu tidak lepas menatap wajah gadis itu, seraya bertanya-tanya dalam hati. Apa yang gadis itu mimpikan dalam tidur panjangnya dan kenapa gadis itu benar-benar betah menutup matanya setiap hari, apa ia tak bosan hanya tertidur setiap harinya?.. dan yah Jongin merasa semakin dirongrong rasa bersalah jika gadis itu tak kunjung membuka matanya.

Rasa bersalah yang berawal dari kecerobohannya sendiri yang membuat gadis itu selalu tertidur setiapharinya. Ia tak akan pernah lupa alasan kenapa gadis itu selalu tertidur seharian. Dan Kim Jongin-lah penyebabnya.

Jongin melepaskan tatapan matanya dari wajah cantik gadis itu, lalu beralih menatap sebuah pot bunga di atas nakas tempat tidur, tangannya terulur memegang bunga yang tengah mengering di dalam pot itu, sebuah bunga Lily putih yang sangat ia sukai dan mungkin gadis yang tengah tertidur itu juga menyukainya. Bunga yang sudah mengering itu ia buang dan menggantinya dengan sebuket bunga Lily ungu yang baru saja ia beli di sebuah toko bunga. Wanginya benar-benar semerbak dan Jongin suka wangi khas itu.

Setelahnya, Jongin kembali menatap wajah gadis itu lalu menarikan jemarinya untuk menggengam tangan sang gadis dan perlahan bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman dan ia mengecup lengan sehalus sutra gadis itu.

“Kapan kau akan bangun dari koma panjang mu itu, nona?”

Jongin bergumam kecil,  nampak seperti orang bodoh yang bertanya pada seorang gadis yang tengah mengalami koma. Walaupun begitu tapi Jongin tetap berharap ia bisa mendapat jawaban dari pertanyaannya.

Ya, Gadis itu tengah mengalami koma karena sebuah kecelakaan, kecelakaan yang berasal dari kecerobohan diri Jongin malam itu. Dan Jongin mati-matian mengumpat pada dirinya sendiri karena sudah cereboh dan membuat gadis itu koma seperti ini, dia merasa bersalah, takut sekaligus senang. Senang karena gadis yang tengah mengalami koma itu nampak tak asing dimatanya, ia merasa sudah mengenal lama gadis itu, dan sosok gadis itu membuat rasa rindunya pada seseorang terobati.

Jongin memang terlihat bodoh sekarang, diam-diam ia menikmati ketidaksadaran gadis itu dengan cara seperti ini, menikmati wajah tidur itu secara gratis dan sesekali ia tersenyum dengan kebodohannya itu.

“Maafkan aku, Tapi wajahmu benar-benar cantik dan kau mengingatkanku pada sosok itu” Jongin tertawa kecil dan hanya ia sendiri yang merasa tawanya itu miris. Nampak seperti orang gila yang hanya tertawa sendirian.

“Mr. Kim, kau sudah datang?”

Suara seorang pria dari arah pintu membuat tawa Jongin kini meredup dan beralih menatap ke sumber suara dengan mata tajamnya.

Dia, Oh Sehun—dokter termuda di National Hospital for Neurology itu yang secara khusus menangani pasien dari teman satu kampung halamannya itu, “Dia sudah melewati masa krisisnya kemarin dan kupikir tak lama lagi ia akan sadarkan diri. Apa kau sudah menghubungi keluarganya?” ujarnya santai dan berdiri disamping Jongin lalu menatap arah pandang yang sama seperti Jongin. Menatap gadis yang tengah tertidur itu.

Jongin hanya menganguk kecil. “Syukurlah. Jika dia sadar kau bisa menghubungiku atau sekertaris Do.” Jawabnya ringan tanpa menoleh untuk melihat Sehun. Dia kelewat kaku dan dingin pada setiap orang termasuk Sehun sekalipun.

“Hey, Kim Jongin! Jangan mengabaikan pertanyaanku” Sehun kembali membuka mulutnya melihat tingkah temannya yang so keren itu, dan terkadang Sehun membenci kenyataan bahwa Jongin selalu seperti ini, mengabaikannya.

“Itu urusanku dan kau hanya dokter yang mengurusnya. Berhenti berbicara macam-macam Sehun. Aku tak mau jika publik tau tentang urusan ini.” Ujar Jongin lalu menatap nyalang ke arah Sehun.

Sehun mengaguk ringan dan sedikit mencibir karena Jongin selalu mengangapnya remeh. “Oh-yeah aku tahu kau seorang pewaris Royal Dutch Shell  dan apa jadinya jika tersebar berita jika sang Ceo sudah menabrak seorang gadis imut lalu menyembunyikannya di rumah sakit ini dan tak ada siapapun yang mengetahuinya kecuali aku. Dan aku muak berbicara seperti itu setiap hari padamu, Jongin!”

Jongin mengulas senyum tipisnya lalu menatap Sehun. “Aku akan kembali ke kantor. Jaga dia baik-baik Oh Sehun”

“You Ignored me again, Kkamjong!!” Sehun memutar bola matanya malas.

Dan setelah kepergian Jongin dari ruangan itu, Sehun kembali menatap wajah damai gadis itu. Menatapnya sangat detail dan ia merasa menjadi pria paling beruntung yang bisa melihat wajah tidur gadis itu. Dia sangat cantik pantas saja Jongin sering menjenguknya dan berlama-lama di ruangan ini setiap hari.



Bohong, jika Jongin bilang dia tidak peduli pada gadis itu. Karena kenyataannya ia memikirkan kabar yang Sehun katakan padanya bahwa gadis itu akan segera sadarkan diri secepatnya dan sedikit banyak Jongin merasa kembali cemas. Memikirkan kenyataan bahwa gadis itu akan melaporkannya pada polisi atau mengajukan tuntutan untuknya, atau yang lebih buruknya lagi mungkin gadis itu akan menyebarkan berita ini keseluruh dunia. Bahwa dirinya sudah menabrak gadis itu.

Jongin mengedik ngeri dengan kecemasan-kecemasan yang ia pikirkan, ia tak ingin jatuh kedalam lubang hitam seperti itu, reputasinya sebagai seorang Ceo akan hancur jika gadis itu benar-benar mengungkap semua kebenaran itu secara gamblang. Tidak, itu terlalu cepat.

Buru-buru Jongin menutup layar laptopnya lalu mengusap wajahnya gusar dan melemparkan beberapa file yang bercecer dimeja nya begitu saja, ia merasa frustasi dan terintimidasi oleh dirinya sendiri saat ini. Ia butuh pelampiasaan semua perasaan gusarnya itu.

“Are you okay? Mr. Kim Jongin?” Ujar seorang pemuda bertubuh kecil dari arah pintu lalu memungut beberapa file yang tercecer dilantai. Dia, Do Kyungsoo. Sekretaris dan pelayan pribadi Jongin. Dan nampak terlihat seperti seorang teman satu kampung halaman juga.

“Kau sudah mencari tahu tentang gadis itu, mana hasilnya?” Jongin mengabaikan pertanyataan Kyungsoo dan lebih memilih pembahasan lain yang dalam versi Jongin itu sangat penting.

Kyungsoo tersenyum singkat lalu berdiri di depan meja atasannya itu dan menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat yang segera di sambut oleh Jongin dengan tangan terbuka. “Namanya Park Jiyoo, dia mahasiswa tingkat akhir sastra korea di Yonsei Univercity. Dia putri bungsu tuan Park Yooyeol dan nyonya Shin Hyeju. Dia memiliki seorang kakak laki-laki. Nona Jiyoo sendiri adalah seseorang yang terlihat ceria dan akan menikah dengan Ceo B’Magazine di Seoul-”

“Dia akan menikah? Kapan?” potong Jongin kelewat penasaran lalu kembali menatap Kyungsoo dan menyandarkan kepalanya di kursi.

“Betul, nona Jiyoo seharusnya menikah akhir pekan yang lalu tapi sayangnya Nona muda dari Park’ corp itu  menghilang. Semua keluarga dan calon suaminya mencari nona muda itu sekarang…. tuan Kim apa tidak sebaiknya kau memberi kabar  atau—”

“Tidak! Aku tidak akan memberitahu mereka tentang apa yang terjadi pada gadis itu. Biarkan mereka mencarinya sendiri. Aku tak ingin jika publik tahu bahwa aku seorang yang ceroboh. Tidak, tidak, tidak! Itu tidak boleh terjadi.” Jongin menggeleng cepat, tangannya bergetar hebat dan keringat dingin mulai bercucuran dari dahinya.

Kyungsoo yang paham dengan cepat menganguk lalu menyarankan tuannya itu untuk segera membuka amplop coklat yang ia berikan. “Itu adalah foto-foto nona Jiyoo, mungkin….anda…membutuhkannya?” ujar Kyungsoo sedikit ragu melihat wajah Jongin yang tiba-tiba memucat.

“Keluar-dari-ruanganku-sekarang!!! Aku sedang ingin sendiri!!!! Keluar!!!!” tiba-tiba Jongin berteriak histeris mengusir sekretaris pribadinya itu, dan yang diusir dengan patuh segera berlari keluar dari ruangan mewah tuannya itu tanpa mempertanyakan alasan kenapa ia di usir sekasar itu, ia tahu jika majikannya selalu seperti ini. Selalu mengubah sikapnya dalam waktu yang singkat.

Setelah Kyungsoo pergi, tangan Jongin semakin bergetar dan peluh membanjiri wajahnya begitu saja. Tanpa terduga Jongin selalu seperti ini, merasa cemas dan takut diwaktu bersamaan. Sebuah sindrom yang paling ia benci dari dirinya sendiri dan ia tak ingin siapapun tahu bahwa dirinya seperti ini. Tidak, itu terasa merusak hargadirinya sebagai seorang Ceo.

Dan sekali lagi Jongin menatap foto-foto dari amplop coklat itu, tangannya yang bergetar dan basah karena keringat mulai meraih salah satu foto sebelum kemudian ia menyimpan foto itu di dalam dompetnya.

“Ku mirip dengan Hyunjo-ku”



Hari berikutnya….

Jongin sesekali menciumi aroma sebuket bunga Lily putih yang ia bawa, lalu kembali berjalan di lorong rumah sakit itu sambil terus menciumi aroma Lily kesukaannya.

Tapi tiba-tiba pemuda itu mengernyitkan alisnya, nampak bingung melihat Sehun dan beberapa suster mulai berlarian ke arah kamar yang sama, dan tanpa menunggu lama dengan segera Jongin ikut berlari hingga ia tiba di depan pintu kamar yang selalu ia datangi setiap hari itu. Ruang inap khusus yang hanya boleh ia dan Sehun yang mengunjunginya.

Jongin mendorong pintu kamar itu hingga menjemblak terbuka dan yang ia dapati ketika pintu terbuka adalah gadis yang biasanya tertidur di ranjang itu kini terbangun dan duduk di tepi ranjangnya. Wajahnya dingin dan matanya tajam seolah menyilet bagian tubuh Jongin hanya dengan tatapannya.

“Jongin dia sudah sadar. Bagaimana ini?” Ujar Sehun pelan.

Jongin mendengar apa yang Sehun katakan tapi mulutnya kelewat kaku hanya untuk menjawab pertanyaan dokter muda itu, dan kakinya malah menuntun tubuhnya untuk mendekati sosok gadis itu.

Ia menyimpan sebuket bunga Lilynya di meja nakas dan menatap sang gadis yang kini menatapnya lebih tajam. “Jiyoo, bagaimana kabarmu. Kau baik-baik saja?” ujarnya pelan.

Dan sang gadis yang Jongin sebut Jiyoo itu mengernyitkan alisnya bingung. “Jiyoo?” ujarnya balik bertanya kearah Jongin.

“Kau Park Jiyoo bukan?” balas Jongin sedikit mengukir senyumnya.

Gadis itu menggeleng dengan cepat. “Aku tidak tahu siapa diriku. Jadi namaku Jiyoo?”

Seketika Jongin terdiam lalu menatap Sehun sekilas dan dokter muda itu hanya diam kebingungan, “Kau tak ingat siapa dirimu sendiri? Lalu aku? Apa kau mengingatku??” Jongin sedikit meninggikan suaranya lalu menatap gadis itu tepat kedalam iris matanya.

“Tidak. Sama sekali tidak!”

Hening. Seketika ruangan itu menjadi hening tanpa pembicaraan apapun, Jongin dan Sehun menatap Jiyoo bingung. Tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan Sehun benci keheningan itu, kakinya berjalan mendekat ke arah Jiyoo untuk memeriksa kondisi gadis itu  tapi dengan segera Jongin mencegahnya.

“Namamu Park Jiyoo. Dan kau baru mengalami kecelakaan tabrak lari.” Ujar Jongin mulai berbicara, sementara Jiyoo masih merasa kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

“Lalu, kau siapa?”

“Aku Kim Jongin. Calon suamimu Jiyoo” ujar Jongin lalu tersenyum dan merengkuhkan tangannya untuk memeluk gadis itu.

Sementara Sehun diam mematung dengan mulut menganga tak percaya dan Kyungsoo yang baru saja tiba merasa terkejut luar biasa mendengar perkataan bohong dari Ceo perusahaanya itu, selama ini ia mengenal sosok Jongin yang benar-benar jujur.

Dia calon suami Jiyoo? Yang benar saja… dia jelas – jelas berbohong.



“Seharusnya dia baik-baik saja, tapi sayangnya Jiyoo mengalami traumatic amnesia, mungkin karena benturan kepalanya dengan beton jalanan menyebabkan semua ingatannya hilang begitu saja. Dan kupikir seharusnya kau mengembalikan Jiyoo pada keluarganya untuk membantu memulihkan ingatannya.. Mr.Kim” Sehun menyudahi penjelasannya dengan santai. Dokter muda itu selalu bersikap santai untuk segala hal.

“Tidak, dia akan tetap menjadi calon istriku mulai saat ini. Suka tidak suka dia menjadi milikku. Dan mau tak mau dia akan tetap menikah denganku. Secepatnya.” Jongin berujar ototiter dengan smiriknya yang mengembang begitu mengerikan. “Dan Sekertaris Do, tolong urus semuanya dengan rapi karena aku tak mau jika keluarga Jiyoo tahu bahwa gadis itu ada padaku. Buat laporan bahwa gadis itu mati dalam kecelakaan atau apapun agar semua keluarganya berhenti mencari gadis itu.” Lanjutnya dan tersenyum penuh kemenangan.

“Jongin.. kau tak bisa melakukan itu!” Sehun berujar tak percaya dengan apa yang temannya itu katakan. Terdengar kejam dan tidak manusiawi.

“Aku bisa melakukan itu Dr. Oh. Lagi pula dia sama seperti Hyunjo. dia cantik dan menarik. Kenapa tidak jika tuhan telah memberiku peluang untuk kedua kalinya?”

“Itu Kejam Kim Jongin. Kau menjauhkan gadis itu dari keluarganya dan memanfaatkan keadaan gadis itu untuk kepentingan pribadimu saja” Rahang Sehun mengeras, nampak jelas pria itu tengah menahan amarahnya dengan sifat egois client istimewanya itu.

“Aku akan menjaganya, dan membuatnya menjadi lebih berharga dibanding keluarganya sendiri. Dan aku tau apa yang aku lakukan… dan mulai detik ini Park Jiyoo adalah miliku. Milik Kim Jongin dan tak ada siapapun yang bisa merebutnya”

**

Park Jiyoo masih belum mengerti dengan kehidupannya yang terasa aneh, kehidupan sehari-harinya yang hanya ia habiskan di sebuah rumah besar bernama mansion itu, ia tak mengerti dengan bahasa yang pelayan-pelayan itu katakan, ia merasa asing dengan suasana di mansion itu. Rasanya ia menjadi orang baru yang berada disana.

Baru dua hari ia menginjakan kaki di rumah mewah itu, tapi rasanya seakan sudah seabad ia diam di tempat itu, bahkan luka perban di kepalanya belum kering seutuhnya dan ia sama sekali tak ingat jika ia pernah tinggal di mansion mewah itu, dan pernikahannya dengan sang pemilik mansion masih terasa meragukan dalam benaknya.

“Kau sudah bangun?” Jiyoo hampir saja terlonjat kaget saat tiba-tiba Jongin sudah berdiri di sampingnya, pemuda itu tengah mengancingkan tiga kancing kemeja bagian atasnya. dan tersenyum amat manis pagi itu. Jiyoo berusaha mati-matian untuk tidak melirik ke arah samping, ia masih enggan menatap Jongin secara langsung. Rasanya ia belum terbiasa dengan suasana itu, rasanya ia masih asing dengan sosok Jongin.

“Kau kenapa? Kau sakit lagi? Apa mau aku panggilkan Dokter Oh?” Jongin berbicara dalam satu tarikan napas, ia bahkan tak merasa sesak sedikitpun.

“Tidak. Jongin”

“Lalu?”

“Aku hanya belum terbiasa dengan semua ini.” Ujar Jiyoo pelan lalu kembali menunduk tapi dengan segera Jongin menarik dagunya dan mentap lekat iris mata Jiyoo. Meyakinkan bahwa kehidupan Jiyoo memang seperti ini, bersamanya.

“Kau akan segera sembuh dan mengingatku kembali. Dan orang pertama yang akan kau ingat adalah aku. Harus aku. kau hanya milikku dan untukku.” Jongin seolah melempar nyawanya sendiri kedalam lembah hitam tak berdasar, ia mulai kembali menutupi satu kebohongan dengan kebohongan lainnya yang mungkin akan berdampak di kemudian hari.

“Aku bingung Jongin, aku tak mengerti dengan semua ini.” Ujar Jiyoo frustasi dengan pikirannya sendiri yang seolah tak bisa menerima apa yang terjadi pada dirinya sekarang. Tak bisa menerima Jongin seperti apa yang Jongin katakan bahwa ia adalah miliknya. Tidak, Jiyoo seolah menolak hatinya sendiri.

Jongin memang tampan, dia kaya raya, dia baik, dan dia adalah satu-satunya orang yang selalu ada disisinya akhir-akhir ini tapi Jiyoo selalu merasa asing pada Jongin.

“Kau akan mengerti.” Jongin memeluk tubuh Jiyoo dari belakang, mengeksploritasi rasa rindunya pada seseorang itu melalui Jiyoo, ia tahu bahwa ia jahat dengan memanfaatkan Jiyoo, tapi perasaan dan hatinya seolah nyaman saat berdekatan dengan Jiyoo seperti ini. Ia kembali menjadi sosok egois sekarang.

“Dan pernikahan kita akan segera berlangsung. kita akan menikah di Manchester. Semuanya sudah aku urus Jiyoo. Kau tinggal mempersiapkan diri sebelum hari itu.” Bisik Jongin di telinga gadis itu lalu tepat setelahnya Jongin memutarkan tubuh Jiyoo untuk menghadapnya. Kembali menatap wajah damai Jiyoo yang menggiurkan.

“Aku sangat ingin menyentuhmu saat ini, tapi sayangnya aku harus bekerja pagi ini, ma chérie.  Tapi bermain sedikit mungkin lebih baik” bisik Jongin tepat didepan bibir Jiyoo dan tangannya memeluk tubuh Jiyoo amat possesiv.

Jiyoo menahan napas. Kedua tangannya juga berusaha menahan tubuh Jongin agar tidak semakin mendekat dengan tubuhnya. Tapi dalam sekali hentak tangan Jongin menarik pinggangnya hingga tubuhnya tertarik semakin dekat dengan Jongin. Bahkan kini mereka tak berjarak lagi. Begitu dekat.

“J-jo-jongin!”

“Belum waktunya kau mendesahkan namaku, sweetheart. But Aku berjanji tak lama lagi– you will call my name…. forever”

Dan detik berikutnya bibir tebal Jongin melumat bibir Jiyoo. Melumatnya begitu liar seakan bibir itu sebuah gula-gula kesukaannya.

Jiyoo tidak bisa bergerak sedikitpun dan tidak mampu berpikir jernih lagi bahkan pendengarnya seolah tuli dan yang ia bisa rasakan adalah bibir Jongin yang terus menggesek bibirnya bergantian, membuat sesuatu didalam tubuh bagian bawahnya memanas tak menentu. Gadis itu memejamkan mata kuat-kuat mencoba menolak tapi nyatanya ia menikmati. Sebuah kemunafikan tubuhnya yang bekerja diluar kendalinya. ‘Sial! Park Jiyoo’ Jiyoo berusaha mati-matian untuk tidak membalas ciuman Jongin, walaupun sungguh ia tergoda dengan kelembutan bibir tebal milik pria itu yang kini turun merambat menuju lehernya.

“Hentikan… Hent-mp-ah-kan” desis Jiyoo disela lumatan Jongin di lehernya.

Jongin tidak mendengarnya, pemuda itu sibuk dengan dunianya sendiri dan tenggelam dalam kenikmatannya—menghisap, mencium, melumat dan kini mengigit bibir merah cherry milik  Jiyoo tapi sayangnya pertahananan gadis itu begitu kuat bahkan kini bibir gadis itu masih terkantup rapat hingga membuat Jongin semakin geram untuk menaklukkannya saat ini juga.

Jiyoo mencengkeram kemeja putih Jongin kuat-kuat saat tiba-tiba tangan Jongin merobek baju tidur sutranya begitu saja.  “Jongin—hentikan. A-ap-mp-yang kau lakuk—mpppphh…”

Mata Jiyoo membulat, saat dirasakannya jemari Jongin mulai memijat sesuatu di dadanya. Ia berusaha mati-matian untuk tidak menjerit atau pingsan di marmer mahal milik Jongin. Tidak! Itu terlalu memalukan!

Tapi sebuah ketukan pintu membuat Jongin sadar dan dengan segera memungut baju Jiyoo yang tak sengaja ia robek, dengan segera pemuda itu mengusap bibir Jiyoo dan mengupat untuk mencekik siapapun yang menggangu agenda pagi harinya bersama Jiyoo.

“Kau pergilah mandi.” Ujar Jongin pelan.

Tanpa menunggu persetujuan lagi dengan segera Jiyoo berlari ke arah kamar mandi di dalam kamarnya dan memungut baju yang Jongin berikan padanya. Ia kelewat malu dan takut, tapi untung saja seseorang menyelamatkannya dengan sebuah ketukan pintu. Jiyoo benar-benar berterimakasih pada siapapun itu.

Jongin masih menyumpah serapahkan makian saat itu dan dengan kasar tangannya memegang knop pintu dan membuka pintu itu sekaligus. Dan yang ia dapati detik berikutnya adalah Oh Sehun dengan senyuman tololnya.

“Jadwal pemeriksaan Jiyoo adalah hari ini.” Ujar Sehun polos.

“Sialan kau!”

To be continue…

Hallo.. chapter 1 rilis.. semoga suka ya~~ jangan lupa komen dan like nya buat Lyoooo :D

Filed under: Drama, Psycho, romance Tagged: Baekhyun EXO, EXO K, Kai EXO, Kim Jong In, OC'S

Show more