2015-08-14

Cast: Kris Wu, Kim Tae Ri (OC) || Support Cast: Huang Xiao Ming, Henry Lau, EXO || Genre: Romance, Sad, Action, Crime || Rate: PG17

Disclaimer: All the cast are from God, except the OC my imagination and the story line too. Sorry for typo. No copy, I hate plagiat.

Thanks To Arin Yessy @ Indo Fanfictions Arts



-Irnacho, © 2015-

***

Previous [YAKUZA] : 1 2

_



Macau merupakan sebuah Daerah Administratif Khusus Tiongkok. Terletak pada tujuh puluh kilo meter sebelah barat daya, dan seratus empat puluh lima kilo meter dari Guangzhou. Koloni Eropa tertua di Tiongkok. Sejak abad ke-16 pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan terhadap Macau kepada Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 1999.

Penduduk Macau kebanyakan bertutur menggunakan bahasa Kantonis, ada pula yang menggunakan Bahasa Portugis, Mandarin dan Inggris. (Source: Wiki) Negara yang saat ini cukup di kenal banyak orang dengan kemewahannya selain Manhattan atau daerah-daerah di New York lainnya. Gemerlapnya lampu kota malam menambah kesan glamour pada kota yang di beri julukan The Historical of Macau, karena terkenalnya kota tersebut akan sejarahnya. Orang-orang juga banyak yang menyebut jika Macau adalah jelmaan dari Las Vegas. Wow. Kasino-kasino besar seolah menjadi ciri khas tersendiri bagi special distric China tersebut. Sepertinya kota itu begitu terobsesi untuk menjadi kota judi terbesar di dunia.

Segala bentuk kemewahan sangat terlihat dari sana. Salah satunya club malam. Tempat yang sangat di gemari muda mudi di seluruh penjuru dunia. Tempat itu tidak pernah sepi pengunjung tiap malamnya. Musik yang keras serta bau alcohol adalah hal umum yang bisa di temukan di dalam sebuah club malam. Lantai dansa, Disk Jockey, dan segala bentuk kehidupan malam lainnya. Sudah sangat biasa.

Tapi nampaknya kemeriahan malam itu tidak berarti apapun bagi pria tampan yang duduk di salah satu kursi yang berjejer di depan meja bartender. Bahkan banyaknya wanita cantik yang datang silih berganti bermaksud untuk menggodanya tidak dia gubris. Lelaki itu tidak menunjukan minatnya pada apapun yang ada di sekitarnya selain botol wine yang entah sudah habis berapa gelas dia teguk. Yang jelas dia sudah menghabiskan satu botol penuh. Terlihat dari botol kosong yang berdiri di samping botol wine-nya yang lain yang tinggal setengah. Tapi nampaknya kesadarannya masih belum hilang. Yah, katakanlah dia peminum yang handal.

Seorang pria tampan lainnya yang berdiri di balik meja bartender hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan melihat bagaimana pria itu lagi-lagi menghabiskan malamnya di sana. Henry, pemilik club malam tersebut.Yang sesekali menjadi bartender disana jika dia merasa bosan, sudah mendapati pria tinggi itu di clubnya selama dua hari ini. Dan keadaannya masih sama. Kacau.

Mungkin jika orang yang melihat, kekacauan itu tak kentara. Hanya raut datar tanpa ekspresi serta tatapan tajam yang terlihat darinya. Tapi tidak untuk Henry. Selama lebih dari lima tahun mereka berteman, membuat Henry cukup mengenal sosoknya.

Tanpa menghentikan kegiatannya yang sedang mengelap gelas berkaki panjang dengan kain putih bersih, Henry mencoba bersuara.

“Hari ini kau bertemu dengannya lagi?” Pria itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Tanpa melihat orang yang mengajukan pertanyaan padanya.

“Bagaimana keadaannya?” Tanya Henry lagi. Kali ini bukan anggukan, gelengan atau suara yang di keluarkan. Pria itu justru melipat kedua tangannya dan menumpukan kepalanya disana. menyembunyikan wajahnya yang bisa Henry pastikan sudah memerah.

Henry menghela napasnya pelan. Meletakan gelasnya di atas meja sebelum menghampiri pria itu. Tepukan kecil Henry berikan pada pundaknya sebelum dia kembali berkata dengan nada serius. “Carilah waktu yang tepat untuk bicara padanya.” Detik berikutnya bisa Henry lihat bahu kokoh yang biasanya terlihat kuat dari belakang itu kini bergetar. Dan tidak perlu menjadi jenius untuk mengerti jika pria itu tengah menangis sekarang.

-SAVE ♥ HER-

TWO DAYS AGO

***

“Kris, aku sudah menemukan keberadaannya. Kau tidak akan percaya ini. Dia ada di tempat yang tidak jauh dengan tempatmu sekarang.”

“Apa? Kau yakin?”

“Ya. Dia ada di Hong Kong.”

Setelah mendengar penuturan Suho, Kris tidak membuang waktu lagi. Dia langsung melesat menuju alamat yang Suho kirim lewat pesan singkatnya. Dua tahun sudah cukup baginya untuk menunggu. Dan dia tidak akan mau menunggu lebih lama lagi dari itu.



Berdiri di depan sebuah bangunan tidak terlalu besar dengan halaman luas di depannya yang terdapat banyak mainan anak-anak. Kris mematung di tempatnya. Dia kembali membaca alamat yang di kirimkan Suho lalu beralih menatap bangunan di depannya. Kedua alisnya bertaut bingung. Sedikit tidak yakin dengan alamat yang Suho berikan. Apa benar Tae Ri ada disini? Pikirnya .Apa yang dia lakukan di Taman Kanak-Kanak? Namun rasa rindu yang menggebu dan ketidaksabaran akan pertemuan yang sudah lama dia nantikan, membuatnya tidak ingin memikirkan lebih lanjut. Tidak ada salahnya di coba, siapa tahu Tae Ri memang benar-benar ada di dalam sana.

Kris memilih menunggu di luar .Duduk di salah satu bangku panjang yang ada di halaman itu sambil sesekali matanya menatap sekitar .Sudut-sudut bibirnya tidak berhenti tertarik memikirkan pertemuan mereka nanti. Sungguh, dia merindukan gadisnya tersebut.

Satu jam berlalu. Suara bel tanda berakhirnya jam pelajaran pun terdengar. Tidak lama Kris bisa melihat satu persatu anak-anak keluar dari dalam sekolah menghampiri orang tua masing-masing atau mobil jemputan yang sudah menunggu. Kris juga bisa melihat beberapa guru ikut keluar untuk mengantar muridnya sampai menemui orang tuanya. Dan pria itu refleks berdiri dari duduknya ketika matanya menangkap seorang gadis tengah tersenyum dengan seorang bocah laki-laki dalam pelukannya sebelum bocah laki-laki itu berjalan menjauh menuju salah satu mobil yang sudah menunggunya.

“Tae Ri.”

Dari tempatnya Kris bisa melihat Tae Ri melambaikan tangannya dengan senyum yang sejak tadi tidak luntur dari wajah cantiknya saat anak-anak itu mulai memasuki mobil jemputan masing-masing.

“Hati-hati di jalan.”

Dan Kris bisa mendengar dengan jelas suara itu masih sama lembutnya seperti dulu. Suara yang sudah sangat lama tidak dia dengar .Suara yang begitu dia rindukan. Kebahagiaan terasa membuncah dalam dadanya, kakinya ingin bergerak maju untuk segera merengkuh tubuh mungil itu .Namun kebahagiaan yang teramat sangat ini membuat seluruh syarafnya seperti mati rasa. Kakinya seolah berubah menjadi agar-agar. Dia bahkan tidak tahu bisa sanggup berdiri sampai kapan.

Suara degup jantungnya bisa dia dengar di balik dadanya. Begitu cepat dan bersemangat. Seperti ingin meledak detik itu juga. Rasa menggelitik di dalam perutnya pun bisa dia rasakan seolah ada ribuan kupu-kupu yang terbang di dalam sana. Sungguh, apapun perasaan yang sedang Kris rasakan saat ini, seperti perasaan dimana dia baru pertama kali jatuh cinta pada gadis itu.

Luapan kebahagiaan itu benar-benar membuncah keluar saat di lihatnya Tae Ri mulai berjalan ke arahnya. Dengan sling bag di tangannya gadis itu berjalan santai, sedang tatapannya lurus ke depan. Kris sudah menarik kedua sudut bibirnya hingga menampakan senyum sempurna, senyum yang jarang bahkan tidak pernah dia perlihatkan pada siapa pun kecuali gadis yang sedang berjalan ke arahnya tersebut, dan baru akan membuka suaranya ketika tiba-tiba gadis itu hanya menatapnya sekilas dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya lalu kembali berjalan melewati Kris begitu saja. Layaknya orang asing yang baru pertama kali bertemu. Dan saat itu juga Kris bisa merasakan jantungnya seolah melorot ke dasar perutnya.

Pria itu terpaku dengan mulut yang bungkam. Matanya menatap kosong ke depan. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Namun tidak lama, Kris langsung menyadarkan dirinya dan buru-buru berbalik untuk kemudian mengejar Tae Ri.

“Tae Ri-ya.” Kris meraih tangannya hingga pergerakan gadis itu terhenti dan mau tidak mau membuatnya berbalik untuk menatap siapa yang sudah menghentikan langkahnya. Kening Tae Ri berkerut samar.

“Maaf?” Tae Ri menatap Kris bingung dengan kulit kening yang berkerut. “Ada apa Tuan? Ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya keheranan.

Kris membatu di tempatnya. Tidak mengerti sekaligus bingung dengan respon Tae Ri. “Taeri-ya.” Hanya itu yang mampu keluar dari bibirnya. Bahkan hanya berupa sebuah bisikan, namun masih mampu tertangkap oleh pendengaran gadis di depannya.

Mendengar namanya di sebut kerutan di keningnya semakin menjadi. Gadis itu kembali bertanya. “Anda, menganalku?”

Jantungnya mencelos ketika jenis pertanyaan seperti itu yang keluar dari bibir Tae Ri. Apa maksudnya? Apa maksudnya dia bertanya seperti itu? Kris terus mengulang pertanyaan itu dalam hatinya dengan perasaan campur aduk. Namun yang jelas rasa sesak lebih mendominasi perasaannya.

Kris masih menatap Tae Ri tidak percaya dengan debaran yang bergemuruh di dadanya. Dia kembali membuka suara. Memberanikan diri untuk bertanya “Kau…tidak mengingatku?” Tenggorokannya tercekat hingga membuat suaranya hanya terdengar seperti sebuah cicitan.

Kerutan di kening Tae Ri semakin terlihat jelas. Kemudian gadis itu tersenyum canggung. “Maaf.” Ucapnya penuh rasa sesal. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Daya ingatku sedikit kurang bagus. Apa anda orang tua dari salah satu murid disini?”

Ucapan Tae Ri seperti mata pisau yang menancap di ulu hati Kris. Terasa tajam dan menyayat hingga menimbulkan luka baru di atas lukanya yang masih belum kering. Dirinya masih tidak bisa percaya jika gadis itu kini melupakannya .Apa dua tahun begitu lama hingga bisa merubah ingatannya?

Kris baru akan kembali membuka suaranya lagi ketika suara seseorang menginterupsi mereka. Keduanya menoleh ketika seorang pria tinggi berjalan ke arah mereka. Senyumnya terkembang dengan sebelah tangannya yang terangkat. Melambai ke arah kedunya. Ke arah Tae Ri tepatnya.

“Tae Ri.” Serunya.

“Gege!” Tae Ri membalasa lambaiannya dan tersenyum cerah ke arah pria itu. Genggaman mereka terlepas ketika Tae Ri menghampirinya kemudian memeluk pria itu. Tepat di hadapan Kris. Seolah belum cukup dengan kenyataan yang membuatnya tidak bisa bernapas, kini pemandangan yang menyakitkan harus dia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Pandangan pria asing –menurut Kris- itu jatuh padanya. Menatapnya dengan tatapan bertanya yang kentara sebelum beralih menatap Tae Ri.

“Siapa? Temanmu?” Tanyanya lembut. Dan jika boleh jujur, Kris membenci pria itu yang mencoba bersikap lembut dengan kekasihnya.

Tae Ri menggeleng dengan wajah polos. Kemudian menjawab dengan suara pelan namun masih jelas tertangkap oleh pendengaran Kris.

“Tidak tahu, Ge. Tapi dia mengenalku, sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya hanya saja aku tidak ingat. Kau tahu sendiri bagaimana buruknya daya ingatku.” Pria itu tersenyum lembut sebelum mengacak pelan rambut Tae Ri. Membuat Kris harus kembali menahan kekesalannya.

Pandangan Tae Ri kembali jatuh pada Kris. Menatapnya sarat rasa bersalah. “Maaf, Tuan. Dimana kita pernah bert-“

“Tae Ri, ku mohon jangan bercanda. Ini tidak lucu. Apa kau sedang marah padaku karena aku baru menemuimu sekarang?” Kris memotong cepat ucapan Tae Ri yang bahkan belum di selesaikan gadis itu. “Demi Tuhan aku sudah mencarimu selama ini, tapi aku baru menemukan alamatmu yang sekarang. Ayo, pulang bersamaku. Kita bicarakan ini baik-baik.” Kris meraih tangan Tae Ri bermaksud untuk membawa gadis itu bersamanya. Namun Tae Ri justru melepaskan genggamannya dengan tatapan teramat bingung yang tertuju ke arah Kris. Sama halnya dengan pria asing yang Tae Ri panggil Gege itu, sama bingungnya.

“Anda bicara apa? Saya tidak mengerti.” Ucap Taeri. Pandangannya bergulir menatap pria di sampingnya, mencoba mencari jawaban. Tapi pria itu hanya menggedikan bahunya tanda dia juga tidak tahu.

Kris mengerang frustasi. “Tae Ri, berhenti membuatku takut. Ini aku Kris, kau sungguh tidak mengingatku?”

“Kris?” Bibir kecil itu mengulang nama yang baru saja di dengarnya. Namanya terdengar tidak asing, tapi dia tidak tahu pernah mendengar nama itu dimana. Otaknya tidak memberikan ingatan apapun tentang satu nama itu apa lagi pria yang ada di depannya saat ini.

Bibirnya kembali mengulang nama yang sama tanpa suara. Terus mengulangnya tanpa sadar, matanya tidak lepas dari wajah Kris. Sekelebat bayangan mulai menghampiri kepalanya dan itu sukses membuat jeritan tertahan keluar dari bibirnya.

“Akh!”

Mendadak kepalanya seperti di timpa ribuan ton batu besar. Sakitnya begitu tak tertahankan, sehingga dia lebih memilih seseorang memenggal kepalanya demi menghilangkan rasa sakit itu. Ringisan serta pekikan kecil itu keluar lagi, kedua tangannya sudah mencengkeram rambutnya kuat-kuat. Berharap aksinya itu bisa menghilangkan sedikit rasa sakitnya.

Kris mapun pria asing yang belum di kenalnya itu menatap Taeri terkejut. Khusus untuk Kris pria itu tidak bisa menyembunyikan raut khawatir serta kebingungan dari wajahnya.

“Tae Ri, apa yang terjadi?” Tanya Kris. Dia baru ingin melangkah mendekati gadis itu ketika pekikan itu kembali terdengar lagi. Kali ini lebih keras, bahkan tubuh Tae Ri sudah hampir tumbang jika saja pria asing itu tidak segera menahannya.

“Akh! Sakit!”

“Tae Ri, kau masih bisa mendengarku? Hey!” Pria asing yang entah siapa namanya itu mencoba menenangkan Tae Ri. Kris tidak bisa menyembunyikan perasaan dongkolnya ketika melihat tubuh gadisnya tengah berada dalam rengkuhan lelaki lain. Tapi dia sadar, ini bukan waktunya untuk mempermasalahkan hal seperti itu.Yang terpenting sekarang adalah Tae Ri. Dia masih belum mengerti dengan keadaan yang sedang di alamai Tae Ri sekarang.

Pria itu beralih menatap Kris. Jenis tatapan serius yang menegaskan tidak ada main-main dalam setiap kata yang akan dia ucapkan. “Maaf jika aku pertanyaanku sedikit menyinggungmu, tapi apa kau benar-benar mengenal Tae Ri?” Tanyanya dengan nada sesopan mungkin.

Kris mengangguk meski raut wajahnya menampakan kebingungan yang kentara. “Aku kekasihnya.” Jawabnya mantap.

Meski masih ragu dengan jawaban Kris, tapi dia sadar jika mereka tidak bisa mengulur waktu jika tidak ingin keadaan Tae Ri semakin parah. Pada akhirnya pria itu hanya menghela napas pelan sebelum kembali bicara. “Kita bicarakan ini nanti. Aku harus segera mengantar Tae Ri pulang.” Tapi pergerakan pria itu di hentikan oleh Kris sebelum dia benar-benar berbalik.

“Apa maksudmu mengantarnya pulang? Dia harus di bawa ke rumah sakit.” Ujar Kris penuh emosi.

Masih berusaha tenang pria itu menjawab Kris. “Ini bukan sesuatu yang baru bagi Tae Ri. Kami sudah biasa menghadapi Tae Ri yang seperti ini.”

Ucapan pria itu semakin membuat Kris tidak mengerti. Tapi sebelum Kris melontarkan pertanyaan buru-buru pria itu menyelanya. “Aku tidak bisa menjelaskan sekarang. Lebih baik kau ikut aku jika ingin tahu dengan jelas.”

Pria itu mulai mengangkat tubuh Tae Ri yang sudah tak sadarkan diri. Membawanya menuju mobilnya, di ikuti Kris di belakangnya. Namun yang di lakukan Kris bukannya masuk ke mobilnya sendiri dia justru ikut masuk ke mobil pria itu.

“Ku pikir kau membawa mobil.” Ucap Pria itu setelah menyalakan mesin mobilnya. Kris mendengus pelan sebelum menjawab.

“Aku memang membawa mobil. Tapi jangan kau pikir aku akan membiarkanmu membawa kekasihku begitu saja. Bagaimana jika kau berniat jahat padanya?” Ucapan bernada menyindir itu di sambut oleh tawa kecil dari pria yang masih asing untuk Kris. Jenis tawa yang terdengar meremehkan.

“Aku sudah bersama Tae Ri selama dua tahun. Sedangkan kau?J angankan aku, gadis yang kau bilang kekasihmu saja tidak mengenalmu. Jadi ku pikir ucapan itu lebih tepat di tujukan padamu.” Kris hanya bisa menggeram tertahan mendengar penuturan pria itu. Mencoba menahan emosinya agar tidak meledak. Pikirnya, pria asing ini sungguh berani sekali. Apa dia tidak tahu siapa yang baru saja dia sindir? Kris bisa saja meledakan kepalanya dengan pistol miliknya jika dia mau.

-o0o-

Sekitar lima belas menit perjalanan akhirnya mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Kris segera keluar dari mobil dan mengangkat Tae Ri buru-buru. Takut keduluan pria asing itu. Pria –yang belum di ketahui namanya- itu hanya menggeleng kecil dan mendengus.

“Apa pria ini yang sering di bicarakan bibi? Tampan dan berkharisma?” Pria itu menggumam kala Kris sudah berjalan membawa Tae Ri masuk ke dalam rumah. Lagi-lagi dia mendengus. “Dia bahkan tidak lebih dari pria yang kekanak-kanakan.”

Pintu di depan mereka terbuka dan menampakan sosok wanita paruh baya di baliknya dengan tatapan terkejut. Wanita itu belum sempat mengutarakan keterkejutannya ketika Kris menerobos masuk begitu saja dengan Tae Ri yang berada di gendongannya dan bicara dengan tidak sabar. “Dimana kamarnya?”

Mendengar suara lantang Kris membuat wanita paruh baya itu segera tersadar dari lamunannya kemudian dengan cepat menunjuk salah satu pintu yang tertutup tidak jauh dari ruang tengah.

Kris meletakan Tae Ri di atas ranjang dan segera menyelimuti gadis itu. Kemudian dia mendudukan dirinya di tepi kasur. Tangannya menggenggam erat tangan Tae Ri, mengelusnya lembut.

“Apa yang terjadi denganmu sebenarnya, hm?” Gumam Kris pelan.

Kris larut dalam pikirannya dengan fokus yang tidak lepas dari Taeri. Dia masih teramat bingung dengan keadaan yang terjadi. Tae Ri yang tidak mengingatnya, gadis itu yang tiba-tiba pingsan, lalu kehadiran pria asing yang entah ada hubungan apa dengan gadisnya. Lalu tempat ini? Tempat siapa ini? Jika di lihat dari rumah milik gadis itu yang di Seoul ini terlampau kecil. Bahkan luasnya tidak sebanding luas halaman belakang rumah gadis itu dulu. Kris masih melamun hingga tidak menyadari kehadiran dua orang lain di kamar itu. Hingga sebuah sentuhan lembut di bahunya membuatnya menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya tengah tersenyum ke arahnya.

“Anda…Tuan Muda Wu Yifan?” Tanya wanita paruh baya itu sedikit ragu.

Mendengar nama aslinya keluar dari mulut wanita paruh baya di depannya membuatnya mengernyit bingung. Bagaimana wanita itu tahu? Pikirnya.

“Anda…mengenalku?” Tanya Kris memastikan. Seketika senyuman lebar terpampang di wajah tuanya. Wanita itu mengangguk.

“Jadi benar anda Tuan Kris? Ya Tuhan, kebetulan macam apa ini?” Kris semakin bingung ketika wanita paruh baya itu malah berseru senang. Kris masih dengan kebingungannya ketika wanita itu mulai menjelaskan. “Saya pembantu rumah tangga keluarga Kim. Saya tahu banyak tentang anda dari Nona muda.”

“Ah, begitu.” Gumam Kris baru mengerti. Sejenak dia menundukan kepalanya sekilas ke arah wanita di depannya. “Jadi anda Bibi Liu?” Wanita itu mengangguk .Kris tersenyum kecil. “Tae Ri juga sering menceritakan anda padaku. Dia mengatakan jika anda sudah seperti Ibu baginya.” Wanita yang Kris sebut Bibi Liu itu hanya tersenyum hangat sambil mengelus punggung Kris pelan.

“Bagaimana Tuan muda bisa sampai kesini dan menemukan Nona muda?” Tanya Bibi Liu akhirnya.

“Aku memang sudah lama mencari keberadaannya. Dan seorang teman mengatakan padaku jika Tae Ri ada disini.” Jelas Kris. Bibi Liu hanya mengangguk mengerti. “Bibi, ada apa dengan Tae Ri? Dia…” Ucapan Kris tersendat karena tenggorokannya yang tiba-tiba saja tercekat. Pandangannya tertunduk sebelum dia melanjutkan dengan suara pelan. “…Tae Ri tidak mengingatku, Bibi. Ada apa sebenarnya?”

Usapan lembut pada punggungnya kembali Kris rasakan. “Kita bicara di luar. Sekarang biarkan Nona muda istirahat dulu.” Ucapnya lembut. Pandangannya beralih pada pria lain yang berdiri tidak jauh dari mereka. “Ah, Tuan muda kenalkan dia Huang Xiao Ming. Dia juga menjaga Nona muda selama dua tahun ini.” Katanya pada Kris. Dua pria itu hanya mengangguk kecil sebagai formalitas salam mereka. Keduanya sama menampilkan wajah datar dan terkesan tidak tertarik.

“Kau sudah menghubungi Angle?” Tanya Bibi Liu pada Xiao Ming.

“Ah, iya. Sebentar, Bibi.” Buru-buru pria itu segera mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mulai menghubungi seseorang.

Bibi Liu mengajak Kris keluar menuju ruang tengah rumahnya ketika seorang gadis cantik datang dan memasuki kamar Tae Ri. Di ikuti Xiao Ming di belakangnya, mereka menempati sofa di depan televise.

Tiga buah gelas berisi teh hangat di letakan Bibi Liu di atas meja –di hadapan dua pria yang kini duduk saling berhadapan- sebelum akhirnya Bibi Liu ikut menghempasakan dirinya di samping Kris dan mulai bicara.

“Nona mudah mengalami kecelakaan dua tahun lalu. Dan dia kehilangan sebagian ingatannya.” Kris membulatkan matanya terkejut. Penjelesan singkat Bibi Liu sukses membuat Kris seperti terkena hantaman batu besar tepat di kepalanya.

Kecelakaan? Hilang ingatan?

Kini Kris mulai paham. Dan semuanya semakin jelas, kenapa Tae Ri tidak mengingatnya. Lalu gadis itu yang meringis kesakitan dan tiba-tiba pingsan. Takdir macam apa lagi ini? Belum cukupkah Tuhan memberikan cobaan pada mereka? Dan kini mereka harus kembali di hadapkan pada cobaan yang begitu berat sekali lagi.

“Setelah perang antar mafia itu, Nona muda di bawa ke Beijing oleh Tuan besar untuk mendapat pengobatan yang lebih baik, karena saat itu keadaan Nona muda semakin memburuk.” Bibi Liu mulai menjelaskan. Mengambil napas sejenak sebelum kembali melanjutkan. “Selama sebulan berada di Beijing Nona muda masih belum sadarkan diri. Tapi puji Tuhan keadaannya berangsur membaik. Tapi keadaannya kembali memburuk ketika dia sadar dari komanya. Nona muda sempat depresi saat mengetahui dirinya keguguran…” Kris menahan napasnya saat mendengar berita itu kembali merasuki pendengarannya. Rasa bersalah serta kesakitan karena kesedihan saat kehilangan calon bayinya kembali dia rasakan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Tae Ri saat itu.Gadis itu pasti lebih hancur darinya.

“…dan mendapati Tuan muda tidak ada di sampingnya membuatnya semakin depresi. Setiap hari bahkan setiap detik Nona muda selalu menanyakan keberadaan anda pada siapapun yang di temuinya.” Setetes air mata mulai jatuh membasahi wajah tuanya yang mulai mengeriput saat kembali mengingat bagaimana penderitaan Nona mudanya dulu. Gadis yang sudah dia anggap seperti anak kandungnya sendiri. “Tidak jarang Nona muda berteriak histeris. Dia tidak mau bertemu siapapun selain anda, Tuan muda. Lalu pada suatu hari, saat entah bagaimana caranya penjagaan hari itu lengah, Nona muda kabur. Pengawal yang menyadarinya mulai mengejarnya dan saat itu Nona muda tertabrak mobil. Lukanya cukup serius hingga membuatnya seperti sekarang.”

“Tapi Bibi bilang Taeri kehilangan sebagian ingatannya. Itu berarti sebagian lagi dia masih mengingat masa lalunya?” Tanya Kris penasaran.

Bibi Liu mengangguk kecil. “Benar. Tapi itu tidak berarti apa-apa. Yang dia ingat hanya sebatas orang tua dan dirinya sendiri. Dia bahkan melupakan apa pekerjaan Ayahnya. Nona muda hanya tahu jika keluarganya seperti keluarga-keluarga normal lainnya.”

Kris menghela napasnya berat. Sebelah tangannya mengusap wajahnya frustasi, kepala serta dadanya mendadak berdenyut nyeri. “Jadi dia benar-benar tidak mengingatku?” Gumamnya lebih kepada dirinya sendiri.

Tangan ringkih Bibi Liu kembali terangkat untuk mengusap punggung Kris pelan. Mencoba menyalurkan sedikit kekuatan yang dia punya.

“Lalu dimana orang tuanya sekarang, Bibi? Kenapa dia tinggal di tempat…” Kris menggantung ucapannya. Matanya menatap kesekeliling rumah sederhana itu. Hanya ada ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang keluarga –ruang yang sedang mereka tempati. Dua kamar dengan satu kamar mandi dan dapur kecil tidak jauh dari tempat mereka sekarang. Terlalu sederhana untuk ukuran seorang pengusahan kaya macam Tuan Kim.

“Ini rumah saya. Nona muda memang tinggal disini semenjak kecelakaan itu terjadi. Nyonya besar yang menyuruh saya untuk membawa Nona muda. Singkat kata, Nyonya besar menyembunyikan Nona muda disini dari Tuan besar. Karena sampai sekarang yang Tuan besar tahu, Nona muda belum di temukan sejak insiden dia kabur.”

Kris terperangah mendengar penjelasan Bibi Liu yang satu itu. “Jadi maksudnya Tuan Kim tidak mengatahui apapun soal kecelakaan itu dan keadaan Tae Ri sekarang yang hilang ingatan?” Tanya Kris dengan satu tarikan napas. Bibi Liu mengangguk membenarkan.

Sebelah tangan Kris terangkat untuk memijit pelipisnya pelan. Takdir macam apa ini? Sungguh, Kris belum bisa berpikir jernih sekarang. Otaknya sudah terlalu di penuhi dengan kekhawatirannya pada Tae Ri. Jadi untuk saat ini dia tidak bisa berpikir apapun.

“Kenapa Nyonya Kim melakukan ini?” Tanya Kris akhirnya. Menyuarakan rasa penasarannya.

“Seperti halnya kebanyakan seorang Ibu pada umumnya yang ingin melihat anaknya bahagia. Menurutnya, kehidupan Nona mudah tidak akan pernah bebas selama dia masih berada dalam lingkup organisasi hitam itu. Anda tentu yang paling tahu, Tuan.” Kris mengangguk paham.

Pandangan Kris jatuh pada pria di depannya. Yang sejak tadi terus menatapnya dari awal Bibi Liu mulai bercerita. Kris menatap pemuda itu dengan pandangan sedikit tidak suka.Mengerti arti tatapan Kris, Bibi Liu mulai buka suara kembali.

“Xiao Ming membantu saya untuk menjaga Nona muda selama ini, hingga Nona muda tidak terlalu kesepian.” Terang Bibi Liu.

“Dan mungkin kau tidak akan percaya. Aku adalah orang yang menabrak Taeri hingga dia menjadi seperti sekarang.” Tambah Xiao Ming kemudian. Dengan senyum miring yang dia tampakan di hadapan Kris.

Kedua matanya membulat mendengar ucapakan pria itu. Kepalanya sontak menoleh pada Bibi Liu bermaksud menanyakan kebenaran ucapan pria itu lewat tatapan tajamnya. Dan anggukan kecil dari wanita paruh baya di sampingnya sudah cukup menjadi jawaban. Kris hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelahnya, nyaris mendengus.

Suara pintu terbuka mengalihkan fokus ketiga orang itu dan menatap seorang wanita cantik yang keluar dari dalam kamar Tae Ri. Kris orang pertama yang menghampirinya, menyerbunya dengan berbagai macam pertanyaan bernada khawatir. Salah satunya  “Bagaimana keadaannya?”

“Dia hanya shock dengan ingatan yang memaksa masuk. Kepalanya akan terasa sakit jika dia berusaha mengingat terlalu keras.” Gadis itu tersenyum lembut menatap Kris. “Apa kau Wu Yifan?” Tanyanya yang langsung yang di balas Kris dengan anggukan. Gadis itu kembali tersenyum, kini senyumnya seperti memiliki arti sendiri. Dan Kris tidak mau ambil pusing untuk memikirkan maksud dari senyum itu. “Ku rasa setelah dua tahun ini dia akan mulai mendapatkan ingatannya. Tapi jangan terlalu memaksanya untuk mengingat, itu akan memperburuk kondisi tubuhnya. Pelan-pelan saja. Perlahan ingatannya pasti akan kembali.” Lanjutnya. Kemudian berlalu dari hadapan Kris sebelum menepuk bahu pria itu dua kali.

-SAVE ♥ HER-

***

Henry membawa tubuh Kris ke kamarnya kemudian membaringkan pria itu yang sudah hangover ke atas tempat tidur. Henry sedikit mengusap peluhnya yang menetes melewati pelipis, memapah Kris sangat membuang banyak tenaganya. Apa lagi Kris lebih tinggi darinya, jadi bisa di pastikan berat tubuh pria itu jauh di atas berat tubuhnya.

Setelah menyelimuti Kris dan memastikan pria itu baik-baik saja Henry pun keluar kamar dan melangkah untuk meninggalkan apartemen mewah sahabatnya itu.

Dalam langkahnya yang membawanya menuju basement pikiran Henry mulai berjalan tak tentu arah memikirkan kehidupan sahabatnya yang di katakan miris itu. Sudah sejak lama Henry tahu sahabatnya itu terlibat dalam organisasi hitam. Bersama kesebelas sahabatnya yang lain. Dia juga tahu jika Tae Ri tidak jauh beda dari Kris. Tapi dia juga tidak bodoh untuk tidak meninggalkan mereka begitu saja. Henry mengerti, sangat sangat mengerti bagaimana tersiksanya mereka terikat dengan organisasi hitam itu. Tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk keluar. Mereka sudah terjerat dan sangat sulit untuk bisa lepas. Organisasi itu juga yang membuat Tae Ri dan Kris harus berpisah. Dan kini setelah dua tahun lamanya takdir kembali mempertemukan keduanya. Mirisnya pertemuan yang Henry sangat tahu begitu di nantikan Kris sejak lama ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Bahkan jauh dari apa yang pria itu impikan selama ini. Berteman cukup lama membuat Henry tidak bisa tidak ikut memikirkan masalah Kris.

Henry menghela nafas berat. Tangannya yang memegang kunci mobil terangkat, dan bunyi bip terdengar di ikuti lampu mobil yang mengedip sekali.

“Anggap saja Tuhan sedang menguji cinta kalian.” Gumamnya sebelum masuk ke dalam mobil dan mulai menjalankannya keluar basement.

-SAVE ♥ HER-

Seperti dua hari sebelumnya, Kris kembali mengunjungi Taman Kanak-Kanak tempat dimana Tae Ri mengajar. Duduk diam memandangi Tae Ri dari dalam mobilnya. Dari mulai gadis itu keluar sekolah sampai berhenti di halte tidak jauh dari tempatnya berada. Duduk diam menunggu hingga seseorang menjemputnya.

Jauh di dalam lubuk hati kecilnya Kris ingin sekali menghampiri Tae Ri dan memeluk gadis itu sebagaimana seharusnya. Tapi dia memilih menatapnya dari jauh dengan cara diam-diam. Menyakitkan sebenarnya apa yang dia lakukan saat ini. Tapi Kris tidak punya pilihan lain. Dia tidak mau membuat Tae Ri kesakitan seperti dua hari lalu, di saat pertemuan pertama mereka. Mungkin dia memang harus sedikit bersabar, namun entah dia harus bersabar sampai kapan.

Tidak lama kemudian Kris bisa melihat sebuah BMW hitam berhenti tepat di depan halte. Menyusul senyuman Tae Ri hingga gadis itu mulai bangkit dan masuk ke dalam mobil tersebut. Kris tahu mobil milik siapa itu. Huang Xiao Ming. Pria yang sama saat dia menemui Tae Ri pertama kali. Sampai sekarang Kris tidak tahu ada hubungan apa di antara keduanya selain hubungan tersangka dan korban dalam perihal kecelakaan dua tahun lalu. Jika di lihat lagi, pria bernama Huang Xiao Ming ini juga begitu dekat dengan Bibi Liu. Kris tidak mau berspekulasi macam-macam dan berpikiran negative. Tapi dia tidak bisa berhenti memikirkan hubungan keduanya. Melihat kedekatan mereka membuat Kris kesal.

Matahari sudah hampir tenggelam ketika Tae Ri dan Xiao Ming sampai di rumah Bibi Liu. Rumah yang kini menjadi tempat tinggal Tae Ri selama dua tahun belakangan.

Baik Tae Ri maupun Xiao Ming, keduanya sedikit terkejut saat memasuki rumah dan mendapati Kris tengah duduk santai di ruang tengah bersama Bibi Liu. Tae Ri mengerjap pelan saat melihat Kris.

“Kau…bukankah yang waktu itu? Yang…”

“Dia temanku.” Xiao Ming menyela ucapan Tae Ri, membuat ketiga orang disana menatapnya bingung.

“Teman Gege?” Ulang Taeri.

Xiao Ming mengangguk kecil. “Eum…kemarin saat bertemu denganmu, dia pikir kau adalah kekasihnya yang hilang. Wajah kalian sama.” Mendengar penjelasan Xiao Ming membuat Kris menatapnya tajam. Tanda jelas dia tidak suka. Tapi tidak lama, karena setelah itu dia sadar, yang di lakukan Xio Ming ada benarnya. Ini untuk kebaikan Taeri dan juga ini sedikit membawa keuntungan untuknya…mungkin. Belum saatnya Kris mengatakan yang sebenarnya, dia tidak ingin melihat Tae Ri seperti dua hari lalu yang tiba-tiba pingsan. Seperti kata dokter, dia akan membiarkan Tae Ri mengingatnya sendiri. Meski harus menunggu waktu yang cukup lama.

Kris bangkit dari duduknya dan membungkuk singkat lantas tersenyum ke arah Tae Ri. “Maafkan sikapku tempo hari. Aku tidak tahu jika kalian adalah orang yang beda.”

“Tidak apa-apa.” Jawab gadis itu. Tae Ri membalas senyum Kris, senyum yang sudah sangat lama dia rindukan.Yang membuat Kris rela melakukan apapun dua tahun ini hanya demi melihat senyum itu lagi. “Apa kami begitu mirip?” Tanya Tae Ri kemudian. Kris hanya tersenyum tipis lalu mengangguk. “Kau pasti sangat merindukannya. Aku bisa melihat dari matamu hari itu.”

Lagi-lagi Kris hanya mampu tersenyum tipis. Mengusap tengkuknya tidak tahu harus menjawab apa. Andai saja Tae Ri tahu jika yang dia rindukan adalah dirinya. Kris matian-matian melawan dirinya untuk tidak menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

“Begitulah. Aku sangat mencintainya.” Ucap Kris akhirnya. Matanya menatap tepat di manik kecoklatan milik Tae Ri saat Kris mengatakannya.

“Aku tahu. Aku bisa melihat itu.” Jawab Taeri lagi masih dengan senyumnya. “Tapi…” Dahinya tiba-tiba mengernyit. “Yang kau panggil saat itu namaku.”

Xiao Ming maupun Bibi Liu yang sejak tadi tidak melepaskan fokus mereka pada percakapan sepasang kekasih itu kini membelalakan matanya. Baru menyadari sesuatu. Di lain sisi, Kris seolah nampak tenang mendengar ucapan kebingungan Taeri.

“Nama kalian juga sama. Kim Tae Ri.” Jawab Kris.

Kini gantian Taeri yang membelalakan matanya. Kedua tangannya terangkat menutup mulutnya, gadis itu terkejut. Tentu saja. “Wah, kebetulan yang sangat luar biasa.”

Kris tidak melakukan apapun selain terkekeh geli. Gadisnya masih sama ternyata. Tidak ada yang berubah darinya selain ingatannya yang mendadak hilang.

-SAVE ♥ HER-

“Maaf soal tadi. Aku terpaksa mengatakan jika kau temanku.”

“Tidak apa-apa. Aku mengerti. Tindakanmu sudah benar, harusnya aku berterima kasih padamu karena sudah membantuku mencari alasan.”

Setelah Tae Ri masuk ke kamarnya, Xiao Ming mengajak Kris untuk mengobrol di teras rumah sambil menunggu Bibi Liu selesai menyiapkan makan malam untuk mereka. Awalnya Kris ingin langsung pulang, karena dia memang tidak berniat lama disana. Kris hanya ingin bertanya beberapa hal lagi yang masih mengganggu pikirannya pada Bibi Liu. Namun wanita paruh baya itu memaksanya untuk tinggal sebentar sampai makan malam nanti. Tidak mampu menolak, pada akhirnya Kris pun hanya bisa mengangguk mengiyakan.

Makan malam itu berjalan dengan keheningan. Entah kenapa suasana makan malam kali ini terasa begitu canggung, khususnya untuk Tae Ri. Dia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya, kehadiran Kris membuat perasaannya begitu tenang dan nyaman. Ada rasa yang membuncah dalam dadanya. Perasaan ingin terus menatapnya dan tidak ingin melepaskan fokusnya dari pria itu. Entah kenapa. Tae Ri tidak mengerti sama sekali. Sampai ketika kedatangan seorang wanita ke tengah-tengah mereka membuat suasana makan malam itu sedikit mencair.

“Hay, sayang.” Seorang wanita muda datang dan memeluk Xiao Ming. Memberikan satu kecupan singkat di pipi pria itu. Wanita yang Kris kenali sebagai dokter yang memeriksa Tae Ri tempo hari saat gadis itu pingsan.

Mengerti akan kebingungan yang tercetak di wajah kris, Bibi Liu mengambil inisiatif untuk menjelaskannya.

“Dia Angel, tunangan Xiao Ming. Dia seorang dokter.” Kedua alis Kris terangkat naik mendengar penjelasan singkat Bibi Liu. Tatapannya jatuh pada wanita cantik yang kini sudah memposisikan dirinya di samping Xiao Ming. Wanita itu tersenyum ke arah Kris.

“Hai, Tuan muda Wu. Kita bertemu lagi.” Ucapnya ramah.

Kris hanya bisa mengangguk kecil dan tersenyum tipis yang terkesan di paksakan. Dia masih bingung dengan kehadiran tiba-tiba wanita yang bernama Angel ini. Tatapannya beralih menatap Xiao Ming yang duduk di depannya. Pria itu tersenyum miring sebelum membuka suara.

“Sudah jelas, kan? Jadi tidak perlu khawatir, aku bukan sainganmu.”

Mengerti maksud yang di katakan Xiao Ming, membuat Bibi Liu serta Angel tersenyum geli. Dan detik itu juga Kris ingin menguburkan dirinya dalam-dalam untuk menghilangkan rasa malu yang menggerogoti dirinya.

Tae Ri yang tidak mengerti apa-apa menatap mereka satu persatu dengan kening berkerut. Tapi terlalu malas untuk bertanya, dan berakhir membiarkan dirinya terus tenggelam dengan kebingungannya.

“Aku sudah mendengar banyak tentangmu dari Bibi Liu. Ternyata kau jauh lebih tampan dari yang ku bayangkan.” Angel membuka pembicaraan. Ucapan terakhirnya mengundang deheman keras dari Xiao Ming. Angel tersenyum geli dan memberikan kecupan kecil sekali lagi untuk tunangannya.

“Tidak perlu cemburu. Setampan apapun pria yang ku temui hanya kau yang ku cintai. Lagi pula aku hanya mengatakan apa yang menurutku benar.”

“Ya ya ya…terserah kau saja.” Ucap Xiao Ming tak acuh.

“Ku pikir kalian sudah saling kenal.” Tae Ri menatap Kris dan Angel bergantian.

Angel yang tidak mengerti dengan ucapan Tae ri hanya memandang gadis itu dengan kerutan di keningnya. Saling mengenal? Pikirnya. Bagaimana mungkin mereka saling mengenal sedang- seketika gadis itu sadar sesuatu. Matanya beralih menatap Xiao Ming di sampingnya. Mengerti dengan tatapan yang di berikan Xiao Ming lewat matanya, Angel pun mengangguk kecil kemudian tersenyum tipis ke arah Tae Ri.

“Tidak semua teman Gege-mu aku kenal, dear.” Kata Angel lembut. Tae Ri pun hanya mengangguk percaya tanpa ada rasa curiga sedikit pun.

Mereka kembali sibuk dengan makanan masing-masing. Obrolan ringan menemani sepanjang acara makan malam berlangsung yang sesekali di selingi tawa kecil. HIngga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul Sembilan malam. Tae Ri sudah menyelesaikan piring terakhir yang dia cuci bekas makan malam mereka di bantu oleh Angel ketika waktu sudah menunjukan pukul Sembilan lewat lima belas menit.

Angel serta Tae Ri kembali ke meja makan, dimana Kris dan Xiao Ming masih berada disana.

“Kau sudah mau pulang?” Tanya Xiao Ming ketika melihat Angel meraih blazer dan tas tangannya yang dia letakan di kursi meja makan.

Angel mengangguk. “Aku harus tidur lebih awal. Besok ada jadwal operasi pagi-pagi sekali.” Ucapnya.

Xiao Ming beranjak dari duduknya dan mengambil jaketnya yang tersampir di sandaran kursi. “Kalau begitu kami pulang, Tae Ri. Besok akan ku jemput seperti biasa.” Xiao Ming mengusap puncak kepala Tae Ri lembut. Gadis itu hanya mengangguk kecil lantas tersenyum.

“Hati-hati kalau begitu.”

“Ah, kalau begitu aku juga harus pulang-“

“Kris?”

“Ya?”

Panggilan Bibi Liu memotong kalimat Kris yang belum sempat selesai. “Ada apa?” Tanyanya ketika melihat Bibi Liu keluar dari dalam kamar sambil membawa tas. Di lihat dari penampilannya sepertinya wanita itu mau pergi. Dan tebakannya ternyata memang benar setelah mendengar ucapan Bibi Liu berikutnya.

“Aku harus ke rumah Adik ku. Tadi suaminya menghubungiku jika dia sedang sakit. Aku tidak mungkin membiarkan Tae Rri sendirian di rumah. Bisa kau temani dia sebentar? Aku janji tidak akan lama.” Ucap Bibi Liu terdengar buru-buru.

Kris tidak tahu harus menjawab apa. Bagian dari hati kecilnya tentu saja dia menginginkannya, tapi mengingat hubungannya dengan Tae Ri saat ini seperti orang asing, dia tidak yakin.

“Ehmm…” Dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Di lihatnya Tae Ri dari ujung matanya, gadis itu tampak sedikit terkejut.

“Bibi, tidak perlu seperti itu. Aku akan baik-baik saja di rumah sendirian.” Ucapnya merasa tidak enak pada Kris.

“Tidak. Tidak. Bibi tidak akan tenang meninggalkanmu sendirian di rumah.”

“Kalau begitu biar aku saja.” Xiao Ming tiba-tiba menginterupsi. “Angel, kau tidak apa-apa kan pulang sendiri? Nanti setelah Bibi Liu pulang dari rumah adiknya aku akan langsung pulang.” Gadis itu tersenyum lantas mengangguk.

“Tentu sa-“

“Tidak usah. Kalian pulang saja, aku yang akan menemani Taeri.” Ucapan Angel terpotong oleh kalimat Kris. Diam-diam Xiao Ming menarik kedua sudut bibirnya.

“Kau yakin?” Tanya Xiao Ming.

Kris mengangguk mantap. “Tentu saja.” Jawabnya. Tentu saja Kris tidak akan membiarkan Tae Ri berdua dengan pria lain.

Xiao Ming mengangguk-anggukan kepalanya. Tanpa satu pun dari mereka ada yang tahu jika Xiao Ming baru saja membantu Kris mengiyakan permintaan Bibi Liu.

“Ah, Bibi lega kalau begini. Ya sudah, kalian baik-baik di rumah. Bibi akan segera pulang.” Kris dan Tae Ri hanya mengangguk. Mengantar ketiga orang itu sampai ke depan pintu lalu masuk kembali ketika mobil Xiao Ming menghilang di ujung jalan.

Taeri tidak bisa mengatakan apa-apa lagi selain diam setelah Kris mengatakan ketersediaannya menemaninya di rumah. Setelah ini apa yang harus mereka lakukan? Bahkan terlalu canggung hanya untuk memulai sebuah percakapan.

-SAVE ♥ HER-

Setelah hampir semalaman berada dalam kecanggungan bersama Kris, karena Bibi Liu pulang dini hari –hampir pagi. Siang ini Taeri mendapati Kris berdiri di depan mobilnya ketika dia baru keluar dari sekolah. Kerutan samar tercetak di keningnya melihat kehadiran Kris siang itu.

“Kris? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Tae Ri bingung ketika dirinya sudah berdiri di hadapan pria itu.

“Oh, kau sudah selesai? Xiao Ming bilang kau selesai mengajar jam tiga?” Kris melirik jam di pergelangan tangannya. “Ini bahkan belum jam satu.” Lanjutnya. Tidak mengindahkan sama sekali pertanyaan Tae Ri barusan.

Tae Ri mengangguk sekali sebelum menjawab. “Hari ini sekolah memulangkan anak-anak lebih cepat. Kau belum menjawab pertanyaanku. Kau sedang apa disini?”

“Xiao Ming memintaku untuk menggantikannya menjemputmu. Dia bilang dia ada urusan yang tidak bisa di tinggalkan.”

“Aah…begitu? Kenapa Xiao Ming Ge tidak memberitahuku? Aku pulang sendiri juga sebenarnya tidak apa-apa.” Kris hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

“Jadi…? Kau tidak berniat mengusirku pulang setelah jauh-jauh kesini dan memilih pulang sendiri, kan?” Pertanyaan Kris membuat Tae Ri sontak tertawa.

“Tentu saja tidak. Kau pikir aku setega itu? Aku hanya merasa tidak enak merepotkanmu lagi.”

“Tidak masalah. Aku senang jika orang yang merepotkanku itu kau.” Jawab Kris sambil mengerlingkan matanya pada Tae Ri. Membuat gadis itu harus terkekeh lantas menggelengkan kepalanya sebelum masuk ke dalam mobil.

“Terima kasih.” Ucapnya ketika Kris membukakan pintu untuknya.

Kris tersenyum manis. “No problem.”

Sepuluh menit kemudian mobil Kris berhenti di depan sebuah restoran cepat saji. Tae Ri mengernyit menatap Kris dan restoran itu bergantian.

“Aku lapar. Kita makan dulu, aku yakin kau juga pasti belum makan.” Kata Kris. Menjawab kebingungan Tae Ri.

Tidak mungkin menolak, karena Kris sudah keluar dari mobilnya. Tae Ri pun akhirnya hanya bisa mengikuti pria itu masuk ke dalam restoran.

“Seven Spice Beef Hotplate satu, Ebico Spaghetti With Mushroom satu, Americano satu dan satu Green Tea.” Ucap Kris pada seorang pelayan yang berdiri di samping meja mereka.

Meja yang berada di taman restoran, dekat dengan kolam ikan menjadi pilihan mereka. Dari tempat mereka duduk suara gemericik air terdengar teratur. Menenangkan dan membuat perasaan begitu damai. Pemilik restoran ini begitu pandai mendesain restorannya, membuat tamunya merasa nyaman dengan konsep alam restorannya.

“Kau tidak bertanya padaku dulu apa yang mau ku pesan?” Tanya Tae Ri ketika pelayan itu sudah pergi. Menatap Kris bingung karena pria itu memesankan makanan untuknya tanpa bertanya lebih dulu.

Kris menaikan kedua alisnya. “Ku pikir apa yang ku pesan barusan menu yang memang ingin kau pesan.” Jawabnya sambil mengangkat bahunya.

“Yeah, kau benar. Tapi bagaimana jika salah?”

“Tapi nyatanya tidak salah, kan?” Tae Ri mendengus mendengar jawaban menyebalkan Kris.

“Terserah kau sajalah. Aku baru tahu ternyata kau semenyebalkan ini.” Gerutunya.

Kris tidak bisa menahan kekehannya melihat wajah Tae Ri yang tertekuk dengan bibir yang terus menggerutu.

“Masih sama.” Gumamnya.

“Eoh? Kau mengatakan sesuatu?” Kris menggeleng dengan senyum masih melekat di bibirnya.

Lagi-lagi kecanggungan menyelimuti mereka ketika tidak ada lagi yang bisa di bahas. Sebenarnya banyak, mereka bisa membahas apa saja. Tae Ri termasuk gadis yang banyak bicara, tapi dia akan berubah menjadi pendiam dan tidak banyak bicara pada orang yang baru di kenalnya. Dia hanya cerewet pada hal-hal tertentu. Kris sudah terlalu mengenal Tae Ri. Bahkan dia mengenalnya melibihi diri gadis itu sendiri. Kris bisa saja sebenarnya memulai pembicaraan, menciptakan suasana nyaman. Tapi dia memilih diam. Dia hanya sedang mengamati wajah gadis yang begitu sangat ingin di peluknya ini sampai puas. Merekam baik-baik di memori ingatannya. Karena dia sendiri tidak tahu kapan keadaan seperti ini terus berjalan. Dia tidak tahu nantinya apakah mereka bisa kembali bersama atau justru kembali di pisahkan. Bahkan satu jam ke depan dia tidak tahu apa yang akan terjadi. Kris hanya sedang memanfaatkan kesempatan yang dia punya. Meski sebenarnya dia menginginkan lebih dari sekedar menatap.

Lamunan mereka buyar ketika suara getaran dari ponsel Kris yang di letakan di meja terdengar. Baik Tae Ri maupun Kris sama-sama melihat ke arah ponsel Kris yang menyala. Sebuah pesan dengan nama Henry sebagai pengirimnya.

Diam-diam Tae Ri mengerutkan keningnya ketika melihat nama itu. Dia merasa tidak asing dengan nama itu. Kepalanya mulai berdenyut, meski tidak sesakit saat dia mendengar nama Kris tapi ada perasaan lain yang menyusup ketika memikirkan nama Henry. Tae Ri sendiri tidak mengerti, perasaan itu juga dia rasakan tiap kali melihat Kris. Perasaan rindu yang besar seperti sudah sangat lama berpisah meski tidak sebesar yang di rasakannya pada Kris.

“Ada apa? Kepalamu sakit lagi?” Tanya Kris setelah membalas pesan Henry dan meletakan kembali ponselnya di meja. Mendapati kerutan-kerutan kecil tercetak di keningnya seperti tengah berpikir. Dari nada suaranya Tae Ri bisa menebak jika Kris mengkhawatirkannya. Dan perasaannya menghangat ketika mendengar nada suara pria itu.

Gadis itu mengangkat kepalanya untuk menatap Kris lalu menggeleng kecil. “Tidak apa-apa.” Jawabnya tersenyum. Pandangannya kembali jatuh pada ponsel Kris yang masih menyala, menampilkan foto seorang gadis cantik tengah tersenyum. Membuat Taeri penasaran ingin bertanya.

“Foto itu…apa dia kekasihmu yang kau bilang mirip denganku?”

Kris menoleh ke arah ponselnya dan mengambilnya. Menatapnya dengan tatapan penuh cinta dan kerinduan. Sesaat Tae Ri tertegun kala melihat tatapan Kris, membuat dadanya tiba-tiba berdenyut sakit. Taeri semakin tidak paham. Kenapa begitu banyak perasan yang dia rasakan ketika bersama dengan pria di depannya ini?

Kris mengangguk dan tersenyum “Eum…dia kekasihku.” Jawabnya tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.

“Boleh aku lihat?” Tanya Tae Ri tiba-tiba.

DEG

Kris sempat membeku mendengar permintaan Tae Ri. Tapi toh akhirnya dia tetap memberikan ponselnya pada Tae Ri dan membiarkannya melihat potret dirinya sendiri.

Mata Tae Ri membelalak sempurna. Tatapannya terangkat menatap wajah Kris dengan raut terkejutnya. “Benar-benar mirip.” Ucapnya tak percaya. “Pantas saja saat itu kau begitu ngotot jika aku adalah kekasihmu.”

Kris tersenyum tipis. “Bukankah aku sudah bilang jika kalian memang benar-benar mirip.”

“Ku pikir hal seperti ini hanya terjadi di film-film.” Kris terkekeh mendengar jawaban Tae Ri. “Tapi…” Ucapannya menggantung seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Tapi kenapa?” Tanya Kris.

Tae Ri menggeleng keras-keras. “Tidak.Tidak apa-apa. Mungkin hanya perasaanku saja.” Kris semakin tidak mengerti mendengar ucapan Taeri. Kedua alisnya terangkat naik menatap gadis itu yang masih menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. Sebuah ciri khas yang begitu Kris hapal jika gadis itu tengah kebingungan.

“Ada yang menggangu pikiranmu?” Sekali lagi gadis itu memilih menggeleng. Hingga seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka dan mengubur dalam-dalam niat Kris untuk bertanya lebih lanjut.

Mereka mulai sibuk dengan makanan masing-masing. Tanpa saling menyadari jika keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

Kris tahu jika ada yang di pikirkan Tae Ri saat ini. Dia terlampau hapal dengan kebiasaan gadis itu, tapi Kris juga tidak bisa mendesaknya untuk mengatakan yang sejujurnya. Posisinya saat ini tidak bisa membuatnya melakukan apa yang di inginkannya. Dan memang benar, gadis itu memang sedang memikirkan sesuatu. Saat melihat foto kekasih Kris seperti ada gemuruh besar di dadanya. Sesuatu yang ingin meledak keluar. Tapi dia tidak tahu itu apa. Foto itu, entah kenapa terasa begitu melekat pada dirinya. Dia seperti sedang melihat fotonya sendiri. Dan memang kenyataannya seperti itu, hanya saja gadis itu tidak mengingatnya barang sedikit pun.

Menyadari keanehan pada Tae Ri membuat Kris memberanikan dirinya menggenggam hangat tangan Tae Ri yang ada di atas meja. Gadis itu sedikit tersentak dan mengangkat wajahnya. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat.

“Jangan terlalu banyak berpikir. Aku tidak ingin kau pingsan lagi seperti waktu itu.” Ucap Kris lembut. Dan seperti terhipnotis, kepalanya mengangguk begitu saja tanpa melepaskan tatapannya sama sekali dari wajah Kris.

Perasaan nyaman itu kembali menyusup ke ruang hatinya. Perasaannya menghangat hanya dengan menatap manik gelap itu. Bahkan kini kepalanya yang sempat berdenyut nyeri hilang seketika di gantikan dengan degup jantungnya yang tiba-tiba menjadi kencang.

Oh, apa yang terjadi padaku sebenarnya?





ToBeContinued~

Sebelumnya mau makasih dulu nih buat Yessy yg udah buatin posternya. keren loh. cepet lagi. pagi di take siang jadi. kece kan dia hihi

yg kemaren nagih minta sequel buru2 di rilis, nih udah aku kasih ya. Makasih loh bagi yg nagihin terus, itu artinya kalian masih inget sama ff ini. dan bikin aku inget terus sama utang aku ke kalian :D

dan buat VARAAAAA makasih loh buat segala kehebohan kamu di tiap FF ku. yang bikin fanfan langsung geleng2 tiap baca komen kamu. untung nini selalu bilang, “dia emang begitu, hyung. maklum aja.” dan aku mulai ketularan gilanya vara *okeabaikan

buat semua reader baik yg sering nongol maupun jarang atau ga nongol sama sekali. makasih juga yaa, klo bukan berkat kalian pasti aku males buat lanjutin hihi soalnya aku tuh nulis tergantung mood dan feel. klo moodnya jelek apa lagi ga ada feel yang aku dapet ya paling nih cerita ngebangke aja di lappy ku. makanya komen kalian tuh sebenernya semangat dan mood buat ku. jangan sungkan2 buat komen panjang2, mau sepanjang apapun pasti aku baca kok. mau curhat kek di kolom komentar terserah. aku tetep baca :D makin panjang komen kalian makin aku suka :)

udah ah segitu aja cuap2nya.

Thanks for reading…

Have a nice day…

Regard

Miss Wu

Filed under: Action, Crime, romance, Sadnes Tagged: exo, henry lau, kris wu, Wu Yi Fan

Show more