2015-08-04

Kris Wu, Kim Tae Ri (OC) & Others || Romance, Action || PG17

Disclaimer: All the cast are from God, except the OC my imagination and the story line too. Sorry for typo. No copy, I hate plagiat

Irnacho, © 2015

***

Mafia couple. Semua teman-teman di universitasnya menyebutnya begitu. Siapa yang tidak kenal dengan Kris Wu? Keturunan dari bos mafia terbesar di Jepang. Yoshinori Watanabe, pemimpin Yamaguchi-gumi family. Bahkan mesin pencari internet pun mengenalnya. Mereka biasa menyebutnya Yakuza. Kelompok mereka sudah tersebar di berbagai penjuru dunia. Bukan hanya di Jepang, China dan Korea, di Amerika pun mereka memiliki markas di sana. Bahkan kini kelompoknya mulai menyebar ke negara-negara asia tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.

Siapa yang tidak tahu Yakuza? Sebuah organisasi kejahatan terstruktur di Jepang. Bandit kelas kakap berhati iblis. Kejam dan menyeramkan. Semua orang mengetahui keberadaan mereka. Namun bukan hanya kejahatan mereka yang terkenal, jiwa sosial mereka yang begitu tinggi tidak kalah terkenalnya. Mereka rutin menyumbangkan harta mereka untuk panti asuhan, warga kurang mampu, sekolah atau Universitas dan sebagainya. Bahkan saat tsunami besar terjadi di Jepang, mereka relawan utama yang menyumbangkan bantuannya. Seperti itulah cara mereka hidup. Melakukan pencucian uang dari hasil memeras pengusaha-pengusaha dan kejahatan lainnya. Permainan mereka terlalu bersih hingga aparat kepolisian pun terlalu sulit untuk menangkap mereka, karena tidak adanya bukti yang kuat.

Sama halnya dengan Kim Taeri, seorang gadis yang juga berasal dari keluarga Yakuza. Namun mereka berbeda kelompok. Jika Kris bagian dari Yamaguchi-gumi, Taeri berasal dari Sumiyoshi-kai. Kelompok yang sama kuatnya dan juga terkenal. Ayahnya adalah orang kepercayaan Takashi Nao. Ketua kelompok Kanan Shokunjuku. Yang bekerja untuk Sumiyoshi-kai. Dan bukan sebuah rahasia lagi jika kedua kelompok itu saling bermusuhan. Memperebutkan siapa yang terkuat dan siapa yang paling berkuasa.

Namun permusuhan dua kelompok mafia besar itu tidak membuat mahasiswa di Universitas mereka berhenti membicarakan kecocokan dua orang yang terkenal di kampusnya itu. Mereka melihat Taeri dan Kris layaknya sebagai pasangan. Semua mengenal mereka, bukan karena mereka di idolai dan di kagumi. Tapi lebih di segani. Kris yang dingin dan tidak pernah menampakan senyumnya, walau banyak gadis yang terpesona akan ketampanannya. Tapi banyak dari mereka tidak ada yang berniat menjalin kasih dengannya. Begitu pun dengan Taeri. Walaupun gadis itu terlihat supel dan pandai bergaul. Tidak ada satu pun laki-laki di Universitasnya yang menginginkannya menjadi kekasih mereka. Walau kecantikan gadis itu tidak bisa di ragukan. Hanya satu jawabannya. Mereka tidak ingin berurusan dengan mafia. Menyeramkan.

Semua orang terbuka pada Taeri maupun Kris. Semuanya tersenyum dan bersikap ramah. Menunjukan jika mereka adalah teman yang baik. Tapi siapa yang tahu saat di belakang? Mereka bahkan mencibir keduanya. Sangat berbeda jauh jika berhadapan langsung, mereka akan menunjukan wajah bak malaikat. Benar-benar topeng yang sempurna.

Sebanyak apapun organisasi sosial yang mereka jalankan atau besarnya sifat relawan mereka, dan rasa prihatin mereka kepada orang-orang yang kesusahan. Tetap saja, bagi mereka Yakuza adalah kelompok yang kejam dan menyeramkan.

Seperti saat ini, Kris berjalan dengan wajah dingin dan tatapan datarnya. Khas seorang Kris. Semua orang tahu bagaimana dia. Bukan sombong, memang seperti itulah pribadinya. Pendiam dan tidak banyak bicara. Sekilas melihatnya memang terlihat sedikit angkuh, tapi kau akan tahu betapa hangatnya seorang Kris jika sudah bicara dengannya.

Seperti biasa, dia selalu menjadi pusat perhatian setiap orang. Terutama para gadis. Semua tersenyum dan menyapanya. Tapi setelah itu membicarakannya saat pria itu sudah menjauh. Kris sebenarnya tahu bagaimana sikap orang-orang di sekitarnya, tapi dia tidak mau ambil pusing. Untuk apa peduli pada hal yang tidak penting. Menurutnya sangat membuang-buang waktu. Itu hak mereka untuk suka ataupun tidak. Selama mereka tidak mengganggunya Kris akan tetap diam.

Kakinya melangkah dengan pasti menuju suatu tempat. Tepat di ujung koridor Universitas dia berbelok kemudian menaiki anak tangga yang di temuinya satu persatu. Kini senyumnya tercetak jelas saat langkahnya hampir mendekati tempat tujuannya. Di bukanya pintu yang ada di depannya dengan pelan. Membuat angin langsung menerpa wajahnya begitu saja.

Kris menutup pintu itu dan berjalan masuk. Senyumnya semakin lebar saat mendapati tubuh seorang gadis yang sedang berdiri membelakanginya. Gadis itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Kris. Dia hanya diam dan tetap pada posisinya, menumpukan kedua sikunya pada pagar pembatas atap sambil menatap lurus kedepan. Tiupan angin menerbangkan sebagian rambutnya. Dan hanya satu yang ada di pikiran Kris saat melihat pemandangan itu. Indah.

Betapa Kris sangat mengagumi sosok gadis yang kini tengah berdiri membelakanginya. Kekasih lebih tepatnya. Dia melangkah semakin cepat dan melingkarkan tangannya pada pinggang ramping itu saat dirinya sudah sampai tepat di belakangnya. Membuat gadis itu sedikit tersentak dan menolehkan kepalanya.

“Kris, kau mengagetkanku.” Kris tersenyum dan meletakan kepalanya di bahu kekasihnya itu.

“Sudah lama menunggu?”

“Cukup lama untuk menghabiskan satu batang rokok milik ku.” Kris mengernyit tidak suka.

“Hey, aku sudah mengatakan padamu untuk berhenti merokok. Itu tidak baik untuk kesehatanmu.”

“Aku sedang berusaha. Tidak bisa langsung berhenti begitu saja.”

“Aku tidak peduli. Pokoknya mulai sekarang jangan menyentuh barang itu lagi.” Gadis itu menghela napasnya.

“Baiklah. Aku mengerti.” Kris semakin mengeratkan pelukannya. Mengecup puncak kepala kekasihnya sebelum berkata.

“Aku hanya ingin kebaikan untukmu.” Gadis itu mendengus.

“Tidak pernah ada kebaikan dalam hidupku, Kris. Kau tahu dengan jelas aku di besarkan dalam lingkungan keluarga yang seperti apa.”

“Hey, berhenti bicara seperti itu. Aku tidak suka mendengarmu mengasihani dirimu sendiri.”

“Aku tidak mengasihani diriku.” Bantahnya cepat. “Tanpa di kasihani pun hidupku sudah cukup menyedihkan.”

“Kim Taeri!” Kris mulai geram.

Dia melepaskan pelukannya dan membalikan tubuh kekasihnya itu, memaksa untuk menatapnya. Gadis yang banyak menjadi bahan pembicaraan di universitasnya, dan sering di sanding-sandingkan dengan Kris. Siapa yang sangka jika mereka benar-benar menjalin hubungan. Tidak ada satu pun yang mengetahui jika kedua orang itu sudah cukup lama menjadi sepasang kekasih. Tidak akan ada yang menyangka jika cerita-cerita yang selama ini mereka anggap bualan ternyata benar. Mereka tahu benar bagaimana buruknya hubungan antara dua kelompok keluarga itu. Dan tidak pernah ada dalam pikiran mereka jika kedua anaknya justru menjalin cinta. Mereka memang sering menyanding-nyandingkan keduanya. Tapi bukan sebagai pasangan dalam arti seseungguhnya, melainkan hanya sekedar mencocokan saja. Karena mereka sama-sama dari keluarga mafia terkenal.

Taeri belum menatap Kris, gadis itu masih menunduk. Kris menyentuh dagu Taeri dan mengangkatnya perlahan agar dia bisa melihat wajah gadisnya itu. Dan inilah yang paling Kris benci. Saat melihat tatapan putus asa dan kesakitan dalam mata Taeri.

“Aku lelah Kris. Aku lelah hidup seperti ini. Aku ingin menjadi gadis biasa, bukan gadis keturunan mafia kejam yang di benci semua orang. Aku muak dengan kepalsuan mereka.”

“Sudah ku bilang berapa kali? Berhenti mempedulikan apa kata orang.”

“Tapi itu membuatku terganggu.” Taeri mengerucutkan bibirnya kesal. Kris tersenyum geli melihat tingkah kekasihnya ini. Membuatnya gemas dan akhirnya melayangkan kecupan singkat pada bibirnya.

“Sudah tidak usah dipikirkan. Apapun kata orang, kau tetap yang terbaik untukku.”

Taeri menyipitkan matanya menatap Kris. “Apa kau sedang mencoba merayu ku?”

Kris mengangkat salah satu alisnya. “Menurutmu?”

“Sepertinya memang begitu.” Taeri menyilangkan tangannya didepan dada. Memicing menatap Kris. “Dan aku sudah bisa menebak ucapanmu selanjutnya. Kau pasti ingin meminta maaf karena tidak datang semalam.”

Kris terkekeh mendengar jawaban Taeri. “Wah, ternyata sekarang kau sudah mulai mengertiku, hm? Kau benar, maafkan aku soal semalam.”

Taeri mendengus lalu membuang tatapannya ke samping. Pria itu tahu, kini gadisnya tengah merajuk. “Kau bahkan tidak mengangkat teleponku. Dan tidak membalas satu pun pesanku.”

Kris menghela napasnya. Bagaimana cara dia menjelaskannya? Dia takut Taeri tidak percaya dan malah semakin mencurigainya. Sedikit susah sebenarnya menghadapi Taeri jika sudah marah. Salahkan saja si tiang listrik, Park Chanyeol, yang memaksanya untuk ikut acaranya dan menahan ponselnya agar dia tidak pulang.

“Honey, aku punya alasan untuk itu. Chanyeol menahan ponselku. Kau tahu benar bagaimana kebiasaan jeleknya itu.”

“Itu bukan alasan, Kris. Kau bisa meminjam ponsel temanmu yang lain. Hanya sekedar memberi kabar padaku. Itu tidak lama.”

Benar, bukan? Gadis itu tidak akan mengerti.

“Baiklah. Aku mengaku salah. Oke, maafkan aku.” Taeri memutar bola matanya jengah.

“Lalu, kemana kau semalam?”

“Hanya ke tempat biasa. Chanyeol baru saja mendapatkan gadis untuk mainan barunya. Dan dia mengajak kami untuk berpesta.” Ucapan Kris sukses membuat tatapan tajam Taeri mengarah padanya.

“Jadi kau masih sering datang ke club?”

Matilah Kris saat ini. Salahkan saja lidahnya yang tidak bisa mengerem saat bicara tadi. Dia merutuki kebodohannya sendiri.

“Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Aku…uhm aku…” Kris bingung ingin mencari alasan yang bagaimana agar Taeri bisa percaya.

“Kris, kau tahu kan aku tidak suka dibohongi?” Nada suaranya kini terdengar sangat menusuk. Damn! Harusnya dia tidak bicara kelepasan seperti tadi. Kris akhirnya menghela nafas pasrah. “Kau sudah berjanji padaku untuk tidak datang ke tempat seperti itu lagi.” Lanjut Taeri terdengar kecewa.

“Oh, ayolah. Aku tidak melakukan apapun disana. Tidak ada satu pun gadis yang ku sentuh. Bahkan seujung jari pun. Satu-satunya gadis yang pernah ku sentuh itu hanya kau.”

“Tapi tetap saja. Matamu tetap tercemar karena melihat tubuh-tubuh sexy gadis malam itu.”

“Itu kan bukan keinginanku. Mereka ada disana dan aku memiliki kedua mata yang normal. Jadi itu kelihatan begitu saja, bukan karena disengaja.”

Wajah Taeri mulai memerah menahan emosi. Kris bisa melihat itu dengan jelas. Lagi-lagi mulutnya salah bicara yang berujung membuat gadisnya ini justru semakin marah padanya. “Itu sebabnya aku melarangmu datang kesana.”

Di pegangnya kedua bahu Taeri dan menatapnya dalam. “Dengar…” Serunya. “Mereka telanjang di depanku sekali pun aku tetap tidak akan bernafsu. Bukan karena aku tidak normal, tapi hasratku akan bekerja hanya pada gadis yang aku cintai. Kau mengerti?” Ucap Kris lembut.

Dan itu berhasil membuat emosi Taeri berangsur menurun. Tatapannya sudah tak setajam tadi. Tapi bukan berarti dirinya sudah memaafkan Kris dan melupakan pembicaraan ini begitu saja. Tidak sama sekali.

“Tetap saja aku tidak mau kau pergi ke tempat seperti itu lagi. Dan aku tidak suka tubuh-tubuh sexy itu mengotori matamu.”

Kris terkekeh geli. Gadisnya ini terlalu protective, terkadang memang sangat mengganggu. Tapi Kris menyukainya. Sangat menyukainya. Karena itu artinya Taeri begitu mencintainya dan tidak ingin kehilangannya, bukan? Sama seperti dirinya yang juga sangat mencintai gadis itu.

“I Know, i’m sorry.” Ucapnya. “…kali ini aku benar-benar berjanji tidak akan menginjak tempat itu lagi, sekali pun Chanyeol, Luhan, Tao atau yang lainnya memaksaku. Kau bisa pegang kata-kataku.” Kris membentuk tanda ‘V’ pada tangan kanannya. “…dan aku akan menutup mataku rapat seperti ini.” Kris pun memejamkan matanya. “…agar aku tidak bisa melihat wanita lain selainmu. Aku hanya akan membuka mataku jika didepanmu. Bagaimana?”

Kris tidak main-main. Dia serius tidak akan lagi pergi ke club. Sekali pun teman-temannya yang memaksa. Dia tidak ingin mengecawakan Taeri lagi. Dia tidak mau Taeri kembali marah padanya. Kebahagiaan gadis itu adalah segalanya untuknya. Mungkin akan sulit, mengingat kehidupan malam sudah menjadi bagian dari dirinya sejak dulu. Bahkan sejak dia menginjak bangku Junior High School. Karena memang seperti itu kehidupannya sebenarnya. Tentu tidak perlu di jelaskan bagaimana detailnya, Semua orang pun bisa menilai bagaimana kehidupan mafia berjalan. Tapi semenjak Taeri mengisi hari-harinya, kehidupannya berubah total. Dia merasa hidupnya lebih berarti karena adanya gadis itu. Dan tentu saja waktunya terlalu berharga jika hanya untuk dihabiskan sekedar dengan bermain judi, mabuk, atau mencari kepuasan dunia lainnya. Namun satu yang harus disayangkan, permusuhan dua kelompok mafia itu membuat kedua insan yang sedang dimabuk cinta ini harus menyembunyikan hubungannya jika tidak ingin ketahuan oleh keluarga masing-masing dan pada akhirnya dipaksa untuk berpisah. Karena sampai kapan pun Kris tidak akan pernah melepaskan Taeri. Apapun alasannya.

Senyuman itu tidak bisa ditahan lagi untuk merekah. Kedua sudut bibirnya tertarik dengan hati yang turut berbunga. Taeri tahu bagaimana besarnya cinta Kris padanya. Dia melarang Kris ini itu bukan karena dirinya tidak percaya pada pria itu. Tapi ya itu tadi, dia tidak rela mata kekasih tercintanya harus sering melihat tubuh-tubuh yang sengaja di umbar oleh pemiliknya. Dia yang seorang wanita saja jijik melihatnya.

Taeri mengalungkan tangannya pada leher Kris, mengecup bibir itu singkat. “Aku percaya padamu. Dan tidak perlu menutup matamu seperti tadi. Aku tidak mau orang-orang menganggapmu pria aneh.” Taeri terkekeh begitu pun dengan Kris.

“Aku tahu.” Jawab Kris. “Jadi kau sudah memaafkanku?”

Taeri pura-pura berfikir, membuat Kris gemas melihatnya. Lima belas detik berlalu Kris mulai tidak sabar. Pria itu berdecak. “Terserah, aku akan menganggap kau sudah memaafkanku”

Taeri baru saja ingin protes tapi bibirnya sudah lebih dulu di kunci oleh ciuman dari Kris. Kris menekan bibirnya di sana dan melumatnya lembut. Meski sempat terkejut tapi tidak membuat Taeri menolak. Taeri pun mengeratkan tangannya yang melingkar di leher Kris. Begitu pula dengan Kris, dia semakin menarik gadis itu ke arahnya hingga tidak ada lagi jarak yang tersisa. Semakin meperdalam ciumannya. Ciuman Kris yang sedikit menuntut dan belaian tangannya di punggungnya yang naik turun membuat desahan akhirnya lolos dari mulut Taeri.

Tangan Kris bergerak masuk kedalam kemeja biru milik Taeri. Menyentuh halusnya kulit Taeri di dalam sana. Saat tangan Kris semakin merangsek ke bagian tubuh atasnya, gadis itu segera melepaskan tautan bibir mereka dan menepis tangan Kris pelan.

Raut tidak suka dan kecewa tergambar jelas di wajah Kris. Taeri menggeleng saat Kris menatapnya dengan tatapan memohon. Mendapatkan gelengan dari kekasihnya tentu membuatnya kecewa, Kris menjatuhkan kepalanya di bahu kanan Taeri dan menghembuskan nafasnya disana. Sedangkan tangannya masih setia berada di pinggang Taeri.

“Kenapa?” Tanyanya dengan nada sedikit merengek. Kris mulai mengecupi leher putih Taeri. Mencoba memancing gadisnya kembali.

“Tidak, Kris…Ahhk” Kris menggigit kecil lehernya. Tangannya kembali masuk kedalam kemeja milik Taeri, tidak mempedulikan penolakan gadisnya itu.

“Kris!” Tegur Taeri sekali lagi. Tangan Kris berhenti bergerilya tapi dia belum berniat menjauhkan kepalanya dari lekukan leher Taeri.

“I miss you, Honey. Please…” Kris kembali memohon. Tapi lagi-lagi gelengan yang didapatinya.

“Tidak disini, Kris. Ini tempat terbuka. Kendalikan dirimu.”

Kris langsung mengangkat kepalanya dan memandang Taeri dengan mata berbinar. “Berarti jika tidak disini boleh?” Tanyanya antusias. “Aw! Yak! Kenapa memukulku?” Kris mengusap bahunya yang di pukul Taeri. Cukup kencang hingga membuatnya meringis.

Gadis itu mendengus malas. “Pervert.” Kemudian berjalan menjauh meninggalkan pria itu.

Kris terkekeh geli di tempatnya, tidak lama pria itu ikut menyusul. Sedikit berlari kecil untuk mensejajarkan tubuh mereka, hingga sebelah tangannya dapat melingkar di pinggang Taeri.

“Hey, siapa yang kau bilang pervert?” Taeri hanya memutar bola matanya jengah. Tidak berniat menjawab pertanyaan Kris. “Kau pikir kenapa aku seperti ini? Itu karena kau yang menggodaku.” Taeri menoleh, menatap Kris bingung. Tentu saja dirinya tidak terima jika di bilang dia yang menggoda Kris. Jelas-jelas Kris yang lebih dulu menciumnya.

Kris menyeringai, lalu mendekatkan wajahnya hingga sejajar dengan telinga Taeri. Kemudian berbisik disana. “Kau tidak ingat siapa yang sering menggodaku jika kita sedang diatas tempat tidur?”

Blush

Ucapan Kris sukses membuat wajah Taeri memanas seketika. Otaknya mulai berfikir. Benarkah selama ini dia sering menggoda Kris?

“Jadi, menurutmu siapa yang pervert disini?” Kris semakin melebarkan seringaiannya. Sungguh dirinya tidak bisa menahan tawa melihat rona merah yang kini tercetak di wajah cantik gadisnya. “Bahkan, rona merah di wajahmu saja membuatku benar-benar tergoda.” Lanjutnya.

Taeri masih diam mencerna ucapan Kris. Sebelum gadis itu sadar, Kris segera melesat pergi dari sana setelah mencuri satu kecupan pada bibirnya.

1 detik

2 detik

3 detik

“KRIIIIIIISS…..!!!”

Taeri berlari mengejar Kris yang sudah berada jauh di depannya. Sambil berlari Kris tertawa terbahak karena untuk kesekian kalinya dia berhasil mengerjai kekasih tercintanya tersebut.

♣ YAKUZA ♣

“Ya! Hyung, kau kalah.”

“Enak saja. Kau yang curang. Aku belum kalah.”

“Jangan curang Hyung, kau sudah kalah.”

“Aku belum kalah, Kai.”

“Jelas-jelas kau sudah kalah.”

PLAK… PLAK

Buku setebal kamus Korea-Inggris mendarat di kepala Chanyeol dan Kai. Membuat kedua pria itu mengusap kepalanya sambil meringis sakit. Mereka mendelik menatap temannya satu persatu.

“Ya! Siapa yang memukulku?” Kata Chanyeol.

“Aku.” Ucap Xiumin. “Wae?”

Chanyeol langsung menggeleng cepat-cepat dan menampilkan cengiran lebarnya. “Ani.”

“Jika kalian berisik lagi, buku ini akan lebih keras mendarat di kepala kalian.” Ucap Xiumin lagi. Chanyeol dan Kai hanya bisa mengangguk sambil menggerutu di dalam hati. Mungkin jika bukan Xiumin mereka akan membalas memukulnya dengan lebih keras. Selain yang paling tua di antara mereka, Xiumin memiliki tenaga yang kuat. Tentu saja mereka harus berfikir dua kali untuk melawannya.

“Kris dimana? Aku tidak melihatnya sejak tadi.” Xiumin menatap Luhan dan bertanya pada pria yang di beri julukan rusa itu. “Lu, kau tidak tahu? Bukannya hari ini kalian memiliki kelas yang sama?”

“Tadi saat selesai kelas dia langsung pergi, saat ku tanya mau kemana dia hanya bilang, nanti menyusul.”

“Mungkin sedang bersama Taeri noona.” Jawab Baekhyun tanpa mengalihkan perhatiannya pada ponsel di tangannya. Dia sedang fokus bermain game rupanya.

Baekhyun menghentikan permainannya dan menatap Chanyeol tiba-tiba. Membuat pria tinggi itu mengerutkan alisnya heran. “Wae? Kenapa menatapku seperti itu?”

“Chan-ah, sepertinya aku punya firasat buruk tentangmu hari ini.” ucap Baekhyun seraya memicingkan matanya. Meyakinkan sahabatnya itu jika ucapannya tidak main-main.

“Firasat buruk? Maksudmu?” Baekhyun hanya menggedikan bahunya dan berkata tak acuh. “Entahlah.” Kemudian kembali pada permainan di ponselnya. Seolah dia tidak pernah mengatakan apapun sebelumnya.

CTAK

“Aw…! YA!” Baekhyun menatap tajam Chanyeol sambil mengelus-ngelus kepalanya. “Kenapa memukulku?’

“Ucapanmu membuatku takut, kau tahu.”

“Aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan.” Jawab Baekhyun tidak mau kalah.

“Chanyeol-ah, sepertinya firasat Baekhyun benar.” Chanyeol menoleh menatap Chen dengan kerutan di dahinya. Sekali lagi merasa heran.

“Apa mak-“

Chen menunjuk seseorang -ah tidak, dua orang tepatnya- yang tengah berjalan ke arah mereka dengan dagunya. “Bersiaplah menerima nasib burukmu hari ini.” Lanjutnya kemudian terkekeh.

Mereka langsung mengerti saat melihat orang yang di tunjuk Chen. Membuat mereka ikut terkekeh, menunggu apa yang akan terjadi sebentar lagi. Tapi tidak dengan Chanyeol. Pria itu masih terlihat bingung.

“Taeri noona dan Kris hyung.” Jawab Chanyeol. “Ada apa dengan mereka?” Chanyeol menatap hyung-nya satu persatu berharap mendapatkan jawaban.

“Kau lupa apa yang kau lakukan pada Kris semalam?” Jawab Luhan yang sudah tidak bisa menyembunyikan tawanya.

Chanyeol berusaha mencerna ucapan Luhan. Yang dia lakukan pada Kris semalam? Memang apa yang dia lakukan? Seingat Chanyeol dia tidak melakukan apapun. Mereka hanya pergi ke club bersenang-senang seperti biasa lalu pulang. Apa lagi?

Chanyeol tampak berfikir. Yang dia lakukan pada Kris. Semalam. Chanyeol terus mencoba mengingatnya, mungkin ada yang terlupakan olehnya.

Tunggu! Semalam dia memaksa Kris untuk ikut ke club bersama yang lainnya, walau pria itu sudah menolaknya tapi dia terus memaksa. Namun akhirnya Kris mau dan itu pun karena…Astaga!

Apa Taeri tahu semalam Kris pergi ke club? Pasti semalaman gadis itu tidak bisa menghubungi Kris karena dia menahan ponselnya. Mati kau, Yeol.

“Sepertinya aku harus mengucapkan selamat tinggal pada dunia.” Lirih Chanyeol. Namun suaranya itu masih bisa tertangkap jelas oleh teman-temannya dan itu membuat mereka semakin tertawa geli. Di sampingnya Baekhyun sudah tertawa keras sambil memegangi perutnya.

“Kau rasakan itu. Hahahaha…..” Chanyeol merengut melihat reaksi Baekhyun yang terlihat begitu senang.

“Kau jahat, Baek.” Ucapnya dengan wajah yang di tekuk. Persis seperti anak kecil yang sedang merajuk karena tidak di belikan lolipop kesukaannya. “Kalian jahat.” Katanya lagi pada teman-temannya yang lain.

Baekhyun meredakan tawanya, walau sebenarnya sangat sulit. Merangkul sahabatnya itu dan berkata dengan nada yang di buat seprihatin mungkin. “Jangan khawatir, Chanyeol-ah. Jika kau mati aku akan menyimpan abumu dengan baik. Atau kau mau ku buang abumu ke laut?” Chanyeol menggeleng lemah.

“Tidak, Baek. Aku takut dengan ikan Hiu, jadi simpan saja abuku.”

“Baiklah, selamat jalan sahabatku. Aku pasti akan merindukanmu.” Baekhyun memeluk Chanyeol dengan wajah sedih yang di paksakan. Chanyeol sendiri mukanya sudah pucat.

Mereka semua tidak bisa menahan tawa melihat tingkah bodoh kedua sahabat itu. Terlebih wajah Chanyeol yang pucat karena ketakutan. Mereka semua pun tahu bagaimana Taeri jika sudah mengamuk. Kini, mereka hanya bisa menunggu apa yang akan gadis itu lakukan pada adik kesayangannya ini.

“Noona, annyeong.” Sehun melambaikan tangannya, tersenyum pada Taeri yang kini sudah ada di hadapan mereka. Taeri tersenyum membalas sapaan Sehun. Seperti biasa, senyumnya selalu terlihat manis. Tapi entah kenapa hari itu senyum Taeri terlihat begitu mengerikan bagi Chanyeol.

Dan saat Taeri beralih menatap Chanyeol, pria itu hanya bisa menelan ludahnya gugup. “Hehehe…Noona, a…annyeong.” Chanyeol menayapa Taeri dengan gugup sambil meringis lebar.

Sama seperti yang di lakukannya pada Sehun, Taeri pun tersenyum membalas sapaan Chanyeol. “Kau terlihat sangat cantik hari ini, noona.” Puji Chanyeol. Sengaja.

“Benarkah? Terimakasih.” Jawab Taeri tersenyum. “Bahkan Kris tidak mengatakan apapun tentang penampilanku hari ini.”

“Ah, mungkin Kris hyung hanya malu. Iya kan, hyung?” Chanyeol menatap Kris. Berharap lelaki itu setidaknya menjawab ‘ya’. Tapi sayangnya Kris hanya menampilkan wajah datarnya.

“Aku?” Ucap Kris menunjuk dirinya sendiri. “Aku biasa saja.”

Chanyeol sungguh merutuki sikap Kris yang tidak bisa di ajak kompromi sama sekali. Apa tidak ada yang berniat membantunya?

“Kau kenapa?” Tanya Taeri pada Chanyeol dengan wajah bingungnya.

“Aku…aku hanya sedang sakit perut. Aku ijin ke toilet dulu ya.”

Sungguh alasan yang konyol. Hey, Park Chanyeol tidak bisakah kau mencari alasan yang lebih masuk akal?

Tubuhnya di tahan saat dirinya ingin berbalik. “Kau tidak terlihat seperti orang yang ingin pergi ke toilet.” Di dalam hatinya Chanyeol sudah berdoa pada Tuhan agar setidaknya Tuhan mau menyelamatkan hidupnya. “Kau tidak suka ada aku disini?” Taeri mulai menunjukan wajah tidak sukanya.

Kris hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat itu. Taeri gadis yang cukup dingin dan tidak banyak bicara, tapi jika sifat jahilnya sudah keluar dia bahkan bisa sangat cocok dengan Byun Baekhyun untuk jadi biang onar.

Yang lain mulai menahan tawanya agar tidak pecah. Tidak lihatkah gadis itu bahwa Chanyeol sudah mengeluarkan keringat dinginnya.

Chanyeol langsung menggeleng keras. “Tentu saja tidak. Aku suka…aku suka.” Jawabnya cepat.

Sebenarnya Taeri ingin sekali tertawa. Tapi dia ingin sedikit memberi pelajaran pada adik kesayangannya ini. Suruh siapa dia membuatnya hampir gila semalaman karena tidak bisa menghubungi kekasihnya semalaman penuh.

“Kalau begitu kenapa kau pergi? Sudah di sini saja.” Ucap Taeri. Menarik Chanyeol hingga pria itu duduk kembali di tempatnya.

Jika ada yang bertanya apa yang Chanyeol inginkan sekarang, jawabannya adalah dia ingin mengubur dirinya hidup-hidup. Di mana pun boleh. Menceburkan diri ke sumur atau jika dia harus menggali lubang di tanah akan dia lakukan. Asal dirinya bisa menghilang dari gadis yang sedang merangkulnya ini. Berdoa saja agar pria tinggi itu tidak kencing di celana.

“Ah, maaf noona aku kebelet pipis.” Dengan paksa Chanyeol melepas rangkulan Taeri dan melesat dari sana secepat mungkin. Taeri yang kaget dengan tindakan tiba-tiba Chanyeol itu pun hanya bisa melongo menatap kepergian Chanyeol. Pria itu sudah berlari jauh di depannya.

“YA! PARK CHANYEOL, MATI KAU!!”

Ledakan tawa pun terdengar bersamaan saat Taeri mulai berlari menyusul Chanyeol. Bahkan Tao sudah berguling di lantai sambil memegangi perutnya yang sakit karena tawanya.

♣ YAKUZA ♣

Jam dinding yang menggantung dikamar Taeri hampir menunjukan pukul tengah malam. Tapi seseorang yang di tunggunya belum kunjung datang seperti apa yang dijanjikannya siang tadi.

“Apa Kris mencoba mengingkari janjinya lagi?” Gumamnya.

Taeri berjalan menuju jendela kamarnya dan melongokan kepalanya. Melihat keadaan diluar, mencoba mengecek siapa tahu Kris ada di bawah sana sedang mencoba memanjat jendela kamarnya. Namun nihil. Yang dia temui hanya sunyinya malam yang semakin larut.

Taeri menghela nafasnya. Ada raut kekecewaan dalam wajahnya. Gadis itu kembali ke tempat tidurnya dan berniat untuk tidur saja. Mungkin malam ini Kris kembali tidak akan datang.

Taeri mematikan lampu yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya kemudian menarik selimut dan bersiap untuk segera tidur. Gadis itu tidak mengunci jendela kamarnya. Entah lupa atau memang sengaja. Tidak butuh waktu lama dirinya sudah terlelap dan menyatu dengan alam bawah sadarnya.

Entah sudah berapa lama Taeri jatuh tertidur, saat dirinya menggeliat dia merasa ada sepasang tangan kekar yang melingkar di perutnya. Juga wangi parfum yang sudah sangat di hafalnya di luar kepala.

Dia berbalik dan mendapati Kris sudah berbaring di sampingnya. Matanya masih setengah terbuka, tapi dia tahu jika itu memang Kris. Siapa lagi orang yang memiliki pelukan senyaman ini selain prianya. Taeri sudah sangat hafal dengan semua hal tentang Kris.

“Apa aku mengganggu tidurmu?” Tanya Kris pelan. Tangannya bergerak untuk membelai wajah cantik di depannya.

“Tidak.” Jawabnya. Taeri bergeser lebih dekat untuk semakin masuk dalam pelukan Kris dan membenamkan wajahnya di dada bidang pria itu. “…ku pikir kau tidak akan datang lagi.”

“Aku kan sudah berjanji padamu, aku pasti datang.” Taeri tersenyum dalam pelukannya. Dia mengangguk.

“Hm, aku tahu.”

Kris mencium puncak kepala Taeri dan menempelkan dagunya pada kepala gadis itu. Dan itu membuat Taeri merasa semakin nyaman dalam pelukannya. Jika ada yang bertanya padanya tempat apa yang paling nyaman untuknya, tanpa berfikir dia akan segera menjawab, pelukan kekasihnya.

“Kris”

“Hm…?”

“Sampai kapan kita menyembunyikan hubungan ini? Apa kau tidak lelah harus bermain kucing-kucingan seperti ini?”

“Kenapa memangnya? Kau lelah?” Taeri melepas pelukannya dan menatap Kris tidak suka karena ucapannya tadi.

Kris tersenyum lalu mencubit hidung Taeri. “Aku bercanda.” Ucapnya. “…aku tidak tahu. Mungkin sampai mereka lelah dengan perseteruan mereka kemudian berdamai.”

Taeri mendengus. “Itu tidak mungkin.”

“Yah, kau benar. Lalu apa kau akan meninggalkan aku karena bosan dan lelah dengan hubungan yang tidak pasti ini?”

“Tentu saja tidak.”

“Kalau begitu jangan pergi. Tetap disampingku dan jangan pernah meninggalkan aku. Karena aku pun tidak akan pernah melepasmu apapun yang terjadi nanti, dengan alasan apapun.”

Taeri tersenyum mendengarnya. Dia kembali membenamkan wajahnya di dada Kris yang di sambut dengan rengkuhan tangan kekarnya. “Aku mencintaimu.” Ucapnya.

“Aku lebih mencintaimu.”

“Aku lebih lebih mencintaimu.”

“Aku tidak sekedar lebih mencintaimu. Aku membutuhkanmu. Aku membutuhkanmu untuk selalu disampingku, kau itu seperti oksigen untukku dan makanan bagi jiwaku. Jadi kau bisa bayangkan bagaimana jadinya aku jika kehilanganmu.”

Taeri terkekeh geli. “Kau berlebihan Kris. Itu terdengar sedikit…menggelikan, kau tahu?” Kris ikut terkekeh mendengarnya. Menurutnya itu memang terdengar sedikit menggelikan.

“Apa kau tidak berfikir jika kisah kita mirip seperti pasangan kekasih yang melegenda itu?”

Kris mengerutkan keningnya, tampak berfikir. “Siapa yang kau maksud?”

“Romeo dan Juliet.” Kris menggumam sebagai bentuk pemahamannya.

“Kau benar. Hubungan kita di tentang karena permusuhan keluarga kita. Dan kita harus bersembunyi jika ingin bertemu.” Kris tersenyum membayangkannya.

“Menurutmu apa kita akan berakhir seperti mereka? Bunuh diri agar tidak ada yang bisa memisahkan kita.” Ekspresi wajah Taeri berubah sendu saat mengatakannya.

Kris menangkupkan kedua tangannya pada wajah Taeri. Menatapnya dalam mencoba memberi keyakinan disana. “Itu tidak akan terjadi. Kita akan hidup bahagia dengan anak-anak dan cucu kita nanti. Aku akan mencari cara agar keluarga kita menyetujui hubungan kita.”

“Kau bercanda? Kau tahu betul bagaimana buruknya hubungan kedua kelompok itu. Sangat mustahil mengharapkan mereka berdamai. Kenapa kau tidak membawaku pergi saja? Kita lari dan memulai hidup kita berdua. Aku akan ikut kemana pun kau pergi.”

Kris tersenyum kecil, senyum yang begitu menenangkan. Dia membelai rambut Taeri penuh sayang. Mengecup dahinya cukup lama disana sebelum akhirnya melepasnya.

“Dengar! Aku bisa saja membawamu pergi sekarang juga, bahkan jika ingin, malam ini juga aku bisa langsung menikahimu. Aku lahir dan besar di tengah-tengah orang jahat. Aku pun bukan orang yang baik, bisa saja dengan sengaja aku membunuh orang dengan tanganku sendiri. Tapi perlu kau tahu, aku juga hanya seorang pria biasa yang sangat begitu mencintai wanitanya, dan ingin melindunginya. Percayalah, aku sungguh ingin membawamu ke depan altar. Tapi tidak dengan membawamu secara diam-diam dan membuat orang tuamu semakin membenciku. Mereka begitu baik sudah membesarkanmu dan merawatmu hingga menjadi gadis cantik seperti sekarang dan membuatku terpikat. Apa aku tidak jahat jika menculikmu dari mereka? Mereka pasti sedih jika harus kehilangan putri kecil mereka yang cantik ini. Aku ingin ayahmu sendiri yang menyerahkan tanganmu untukku genggam di depan altar nanti.”

Butiran air mata itu tidak bisa lagi di tahan. Mereka menetes begitu saja tanpa bisa di cegah. Kris tersentak melihatnya.

“Hey, kenapa menangis? Apa kata-kataku menyakitimu?” Tanyanya sedikit panik. Jari-jari panjangnya terulur menghapus air mata di wajah Taeri.

Gadis itu menggeleng pelan. Menangkap tangan Kris yang masih berada di wajahnya dan mengecupnya lembut. “Itu kata-kata terindah yang pernah ku dengar. Kau tahu? Aku begitu berterimakasih pada Tuhan karena dia telah mengirimmu untukku.”

Mereka saling menatap dengan senyum yang tercetak di wajah masing-masing. Jika boleh jujur Kris pun pernah mempunyai pikiran untuk membawa Taeri kabur. Tapi dia tidak ingin terus-terusan hidup dalam rasa ketakutan. Baik keluarganya maupun keluarga Taeri pasti tidak akan tinggal diam dan mencari mereka. Keinginannya tidak muluk-muluk, dia hanya ingin hidup bahagia bersama Taeri. Tapi ternyata menggapai kebahagiaan itu tidak semudah yang di katakan orang-orang.

“Kau juga harus tahu, tidak terhitung berapa kali dalam sehari aku mengucap syukur pada Tuhan karena telah mempertemukanku denganmu.” Kris mengecup lembut bibir Taeri. “Aku benar-benar mencintaimu. Kita lalui semua ini sama-sama, hm?”

Taeri mengangguk mengiyakan ucapan Kris. Untuk kedua kalinya kedua bibir itu kembali bertemu. Rasa lembut dan hangat mendominasi ciuman mereka. Kris melumatnya lembut disana. Bergantian atas dan bawah. Tidak ada paksaan dalam ciumannya, Kris melakukannya dengan pelan dan penuh kehati-hatian. Dia ingin Taeri mengerti bagaimana perasaannya lewat ciuman yang dia berikan.

Tautan itu terlepas. Tapi jarak wajah keduanya tidak menjauh sedikit pun. Mereka saling menatap sebentar sambil mengisi paru-paru mereka dengan udara yang sempat hampir hilang karena ciuman tadi. Sebelum akhirnya kembali berciuman lagi.

Kali ini ciuman itu lebih dalam dibanding yang pertama, namun masih ada kelembutan didalamnya. Kini posisi mereka sudah berubah. Taeri sudah berada di bawah tubuh Kris. Tangannya mengalung sempurna di leher Kris. Dengan kedua sikunya Kris menahan tubuhnya agar bebannya tidak sepenuhnya memberatkan Taeri.

Mereka makin larut dalam ciuman yang memabukan malam itu. Bahkan kini tangan Kris sudah berhasil membuka seluruh kancing piyama milik Taeri. Dengan ahli tangannya sudah bermain-main di atas kulit mulus Taeri. Membuat gadis itu sulit untuk menahan desahannya. Taeri meremas rambut Kris untuk menyalurkan segala rasa yang pria itu buat untuknya.

Ciuman Kris kini turun ke leher Taeri. Salah satu daerah sensitive Taeri, dan kebetulan juga menjadi daerah favorite untuk Kris. Kris menyapukan lidahnya disana, mengigitnya kecil hingga meninggalkan beberapa bekas kemerahan dibagian leher putih Taeri.

Tubuh keduanya semakin merapat seiring banyaknya desahan yang saling bersahutan dari bibir masing-masing. Taeri bahkan tidak sadar sejak kapan Kris sudah menanggalkan baju mereka. Lenguhan dan desahan itu mengiringi malam panjang mereka yang semakin panas. Tidak peduli sedingin apapun udara di luar sana, tubuh mereka justru mengeluarkan banyak keringat karena kegiatan mereka malam itu. Suara angin yang bertiup pelan, daun-daun yang jatuh beterbangan dari rantingnya dan suara-suara burung malam menjadi saksi bisu bersatunya mereka di tengah sunyinya malam saat itu.

♣ YAKUZA ♣

Langit masih sangat gelap, menandakan pagi belum tiba. Masih cukup lama untuk matahari menampakan dirinya. Kris menggeliat pelan dalam tidurnya. Perlahan matanya terbuka dan mendapati wajah damai Taeri yang berada tepat di sampingnya. Kris tersenyum dan mengecup dahi Taeri sebentar. Dengan sangat perlahan Kris mencoba mengangkat tangan Taeri yang berada di atas perutnya, mencoba untuk tidak membangunkan kekasihnya itu.

Dia bangkit dari tidurnya masih dengan gerakan yang sangat pelan. Kemudian menoleh kesana kemari mencari dimana letak pakaiannya. Dia menemukan pakaiannya dan pakaian Taeri tercecer di lantai dan beberapa ada di atas tempat tidur atau di bawah selimut yang menutupi tubuh polos mereka.

Tidak butuh waktu lama Kris sudah mengenakan kembali pakaiannya dan kini dia sedang memasang sepatunya. Gerakannya itu ternyata cukup mampu membuat Taeri ikut terbangun dari tidurnya.

“Kris…” Ucapnya serak. Khas suara orang baru bangun tidur.

Kris menoleh dan mendapati Taeri tengah menatapnya. “Kenapa kau bangun?”

“Kau sudah mau pergi?” Tanya Taeri. Tidak mempedulikan teguran Kris barusan.

Kris selesai memasang kedua sepatunya. Lalu menghampiri gadisnya. “Aku harus pergi sebelum Ayahmu menemukanku lalu membunuhku.” Katanya pelan. Nyaris berbisik.

Sekali lagi Kris mengecup kening Taeri kemudian bibirnya. “Aku tunggu di atap kampus siang nanti, seperti biasa.”

Selesai mengatakannya dia langsung menuju jendela kamar Taeri, keluar lewat sana. Menuruni lantai dua rumah besar milik gadisnya lewat jendela persis seperti seorang pencuri. Jangan tanyakan bagaimana dia melakukannya, pria itu sudah cukup terlatih selama hampir tiga tahun belakangan ini. Tepatnya saat dirinya menjalin kasih dengan Taeri. Tentu saja. Karena jika tidak mengendap-endap seperti itu, waktunya untuk bertemu Taeri hanya di kampus saja. Dan itu tidak cukup untuk mengobati kerinduannya pada gadisnya.

♣ YAKUZA ♣

Tao melangkah cukup cepat di koridor Universitas. Langkahnya begitu tergesa-gesa, raut wajahnya tak terbaca. Orang-orang yang berpapasan dengannya enggan untuk menegur, tampang pria itu sedikit… mengerikan. Tapi Tao tidak ambil pusing, toh dirinya pun memang sedang tidak ingin di ganggu.

Pandangannya menyapu sekeliling koridor yang di lintasinya. Dari gerak-geriknya pria itu tengah mencari seseorang. Ponsel di saku celananya bergetar, dia segera merogohnya. Luhan menelepon.

“Ne, hyung.”

“Bagaimana? Apa kau sudah menemukannya?” Tao menggeleng, sedetik kemudian dia merutuki kebodohannya. Luhan tidak akan melihat.

“Belum hyung.” Jawab Tao akhirnya.

“Kau sudah meneleponnya?”

“Sudah, tapi tidak di angkat.”

“Aish, kemana anak itu? Di saat genting seperti ini dia malah tidak bisa di temukan.” Gerutu Luhan di seberang sana. “Kau sudah mencoba mencari di atap kampus?”

“Ah, bagaimana aku bisa lupa.” Tao bergumam seraya menepuk keningnya. Di seberang sana Luhan mendengus mendengar gumaman Tao. Setelahnya dia berseru kembali.

“Cepat cari dia di sana.” Luhan langsung memutuskan panggilannya.

Tao semakin mempercepat langkahnya, mungkin bisa di bilang pria itu berlari. Tidak mempedulikan tatapan aneh orang-orang yang di lewatinya.

Tao membuka kasar pintu atap kampus, membuat dua orang yang ada di depannya menoleh kaget saat mendengar suara pintu yang terbuka dengan tiba-tiba. Kris dan Taeri mendapati Tao berdiri di ambang pintu, tidak jauh dari tempat mereka berdiri sedang mengatur nafasnya.

“Tao?” Panggil Kris. Mencoba meyakinkan jika itu memang benar Tao, setelah yakin jika itu memang pria dengan mata panda yang sudah di anggap adiknya, Kris pun berjalan menghampirinya di ikuti Taeri di sampingnya.

“Ada apa? Kenapa kau seperti habis di kejar-kejar hantu begitu?” Tanya Kris, tersenyum geli melihat Tao yang masih sedikit terengah-engah.

Jika bukan dalam keadaan yang mendesak mungkin Tao sudah melayangkan tatapan tajam ke arah Kris. Tapi saat ini bukan waktu yang tepat, “Hyung…” Ucapnya setelah nafasnya mulai kembali normal.

Mengerti ada sesuatu yang serius Kris pun menatap Tao dan menghilangkan senyumnya. “Ada apa?”

“Hyung, gawat.” Kris mengernyit bingung. Begitu pun Taeri di sampingnya, dia menatap Kris dengan tatapan bertanya.

“Bicara pelan-pelan, Tao. Ada apa? Apa yang gawat?” Tanya Taeri dengan sabar.

Wajah Tao semakin gelisah, matanya bergerak-gerak tak menentu. Kris maupun Taeri menatapnya khawatir. Sebenarnya apa yang terjadi. Pikir Kris dan Taeri.

“Ada yang menyerang salah satu anggota kelompokmu, noona. Dan mereka berfikir jika itu adalah perbuatan salah satu anggota dari Yamaguchi-gumi.”

“Menyerang bagaimana? Jelaskan padaku dengan benar.” Taeri mencoba mengendalikan dirinya agar tidak panik.

Taeri tahu, kedua kelompok itu tidak akan mungkin bisa akur. Seolah garis takdir sudah menentukan jika tidak akan pernah ada kata damai bagi keduanya. Mengharapkan sebuah perdamaian sama saja seperti menanti keajaiban yang tidak akan pernah terjadi. Namun tetap saja, dalam hati kecilnya tersimpan sebuah harapan yang dia ingin Tuhan akan mengabulkannya suatu hari nanti.

“Aku tidak tahu bagaimana detailnya, siang tadi di lapangan parkir sebuah restoran daerah Apgujeong ada yang menusuk dua orang anggota Sumiyoshi-kai. Mereka langsung pergi saat anggota Sumiyoshi-kai jatuh tersungkur dengan berlumuran darah.”

“Tapi kenapa mereka bisa berfikir itu ulah dari anak buah kalian? Bisa saja itu perbuatan preman disana.”

“Tidak, noona.” Tao menggeleng pelan. “Sepertinya itu memang perbuatan salah satu kelompok kami. Mereka melihat tatto lambang kelompok Yamugchi-gumi di dada sebelah kiri salah satu orang yang menusuk mereka.”

Taeri sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia bingung. Apa ini akan menjadi pertanda buruk? Taeri menoleh menatap Kris dengan tatapan khawatir. Mengerti bagaimana perasaan kekasihnya saat ini, Kris mencoba tersenyum untuk menenangkannya.

“Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja.” Tangannya mengusap puncak kepala Taeri. Kemudian dia kembali menatap Tao meminta penjelasan lebih lanjut. Karena dia yakin, tidak mungkin Tao susah-susah mencarinya jika hanya ingin mengatakan hal itu. Pasti ada hal penting lainnya yang ingin pria itu sampaikan.

“Ajjushi meminta kita semua berkumpul.” Ajjushi yang di maksud Tao adalah Ayah dari Kris, pemimpin terbesar dari anggota Yakuza di kelompok mereka.

“Kalau begitu kalian duluanlah, aku akan mengantar Taeri pulang terlebih dulu.” Tao menggeleng keras.

“Tidak hyung. Kita harus pergi sekarang.”

“Aku tahu. Aku akan langsung pulang setelah mengantar Taeri. Kau dan yang lainnya pulang saja duluan.”

“Sekarang hyung. Kau harus pulang bersama kami sekarang.” Kris mengerutkan keningnya tanda tak mengerti. Ada apa sebenarnya? Tidak biasanya Tao seperti ini. Raut wajahnya pun terlihat begitu gelisah.

“Kau ini kenapa? Aku hanya mengantar Taeri pulang, setelah itu menyusul kalian. Memang biasanya seperti itu, kan?”

“Pokoknya kau harus pulang bersama kami.”

Taeri yang merasa aneh dengan sikap Tao pun kembali bersuara, dia tahu pasti ada yang tidak beres. “Tidak apa-apa, Kris. Kau pulanglah bersama yang lain. Aku bisa pulang sendiri.”

“Tidak.” Kris menggeleng. “Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri.”

“Kris…”

“Tidak Taeri. Jika ku bilang tidak ya tidak.” Ucap Kris tegas. Nada suaranya tidak bisa di bantah. Dan jika sudah seperti ini, Taeri pun tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menuruti apa yang Kris katakan.

Kris merogoh saku celananya mengambil ponselnya disana. “Henry…” Ucapnya saat teleponnya sudah tersambung dengan seseorang. “Kau masih ada kelas setelah ini? Bisakah aku minta tolong padamu?” Sepertinya Taeri tahu apa tujuan Kris menelepon temannya yang bernama Henry itu. “Oke, kalau begitu tunggu aku di parkiran. Aku akan kesana sekarang.” Kris menutup teleponnya dan kembali memasukannya kedalam kantong celananya.

“Ayo!” Kris langsung menarik tangan Taeri untuk keluar dan turun dari atap universitas. Di ikuti Tao di belakangnya.

♣ YAKUZA ♣

“Hey, whats up!” Henry, pria yang tadi di telepon Kris, menyapa temannya itu dengan sapaan khas lelaki. “Jadi, apa yang bisa ku bantu?” Tanya Henry langsung.

“Maaf Henry aku harus merepotkanmu, tapi bisakah kau mengantarkan Taeri pulang? Ada sesuatu yang mendesak jadi aku tidak bisa mengantarnya. Kau mengerti maksudku pasti.” Kris mengucapkannya dengan ekspresi menyesal di wajahnya. Henry tersenyum sebelum akhirnya menepuk pundak Kris pelan.

“Tenang saja, ku pastikan gadismu selamat sampai di rumahnya. Kau selesaikan saja masalahmu itu.” Henry tahu betul arah maksud ucapan Kris kemana. Dia mengerti apa yang menjadi masalah temannya itu. Itu juga yang membuat Kris percaya pada Henry di antara teman-temannya yang lain yang terlihat munafik. Untuk Henry adalah pengecualian. Pria itu apa adanya, jika dia tidak suka dia akan mengatakannya secara gamblang begitu pun sebaliknya. Tidak pernah dia mengatakan keburukan seseorang di belakang orang yang di bicarakan. Kenapa Kris tahu dan begitu yakin, karena dia sudah mengenal Henry jauh sebelum dirinya menginjakan kakinya sebagai mahasiswa di universitas ini.

“Terimakasih Henry, kau memang temanku yang selalu bisa ku andalkan. Sekali lagi maaf merepotkanmu.”

“Ck, kau seperti baru mengenalku saja.” Henry mengibaskan tangannya. “Lagi pula kehormatan bagiku bisa mengantarkan Nona ini pulang, aku menjadi satu-satunya pria yang bisa dekat dengannya tanpa harus merasakan tinjuan darimu.” Kris terkekeh mendengar penuturan Henry.

“Kris, sebenarnya kau tidak perlu melakukan ini. Aku bisa pulang sendiri.” Taeri menggoyang-goyang pelan tangan Kris. Tapi Kris hanya menggeleng.

“Tidak!” Katanya tegas. “Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri.” Taeri merengut akan perlakuan Kris yang menurutnya terlalu berlebihan. Dia kan bukan anak kecil, kenapa harus di jaga seketat itu.

“Tidak apa-apa, Nona. Tidak usah sungkan. Lagi pula arah rumah kita searah.” Ucap Henry tersenyum. Taeri menatap Henry dengan tatapan tajamnya.

“Ya! Berhenti bersikap seperti kita orang asing, oppa. Tidak bisakah kau memanggilku Taeri saja?” Henry terkekeh melihat sikap Taeri, sedetik kemudian dia mengacak-acak rambut Taeri.

“Aigoo… lihatlah wajahmu, kau terlihat sangat jelek. Berhentilah merajuk.”

“Ck, bukan berarti aku mengijinkanmu menyentuhnya seenaknya.” Kris menepis tangan Henry pelan dari kepala Taeri. Henry mencibir mendapat perlakuan seperti itu.

“Lihatlah, gara-gara sikapmu aku terkena omelan oleh si tower ini.” Gerutu Henry. Tapi Taeri hanya menjulurkan lidahnya tidak peduli.

“Pulanglah.” Ucap Kris menepuk lembut kepala Taeri. “Jika dia berani berbuat macam-macam padamu, kau masih ingat kan pelajaran bela diri yang pernah ku ajarkan?”

“YA!” Seru Henry menatap Kris dengan tatapan seolah ingin membunuhnya. Kris hanya terkekeh melihat itu.

“Jibe kajja!” Henry mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Taeri. Gadis itu pun melambaikan tangannya pada Kris . “Aku pulang.”

Namun dua langkah setelahnya Taeri dan Henry menghentikan langkahnya karena seruan Kris dari belakang. “Kau tidak melupakan sesuatu?”

Taeri menoleh ke belakang dan mendapati Kris tengah menyilangkan tangannya di depan dada. Menatap datar ke arahnya. Kedua alis Taeri bertaut karena bingung.

Apa yang dia lupakan?

Tapi sedetik kemudian gadis itu lantas tersenyum kemudian kembali berjalan ke arah Kris.

Pelukan singkat yang terasa hangat Taeri berikan untuk Kris setelah itu kecupan di kedua pipinya. “Aku pulang.” Ucapnya. Membuat Kris tersenyum lebar.

“Langsung hubungi aku jika sudah sampai rumah.” Taeri mengangguk dengan senyum manis di wajahnya sebelum akhirnya gadis itu kembali berbalik dan berjalan menuju Henry untuk pulang bersamanya.

“Bisakah kalian tidak bermesraan di depan orang yang single sepertiku? Kalian membuatku iri.” Gerutuan Henry masih bisa Kris dengar, namun pria itu memilih mengabaikannya dan beralih menatap pria yang sejak tadi masih setia berdiri di belakangnya.

“Jadi, katakan padaku. Ada apa, Tao?”

Tao menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Kris. Seolah dirinya sedang berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal yang sebentar lagi akan dia sampaikan pada pria yang sudah di anggapnya seperti Kakak sendiri.

“Ajjushi sepertinya sudah mengetahui hubunganmu dengan Taeri noona.”

.

.

.

ToBeContinued

A/N: beberapa kejadian memang ada yang benar ya, aku ngambil beberapa sumber yang aku dapet. Seperti penyerangan salah satu anggota yakuza di parkiran rumah makan. tapi itu kejadiannya tentu aja di jepang bukan korea. aku cuma nambahin aja sedikit untuk bumbu di cerita ini. dan untuk nama-nama kelompoknya itu juga benernya. yamaguchi-gumi itu kelompok yakuza terkuat di jepang. nama ketuanya juga bener, rada absurd sih masa nama bapaknya kris jepang wkwk ya anggap ajalah bapaknya kris turunan china-jepang ya haha *maksa

yaudah segitu aja. semoga suka. klo banyak yg minat secepatnya aku post lanjutannya. ini ff lama, sebelumnya aku post di wp sendiri. waktu itu sempet nerbitin teaser sequel buat yakuza tapi karena banyak yg bingung yaudah aku post aja deh yakuzanya hihi. lebih dari sebelumnya.

thanks for reading.

have a nice day

Regard

Miss Wu

Filed under: Action, romance Tagged: exo, henry lau, Huang Zi Tao, kris wu, Lu Han

Show more