2015-08-06



Title      : Before

Author   : Aideena

Cast      : Zhang Yixing, Lee Yoo Mi, Kris Wu

Genre   : Romance

Rating   : General

Length : Chaptered

Disclaimer : Fanfic ini adalah murni tulisan saya sendiri. Tetapi ff ini sebelumnya pernah di posting di fp EXO Fanfiction Make Your Imagine.

-Part 16-

“Yoo Mi-ah, saengilchukae…!”

“Gomawo, Min Ah-ya.”

“Apa aku orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padamu?”

Yoo Mi menggeleng. “Kau yang kelima.” Menunjukkan telapak tangannya.

“Mwo? Sepagi ini sudah ada yang mengucapkan sebelum aku? Siapa?”

Gadis itu menghitung jarinya. “Eomma dan appa, Yixing, Jun Myeon, dan nenekku.” Ia kembali menghadap cermin dan memoles bedak diwajahnya.

Min Ah mengangguk. Tentu saja orangtua Yoo Mi jadi yang pertama. “Tunggu! Yixing?” Sahabatnya itu tidak percaya bahwa Yixing memberi ucapan pada Yoo Mi sebelum dirinya.

“Eoh. Wae?”

Min Ah mendekatkan wajah sambil memicingkan mata. Kilatan curiga nampak di mata Min Ah.

“Mwo!?” Protes Yoo Mi merasa risih.

“Dengan siapa kau berbincang dini hari tadi, huh?”

Yoo Mi menelan ludah. Aigoo, apa Min Ah mendengar percakapannya dengan Yixing?

Ia meringis. “B-berbincang apa? Siapa maksudmu?”

“Justru karena aku tidak tahu, makanya aku bertanya, Lee Yoo Mi.” Desis frustasi Min Ah. Lalu mengetukan jari di dagunya. “Mungkinkah? Dengan Yixing?”

Yoo Mi mengerjap beberapa kali, merasa terintimidasi oleh tatapan curiga Min Ah. Ia ingin menyangkal, tapi bibirnya terasa kaku, mungkin efek dari terkejut karena Min Ah mengetahuinya.

“Yoo Mi-ah, kenapa wajahmu memerah?”

“Ne?” Yoo Mi menangkup kedua pipinya.

“Kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku.” Kata Min Ah yakin.

“ish! Araseo…araseo. Aku akan menceritakannya.”

Min Ah menyeringai puas karena berhasil membuat Yoo Mi menyerah. Kedua gadis itu duduk bersila diatas ranjang. Dengan tersipu malu Yoo Mi menceritakan apa yang terjadi semalam antara dirinya dan Yixing. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat menceritakan setiap detailnya, seolah ia mengulangi kejadian itu.

“Jadi, sekarang kalian pacaran?” Min Ah menyimpulkan cerita Yoo Mi.

“Ne.” Yoo Mi menjawab dengan malu-malu.

“Aigoo…padahal sebelumnya kau terus menyangkal menyukainya.”

“Saat itu aku masih malu, Min Ah-ya.”

Min Ah tertawa. “Sejak kapan kau punya rasa malu, huh?”

“ish! Jaga bicaramu!”

Perbincangan mereka terhenti saat Min Ah mendapat panggilan telepon.

“Siapa?” Yoo Mi bertanya setelah Min Ah mengakhiri percakapan teleponnya.

“Jun Myeon. Dia menyuruh kita untuk turun. Sebentar lagi kita akan berangkat.” Jelasnya.

**

“Selamat pagi, teman-teman!” Chanyeol menyapa dengan senyum lebar.

Rencana mereka hari ini adalah pergi bermain ski di Yongpyong. Mereka sudah berkumpul diluar penginapan, bersiap untuk perjalanan ke Yongpyong.

“Dimana Sehun?” Jun Myeon bertanya karena tidak melihat si bungsu itu.

“Dia masih mandi hyung.” Chanyeol memberitahu.

“Mwo?! Apa dia tidak tahu kalau kita akan segera berangkat?”

Chenyeol mengendikkan bahu. “Geundae, dimana pacarmu hyung dan juga…Yoo Mi noona?”

“Sebentar lagi mereka kesini.” Jelasnya yakin karena baru saja menelpon Min Ah untuk segera menemuinya.

Tidak lama, dua gadis yang mereka bicarakan itu nampak berjalan menghampiri mereka.

“Noona!” Panggil Chanyeol dengan senyum lebar. Bahkan saking lebarnya hampir merobek mulutnya.

Jun Myeon memukul pelan lengan Chanyeol. “Yyaa! Siapa yang kau panggil seperti itu?”

“Wae? Hyung cemburu?” Goda Chanyeol membuat Jun Myeon menatapnya tajam. Lelaki tinggi itu mengulum senyum.

“Selamat pagi!” Sapa Min Ah dan Yoo Mi.

“Kenapa denganmu?” Min Ah menyadari wajah kusut Jun Myeon.

Chanyeol menimpali, “Jun Myeon hyung takut kau akan terpesona denganku, noona.”

Min Ah mengerutkan kening. “Neh?”

“Jangan hiraukan omongan konyol Chanyeol.” Sergah Jun Myeon.

Chenyeol memutar bola matanya. “Yoo Mi noona!” Perhatiannya berpindah.

Yoo Mi tersenyum lebar sambil mengangkat satu tangannya. “Hai…” Sapanya. “Sepertinya semalam kau tidur nyenyak, Chanyeol-ah.” Puji gadis itu karena wajah Chanyeol benar-benar nampak cerah. Dari semua orang yang baru ia kenal disini, Chanyeol adalah yang paling ramah dan menyenangkan. Maka dari itu Yoo Mi merasa nyaman berbicara dengan Chanyeol.

“Ya, begitulah. Tidak ada alasan untuk tidak tidur nyenyak. Apa aku terlihat lebih tampan?” Chanyeol menepuk kedua pipinya.

Yoo Mi meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di dagu, kemudian mengangguk pelan sambil memerhatikan wajah Chanyeol. “Sepertinya memang begitu.”

“Jinja? Sudah kuduga, aku memang semakin tampan setiap harinya.” Gumamnya percaya diri.

“Eii!” Protes Jun Myeon. “Jangan berbohong, Yoo Mi-ah!” Jun Myeon tidak terima dengan pendapat Yoo Mi.

“Akui saja, hyung iri denganku ‘kan?” Chanyeol memancing Jun Myeon lagi.

“Tsk…Park Chanyeol…neo!”

Min Ah mengalungkan tangan dilengan Jun Myeon dan berkata, “Bagiku, kau yang paling tampan, chagi-ya.”

Tulang pipi Jun Myeon terangkat berkat pujian dari pacarnya. Keduanya saling menatap romantis.

“Ew!” Cibir Yoo Mi, risih dengan adegan romantis berlebihan dari kedua sahabatnya itu. Sementara Chanyeol membekap mulutnya agar tidak muntah.

“Selamat pagi, semua!”

Suara dan logat yang sangat Yoo Mi kenal terdengar dari balik punggungnya. Perlahan ia memutar tubuhnya, lalu tersenyum menyambut kedatangan Yixing.

“Oh? Selamat pagi, hyung!”

“Selamat pagi, Yixing!”

Diantara mereka bertiga, hanya Yoo Mi yang tidak menjawabnya. Bukan karena tidak ingin, tapi ia kesulitan mengeluarkan suara. Saat menatap Yixing, terjadi suatu reaksi dalam tubuhnya. Tubuhnya seolah tersengat listrik sesaat, yang mengakibatkan syarafnya mati rasa.

Yoo Mi meremas-remas jarinya, karena masih canggung berada didekat Yixing setelah kejadian kemarin. Kejadian yang membuat kupu-kupu beterbangan didalam perutnya saat mengingatnya. Berbagai rasa itu muncul lagi, antara senang, bingung, dan belum percaya. Tapi kejadian itu memang nyata. Yoo Mi memilih hanya menjadi pendengar saat Yixing mengobrol bersama yang lainnya. Mereka mengobrol sambil menunggu semuanya berkumpul.

Setelah mereka semua berkumpul, mereka membagi rombongan dalam dua kelompok. Satu kelompok dalam satu mobil yang sama. Jun Myeon dan Kris mendapat tugas sebagai sopir. Karena diantara semuanya, hanya mereka berdua yang sudah memiliki SIM. Yoo Mi, Min Ah, Chanyeol, dan Sehun berada satu mobil dengan Jun Myeon. Sedangkan yang lainnya di mobil yang lain bersama Kris.

Yoo Mi duduk di kursi belakang bersama Min Ah dan si bungsu Sehun. Sedangkan Chanyeol menemani Jun Myeon di kursi depan. Keceriaan memenuhi mobil itu, mereka mengobrol dan bercanda. Kadang juga saling melempar ejekan. Dan yang sering menjadi sasaran ejekan adalah Kim Jun Myeon. Chanyeol adalah yang paling banyak bicara, dan juga yang paling sering menggoda Jun Myeon. Karena dia tahu beberapa ‘aib’ Jun Myeon selama mereka menjalani kegiatan trainee bersama-sama. Sementara Sehun tidak terlalu banyak bicara. Tapi, sekalinya dia membuka mulut, mampu membuat mereka semua tertawa sambil menghujatnya.

Suasana di mobil yang dikendarai oleh Kris tidak seramai mobil Jun Myeon. Suasana didalamnya lebih tenang. Kris berkonsentrasi pada jalanan didepannya, Hye Rin mengobrol dengan Mae Ri, Jongin tertidur pulas. Sedangkan Yixing yang berada disamping Kris, memilih mendengarkan musik melalui earphone dari ponselnya. Bahkan dia hampir tertidur. Namun ia membuka mata saat ponselnya berdering, memberitahunya ada pesan masuk.

From : My Girlfriend

Yixing…^^

Yixing tersenyum dan mengetik balasan untuk Yoo Mi dengan cepat.

To : My Girlfriend

Apa yang sedang kau lakukan?

From : My Girlfriend

Kami sedang mendengarkan ceramah Chanyeol.

kkkk…

Kau sedang apa?

To : My Girlfriend

Aku sedang…

memikirkanmu :)

From : My Girlfriend

Eii…

Aku tidak akan mudah kau rayu.

To : My Girlfriend

Aku tidak merayumu, tapi aku memikirkanmu.

From : My Girlfriend

Aigoo…

Aku tidak menyangka kau pandai merayu.

*

Hamparan salju menyambut mereka begitu sampai ditempat tujuan. Pepohonan juga tidak luput tertutupi oleh salju. Riuh ramai terdengar ditempat itu, diantaranya adalah orang-orang yang sedang bermain seluncur, ada pula yang sedang bermain melempar bola salju. Banyak juga anak-anak yang membuat boneka salju bersama teman atau keluarga mereka. Keceriaan musim dingin serasa membumbung di udara.

Jun Myeon dan yang lainnya berhamburan ke berbagai tempat. Jun Myeon dan Min Ah langsung menuju arena selancar untuk berseluncur bersama. Kris dan Hye Rin menghilang entah kemana, kedua orang itu tiba-tiba saja lenyap dari pandangan. Sementara Yoo Mi dan Mae Ri membuat boneka salju. Sedangkan Yixing, Chanyeol, Jongin, Sehun, bermain lempar bola salju.

“Menurutku mereka kekanak-kanakan, Mae Ri-ah.” Kata Yoo Mi melirik empat lelaki yang saling adu lempar bola salju sambil tertawa dan berteriak.

“Ne. Aku setuju denganmu, eonnie.” Mae Ri mengangguk sambil mengumpulkan salju untuk bagian kepala bonekanya. “Geundae, apa eonnie tidak terganggu dengan cerewetnya Chanyeol oppa saat di mobil tadi?”

“Sangat terganggu.” Bisik Yoo Mi. Kemudian dia tertawa. “Aku bercanda. Sebenarnya berkat Chanyeol kami jadi terhibur sepanjang perjalanan. Bahkan perutku sampai kaku karena terlalu banyak tertawa.” Jelasnya.

Ketika kedua gadis itu sedang asyik membuat boneka salju sambil mengobrol, tiba-tiba Chanyeol berlari kearah mereka. Lelaki tinggi itu langsung bersembunyi dibalik punggung Yoo Mi.

“Mwoya?” Tanya gadis itu bingung.

Chanyeol memegang kedua bahu Yoo Mi. “Noona, tolong lindungi aku. Mereka bersekongkol ingin menyerangku.” Rajuknya, mengarahkan telunjuk pada ketiga temannya.

“Shireo. Jangan libatkan aku dalam permainan kalian.” Protesnya. Yoo Mi berusaha mengusir Chanyeol dari punggungnya. Tapi Chanyeol tetap menempel tidak mau melepaskan Yoo Mi.

“Chanyeol hyung! Apa kau menyerah?” Teriak Jongin.

“Menyerah? Tidak akan! Karena Yoo Mi noona akan melindungiku!” Balasnya.

Yoo Mi mendesis frustasi. Saat ia mencoba lagi melepaskan diri dari Chanyeol, bola salju mendarat sempurna di pipi Yoo Mi. Ia memejamkan mata karena terkejut dengan rasa dingin tiba-tiba itu.

“ish! Siapa yang melemparnya?!” Dengus Yoo Mi.

“Sehun yang melakukannya, noona.” Jongin mengarahkan telunjuk pada Sehun. Sehun memasang wajah datarnya dengan mulut sedikit terbuka.

Yoo Mi berjongkok mengumpulkan salju kemudian mengepalnya kuat-kuat. “Beraninya kau!” Ia berisap melempar. “Sehun-ah, terima pembalasanku!” Gadis itu melempar sekuat tenaga, yakin lemparannya itu akan mengenai sasaran. Namun, Sehun cukup lincah untuk menghindarinya. Alhasil, bola salju itu mengenai orang lain, yaitu Jongin.

Entah sejak kapan kedua gadis itu terlibat permainan lempar bola salju. Padahal sebelumnya mereka mengatakan bahwa permainan itu kekanak-kanakan. Tapi sekarang mereka melibatkan diri. Dan malah terlihat lebih bersemangat melempar daripada keempat lelaki itu.

Yixing mencoba melindungi Yoo Mi dari serangan bola salju yang bertubi-tubi. Mereka masih bisa tertawa meskipun baru saja terkena lemparan bola salju. Mereka berdua tidak mau kalah dan melancarkan serangan balasan. Pertarungan yang seru.

“Kenapa kalian hanya menyerang kami?” Protes Yixing, merasa terpojok karena dijadikan sasaran oleh keempat temannya. Namun mereka tidak menghiraukan protes Yixing, dan malah lebih gencar menyerang Yixing dan Yoo Mi.

Karena merasa akan basah dan kedinginan akibat terkena bola salju bertubi-tubi, Yixing memilih strategi lain, yaitu melarikan diri. Ia menggenggam tangan Yoo Mi untuk berlari bersama dirinya. Keduanya mengacuhkan teman-teman yang memprotes tindakan mereka. Malah Yoo Mi sempat menoleh dan menjulurkan lidah, mengejek mereka.

*

Yixing mengajak Yoo Mi menaiki kereta gantung, menuju ke tempat yang lebih tinggi. Gadis itu memainkan kakinya yang menggantung bebas.

“Menakutkan.” Ucap Yoo Mi saat melihat ke bawah. Yixing mengeratkan genggaman tangannya ditangan Yoo Mi, seolah ia selalu ada saat gadis itu merasa tidak nyaman. “Tapi, aku menyukainya. Karena…ada kau disini.” Kata Yoo Mi lagi.

Darah Yixing berdesir mendengar hal itu diucapkan oleh Yoo Mi. Apapun yang diucapkan oleh Yoo Mi, memiliki kekuatan yang bisa membuat jantungnya berdetak cepat.

Turun dari kereta gantung, mereka berjalan-jalan menikmati pemandangan dari tempat itu. Disaat bersamaan, salju mulai berjatuhan. Kemudian mereka berdua memutuskan untuk berteduh, masuk ke sebuah café yang disediakan untuk para pengunjung. Yixing dan Yoo Mi duduk berhadapan, menikmati segelas coklat hangat sambil menikmati salju yang beterbangan diluar sana.

“Yoo Mi-ah…terima kasih.” Yixing membuka suara.

Yoo Mi menoleh pada Yixing. “Kenapa tiba-tiba berterima kasih?”

Lelaki itu tersenyum lalu menyesap minumannya sebelum berkata, “Terima kasih karena mengijinkanmu untuk lebih dekat denganmu.”

Yoo Mi tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya mendengarkan kalimat Yixing. Jelas terlihat kedua pipinya merona. Ia menangkup gelas berisi coklat hangat dengan kedua tangannya. Rasa hangat itu membuat telapak tangannya nyaman. “Aku juga berterima kasih, untuk semuanya. Terutama…uhm…lagu yang kau ciptakan untukku. Aku sangat menyukainya. Karena baru pertama kalinya ada seseorang yang menciptakan lagu untukku.” Gadis itu tersipu.

“Syukurlah kalau kau menyukainya. Tapi, sayangnya aku tidak menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu.”

“Sudahlah, kau tidak perlu memikirkannya. Bukankah aku sudah mendapatkan hadiah darimu?”

“Hadiah dariku? Kapan?”

“Kemarin malam.”

“Hmm??” Yixing tidak mengerti maksud Yoo Mi.

Yoo Mi menunjukkan deretan giginya dan mengarahkan telunjuk pada Yixing. “Kau.”

Berkat Yoo Mi, Yixing tersipu malu lalu menyesap minumannya. Yah, Yoo Mi menganggap Yixing adalah hadiah yang diberikan oleh Tuhan padanya. Hadiah ulang tahun yang tidak pernah ia sangka. Yoo Mi tidak tahu pasti sejak kapan ia memberikan hatinya pada Yixing. Mungkin saja ia tidak menyadari perasaan itu karena terlalu menikmati saat-saat bersama Yixing.

**

31 Desember malam, berarti besok pagi mentari pertama di tahun baru akan muncul. Di malam akhir tahun, mereka memilih merayakannya di pulau Nami. Pulau yang masih dalam wilayah Gangwon-do itu, terkenal karena kecantikannya saat musim dingin. Pohon pinus yang menjulang tinggi berdiri kokoh di kanan dan kiri jalan. Salju menutupi tempat itu, membuatnya makin indah saja. Lampu putih dipasang menggantung diantara satu pohon dan pohon lain secara zig-zag. Mayoritas pengunjung tempat ini datang bersama pasangan dan keluarga. Karena memang Pulau Nami terkenal sebagai tempat wisata yang romantis.

Semua orang berkumpul untuk menyaksikan festival kembang api menyambut pergantian tahun baru. Ketika waktunya menghitung mundur, semua orang kompak berseru. “10…9…8…7…6…5…4…3…2…1”

Dan kembang api pun meledak indah ke udara. Teriakan sukacita terdengar dimana-mana. Termasuk Chanyeol dan Jongin yang bertepuk tangan keras saking senangnya menyambut tahun baru. Yoo Mi menikmati gemerlap kembang api yang masih berlangsung. Warna-warni dan percikan kembang api sangat indah. Ia melirik sekilas lelaki disampingnya, cahaya kembang api membuatnya bisa melihat wajah Yixing dengan jelas. Yixing yang merasa diperhatikan, menoleh pada Yoo Mi. Gadis itu mengerjap dan langsung memalingkan wajahnya. Dia masih sering gugup jika melihat Yixing sedekat itu. Sedangkan Yixing hanya mengulum senyum, tahu apa yang dirasakan Yoo Mi karena dia juga akan gugup ketika mata mereka bertemu.

Tempat tujuan terakhir mereka adalah ke pantai timur untuk melihat matahari terbit pertama kali di tahun baru. Udara dingin yang menusuk tidak menghalangi mereka menunggu munculnya sang mentari.

“Kapan mataharinya muncul?” Gerutu Min Ah.

Langit yang tadinya gelap, perlahan menjadi jingga. “Woah! Sepertinya matahari akan segera muncul!” Seru Chanyeol dengan suara beratnya.

“Kajja…kajja!” Jun Myeon mengajak teman-temannya ke bibir pantai, melihat lebih dekat sang matahari terbit.

Pantai sangat ramai, pengunjung berbondong-bondong datang kesini untuk bisa menyaksikan mentari terbit pertama di tahun baru. Bersama pengunjung pantai lainnya, Jun Myeon dan kawan-kawan menyaksikan detik-detik matahari yang muncul di tahun baru. Sinarnya begitu hangat ketika menyentuh kulit. Mereka menikmati proses matahari terbit sambil memanjatkan harapan agar hidup mereka lebih baik dari tahun sebelumnya.

Begitulah liburan tahun baru mereka. Waktu terasa berjalan cepat, membuat liburan itu berakhir dalam sekejap mata. Mereka pulang dengan perasaan bahagia dan energi yang positif. Yoo Mi bersyukur memutuskan untuk ikut liburan mereka. Karena berkat liburan bersama ini, ia bisa menikmati banyak tempat indah di Gangwon-do dan juga mendapatkan teman baru. Si berisik Chanyeol dan Sehun, Jongin, Mae Ri. Juga dia jadi semakin akrab dengan Hye Rin yang sebelumnya adalah orang yang sangat ia hindari. Dari semuanya yang paling membuatnya senang adalah kini dia memiliki seorang pacar, Zhang Yixing. Tuhan benar-benar menjawab doanya dengan cepat. Ia juga tidak menyangkan akan secepat ini mendapatkan pacar, apalagi orang itu adalah Yixing. Sebaiknya ia lebih rajin beribadah dan berbakti kepada orangtuanya, karena Tuhan sudah memberikannya banyak kebahagiaan. Itulah yang ada di pikiran Lee Yoo Mi.

**

Lee Yoo Mi berada di depan tempat latihan trainee SM. Ia masih berseragam lengkap dan membawa tas dipunggungnya. Yoo Mi baru selesai mengikuti kelas tambahan di sekolah untuk persiapan ujian yang tinggal 1 minggu lagi. Ia langsung ke tempat ini setelah kelas tambahannya selesai untuk bertemu Yixing yang masih di dalam untuk menyelesaikan latihan.

Gadis itu memilih menunggu di luar gedung karena sungkan jika masuk kesana seorang diri. Karena biasanya dia masuk kesana bersama Jun Myeon. Sedangkan Jun Myeon tidak datang untuk berlatih karena saat ini lelaki itu masih mengikuti pelajaran tambahan di kelasnya.

Kedua tangan Yoo Mi terlipat dibelakang punggung, tubuhnya bersandar di dinding. Yoo Mi memainkan ujung kakinya, seolah ia menulis sesuatu di tanah. Ia sedang berdiri diatas paving, jadi tidak mungkin ia bisa menulis sesuatu disana dengan ujung kakinya. Ia hanya bermain-main untuk membunuh kebosanan karena menunggu. Ia menoleh kesana kemari, berkali-kali melihat pintu berharap Yixing segera muncul dari situ. Ia mengembungkan pipi, belum juga ada tanda kemunculan Yixing. Kini ia mengalihkan pandangan ke jalan raya, melihat lalu lalang kendaraan. Jalanan makin ramai, karena saat ini hampir gelap dan waktunya orang-orang pulang kerja.

Segerombolan gadis remaja melewati tempat Yoo Mi berdiri. Mereka membawa tulisan-tulisan dan foto idolanya. “Oh, fans SHINee.” Gumamnya saat melihat nama SHINee tertera disalah satu tulisan. Apakah SHINee akan segera tiba disini? Batin Yoo Mi. Mungkin juga, mengingat ada segerombolan fans yang datang. Bisa dibilang mereka ingin menyambut idolanya.

Benar saja, sebuah mobil van hitam berhenti didepan tempat itu. Pintu mobil terbuka, satu per satu anggota SHINee keluar, membuat fans berteriak histeris karena senang. Tapi, beberapa petugas keamanan menghalangi mereka untuk mendekat pada para lelaki itu. Tentu saja demi keamanan member SHINee. Petugas keamanan cukup kualahan karena para gadis itu berusaha menerobos.

Melihat hal itu, sang leader SHINee, Onew berkata pada para fans. “Annyeonghaseyo. Semuanya, terima kasih telah mendukung kami. Kami akan bekerja lebih keras untuk kalian semua. Berhati-hatilah dalam perjalanan pulang.” Begitulah pesan singkat Onew, diiringi teriakan histeris dari para fans.

Para anggota SHINee tersenyum ramah dan membungkuk sopan pada para fans yang sudah menyempatkan waktu datang untuk melihat mereka. Beberapa fans memberikan hadiah untuk mereka. Mereka pun berterima kasih untuk pemberian itu. Lalu SHINee berjalan menuju pintu utama gedung.

Yoo Mi hanya berdiri mematung karena bisa melihat anggota SHINee dari jarak yang lumayan dekat. Kagum dan juga senang sehingga tidak menyadari jika ia sedang tersenyum sendirian, bahkan mulutnya setengah terbuka. Salah satu anggota SHINee, Taemin menoleh padanya. Taemin berhenti dan memicingkan matanya. Yoo Mi tertegun menyadari Taemin menatap dirinya. Apakah Taemin mengira dia adalah alien? Kenapa ia menatapnya seperti itu? Yoo Mi mulai berasumsi aneh.

“Noona!” Taemin memanggil.

Noona? Siapa yang dia panggil noona?

Yoo Mi melihat kesekelilingnya, dan juga kebelakangnya. Tidak ada orang lain disana. Mungkinkah?

“Noona!” Taemin mengulangi.

Gadis itu mengarahkan telunjuk kedepan wajahnya sendiri. “A-ku?”

Taemin menghampirinya. “Noona, Teman Jun Myeon hyung? Lee noona ‘kan?”

“Kau masih ingat padaku?” Tanyanya tidak percaya.

“Ne. Karena kita memiliki marga yang sama.” Kata Taemin. Alasan yang aneh, mengingat ada ribuan bahkan puluhribuan orang yang memiliki marga ‘Lee’ di Republik Korea Selatan ini.

“Aku tidak menyangka seorang Taemin SHINee masih ingat padaku.”

“Apa yang noona lakukan disini?”

“Aku sedang menunggu seseorang.”

“Siapa? Apa Jun Myeon hyung?”

Yoo Mi menggeleng. “Bukan.”

“Lalu siapa?”

“Yixing. Namanya Zhang Yixing. Apa kau mengenalnya?”

“Yixing…” Gumam Taemin tampak mengingat-ingat, karena merasa tidak asing dengan nama itu. “Ah, Changsa hyung ya?”

“Ya, kau benar. Yixing yang dari Changsa.”

“Kenapa noona tidak menunggu didalam saja. Bukankah diluar sangat dingin, noona?”

“Aniya. Aku tunggu disini saja.”

“Taemin-ah! Apa yang kau lakukan? Ppali!” Manajer SHINee memanggil Taemin.

“Ne, hyung.” Jawab Taemin. “Benarkah noona tidak apa-apa menunggu disini?”

“Ne, gwenchana.”

“Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu, noona.” Taemin memberikan sebotol minuman hangat. “Ini untuk noona, agar noona tidak kedinginan.”

“Aigoo. Terima kasih, Taemin-ssi.”

“Neh. Aku pergi dulu, noona.” Pamitnya dan langsung berlari kecil memasuki gedung.

Yoo Mi menggenggam minuman hangat pemberian Taemin dengan kedua tangannya. Lalu menempelkannya bergantian di kedua pipi. “Uhm, hangat.” Gumamnya. Taemin sangat baik dan ramah. Bahkan ia masih belum bisa percaya sepenuhnya bahwa seorang Lee Taemin yang notabene adalah anggota dari SHINee, masih mengingat dirinya. Padahal Yoo Mi bukanlah siapa-siapa dan mereka hanya pernah bertemu satu kali. Ada kebanggaan tersendiri saat idol terkenal masih mengingat dirinya.

“Yyaa!” Tiga gadis remaja mendatangi Yoo Mi. “Siapa kau?!” Salah satu dari mereka bertanya.

Kening Yoo Mi berkerut, tidak mengerti maksud mereka yang tiba-tiba. Yoo Mi menyadari kilatan tajam dimata mereka. Mereka menatap seolah Yoo Mi adalah makhluk yang hina dihadapan mereka.

“Yyaa! Beraninya kau mendekati Taemin oppa dengan cara licik!” Kata salah satu dari mereka.

“Mwo? Mendekati Taemin?” Yoo Mi membuka suara. “Aniya. Kalian salah paham.”

Yoo Mi mengerjap terkejut saat minuman hangat dari Taemin direbut dari tangannya. “Apa yang kau katakan sehingga Taemin oppa memberimu ini, huh?”

“Gadis sialan!” Umpat yang lainnya.

Yoo Mi menatap tajam mereka, ia tidak lagi bisa bersabar. “Siapa yang kau sebut sialan, huh?” Sergahnya marah.

Fans Taemin itu menyeringai. “Sepertinya gadis brengsek ini menantang kita berkelahi.”

Gadis yang lain melipat tangannya di depan dada. “Baiklah. Kalau itu maunya.” Keinginan untuk berkelahi tersirat jelas di mata mereka.

“M-mwoya?” Yoo Mi tergagap merasa terintimidasi. Tiga lawan satu. Dia kalah jumlah. Aigoo, kenapa dia tidak menutup rapat mulutnya saja tadi.

*

Taemin masuk ke ruang latihan dance. Disana ia bertemu Yixing yang sedang duduk dilantai sambil meneguk air dari botol.

“Changsa hyung…” Taemin duduk disamping Yixing.

“Oh? Taemin-ah. Kau baru datang?”

“Ne. Apa hyung sudah selesai latihan?”

“Eoh. Aku baru saja selesai.”

“Aku bertemu Yoo Mi noona diluar. Noona bilang sedang menunggumu hyung.”

“Yoo Mi?” Yixing mengambil ponselnya. Astaga, Yoo Mi sudah mengiriminya pesan dari tadi. Tapi ia baru memeriksa ponselnya. “Kau kenal Yoo Mi?” Tanya Yixing sambil memasukkan barangnya ke dalam tas.

“Ya. Aku bertemu noona saat dia kesini bersama Jun Myeon hyung.” Jelas Taemin.

“Taemin-ah, aku pergi dulu. Terima kasih sudah memberitahuku.”

“Ne, hyung.”

Yixing bergegas keluar setelah berpamitan pada teman-temannya yang berada di ruang latihan. Ia berlari menuju lift yang akan membawanya ke lantai satu.

*

“Apa yang kalian lakukan!!” Sergah Yixing berusaha memisahkan Yoo Mi dari tiga gadis yang mengeroyoknya. Mereka mendorong dan menjambak rambut Yoo Mi secara brutal.

Yixing berdiri diantara Yoo Mi dan fans Taemin.

“Siapa kau? Jangan ikut campur!” Kata salah satu dari mereka.

“Aku pacarnya.” Yixing menjawab lantang. Ketiga gadis itu mencibir sinis.

“Jangan pernah menganggu Yoo Mi lagi! Kalian hanya berani menggeroyok saja. Dasar pengecut!”

Ketiga gadis itu saling menatap, tidak mengerti apa yang dikatakan Yixing. Yah, Yixing menggunakan bahasa Mandarin saat mengatakannya.

“Ayo pergi.” Ajak salah satu dari mereka. Mereka memilih pergi karena malas meladeninya dan juga tidak mengerti perkataan Yixing.

Setelah memastikan mereka pergi, Yixing berbalik. “Kau tidak apa-apa?” Tanyanya.

“Aku tidak apa-apa.” Yoo Mi tersenyum lalu merapikan rambut dan bajunya. “Syukurlah kau segera datang.”

Yixing mengajak Yoo Mi mampir ke kedai ddeokbokki di dekat tempat latihannya. Meskipun tempatnya kecil, setidaknya lebih baik daripada diluar dengan udara dingin. Yoo Mi menceritakan kejadian tadi, karena Yixing menanyakannya. Dalam hati, Yixing menyalahkan dirinya karena tidak bisa melindungi Yoo Mi. Seharusnya dia bisa menjaga gadis itu.

“Seharusnya aku tidak membiarkanmu menunggu diluar gedung. Kau pasti kedinginan. Maafkan aku.”

“Bukan salahmu.” Ucap Yoo Mi.

“Tentu saja aku bersalah, Yoo Mi-ah. Andai saja aku tidak membiarkanmu disana, pasti gadis-gadis itu tidak akan menganggumu. Dan ka―”

Yoo Mi menjejalkan ddeokbokki ke mulut Yixing, memaksanya untuk diam. Gadis itu menjejalkan lagi saat Yixing hendak berkata lagi. Ia mengerang protes, tapi Yoo Mi malah tersenyum dengan jahil, sedangkan Yixing kualahan mengunyah karena mulutnya penuh dengan ddeokbokki.

“Jangan selalu menyalahkan dirimu untuk sesuatu yang tidak kau lakukan, mengerti?”

Yixing mengangguk saja, lagipula ia masih sibuk mengunyah makanan dalam mulutnya.

“Aigoo, anak baik. Makanlah yang banyak, eoh?” Katanya sambil mengacak rambut Yixing. Apa dia pikir Yixing adalah adiknya? Astaga.

Mereka berdua menikmati ddeokbokki sambil belajar. Yoo Mi mengajari lebih banyak kosakata bahasa Korea pada Yixing. Gadis itu meminta Yixing untuk mengulangi apa yang dia katakan. Yixing sangat penurut dan bersemangat dalam mempelajarinya. Bahkan ia tekun mencatat apa yang diajarkan oleh Yoo Mi. Lelaki itu kini mengerti maksud dari nasihat gurunya yang mengatakan bahwa jika Yixing ingin menguasai bahasa Korea dengan cepat, maka sebaiknya ia memiliki pacar. Ia merasa beruntung memiliki Yoo Mi yang mau mengajarinya dengan sabar. Karena Yixing sangat buruk dalam mengingat dan mengucapkan kata dalam bahasa Korea. Padahal, salah pengucapan akan membuat arti dari suatu kata menjadi berbeda.

Ibu Yoo Mi menelpon, mengingatkan bahwa sudah hampir larut malam. Waktu terasa berjalan cepat. Mereka keluar dari kedai setelah membayar, lalu menuju halte untuk menunggu bus. Beruntung sekali mereka, bus datang tepat saat mereka sampai di halte. Jadi mereka tidak perlu menunggu lama.

“Yoo Mi-ah, mau mendengarkan musik?” Yixing menawari. Gadis itu mengangguk.

Lelaki itu mengeluarkan earphone dari tasnya, tapi dia tidak menemukan mp3 player miliknya.

“Lupa lagi?” Tebak Yoo Mi.

Yixing meraba tengkuknya. “Sepertinya begitu.”

Gadis itu mengatupkan bibir, memaklumi. begitulah ciri khas Yixing, pelupa. Akhirnya mereka mendengarkan musik dari ponsel Yixing. Mereka berbagi earphone, karena lebih menyenangkan mendengar lagu bersama. Kali ini lagu ‘Hug’ yang dinyanyikan oleh Dong Bang Shin Ki menemani perjalanan mereka.

**

“Jwisonghamnida.” Kata Yixing, meminta ijin pada pelatihnya untuk mengangkat telepon. Ia merasa tidak enak pada teman-teman dan pelatihannya, karena suara dering ponselnya sejak beberapa menit yang lalu. Ia berjalan kebagian belakang ruang latihan dan menjawab telepon itu.

“Yoboseo…”

“Kenapa baru kau jawab teleponku? Apa kau sudah mulai melupakanku? Memangnya kau sedang apa?” Yoo Mi langsung memberondongnya dengan pertanyaan disertai nada bicara ketus.

“Mian…mian.” Satu tangan Yixing menutup mulut, agar pembicaraannya tidak terdengar yang lain. “Aku sedang sibuk latihan koreografi.”

“Benarkah? Kau tidak bohong ‘kan”

“Tentu saja aku tidak berbohong. Ada apa menelpon?”

“Apa kau ingat ini hari apa?”

“Hari Rabu.” Jawabnya polos.

Terdengar Yoo Mi mendesah frustasi. “Kau lupa atau memang tidak tahu?”

“Aku benar-benar tidak tahu, Yoo Mi-ah.”

“Yyaa! Zhang Yixing, apa yang kau lakukan? Cepat kemari!” Perintah pelatihnya, menyuruh Yixing segera kembali berlatih. Pelatih terlihat tidak senang karena Yixing mengulur waktu latihannya.

“Ne.” Jawabnya sambil membungkuk beberapa kali meminta maaf.

“Suara siapa itu?” Tanya Yoo Mi saat mendengar seseorang memanggil Yixing. “Apa kau bersama dengan perempuan lain? Kau berbohong padaku!” Gadis itu mulai merajuk curiga lagi, membuat Yixing menghela nafas berat.

“Bukan, tadi suara pelatih kami. Aku harus kembali latihan, nanti aku akan menelponmu. Bye…” Yixing menutup teleponnya begitu saja tidak mempedulikan Yoo Mi yang masih belum selesai bicara. Dia menonaktifkan ponselnya agar tidak mengganggu konsentrasinya saat latihan.

Yixing menyelonjorkan kakinya dan bersandar kaca besar di ruang latihan. Peluh membasahi wajah dan kaosnya. Ia benar-benar lelah. Bukan hanya lelah secara fisik tapi juga lelah secara mental. Pelatih koreografi memarahinya habis-habisan, karena dia banyak melakukan kesalahan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mendengarkan dan menuruti nasihat pelatihnya. Toh, yang dikatakan pelatihnya memang benar, konsentrasinya memburuk akhir-akhir ini. Sepertinya dia harus lebih meningkatkan intensitas berlatihnya.

Bukan hanya di kelas koreografi, kelas vokal pun tidak jauh berbeda. Pelatih vokal mengomeli dirinya karena penampilan buruknya yang tidak dapat menjangkau nada tertentu. Pelatih itu mengatakan bahwa presentase nada yang benar dalam lagu yang dinyanyikan Yixing hanyalah 30%. Berarti dia melakukan kesalahan sebanyak 70%. Benar-benar buruk.

Yixing mengacak frustasi rambutnya. Dia sungguh frustasi. Kepalanya berdenyut keras. Rasanya ingin menangis saja, karena banyak hal yang tidak berjalan dengan baik akhir-akhir ini. Perkembangan kemampuannya sangat lambat jika dibandingkan trainee lain, membuatnya banyak mendapat keluhan dari beberapa pelatihnya. Dan juga dia sangat merindukan kampung halamannya, Changsa. Ia rindu pada keluarganya, kakek, nenek, ibu, dan ayahnya. Dan yang paling yang membuatnya gelisah adalah sikap Yoo Mi akhir-akhir ini. Gadis itu semakin sulit dimengerti, kadang Yoo Mi bisa sangat senang namun seketika berubah mengomel tidak jelas. Yixing memaksakan dirinya untuk memahami Yoo Mi, mungkin suasana hati Yoo Mi seperti itu karena ia tertekan dengan berbagai kegiatan yang harus ia jalani sebagai seorang mahasiswa. Yah, Yoo Mi sekarang adalah mahasiswa jurusan design graphic di salah satu universitas di Seoul.

Kris menghampirinya sambil memberikan sebotol air dingin. Yixing menggumamkan terima kasih dan dibalas anggukan singkat oleh Kris. Kemudian lelaki jangkung itu duduk disebelah Yixing. “Kenapa?” Kris bertanya. Karena sempat melihat Yixing mengacak rambutnya lalu diam termenung. Ia tahu sahabatnya ini sedang menyimpan beban.

Yixing menghela nafas, tidak langsung menjawab pertanyaan Kris.

“Ceritakan saja, mungkin aku bisa membantumu.” Bujuk Kris.

Yixing meneguk air pemberian Kris, kini tenggorokannya tidak lagi kering. “Aku tidak tahu harus mulai menceritakan dari mana.”

Kris mengangkat sebelah alisnya. “Yoo Mi?” Tebaknya, diikuti angukan dari Yixing, mengiyakan tebakan Kris.

“Aku mulai tidak mengerti dengan Yoo Mi.” Yixing membuka suara. “Dia sering tiba-tiba marah tanpa sebab. Tidak lama ia kembali menjadi Yoo Mi yang ceria. Ada suatu saat ia bilang tidak menginginkan sesuatu, padahal dia sebenarnya sangat menginginkan hal itu. Dan juga sebaliknya, dia bilang menginginkan sesuatu itu, padahal dia sesungguhnya tidak menginginkannya. Ketika kami kencan dan hendak memesan makanan, saat aku menanyakan dia ingin makan apa dia bilang ‘terserah’. Tapi kemudian Yoo Mi mengeluh tidak menyukai makanan yang sudah kupesan. Bahkan tadi dia mengira aku membohonginya. Hassh, aku benar-benar tidak memahami dia.”

Kris mengatupkan bibir, mendengarkan cerita Yixing dengan seksama. Dia paham dengan apa yang dialami Yixing. Karena dia juga pernah mengalaminya. Tentu saja karena dia memiliki banyak pengalaman dengan banyak perempuan.

“Yixing, itulah yang namanya ‘perempuan’. Perempuan memang sulit dipahami oleh lelaki. Karena tidak ada yang sempurna dimata mereka, dan mereka akan selalu menuntut lebih dan lebih.”

“Lalu aku harus bagaimana?”

“Buat Yoo Mi nyaman dan tunjukkan bahwa kau bisa dipercaya. Lakukan apa yang dia lihat darimu, dan katakan apa yang ingin ia dengar. Kau ingin tahu apa yang seorang perempuan ingin lihat dan dengarkan?”

Yixing mengangguk. Tentu saja dia ingin tahu, bahkan sangat ingin tahu. “Beritahu aku, Kris.” Pintanya.

“Kekasihnya dan pujian dari kekasihnya.”

“Maksudnya?” Yixing belum paham, lalu Kris menjelaskan padanya. “Seorang perempuan ingin selalu bertemu dengan kekasihnya, melihat kekasihnya sesering mungkin. Dan ketika bertemu kekasihnya, perempuan berharap kekasihnya akan mengatakan hal yang baik tentangnya, misalkan mengatakan dia cantik atau memuji pilihan pakaiannya saat bertemu.”

“Jadi itu yang selalu kau lakukan pada gadis-gadis yang kau kencani. Pantas saja mereka luluh dalam pelukanmu.” Puji yang setengah menyindir meluncur dari bibir Yixing.

Kris mengangkat kedua bahu. “Dan satu lagi, kau harus sangat bersabar menghadapi pacarmu. Karena pikiran perempuan lebih rumit daripada yang kau bayangkan.”

“Baiklah. Terima kasih atas sarannya, Kris.”

“Oke. Karena kau sangat pelupa, aku sarankan kau tidak lupa pada apa yang sudah aku katakan. Sebaiknya kau telepon Yoo Mi.”

Telepon?

Yixing menepuk keningnya, baru ingat kalau dia menonaktifkan ponselnya. Buru-buru ia mengambil ponsel itu lalu beranjak dari lantai. “Kris, aku pergi dulu. Sekali lagi, terima kasih.” Pamitnya, kemudian meninggalkan ruang latihan dalam sekejap mata.

Kris menyesap minumannya. “Semoga beruntung, kawan.”

Dugaan Yixing terbukti benar saat beberapa pesan masuk ke ponsel begitu ia mengaktifkannya. Semuanya dari orang yang sama, Lee Yoo Mi. Yixing membuka pesan itu sambil berjalan cepat menuju halte.

“Astaga, dia pasti marah lagi padaku.” Gerutunya.

Ia mencoba menelpon, namun Yoo Mi tidak mau mengangkatnya. Gadis itu benar-benar marah padanya. Akhirnya Yixing beralih menelpon Min Ah. Karena Min Ah adalah sahabat terdekat Yoo Mi yang juga masuk di universitas yang sama dengan Yoo Mi. Syukurlah Min Ah mengangkat teleponnya.

“Yoboseo? Min Ah-ya, apa kau tahu Yoo Mi dimana?”

**

Yoo Mi menempati salah satu meja di perpustakaan umum untuk mengerjakan tugasnya. Dia hanya melirik sekilas ponselnya yang tergeletak di meja. Ponsel itu bergetar lagi dan menampilkan nama Yixing. Ia sama sekali tidak berniat mengangkatnya. Ia sebal karena Yixing menonaktifkan ponselnya, membuatnya berpikir Yixing sedang menghindarinya. Namun, ponsel Yixing aktif kembali sekitar 1 jam yang lalu. Yoo Mi tahu karena 1 jam yang lalu Yixing berkali-kali mencoba menelponnya. Tapi gadis itu tidak bergeming untuk menjawabnya. Setelah 1 jam berlalu, Yixing mencoba menelponnya lagi. Untung saja ia mengatur ponsel itu dalam mode silent, jadi tidak mengganggu orang lain yang sedang ada di perpustakaan.

“Kenapa tidak menjawabnya?”

Yoo Mi menoleh pada suara yang tiba-tiba muncul dari sampingnya. Ia terkejut dengan kehadiran Yixing yang berdiri didepan matanya sambil menempelkan ponsel di telingganya.

“B-bagaimana kau―?”

“Min Ah yang memberitahuku.” Ucapnya sambil menarik kursi lalu duduk tepat disebelah gadis itu.

Gadis itu mendengus pelan. Dasar Min Ah, seharusnya aku memperingatkannya. Batinnya.

Yoo Mi membuang muka, pura-pura menenggelamkan mata pada buku dihadapannya. Yixing hanya menghela nafas. Dia bertanya-tanya, apa benar yang dikatakan Kris sebelumnya bahwa perempuan ingin sering melihat wajah kekasihnya? Kenyataannya, Yoo Mi malah membuang muka karena enggan melihatnya.

“Yoo Mi…”

“Ehm?”

“Bisa kita bicara?”

“Ehm.” Lagi-lagi respon yang sama dari Yoo Mi, seolah enggan dan malas berbicara membuat Yixing mengeratkan giginya. Gadis ini benar-benar…

“Bisakah kau menatapku saat bicara.”

“Ehm.”

Kesabaran Yixing sudah mendekati batas. Ia menutup paksa buku dihadapan Yoo Mi, membuat gadis itu menatapnya tajam. Bagus. Dengan begitu kini Yoo Mi mau menatapnya.

“Mwoya?!” Yoo Mi tanpa sadar tidak mengontrol suaranya. Ia baru sadar saat salah satu pengunjung perpustakaan menegurnya karena berisik. Akhirnya Yoo Mi mengajak Yixing untuk keluar, daripada ada buku melayang ke kepalanya karena mengganggu ketenangan.

“Aku tidak ingin mendengar apapun darimu, Yixing.” Sergah Yoo Mi sambil menutup kedua daun telingganya.

Yixing mengepalkan tangannya, berusaha menahan egonya. Bagaimana bisa ia mengajak Yoo Mi berdamai, sementara gadis itu terus mengacuhkannya. Lelaki itu menarik nafas sebelum berbicara.

“Yoo Mi… Tolong dengarkan aku sekali saja.” Pintanya memelas. Seperti nasihat dari Kris, lelaki harus lebih banyak mengalah dan bersabar menghadapi kekasihnya.

“Apalagi yang harus aku dengarkan? Kau bahkan tidak ingat ini hari apa!”

“Baiklah…baiklah. Ini semua memang salahku.” Dalam hatinya, Yixing sungguh tidak tahu apa kesalahan yang telah diperbuatnya. Bahkan ia tidak tahu jawaban dari pertanyaan Yoo Mi. Karena seingatnya, hari ini bukanlah hari ulang tahun Yoo Mi. Jadi, hari penting apa yang dimaksud gadis itu?

“Ya. Memang semuanya salahmu. Kau melupakan hari penting kita. Kau jarang menelponku, dan saat aku menelponmu ternyata kau sedang bersama orang lain. Kau juga menonaktifkan teleponmu agar aku tidak bisa menghubungimu, begitu ‘kan?” Kata-kata itu meledak begitu saja dari mulut Yoo Mi. Nafasnya tersengal setelah melampiaskan kekesalannya.

“Kau salah paham, Yoo Mi. Karena itu aku ingin menjelaskannya. Jadi, kumohon dengarkan aku.” Yixing memegang kedua bahu Yoo Mi, agar gadis itu tetap disana dan mendengarkannya. “Pertama, aku meminta maaf karena benar-benar tidak tahu hari penting apa saat ini. Aku sudah berusaha mengingatnya, tapi tetap saja aku tidak tahu. Kedua, aku jarang menelponmu karena aku sedang sibuk latihan, karena pelatih menambah waktu latihan untuk kami. Suara yang kau dengar tadi adalah suara pelatih dan teman-temanku, bukan seseorang yang kau bayangkan. Ketiga, aku menonaktifkan ponselku agar aku lebih berkonsentrasi saat berlatih. Sehingga aku dapat menyelesaikan latihanku dan bisa segera menemuimu.”

“Tepat di hari ini adalah hari ke-200 kita berpacaran.” Ia akhirnya memberitahu karena sejujurnya Yoo Mi tidak tega melihat Yixing dengan wajah bersalah seperti itu. Hanya saja, gadis itu terlalu gengsi untuk langsung mengatakannya.

Kening Yixing berkerut dalam. Astaga, jadi karena hal seperti itu Yoo Mi marah padanya. Dia tidak habis pikir. Ia menarik nafas dalam. “Aku minta maaf karena melupakannya.”

Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari saku, 3 buah lollipop yang diikat jadi satu dengan pita merah jambu. “Untukmu.” Yixing menyodorkannya. Yoo Mi menerima dengan ragu-ragu.

Gadis itu mendongak. “Apa kau sedang menyuapku?”

“Ya. Aku sedang menyuapmu, agar kau memaafkanku.”

“Tsk! Tidak semudah itu.” Dengusnya.

“Haruskah aku melakukan ini?” Yixing mulai memainkan aegyo. Berpose imut dengan tangan dan wajahnya, apalagi lesung pipinya. Aegyo Yixing membuat Yoo Mi melupakan kekesalannya. Tanpa sadar gadis itu tersenyum. Yixing pun ikut tersenyum. Harus diakui bahwa Yoo Mi sangat merindukan senyum itu.

“Kau tidak marah lagi kan?”

Yoo Mi mengendikkan bahu. “Entahlah…”

Kilatan jahil muncul di mata Yixing. Ia menarik tubuh Yoo Mi dalam pelukannya. Dan mendekap erat, tidak mempedulikan aksi protes Yoo Mi yang terkejut karena tindakannya yang begitu tiba-tiba. Kris memberitahunya bahwa perempuan sangat menyukai pelukan dan…

Yixing menggeleng menepis kata terakhir yang tadi Kris katakan. Dia tidak akan melakukannya, pelukan saja dirasa sudah cukup.

Yoo Mi melingkarkan kedua tangannya di pinggang Yixing, menunjukkan bahwa dia sudah tidak menolak pelukan itu. Yixing memejamkan mata saat aroma strawberry itu menggelitik hidungnya. Aroma gadis yang ia sayangi. Lelaki itu menyadari satu hal bahwa seberapa pun menyebalkan gadis ini, ia tetap merindukannya dan ingin selalu ada didekatnya.

“Terima kasih.”

Mata mereka bertemu saat pelukan itu terlepas. Tatapan yang lembut dan hangat. Yixing memperhatikan tiap inchi bagian wajah gadis itu. Kening…mata…hidung…bibirnya. Semuanya cantik.

Yoo Mi hanya membeku saat diperhatikan oleh Yixing dari jarak sedekat ini. Ia tidak berani menatap mata Yixing, sehingga memilih menurunkan pandangannya. Dan bola matanya berhenti saat menatap bibir Yixing. Bagian bibir bawah yang tebal, membuat bibir lelaki ini terlihat seksi.

Gadis itu mengerjap cepat saat tangan Yixing menyentuh dagunya, perlahan mengangkat wajah Yoo Mi. Jantungnya berdetak cepat, sangat cepat. Ia tidak tahu apa yang akan Yixing lakukan. Akal sehat Yoo Mi menyuruhnya untuk menghentikan Yixing, agar dirinya tidak terkena serangan jantung mendadak. Gadis itu mencoba menahan dada Yixing dengan tangannya. Namun ia tertegun saat merasakan detak jantung Yixing sama kerasnya dengan dirinya. Lelaki ini sama gugupnya dengan Yoo Mi.

“Hadiah untuk hari ke-200 kita.”

Bagaikan ada sengatan listrik dalam perut Yoo Mi saat mendengar kalimat Yixing. Gadis itu memejamkan mata saat Yixing mendekatkan wajahnya. Ia tidak memiliki kepercayaan diri untuk melihatnya. Yoo Mi menggenggam erat kaos Yixing saat merasakan sesuatu menempel dibibirnya. Yixing mengecup bibir Yoo Mi dengan lembut.

**

Lee Yoo Mi berjalan cepat dengan tangan mengepal. Wajahnya terlihat tidak senang, bahkan jelas terihat marah. Ia marah dan kecewa pada Yixing yang tidak menepati janjinya. Yixing mengajaknya untuk berkencan hari ini. Namun Yixing tidak kunjung datang. Parahnya, dia membiarkan Yoo Mi menunggunya lebih dari 3 jam di tempat mereka akan bertemu. Dan juga, ia tidak bisa menghubungi Yixing. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang saja.

Kekesalannya sudah sampai diubun-ubun, hingga airmatanya tumpah menggenangi pipi. Setidaknya Yixing akan menghubunginya jika membatalkan acara mereka. Harap Yoo Mi. Tapi kenyataan berbeda jauh dari harapannya. Yixing tidak muncul, tidak memberi kabar, bahkan tidak bisa dihubungi.

“ish!” Umpatnya sambil menyeka airmata dengan punggung tangannya. Yixing sudah keterlaluan.

Ponsel Yoo Mi berdering. Tumben Kris menelponnya. Yoo Mi sama sekali tidak menyangka. Gadis itu berdehem mengatur pita suara sebelum menjawabnya.

“Ya, Kris. … Ada apa?” Tangan dan kaki Yoo Mi terasa lemas. Namun ia tetap berusaha menggenggam ponselnya untuk mendengar penjelasan dari Kris.

*

Yoo Mi berada dalam taksi menuju rumah sakit. Berulang kali ia menyuruh sopir taksi untuk mempercapat kendaraan itu. Ia panik, cemas, takut, semua bercampur dalam dadanya. Ia tidak bisa membendung airmatanya. Bagaimana bisa ini terjadi?

Ia makin terisak ketika teringat lagi pada apa yang dikatakan Kris.

“Yixing sekarang ada di rumah sakit Woo Su. Dia mengalami kecelakaan.”

***

To be continued…

Filed under: romance Tagged: Lay EXO, wu yifan

Show more