2015-08-21



Title : It’s Hard!

Author : Chikarusite

Cast : Park Chanyeol (EXO)

Song Luna (OC)

Oh Sehun (EXO)

Genre : Romance and Friendship

Rating : PG 17

Lenght : Chaptered

Disclaimer :

Cerita ini pernah dipublish di tempat lain dan pernah dibuat versi EXO Krisnya. Terjadi perubahan dibeberapa nama cast. Maaf jika typo bertebaran..

.

Tidak ada kesan yang baik setiap kita bertemu. Apa kau membenciku? Mungkin tidak karena pada akhirnya aku lah yang berjuang keras untuk mendaptkanmu.

.

.

FIRST

.

Sosok itu masih saja sibuk dengan notebook silver di hadapanya.

Manik hitamnya yang bulat sempurna menatap fokus pada layar. Begitu pula kesepuluh jari – jari lentiknya juga turut bergerak lincah di atas keyboard. Sesekali juga, ia berhenti sejenak sekedar untuk berpikir sebelum kemudian melanjutkan aktivitasnya kembali.

Tidak dihiraukannya keramaian dan lalu – lalang orang di sekitar kantin. Tempat di mana sekarang ia berada.

Sementara itu, seorang yeoja cantik berambut pendek yang sedari tadi duduk tepat di hadapanya itu hanya bisa menatap gadis tersebut dengan tatapan berharap sambil memainkan salad buahnya dengan sumpit.

“Luna..”

keluh yeoja itu pada akhirnya, berharap gadis yang duduk di hadapanya tersebut peka dengan arti kalimat yang ia ucapkan tadi.

1 detik

2 detik

3 detik

Hening

Baiklah, sepertinya ia salah karena terlalu berharap lebih.

Gadis itu tetap saja sibuk dengan aktivitasnya sebelum kemudian ia tersentak keget karena layar notebooknya telah ditutup secara paksa.

“Yaak!! Tadi kau bilang tugas ini masih 2 bulan lagi dikumpul dan kau mengacuhkanku yang sedang bercerita”

Gadis bernama lengkap Song Luna itu hanya bisa mengerjab sambil menatap yeoja tersebut dengan polosnya.

“Ani, aku tidak mengacuhkanmu eonni.. aku dengar kau bilang semalam bertemu dengan seorang namja yang amat terkenal teman bisnis dari appamu itu bukan?” Tanyanya dengan seulas senyum yang dipaksakan.

Sedetik kemudian, terjadilah perubahan ekspresi yang cukup signifikan tergambar jelas diraut wajah yeoja cantik itu.

“Ne! kau tau!? Aku seperti bermimpi rasanya”

Luna hanya balas menganggukkan kepala dengan tidak berminat.

Jujur saja, sebenarnya ia tidak tertarik sama sekali untuk mendengarkan yeoja itu. Ia tidak suka waktunya terbuang sia – sia untuk sesuatu yang kurang bermanfaat, seperti saat ini.

Choi Yewon, sahabat sekaligus seorang eonni bagi Luna sejak masih duduk dibangku SMA. Hingga tidak terasa sudah memasuki tahun ke 3 keduanya berada di sebuah universitas yang sama.

Berbeda dengan Yewon yang masih menempuh pendidikan sarjana untuk jurusan ekonominya, Luna sendiri sedang sibuk mengejar gelar spesialis penyakit dalamnya dijurusan kedokteran.

Gadis itu memang 3 tahun lebih muda dari Yewon dan itu semua terjadi karena sewaktu SMP Luna masuk dalam program akselerasi sehingga ia dapat lulus sekolah dengan usia yang masih terbilang sangat belia yaitu, 14 tahun.

Seoul National University adalah tergolong universitas paling bergengsi di Korea.

Jika mengingat status Yewon yang ayahnya termasuk dalam jajaran politisi elit di Korea Selatan tidaklah mengherankan.

Berbeda halnya dengan Luna. Ia sendiri hanyalah seorang anak yatim piatu yang sejak kecilnya dirawat di sebuah panti asuhan kecil nan sederhana.

Ia tidak pernah tau siapa ayah atau siapa sosok ibu yang melahirkanya ke dunia ini dan Luna sendiri pun tidak ingin memusingkan hal tersebut.

Baginya ada atau pun tidak orang tuanya bukan suatu masalah yang besar, buktinya ia masih bisa hidup dengan baik sampai saat ini.

Setidaknya dengan kenyataan pahit itu, ia masih memiliki alasan untuk bersyukur.

Tuhan mengaruniakan otak yang cukup di atas rata – rata padanya, membuat jalan kehidupan yang sulit menjadi sedikit dipermudah.

Lulus SMA dengan nilai tertinggi dan sederet prestasi olimpiade lainnya, menghantarkan Luna menerima banyak beasiswa penuh dari berbagai perguruan tinggi swasta maupun negeri dan yang salah satu diantaranya adalah Seoul National Unversity.

Ia menerima beasiswa penuh untuk jurusan kedokteranya. Setimpal saja dengan kerja keras yang selama ini ia lakukan.

Song Luna hanya seorang gadis biasa yang hanya mampu menonjolkan kepintaran otaknya di sini

dan sebenarnya tanpa ia sadari, di balik penampilanya yang terlihat sederhana, Luna memiliki sebuah daya tarik.

Walaupun ia jarang tersenyum, gadis itu memiliki wajah natural yang tidak membosankan dan ditambah dengan senyum menawan oleh karena kedua lesung pipinya.

Tetapi Luna memang jarang, bahkan memang tidak pernah menunjukkan hal tersebut karena sifatnya yang tertutup pada orang – orang di sekitarnya.

Yeoja yang duduk tepat di hadapanya itu mulai nenegakkan posisi tubuhnya sambil melipat rapi kedua tanganya di atas meja, lalu mulai menatap serius pada gadis mungil itu.

“Tapi aku heran denganmu, dia dan temanya yang ku ceritakan itu memang sangat terkenal karena mereka, ya.. mereka artis Luna! Aku tidak percaya bahwa kau tidak mengenal mereka sama sekali, apa kau serius!? kau tidak tau tentang EXO!?” tanya Yewon dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Ia tau Luna termasuk tipikal perempuan yang cuek, tetapi ia tidak menyangka bahwa situasinya akan lebih buruk dari pada yang ia bayangkan.

Gadis itu hanya merespon dengan mengindikkan kedua bahunya secara bersamaan sambil menyesap milk shake strowberrynya.

Sebenarnya ia tidak sungguh – sungguh akan pernyataanya tersebut.

Jujur, ia hanya sekedar tau nama saja.

Walaupun Luna jarang menonton televisi, tentu saja ia tau EXO. Hanya saja, ia bukan termasuk fans fanatic boyband tersebut seperti Yewon dan kebanyakkan kaum hawa di kampusnya tersebut.

Jadi, kesimpulanya ia memang tidak begitu tau.

“Aish, kau ini membosankan” gerutu Yewon.

“Ah.. satu lagi, coba tebak? dia mengajakku kencan malam ini! Oh, Tuhan.. memikirkanya saja sudah membuatku hampir gila karena senang” lanjutnya dengan senyum sumbringah.

Yewon mengencani seorang artis?

Tidak berlebihan, di Korea jika keluargamu termasuk dalam status orang berada akan sangat mudah terkoneksi dengan siapapun termasuk seorang artis.

Tapi, entahlah. Menurut Luna artis atau siapapun itu sama saja.

Mereka juga bernafas menghirup oksigen, makan, tidur bahkan menginjak bumi dan memandang langit yang sama.

Jadi, Luna sedikit heran jika ada seseorang yang memuja sesama mahluk ciptaan Tuhan itu dengan berlebihan seperti Yewon dan ia ingat yeoja ini sampai harus menangis 2 hari 2 malam karena tiket boyband bernama EXO itu sudah habis terjual.

Itu juga membuat Luna ikut direpotkan karena harus membujuk Yewon agar mau makan akibat insiden tersebut dan kali ini Luna sangat yakin.

Pasti Yewon juga tidak tidur semalaman, sangat terlihat dari lingkaran hitam yang samar – samar terbentuk di bawah matanya itu.

“Eonni apa yang membuatmu tertarik denganya” tanya Luna menatap heran pada chingunya itu.

“Ah, maksudmu Sehun? um.. sebenarnya aku tidak tertarik dengannya saja.. tapi dengan mereka semua hhe.. tapi, tapi, Sehun juga sudah cukup! Dia itu luar biasa tampaaaan” jawab Yewon dengan senyum berbunga.

“Hanya itu?” Lanjut Luna.

“Tentu saja tidak! Dia juga sangat bertelenta terutama dalam hal tarian dan suaranya juga tidak kalah keren” tegas Yewon mantap.

Luna hanya mengangguk paham setelahnya.

Sebenarnya ia ingin menyanggah kalimat tersebut seperti,

‘Justin Bieber, Niall Horan, Cody Simpson juga tampan dan berbakat’

tetapi setelah ia menimbang kembali, hal tersebut pasti akan mengundang Yewon untuk lebih berbicara panjang lebar padanya dan Luna terlalu malas untuk itu karena ada banyak hal yang sudah menunggu untuk ia kerjakan.

“Nah! aku harus ke salon sekarang. Jangan lupa doakan agar kencanku sukses ya!?”

“YAAK!! eonni!”

Luna meringis mengusap kedua pipinya sambil melemparkan tatapan nanar ke arah Yewon karena baru saja yeoja itu mencubitnya keras.

“Itu salahmu karena terlalu manis dan jangan memasang eksperesi seperti itu, kau membuatku semakin gemas hha”

“Ah! Satu lagi, kau juga tidak boleh tidur nanti malam sebelum aku menelpon! Arraseo? ja…” lanjutnya sambil melenggang santai sementara Luna hanya bisa menatap malas pada kepergian yeoja tersebut.

.

.

07:00 p.m.

Angka itulah yang tercetak jelas pada jam tangan hitam yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya.

Terlihat sebuah lesung pipi dan senyuman manis terukir di bibir mungil gadis itu.

Ia bisa pulang lebih cepat 2 jam dari biasanya hari ini karena toko roti di tempatnya bekerja laku keras.

Seraya mengeratkan tas ransel ungunya, gadis itu menambah volume musik yang ia dengarkan melalui headset sambil otaknya bekerja untuk menyusun rencana apa saja yang akan ia kerjakan nanti, setelah sampai di rumah.

Ketika kedua kakinya yang dibungkus oleh sepatu kets Nike pink itu melewati sebuah swalayan, langkahnya seketika terhenti di tengah keramaian.

Ia teringat, bahwa ia belum berbelanja untuk kebutuhanya minggu ini.

Saat Luna memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam swalayan langgananya tersebut, Luna dapat melihat bahwa tempat itu cukup ramai seperti biasanya.

Setelah mengambil keranjang belanja, gadis itu segera bergerak menuju ke deretan rak daging dan sayuran segar. Tidak lupa, ia juga membeli beberapa camilan dan beberapa botol susu kedelai.

Merasa semua kebutuhanya sudah terpenuhi Luna segera ikut mengantri berdiri di kasir.

Saat ini, tepat di depanya. Ada seorang pria berkacamata hitam dan bertubuh tinggi tegap juga sedang berdiri untuk mengantri.

Dan entah apa yang terjadi, tiba – tiba pria jangkung itu mundur selangkah hingga kakinya yang terbungkus oleh sepatu boots hitam, besar nan tebal itu menginjak sebelah kaki Luna yang tengah berdiri santai di balakangnya.

Sontak Luna meng’aduh’ karena merasakan sakit pada kakinya dan refleks saja ia mendorong tubuh tinggi itu ke depan dengan tanganya.

Nampak pria itu sejenak menoleh padanya dengan ekspresi tidak suka dari balik kacamata hitam yang ia kenakan.

Tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun pria itu hanya beralalu begitu saja dengan sebuah botol minuman dingin dalam genggamanya.

Luna menatap dengan jengkel pada kepergian pria itu.

‘bagaimana bisa orang itu tidak meminta maaf?! Jelas – jelas dia yang salah!’ gerutu Luna dalam hati.

Dengan gerakan kasar gadis itu segera meletakkan keranjang belanjaanya di atas meja kasir hingga menimbulkan suara hentakkan yang cukup nyaring.

Sontak saja seluruh pasang mata di tempat itu langsung memperhatikanya dengan tatapan bingung.

Merasa telah melakukan suatu tindakkan yang bodoh. Luna segera meminta maaf sambil membungkukkan badan, guna menyembunyikan wajahnya yang sudah kelewat merah akibat menahan rasa malu.

“Ah senang melihatmu Luna ssi. Sepertinya suasana hatimu sedang buruk”

sapa seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk menghitung kumpulan barang belanjaanya tersebut.

“Mianheyo, jika tindakkanku tadi sedikit mengganggu ahjumma. Aku hanya.. sedikit kesal” jawab Luna kikuk.

“Gwaenchana.. gadis cantik sepertimu tidak baik marah seperti itu, kau akan cepat tua. ini belanjaanmu Luna ssi totalnya 32.000 won”

Luna memberikan sebuah senyuman manisnya setelah menyerahkan beberapa lembar uang kertas dari dalam dompet.

Saat akan beranjak pergi, Luna memaku sejenak di depan swalayan.

Benar juga, seharusnya ia tidak perlu sampai sekesal itu. Apa lagi sampai bertindak memalukan dirinya seperti tadi hanya karena pria itu tidak meminta maaf. Bisa saja orang itu tidak sengaja bukan?

Merasa cukup dengan rasa kesalnya yang tidak berguna, gadis itu pada akhirnya memutuskan untuk melupakan kejadian tersebut.

Setibanya ia di rumah sederhananya, Luna segera meletakkan barang belanjaan tersebut di atas meja makan lalu bergegas untuk mandi.

Gadis itu mengendurkan otot – otot tulangnya ketika merasakan hangatnya air, tempat di mana ia berendam saat ini.

Tidak lupa, ia juga membubuhkan aroma therapy kesukaannya ke dalam tube sebelum ia berendam tadi.

Sangat jarang ia bisa melakukan hal yang santai seperti ini karena sebelumnya ia selalu pulang di atas jam 9 malam.

Jadi, ketika sampai di rumah ia harus segera bergegas mandi lalu memasak makan malam dan setelah itu ia harus belajar.

Hal itu juga yang selalu membuatnya berpikir untuk mencari pekerjaan baru yang lebih santai dengan gajih yang sama.

Tetapi, sampai saat ini ia belum juga menemukan solusi untuk permasalahan tersebut. Bahkan, ia juga juga sampai harus meminta bantuan Yewon untuk mencarikanya perkerjaan baru.

Setelah berendam sekitar 20 menit dan berganti pakaian tidur baby doll, Luna berencana akan memasak makanan spesial guna merayakan saat santainya kali ini.

Gadis itu menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam untuk memasak. Setelah semuanya siap Luna tersenyum manis memandangi meja makanya yang sudah tertata rapi dengan berbagai jenis makanan di atasnya.

Sejenak ia memeriksa telpon genggamnya yang ada di atas kursi.

Pukul 08:15 p.m dan Yewon belum menghubunginya juga.

Terlintas dibenaknya apakah ia harus menghubungi yeoja itu terlebih dulu?

Tapi.. mungkin saja itu akan mengganggu.

Jadi, Luna menyimpulkan lebih baik ia menunggu saja agar Yewon lah yang menghubunginya terlebih dulu.

Seusai acara makan malamnya, Luna melanjutkan acaranya dengan duduk rapi di hadapan meja belajar sambil mendengarkan alunan musik melalui headsetnya.

Ada sebuah buku tebal berwarna putih bertuliskan ‘Human Anatomy’ di genggamanya dan matanya terus fokus membaca sambil sesekali menulis hal penting dalam buku catatanya.

Entah sudah berapa lama ia berkutat dengan buku itu.

Ketika matanya mulai merasa lelah, Luna melemparkan padangannya pada jam waker hijau di meja belajarnya.

11:56 p.m.

Tidak terasa sudah hampir 3 jam ia belajar. Karena sudah merasa cukup lelah, Luna beralih menuju kasurnya yang terlihat menggoda memanggilnya untuk segera ditiduri.

Ketika ia akan menutup kedua matanya secara sempurna, Luna kembali teringat pada Yewon.

Yeoja itu belum menghubunginya juga sampai saat ini dan ia memang berencana akan menunggu.

Tetapi tidak terhitung sampai 5 menit gadis cantik berparas imut itu malah terlihat sudah tertidur pulas di atas kasurnya.

.

.

Setelah jam mata kuliah pertama berakhir, Luna terlihat mengemasi barangnya lalu pergi menuju tempat langgananya.

Perpustakaan.

Beginilah caranya ia memanfaatkan waktu luang yang ada sambil menunggu jam kedua mata kuliahnya.

Tempat yang didominasi oleh warna putih ini terlihat cukup sepi. Hanya ada segelintir orang di dalamnya yang kebanyakan memang sedang sibuk membaca buku.

Gadis mungil itu melangkah masuk, lalu berjalan menyusuri deretan rak buku yang tertata rapi guna mencari sebuah buku untuk dibaca.

Ketika sedang sibuk mencari, Luna harus dikagetkan oleh sesuatu karena tiba – tiba ada yang memeluk erat lehernya dari belakang dan dari aroma parfumnya ia dapat dengan segera bisa menebak.

“Eonni! mengagetkan saja!” Pekiknya sambil berusaha melepaskan pelukan erat chingunya itu.

“Sudahku duga kau di sini, dasar kutu buku”

Yeoja itu menatap Luna sambil menggeleng – gelangkan kepala.

Sementara gadis itu hanya balas acuh mengerucutkan bibirnya.

Tetapi seketika, Luna menyipitkan kedua matanya curiga sambil menatap penuh selidik pada yeoja itu. Ada suatu hal ganjil yang ditangkap oleh kedua maniknya.

“Eonni kenapa lehermu?” tanya Luna dengan tangan yang menyetuh lehernya sendiri seakan memberi isyarat.

Sedetik kemudian wajah Yewon langsung bersemu merah, entah apa penyebabnya..

“I-Ini.. digigit nyamuk” jawab Yewon terbata sambil menarik kerah bajunya menutupi bekas merah tersebut.

‘digigit nyamuk? nyamuk jenis apa yang menggigit sampai sebesar itu?’ batin Luna kebingungan.

“A-Ah kemari! aku ada berita bagus untukmu” ucap Yewon mengalihkan perhatian lalu menarik sebelah tangan gadis itu menuju ke sebuah meja kosong yang ada di dekat jendela.

“Kau masih berniat untuk mencari pekerjaan baru?” Tanyanya.

Luna hanya mengangguk kepala seadanya sambil menatap yeoja itu.

“Oppa memberi tau ku kemaren bahwa pihak entertainment mereka sedang mencari seorang dokter untuk bidang kesehatan di sana. Kau tau!? Gajihnya sangat besar dan pekerjaanya juga cukup santai”

“Oppa wae? Entertainment?” Tanya Luna dengan raut wajah tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh yeoja itu.

“A-Anu maksudku Sehun.. dan entertainment itu perusahaan yang menaungi boy group mereka. Ah, pokoknya kau harus menerima pekerjaan ini! Aku sudah cerita padanya kalau ada seorang temanku yang sedang mencari pekerjaan dan dia bilang kau bisa datang langsung ke kantor entertaimentnya untuk interview dengan direkturnya sore ini”

“Sore ini?!” pekik Luna dengan nada suara naik 1 oktaf.

“Wae? Kurasa kau cukup siap” jawabnya santai.

“Yaak eonni!! Aku belum mempersiapkan apa – apa. Bagaimana aku bisa siap!?”

“Aish oppa bilang itu hanya interview biasa. Kenapa kau setakut itu. Ini syarat dan formulir yang harus kau isi”

yeoja itu meletakan beberapa buah lembaran kertas di atas meja tepat di hadapan Luna yang masih menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

.

.

Gadis itu benar – benar harus tercengang memandangi gedung kaca bertingkat tersebut.

Bangunan itu sangat besar dan menjulang tinggi.

Padahal ia baru melihat dari bagian luarnya saja dan ini juga sekaligus semakin menciutkan nyali Luna. Apa lagi ketika mendapati di parkiran saat ini penuh dengan beragam merek dan jenis mobil mewah.

Tentu saja orang – orang yang berada di dalam tempat tersebut bukanlah orang yang sembarangan bukan?

“Luna bagaimana penampilan ku? Make upku bagaimana?” tanya Yewon sambil sibuk menata rok di atas lututnya dan merapikan make up di wajahnya itu.

“Bagus” jawab Luna sekenanya.

Sangat berbanding terbalik dengan penampilanya.

Baju hem lengan panjang bermotif kotak – kotak berwarna abu, celana jins hitam, sepatu kets kesayanganya, ransel ungu dan ditambah rambut panjangnya yang diikat asal.

Sempurna.

Ia benar – benar merasa tidak layak untuk masuk ke sana. Apalagi untuk menghadap seorang direktur.

Pabo.

Setidaknya ia tadi berpikir menggunakan otaknya supaya berganti baju terlebih dulu sebelum ke mari.

Tapi nasi sudah menjadi bubur.

Ia tidak punya cukup banyak waktu untuk kembali pulang ke rumah hanya sekedar untuk berganti pakaian sekarang dan Luna sudah membulatkan tekatnya untuk segera masuk ke dalam gedung mewah tersebut diiringi omelan Yewon yang berjalan sedikit kewalahan karena mengejar langkah kakinya.

‘Ya, persetan dengan penampilan!’ pikir Luna.

Ketika ia menginjakkan kakinya masuk ke dalam lobi, langkahnya refleks membawa menuju ke sebuah meja resepsionis dan Luna disambut dengan ramah oleh seorang wanita muda dengan rambut tersanggul rapi.

“Maaf bisa saya bertemu dengan direktur Lee? Saya ada janji interview dengan beliau” jelas Luna.

Sejenak terlihat wanita itu memperhatikan Luna lalu menimbang sejenak.

“Sebelumnya bisa saya lihat berkas anda sebentar?”

wanita itu meneliti berkas yang baru saja diserahkan oleh Luna dan tidak sampai satu menit resepsionis itu kembali menyerahkan berkas tersebut.

“Mari saya antarkan dan maaf sebelumnya, teman anda boleh menunggu di sini kerena hanya yang berkepentingan saja yang bisa menemui sajangnim”

Yewon langsung melemparkan tatapan kesal pada resepsionis tersebut yang membuat Luna tertawa dalam hati.

Tentu saja ia tau alasanya menggapa Yewon begitu bersemangat untuk menemaninya kemari.

Resepsionis cantik itu membawanya naik menuju lantai paling atas, yaitu lantai 20.

Selama diperjalanan Luna banyak sekali berpapasan dan bahkan berada dalam satu lift dengan orang – orang berpenampilan sedikit mencolok dan entah mengapa wajah – wajah mereka juga terlihat begitu familiar?

Tapi nampaknya gadis bersurai hitam panjang yang terlihat sedang gugup itu tidak terlalu memperdulikan kehadiran mereka sama sekali.

Setelah pintu lift terbuka, wanita itu mengiringnya menuju ke sebuah pintu besar berbahan dasar kayu yang terdapat sebuah ukiran megah di permukaanya.

“Ini ruanganya. Sajangnim ada di dalam. Saya permisi”

sebagai ucapan terimakasihnya Luna hanya mampu tersenyum kikuk lalu membungkuk singkat.

Sepeninggalan resepsionis cantik itu, barulah Luna merasakan ketegangan yang amat luar biasa.

Tanganya berkeringat dingin dan jantungnya berdetak tidak beraturan.

Ini adalah kali pertama baginya melamar pekerjaan di tempat sebesar ini.

Bagaimana jika ia ditolak? Atau ternyata ada orang lain yang sudah mendahuluinya?

dan gilanya, ia baru membaca persyaratan kerja adalah usia 20 tahun ke atas saat sedang dalam perjalanan tadi.

Tentu saja Luna langsung merengek untuk minta diantarkan pulang oleh Yewon.

Tetapi yeoja yang berumur lebih tua tiga tahun darinya itu juga tidak kalah keras untuk tetap memaksanya.

Hingga di sinilah ia sekarang.

Bukan kah itu terlalu nekat?!

Gadis itu menggeleng kuat kepalanya guna mengenyahkan pemikiran negatif dari dalam otaknya tersebut.

Jika belum dicoba mana tau hasilnya bukan?

Luna membulatkan tekatnya seraya mengumpulkan keberanian. Tangan kirinyanya yang memegang dengan sangat erat berkasnya tersebut sudah siap untuk mengetuk pintu.

Tetapi di luar dugaan.. pintu itu malah terbuka dengan sendirinya dari dalam dan langsung menampilkan sosok seorang pria jangkung lengkap dengan raut wajah dinginya.

Luna sampai harus mendongkakkan kepalanya ke atas agar bisa menatap jelas pada sosok pria itu.

Saat mata keduanya bertemu pria itu langsung terlebih dulu membuka suara.

“Kau menghalangi jalan”

ucap pria berwajah dingin itu dengan ketus dan entah mengapa otak Luna begitu lamban untuk mencerna setiap perkataan tersebut.

Bukanya menyingkir untuk memberi jalan, gadis itu masih saja terlihat menatap pria tersebut sambil mematung di posisinya dan itu semua terjadi karena ia sedang sibuk berkonsentrasi untuk mengingat sesuatu.

“Apa kau tuli?” Kali ini nada bicara pria tersebut terdengar sinis dan marah.

Tanpa menunggu respon gadis di hadapanya itu terlebih lanjut. Chanyeol—- pria itu berlalu begitu saja melewatinya hingga membuat sisi tubuh Luna sedikit limbung akibat senggolan kasar dari tubuh pria tersebut.

Luna menyipitkan kedua matanya ketika pria yang melewatinya barusan berlalu dan memasang kacamata hitamnya sebelum memasuki lift dan

BINGO!

Tidak salah lagi.

Pria itu yang pernah menginjak kakinya beberapa tempo hari yang lalu saat di swalayan.

Tinggi badan, gaya rambutnya, apalagi dengan kacamata itu Luna benar – benar dapat mengingatnya sangat jelas.

‘Apa yang dilakukan pria itu? Apa ia berkerja di sini?’ batin Luna.

EKHMM

Gadis itu terpanjat kaget ketika mendengar suara dehaman berat khas pria yang sumbernya ternyata berasal dari dalam ruangan yang tanpa Luna sadari, pintu itu masih dalam kondisi terbuka lebar.

Dengan sedikit salah tingkah Luna segera melangkah masuk ke dalam ruangan minimalis berdekorasi mewah tersebut.

“S-Selamat sore tuan Lee, saya yang menelpon bapak tadi siang untuk interview sore ini” ucap Luna sedikit gugup.

Pria paruh baya dengan kantung mata tebal dan rambut pirang yang memutih sebagian itu memiliki wajah ramah. Setidaknya itu hal yang bagus bagi Luna.

“Silahkan duduk” ucap pria itu dengan senyum yang tak kalah ramahnya.

“Bisaku lihat berkasnya?”

“I-ini sanjangnim” Luna menyerahkan map coklat yang terlihat kucel itu dengan tangan yang sedikit bergetar.

“Ini hanya interview biasa. Jadi, santai saja”

Pria paruh baya itu tertawa renyah melihat tingkah laku Luna.

“Jadi, Luna ssi..”

Terlihat samar – samar sebuah kerutan di wajahnya saat mulai meneliti berkas Luna, membuat si empunya semakin gelisah dalam hati.

“Kau masih 16 tahun?” Tanyanya dengan nada tidak percaya.

“N-Ne sajangnim lebih tepatnya 3 bulan lagi saya berusia 17 tahun ditahun ini. A-Apakah saya.. d-ditolak?” Tanya Luna gugup.

“Anio, Aku hanya kaget. Bagaimana bisa ada seseorang yang sedang kuliah S2 berusia semuda itu. Kau cerdas sekali” pujinya dengan wajah terkagum.

“Gamsahamnida sajangnim”

“Ah, tapi kau sepertinya lupa mengisi kolom nama ayah dan ibumu Luna ssi”

ucap pria itu sambil menunjuk bagian formulir yang terlihat kosong dengan ujung penanya.

Luna memang mengosongkanya.

Dulu ia selalu menggunakan nama ayah dan ibu pengasuhnya di panti untuk di tuliskan diformulir.

Tapi sekarang berbeda.

Luna merasa karena ia sudah tidak tinggal di sana, ia tidak punya hak apapun untuk menggunakan nama ayah atau pun ibu pengasuhnya itu lagi.

“Itu..orang tua saya, memang tidak ada sanjangnim” jelas Luna sedikit kebingungan.

Pria paruh baya tersebut terlihat sedikit kaget ketika mendengar secara langsung pengakuan dari mulut gadis itu.

“Maaf, jika perkataanku tadi menyinggungmu Luna ssi”

wajah tua pria itu terlihat sangat menyesal dan malah mambuat Luna menjadi merasa bersalah sekarang.

“A-Anio.. seharusnya saya yang meminta maaf pada sanjangnim karena tidak memberitahukanya terlebih dulu” ucap Luna tidak kalah menyesal.

Pria itu kembali terlihat memunculkan senyum ramah setelahnya.

“Kalau begitu.. baiklah, minggu depan kau mulai bisa berkerja Luna ssi”

sebelah tanganya terulur untuk memberikan ucapan selamat dan disambut kaku oleh Luna.

Gadis itu hanya bisa diam dengan mulut setengah menganga sekarang.

‘Apa!? Apa baru saja aku diterima?!’ batin Luna tidak percaya.

“S-Saya diterima sajangnim!? tapi.. bukankah persyaratanya harus berusia 20 tahun ke atas!?” Tanyanya tidak percaya.

“Itu hanya persyaratan di atas kertas Luna ssi dan bukan sebuah patokkan. Walaupun kau masih muda, kau terlihat ulet dan aku yakin kau pasti bisa bekerja dengan sangat baik. Kecuali.. kau berniat untuk menolak tawaran ini?”

“Waeyo? andwe!! Mana mungkin saya menolaknya!” tegas Luna dengan suara lantang.

Pria itu hanya dapat tertawa menampilkan lekukan keriput di wajahnya.

Gadis ini, tingkah lakunya mirip sekali dengan anak perempuanya.

“Baguslah kalau begitu. Nah, segala macam prosedur dan peraturan bisa kau baca di sini”

Ia meletakkan sebuah buku setebal 2 centi di atas meja tepat di hadapan luna.

Kali ini Luna tidak dapat menyembunyikan lagi senyuman kegembiraan di wajahnya.

“Ne, terimakasih sajangnim. Saya berjanji akan berkerja sebaik mungkin”

“Senang mendengar semangatmu Luna ssi. Tapi, aku ingin bertanya satu hal. Apa kau.. orang Korea asli?”

Luna mengernyit bingung.

Sebenarnya ini bukan kali pertama seseorang menanyakan hal ini padanya.

Bahkan dulu, Yewon pun menanyakan hal yang sama saat pertama kali bertemu denganya dan kalau sudah begitu ia tidak tau harus menjawab apa.

Ia sendiri bingung, apa sebegitu kentaranya kah perbedaanya? Walaupun Luna tidak memiliki rambut berwarna pirang atau lensa mata berwarna terang, gadis ini sedikit mencolok karena warna kulitnya yang cenderung berwarna putih pucat serta wajahnya yang agak berbeda dari kebanyakan wanita oriental Korea lainya.

“Um, sepertinya begitu sajangnim”

“Ani, ani. Menurutku.. kau memiliki semacam darah campuran” tandasnya.

“Apa kau memiliki waktu Luna ssi? Aku ingin kita berbincang sebentar”

Keduanya benar – benar berbicang panjang lebar saat itu.

Luna menceritakan seluruh kisah hidupnya secara blak – blakan.

Bagaimana ketika saat bayi ia ditemukan dengan kondisi terlantar di stasiun kereta api. Hingga bagaimana ia bisa sampai di panti asuhan dan cara ia bertahan hidup selama ini.

Pria tua itu terharu sampai – sampai hendak menitikan air matanya dan satu kesimpulan yang dapat ia tarik saat itu adalah Luna gadis yang luar biasa.

Begitu pula dengan Luna, gadis itu sangat mengagumi sosok pria paruh baya tersebut. Bagaimana kerja kerasnya untuk membangun sebuah entertainment sampai dengan membesarkan entertainment tersebut, bukanlah perkara yang mudah pastinya.

Itu juga sedikit membuatnya iri karena beruntunglah seorang anak yang memiliki sosok ayah hebat seperti ini.

Sebenarnya Luna sendiri masih belum puas untuk becerita, masih begitu banyak hal yang ia ingin utarakan karena pria paruh baya ini benar – benar sosok yang sangat ramah dan menyenangkan.

Tetapi, ia seketika teringat akan Yewon yang masih menunggunya di lobi.

Aish, pasti yeoja itu akan mengomelinya habis – habisan nanti.

Setelah membungkuk untuk berpamitan pergi Luna hanya dapat terus tersenyum di sepanjang jalan karena hatinya benar – benar sedang meluap oleh perasaan senang.

Sepertinya ia harus merayakanya untuk hari ini dan ia sibuk sedang menimbang – nimbang dalam hati apakah lebih baik merayakanya di luar atau di rumah saja..

BRAAKKKH

Suara nyaring seperti suara meja yang sedang ditendang itu sejenak menyita perhatian Luna.

Maniknya sibuk mencari dari mana sumber suara itu berasal.

Setelah menemukanya, Luna terfokus mematung memperhatikan kejadian tegang di bilik ruang kerja tersebut.

“BODOH!!! Sudah ku katakan berulang kali! Ketatkan penjagaan!! Jangan biarkan wartawan tolol itu meliput atau mengambil gambar sesuka hati mereka!! Kau benar – benar tidak berguna!!” Ucap pria itu penuh emosi.

Tunggu.. sepertinya sosok pria tinggi yang sedang marah seperti orang kesurupan itu sangat tidak asing bagi Luna.

Ah, ya tentu saja.

Bukankah orang itu pria arogan dan menyebalkan yang tidak sengaja ia temui di depan ruang direktur beberapa saat yang lalu.

“S-Saya sudah mengetatkan penjagaan dan kalau sampai hal tersebut bocor kau lah yang kurang berhati – hati”

“BRENGSEK!! KAU MENYALAHKAN KU?!!”

Hampir saja pria itu melayangkan tinjunya pada pria di hadapanya tersebut jika saja tidak ada yang melerainya.

Luna hanya dapat geleng – geleng kepala menyaksikan itu semua.

Sebenarnya ia sangat ingin menolong pria malang itu.

Tapi.. ia sendiri harus berpikir 2X.

Ikut campur permasalahan orang lain sepertinya bukanlah ide yang bagus.

‘Apa orang itu tidak pernah diajarkan sopan santun!? sekalipun mungkin pria itu yang salah. Tetap saja ia tidak berhak berkata sekasar itu terhadap orang yang lebih tua’ Batinya ikut kesal.

Cukup lama Luna mematung menyaksikan kejadian tersebut. Sampai pada akhirnya, tanpa disengaja kedua manik hitamnya bertabrakan langsung dengan pemilik manik coklat yang masih terlihat emosi itu.

Nyaris saja jantungnya terjun bebas ke lantai.

Walaupun jaraknya terlampau cukup jauh, Luna dapat dengan jelas melihat bawa pria itu sedang menatap tajam ke arahnya membuat Luna sedikit bergindik ngeri dan dengan cepat ia segera memutuskan kontak mata tersebut lalu segera beranjak pergi meninggalkan tempat kejadian perkara seolah – olah tidak melihat apapun.

.

.

Sesampainya gadis itu di lobi, ia tidak mendapati adanya tanda – tanda keberada Yewon.

Dengan wajah kebingungan Luna mulai beranjak keluar dari dalam gedung.

‘Mungkin di mobil’ batinya.

Benar saja.

Saat sesampainya Luna di parkiran dan mengintip melalui kaca mobil, yeoja itu sedang tertidur pulas dengan sebuah majalah fashion menutupi wajahnya.

“Yaak eonni buka pintunya” ucap Luna sambil mengetuk kaca mobil sedikit keras.

Yeoja itu sedikit tersentak kaget dari tidurnya sambil mengusap kedua matanya.

Setelah membuka tombol unlock, ia langsung disuguhkan dengan wajah senang dari gadis tersebut.

“Kau diterima!?”

Tebak Yewon penasaran dan Luna jawab dengan mengangguk mantap kepalanya.

“Aishh.. selamat dokter kecil. Tidak sia – sia aku menunggumu sampai tertidur di sini” Ucap Yewon sambil memeluk senang chingunya tersebut.

“Kita harus merayakanya!! Aku yang traktir!”

“Wae? Aku pikir itu terbalik. Seharusnya aku yang mentraktir eonni!” Tegas Luna.

“Andwe!! Aku yang traktir!! Jam 8 nanti malam”

“Tapi-”

“dan tidak ada tapi” Tegas Yewon mengacungkan jari telunjuknya di hadapan wajah Luna, tidak ingin kalah.

Baiklah, Luna harus mengakui.

Ia tidak pernah menang jika sudah beradu argumen dengan yeoja yang satu ini.

Begitu keras kepala dan harus dipatuhi.

Luna hanya bisa menghela nafas pasrah ketika mobil yang dilajukan Yewon bergerak mulus meninggalkan area parkiran tersebut.

.

.

“Hyung.. kau masih sadar kah?” Tanya seorang namja beranama Tao sambil mengibaskan sebelah telapak tanganya di hadapan wajah pria rupawan itu.

Seketika pria itu langsung mendelik tajam ke arahnya.

“Dia tidak akan mabuk hanya karena 2 botol vodka” Ucap salah satu pria tampan yang sedang duduk santai di hadapan keduanya.

Sambil melipat kedua tanganya di depan dada, ia mulai menatap namja tersebut.

“Tapi setelah mendengar penjelasanmu tadi. Aku pikir perkataan hyung memang ada benarnya” lanjut pria itu santai.

“Berarti otakmu sama rusaknya dengan pria tua itu” jawabnya dingin.

“Aish bocah ini!! Kau lupa masalah itu timbul karena ulahmu sendiri!? Pria tua yang kau maksud itu hanya ingin menolong mu pabo!” geramnya.

“Dia hanya tidak ingin rugi itu saja” jawab Chanyeol ketus.

“Yak!! kau ini! Itu karena kau kurang berhati – hati saat.. saat argh!!”

Gerutu Luhan kesal karena tidak mampu melanjutkan perkataanya sendiri.

“Wanita itu yang ‘menyerang’ ku diluan, aku hanya meladeninya saja” timpal Chanyeol meluruskan topik pembicaraan.

“Setidaknya tahan lah sedikit nafsumu itu sampai menemukan tempat yang layak!! Kau gila sudah melakukanya di parkiran!? Wartawan itu tentu saja akan dengan sangat mudah mengambil gambarmu!!” Cerca Luhan.

“Luhan hyung, kau jangan terlalu keras pada hyung ku”

terlihat salah seorang pria tampan lainya masuk ke dalam ruangan itu dan langsung menghempaskan tubuhnya di sofa tepat di sebelah Chanyeol.

“Kalian berdua sama saja” timpal Luhan.

“Yah, itu aku setuju. Tapi setidaknya aku lebih pintar menahan nafsu untuk tidak ‘melakukannya’ disembarang tempat. Kau harus banyak belajar dari ku hyung ha.. ha..” ucap Sehun sambil menepuk – nepuk bahu Chanyeol yang terlihat masa bodoh itu.

Sementara Luhan hanya dapat mengerang frustasi meperhatikan keduanya.

Chanyeol dan Sehun sama – sama digilai para wanita dan juga memiliki sebuah ‘hobby’ yang sama.

One stand night dengan yeoja yang berbeda hampir disetiap harinya.

Jangan tanya dari mana para yeoja itu datang dan menyerahkan dirinya dengan suka rela.

Kedua orang ini dapat dikatakan paling memukau di antara member EXO yang lain.

Chanyeol dengan wajah tampan sedingin esnya dan Sehun dengan senyum memikat yang mampu membuat wanita bertekuk lutut di hadapanya.

Tapi, mengingat apa yang baru saja dikatakan oleh Sehun memang ada benarnya.

Setidaknya dengan ‘hobinya’ yang seperti itu ia lebih pintar menjaga diri ketimbang Chanyeol.

Chanyeol, pria itu banyak sekali terjerat skandal dan di antaranya seperti tertangkap basah paparazi karena membawa seorang yeoja masuk ke hotel, tertangkap basah sedang berciuman di sebuah club malam dan yang kali ini yang terbilang cukup, er.. parah.

Ia tertangkap basah sedang melakukan hubungan seks di dalam mobil yang berada di parkiran umum.

Parahnya lagi, semua skandal itu terjadi 2 bulan berturut – turut dan itu semua masih belum termasuk skandal yang lainya.

“Hyung, ngomong – ngomong yeoja yang ku ceritakan kemarin mengajakku makan malam hari ini. Kudengar ia membawa salah seorang chingunya. Kau tertarik?” Tawar Sehun serius.

“Tck double date? Kau saja”

“Um.. Kau akan menyesal hyung, yeoja itu sangat cantik. Apalagi dengan chingunya kupikir” bujuknya.

“Aish bocah! kalian mulai lagi” timpal Luhan geram.

Pria itu nampak malas menanggapi lebih lanjut bahan pembicaraan Sehun dan hanya sibuk dengan gelas vodkanya saja.

Entah apa yang ada di dalam pikiranya saat ini..

.

.

Luna memandang asing dan sekaligus bingung ke sekelilingnya.

Apa ia tidak salah alamat?

Tapi jelas – selas pesan singkat yang dikirim yeoja itu tertuju di sini.

Sebuah restoran yang Luna tau ini bukan lah restoran sembarangan.

Tentu saja dari dekorasi serta penampilan pengunjung yang datang kemari dan lagi – lagi ia harus sedikit menanggung malu karena penampilanya.

Luna hanya menggunakan kaos merah maroon berlengan panjang, celana jins berwarna gelap, sepatu kets kesayanganya dan rambut hitamnya yang panjang lewat dari batas punggung itu hanya dibiarkanya terurai.

Ia tidak datang bersama Yewon kemari karena yeoja itu berkata sedang ada keperluan mendadak sehingga Luna harus pergi seorang sendiri menggunakan bus dan yeoja itu sudah berjanji padanya akan segera datang menyusul kemari.

Luna kembali menatap jam tanganya dengan resah.

Baru 5 menit ia menunggu, tetapi rasanya seperti sudah berjam – jam dan jujur ia ingin pulang saja karena tempat ini membuatnya benar – benar merasa tidak nyaman. Luna mengira Yewon akan membawanya ke cafe atau restoran biasa tadinya.

Tetapi ia dapat segera manarik nafas lega setelahnya,

Ketika mendapati sosok yeoja yang sedang ditunggu kehadiranya itu mulai menampakkan batang hidungnya.

Yewon terlihat menggunakan dress hitam pas badan membuat lekuk tubuhnya yang sexy terlihat sangat mengagumkan dan dressnya yang tergolong cukup pendek itu juga turut mengekspos secara sempurna kedua kaki putih jenjangnya.

Tapi sepertinya yeoja itu tidak sendirian karena Luna baru menyadari ada seorang pria bersetelan jas lengkap berjalan mengikutinya dari arah belakang.

“Apa kau sudah lama menunggu?”

Tanya Yewon saat ia sudah terduduk rapi disalah satu kursi.

“Ani, aku baru sampai”

jawab Luna dengan arah mata yang tertuju pada sosok pria yang sedang sibuk mengatur posisi duduknya tersebut.

Sadar dengan isyarat mata Luna yang seolah -olah meminta penjelasan. Yeoja itu segera bertindak cepat.

“Ekhm, oppa ini Luna, Luna ini Sehun” terang Yewon.

Sehun nampak memperhatikan gadis yang terduduk di hadapanya itu sejenak. Sebelum kemudian ia mengulurkan sebelah tanganya sambil menunjukkan senyum maut andalanya.

“Oh Sehun”

“Song Luna”

Gadis itu balas menjabat tangan pria di hadapanya tersebut tanpa ekspresi yang berarti.

“Kau manis sekali. Hampir saja aku memelukmu. Jika tidak mengingat Yewon ada di sini” guraunya.

Entah Luna harus tertawa atau tidak ketika mendengar gurauan pria tersebut. Tetapi gadis itu hanya mampu menunjukkan senyum kakunya.

“Yewon sudah menceritakan semuanya padaku dan katanya kau diterima, chukhae..” ucapnya dengan senyum yang sedari tadi tidak menghilang juga dari wajah tampanya.

“Terima kasih, tapi-”

“Oppa! apa kau bisa melepas tangannya!?” interupsi Yewon dengan wajah cemberut.

“Oh, mianhe hhaha.. kalian mau wine?” Tawar Sehun.

Yewon dengan segera menyodorkan slokinya ke arah pria itu sambil tersenyum semanis mungkin.

“Luna ssi kau tidak mau?”

“Dia masih di bawah umur oppa. Tapi aku yakin, dia tidak akan mau menyentuh minuman ini sampai kapan pun”

Benar yang baru saja Yewon katakan. Ia kurang atau lebih tepatnya membenci bau alkohol dari minuman dan satu lagi..

Jujur saja, Luna merasa aneh dengan pria ini.

Entah mengapa perasaanya mengatakan pria ini tukang tebar pesona dan seperti memiliki niat terselubung tetapi Luna mencoba menepis semua hal tersebut dengan cara mengabaikanya.

Beberapa menit kemudian berlalu, sosok gadis mungil itu jadi merasa bosan dan canggung.

Bagaimana tidak? Sekarang Luna benar – benar menjadi obat nyamuk berada di antara kedua orang yang sedang sibuk bermesraan ini.

Ia hanya menjadi pedengar saja tanpa tau harus bicara apa.

Luna bukanya tidak suka dengan kehadiran pria ini.

Ia menyadari jika tanpa adanya informasi dari pria bernama Oh Sehun itu mungkin sekarang ia masih berada di toko roti untuk berkerja. Jadi, ia tetap menghargai kehadiran pria tersebut walaupun Luna sedikit risih dibuatnya karena pria itu entah sudah beberapa kali tertangkap basah oleh Luna diam – diam sedang menatapnya.

Apakah ada yang aneh dengan dirinya? Entahlah ia juga tidak terlalu mempedulikanya.

Ketika Luna selesai menyantap makan malamnya ia berencana akan pulang lebih dulu karena waktu sudah menujukkan pukul 9 lewat 20 menit sekarang.

“Eonni sepertinya aku harus pulang”

“Mwo? Kau berani pulang sendiri? Halte bus sudah sepi jam segini” ucap Yewon dengan nada khawatir.

“Lebih baik kau ikut kami” Sehun menginterupsi.

Sontak keduanya langsung memandang ke arah pria tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Kebetulan aku sudah kenyang. Ayo kita pulang sekarang”

Belum sempat Luna ingin menyanggah perkataanya, Sehun terlihat langsung bangkit berdiri meninggalkan meja makan tersebut dengan santai.

.

Di luar dugaan pria itu malah mengantar Yewon terlebih dulu pulang ke rumah. Padahal jarak rumah Yewon sendiri terbilang cukup jauh dari pada rumah Luna yang hanya satu arah dengan restoran.

Selama di perjalanan Luna tidak bergeming sama sekali dan hanya terus menatap ke arah luar jendela mobil.

Suasana canggung ini sangat mengganggu baginya.

Tetapi ia juga terlalu malas atau lebih tepatnya tidak mau memulai topik pembicaraan apa pun dengan pria itu.

Sampai terdengar pria tersebut mulai membuka suaranya terlebih dulu.

“Luna ssi aku lihat wajahmu terlihat sangat muda. Berapa usiamu?” Tanya Sehun penasaran.

“16”

jawab Luna sekenanya tanpa menatap wajah si penanya sambil tetap sibuk menatap ke arah luar jendela.

“Mwo? Pantas saja wajahmu masih imut begitu. Tapi bagaimana kau bisa kuliah dengan usia semuda itu?!”

‘Aish bisa kah pria ini berhenti bertanya’ batin Luna mulai kesal.

“Aku akselerasi”

“Woah! kau sangat pintar berarti?!”

“Tidak juga”

Sudut bibir Sehun tertarik miring mendengar jawaban singkat gadis tersebut.

Apakah gadis ini tidak tau siapa Oh Sehun sebenarnya?

Selama ini tidak ada seorang perempuan mana pun yang pernah mengacuhkanya dan jujur saja ia jadi sedikit penasaran dengan gadis ini.

“Luna ssi.. um, apa kau sudah memiliki seorang kekasih?” Lanjutnya tidak ingin menyerah.

Kali ini Sehun sukses menarik perhatian gadis itu hingga kedua mata hitamnya yang indah menatap langsung ke arahnya.

“Aku tidak punya waktu untuk hal semacam itu. Sekarang giliran ku bertanya. Apa kau sungguh – sungguh menyukai eonni? ku rasa kau hanya mengiginkan sesuatu darinya Sehun ssi”

Pria itu sejenak mengalihkan fokus menyetirnya untuk menatap wajah Luna dan sedetik kemudian ia tersenyum penuh arti.

Senyum yang selama ini dapat membuat para yeoja hilang kendali.

Tapi tidak dengan Luna. Gadis manis itu nampak balas menatapnya dengan ekspresi yang biasa saja.

“Yewon.. dia perempuan yang cantik, tubuhnya sangat indah dan dia juga.. ahli di ranjang” ungkap Sehun dengan senyum nakalnya.

Luna sedikit mengeryit ketika otaknya mencerna beberapa kalimat aneh dari pria itu.

Bahkan seingatnya, di kamus kedokteran yang selalu ia baca pun tak ada.

Kalimat yang.. jujur baru sekarang ia mendengarnya.

“Ahli di ranjang?” Tanyanya tidak paham.

‘Apa itu seperti sebuah kiasan? Atau eonni memang bekerja menjadi pembantu pribadi untuk pria ini? Ani, ani! Apa itu! Mana mungkin’ batinya ikut berspekulasi.

Terhitung kedua kalinya, pria itu sampai harus kembali mengalihkan fokus menyetirnya hanya untuk menatap wajah Luna.

Wajah tampanya memperhatikan Luna penuh selidik mencoba mencari secercah kebohongan di sana.

Nihil.

Sehun hanya mendapati wajah cantik yang ia bahkan berani bersumpah berkali – kali lipat lebih cantik dari perempuan mana pun yang pernah ia temui bahkan Yewon itu benar – benar bingung dan menatapnya polos yang malah membuat Sehun ingin ‘menerkamnya’ sekarang juga.

“Nanti kau akan mengerti sendiri. Atau.. kau ingin aku ajarkan?” Tanya Sehun yang kali ini menampakkan seringai berbahaya.

Luna mengernyit semakin dalam sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Tetapi segera, ia dengan cepat menyimpulkan arti kalimat dari pria tersebut dengan pemikiranya sendiri.

“Ani, aku biasanya membersihkan ranjangku sendiri dengan cukup rapi. Jadi, kau tidak perlu repot – repot mengajariku” jawab Luna.

Sehun benar – benar tidak bisa menahan tawanya kali ini.

Wajahnya sampai memerah dan perutnya sedikit keram akibat tertawa.

Luna benar – benar menatap aneh pada pria yang sedang tertawa lepas itu karena ia sendiri tidak mengerti sama sekali di mana letak kelucuan dari kalimatnya tadi.

Sial

Awalnya Sehun bersungguh – sungguh ingin menggoda gadis ini.

Tetapi ia tidak menyangka bahwa Luna akan menyanggahnya dengan kalimat yang polos dan konyol seperti itu.

“Tunggu, berhenti di sini saja” sergah Luna cepat.

Pria itu sedikit tersentak, lalu menatapnya bingung.

“Waeyo? Aku bisa mengantarmu sampai ke rumah”

“Dari sini masuk ke gang, mobil mu tidak akan muat” jawab Luna acuh seraya keluar dari dalam mobil sport mewah tersebut.

“Terimakasih sudah mengantarku pulang” lanjutnya dengan sopan sambil membungkuk singkat.

Sehun tidak melepaskan tatapanya sedetik pun dari sosok gadis mungil tersebut sampai nampak gadis itu akan bergerak untuk beranjak pergi.

“Hei, Luna ssi. Bisa kita bertemu lagi?” Tanya Sehun dengan ekspresi yang sulit diartikan kali ini.

“Waeyo?” ucap Luna menghentikan sejenak langkahnya seraya menoleh.

“Sepertinya.. aku lebih, tertarik denganmu” jawab Sehun dengan senyuman polos yang malah terlihat mengerikan di mata Luna.

Gadis itu hanya menghela nafas singkat dan tanpa menjawab pertanyaan omong kosong tersebut ia beranjak pergi mengacuhkan pria yang tetap tersenyum penuh arti sambil menatap pada kepergianya itu.

‘Um.. Song Luna’ gumam Sehun.

TBC (?)

###

Puanjangg amit yak hhehe…

Mohon maaf nihh jika kedua pria polos situ aku jadikan korban keganasan imajinasiku #plak tolong jangan bully author, ini hanya fiktif belaka XD

Don’t be a silent reader, please karena komentar kalian adalah semangat bagiku.

See u next chapter^^

Filed under: friendship, romance Tagged: chanyeol, Sehun

Show more