2015-07-22



Tittle:

Sorry, Because I Love You Oppa (Chapter 5)

Author: Joy Kim (@_kimshitjongin)

Main Cast

Kim Jong In a.k.a Kai (EXO)

Park Cheonsa(OC)

Other Cast

Xi Luhan (EXO)

Krystal F(x)
Min Young (OC)
Kim Myungsoo (Infinite)

EXO’s Member

Leaght: Chapter

Ratting: 16

Genre

School life, romance, sad

Disclaimer:
Dont plagiat!!! This is my pure fanfiction!

Iam Sorry If you Find typo

Warning:

This chapter is long enough so i’m really sorry if it would make you feel boring

Happy Reading

Di sebuah rumah yang nampak begitu sederhana dengan ruang tamu yang langsung menjadi satu dengan dapur, kamar tidur yang hanya ada dua dan satu-satunya kamar mandi yang ada di dalam rumah itu telah menjadi bukti alangkah sesaknya rumah yang kini dihuni oleh 3 orang anggota keluarga tersebut. Nampak seorang wanita dengan umur sekitar 40 tahunan tengah berkutat di dapur yang mungkin hanya berukuran 3 x 4 meter. Dengan celemek berwarna biru langit yang melekat di tubuhnya yang terlihat begitu kurus itu, wanita tersebut terlihat sedang menggoreng sesuatu untuk makan malam keluarga kecilnya. Ketika wanita itu sedang asyik membolak-balikkan ikan di atas penggorengan yang panas, muncul seorang bocah perempuan dari salah satu kamar di ruangan tersebut dengan rambut dua kuncir kudanya lalu mendekati si wanita yang sedang sibuk menggoreng tadi.

“Eomma~ Oppa belum pulang?”

Bocah perempuan berumur sekitar 6 tahunan itu berdiri di belakang sang wanita yang dipanggilnya eomma sambil menarik ujung celemek yang dipakainya membuat wanita itu membalikkan tubuhnya lalu tersenyum lembut seraya mengelus putri kecilnya penuh sayang.

“Memangnya ada apa sayang?” Tanyanya lembut lalu menuntun putri kecilnya menuju meja kecil yang biasa mereka gunakan untuk makan sebelum mematikan kompornya terlebih dahulu.

“Eomma, Soo ingin makan ice cream” Bocah perempuan dengan mata bulat dan pipi tembam itu mendongakkan kepalanya menghadap sang eomma yang memang lebih tinggi darinya sambil memperlihatkan muka memohonnya. Sedangkan wanita berumur yang diketahui bernama Jin Ah itu hanya memandang kasihan putri kesayangannya. Hatinya berkedut sakit melihat putrinya memohon hanya karena ingin minta dibelikan ice cream. Dirinya tak bisa berbuat apa-apa hanya sekedar untuk mengabulkan permintaan sepele putrinya mengingat keadaannya saat ini. Keadaannya saat ini telah berbeda 180 dengan kehidupannya 6 bulan yang lalu dimana ia bisa dengan mudah membeli apapun yang ia mau, mengabulkan semua keinginan putra putri kesayangannya.

Mengingat itu semua membuat Jin Ah berusaha untuk menahan air matanya. Dirinya tak boleh sampai menangis di depan putri kecilnya ini.

“Nanti tunggu oppamu pulang ya, sayang?” Jin Ah berusaha menghibur bocah perempuan tersebut dengan mengatakan bahwa oppanya nanti akan membelikan untuknya. Padahal Jin Ah yakin kalau anak sulungnya itu pasti tak akan menghiraukan apapun keinginan adiknya. Bukan karena tak peduli, hanya saja yahhh masih alasan yang sama. Keadaan yang memaksa anak sulungnya untuk tak memanjakan adiknya itu. Hey jangan terlalu muluk-muluk membelikan adiknya ice crema bahkan untuk yang mereka makan setiap harinya saja Jin Ah harus banting tulang mencari rupiah demi rupiah. Sungguh menyedihkan sekali hidup keluarga Jin Ah semenjak Tuan Kim Dong Hoo, suami Jin Ah mendekam di penjara karena tuduhan kasus korupsi.

Ya! Keluarga Jin Ah adalah keluarga berkelimang harta tepatnya 6 bulan yang lalu sebelum Dong Hoo tertangkap telah menggelapkan beberapa dana di pemerintahan yang membuatnya harus mendekam di penjara dan semua aset yang dimilikinya disita oleh pihak bank. Alhasil saat ini anak dari istrinya harus banting tulang sendiri untuk bertahan hidup.

Masih dengan posisi mengelus rambut halus putri kecilnya, Jin Ah seketika menolehkan kepalanya tatkala terdengar pintu rumah yang digeser. Sontak wanita yang masih terlihat cantik di usianya itu menolehkan kepalanya ke arah pintu.

“Kau sudah pulang nak?” Tanyanya ketika anak sulungnya yang merupakan oppa Soo itu berjalan melewatinya begitu saja menuju kamarnya. Putra sulungnya itu hanya menjawab dengan gumaman saja. Tatkala namja itu hampir menyentuh kenop pintu kamarnya, suara adik perempuannya memanggil.

“Oppa!” Soo berlari ke arah namja yang dipanggilnya oppa itu.

“Hmm?”

“Oppa~ Soo ingin makan ice cream strawberry. Belikan ne?” Yeoja kecil itu memegang kedua tangan oppanya sambil menggoyang-goyangkannya dan memperlihatkan puppy eyes-nya.

“Jangan manja Soo” Jawabnya dingin. Bahkan namja ini yang awalnya merupakan namja yang murah tersenyum, sayang kepada ibu dan adiknya yah walaupun sedikit nakal ketika di sekolah kini berubah menjadi namja dingin sejak kebangkrutan ayahnya, Dong Hoo.

“Oppa~” Soo Jin yang keinginannya tak dikabulkan dan ditatap seperti itu oleh oppanya terlihat mulai sesenggukan. Kristal-kristal bening di matanya bahkan sudah perlahan mendesak keluar. Namja tersebut yang sebenarnya tidak tega melihat adik yang paling disayanginya menangis memilih untuk meninggalkan gadis kecil tersebut lalu masuk dan menutup pintu kamarnya. Dan tepat saat pintu kamar tersebut ditutup tangisan Soo semakin keras membuat Jin Ah yang melihat kejadian itu sedari tadi semakin merasakan sesak dan sakit di hatinya. Bahkan ibu dua anak itu kini sudah tak sanggup menahan air matanya. Tubuhnya bergetar hebat melihat bagaimana perubahan anak sulungnya dan ketidak tegaannya pada putri kecilnya.

Sebagai ibu dia benar-benar merasa tak bisa berbuat apa-apa untuk membuat anaknya bahagia. Sebagai istri dia benar-benar merasa tak bisa membuat suaminya berjalan di jalan yang baik, bekerja untuk mencari uang secara baik-baik. Dirinya merasa gagal menjadi seorang wanita. Jin Ah yang tak kuat menahan segala emosi hatinya pun memilih untuk pergi ke kamar mandi meninggalkan Soo yang masih menangis keras di depan kamar anak sulungnya. Menangis di dalam ruangan kecil tersebut. Tak mau anak-anaknya tahu kalau dirinya lemah seperti ini.

Dia lain sisi namja yang sedari tadi mendengar tangisan adiknya itupun membuka pintu kamarnya kembali menampakkan adiknya yang masih menangis. Namja itupun menyamakan tinggi badannya dengan Soo lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi bocah imut tersebut.

“Soo tt-ak apa kalau Oppa tak mau mem-bbelikan ice cli-im ta-ppi Op-ppa jangan men-atap Soo ss-perti t-tadi” Soo berkata sambil sesenggukan.

“Oppa akan melakukan apapun untuk membalas mereka yang telah membuatmu seperti ini sayang” namja itu memeluk Soo. Mendekapnya sayang lalu berkata dalam hati “Aku akan membalas mereka atas apa yang telah mereka lakukan pada appa kita, keluarga kita Soo”

————————

Sudah 15 menit mereka saling berdiam diri tanpa satu katapun yang keluar dari mulut masing-masing semenjak bus sekolah yang mengantarkan mereka pulang berjalan. Cheonsa yang masih shock atas kejadian beberapa saat lalu memilih diam memandang ke arah depan. Tak tahu apa sebenarnya yang menjadi objek yang dipandanginya. Sedangkan Kai yang berada di sampainya tak jauh berbeda dengan Cheonsa. Namja tampan itu menatap dengan padangan dingin seperti biasa ke arah depan dengan ear phone yang terpasang di kedua telinganya. Sesekali namja itu melirik ke arah yeoja di sampingnya heran. Tak biasanya Cheonsa diam karena biasanya yeoja itu sangat cerewet jika sudah berada bersamanya. Apa mulut yeoja itu mulai lelah atau…..

Hey Kim Jongin yang tampan. Kau itu manusia atau bukan?

Ini karena Kai memang benar-benar bodoh, berpura-pura bodoh atau tidak peka. Namja ini bahkan merasa tak tahu alasan kenapa Cheonsa diam tak seperti biasanya. Dasar namja tak berperasaan. Bisakah sedikit saja dia peka terhadap perasaan seseorang? Tapi kalian perlu ingat. Dia Kim Kai kan? Namja yang bahkan kata Min Young seperti gunung es di kutub utara dan selatan yang dijadikan satu. Benar-benar dingin dan beku. Kai yang merasa acuh dan merasa diuntungkan lantaran tak perlu mendengarkan ocehan tak bermutu – menurut Kai – dari Cheonsa hanya mengangkat bahunya acuh lalu membenarkan posisi duduknya dan mulai menutup matanya sambil menikmati alunan musik yang mengalun lembut dari ponselnya.

Cheonsa yang merasakan pergerakan Kai di sampingnya lantas mengalihkan pandangannya ke arah samping dan seketika matanya disuguhkan dengan pandangan Kai yang saat ini sepertinya sedang tertidur pulas dengan poni yang sedikit menutupi dahinya. Bahkan saat tidurpun Jongin Oppanya ini tetap terlihat begitu tampan. Terlihat damai seperti seorang malaikat. Ya, dari dulu sampai sekarang Jongin memang namja yang paling tampan menurut Cheonsa. Bahkan ketika namja itu sedang marah, sedih, khawatir ataupun senang. Namja itu selalu terlihat tampan. Angin yang berhembus melewati jendela kaca bus dan membuat sebagian poni Jongin sedikit tertiup angin membuat darah Cheonsa berdesir. Yeoja cantik itu sepertinya sangat menikmati kegiatannya memandangi wajah sempurna Kai.

“Oppa, why do you hate me?”

“You didnt even want to talk with me, smile at me, look at me”

“What was my fault honestly?”

“Could you tell me what the reasons are, Oppa?”

“I’m really sorry if I’ve done something you didnt like”

Bersamaan dengan itu sebuah butiran dingin keluar dari mata indahnya. Dengan cepat Cheonsa mengusap kasar air matanya dan mengalihkan pandangannya dari mengagumi wajah tidur Jongin dan menatap kembali ke arah depan.

Its really hurt if you know.

Sedangkan diam-diam Jongin mendengarkan semua kata-kata yang telah diucapkan Cheonsa. Walaupun ia sedang memakai earphone dan mendengarkan musik, Kai masih bisa dengan jelas mendengar semua yang Cheonsa katakan mengingat namja itu tak terlalu keras memainkan lagu tersebut. Bahkan namja itu juga tahu kalau Cheonsa saat ini pasti menangis. Tapi karena memang hatinya sudah menjadi batu atau apalah itu, namja itu bahkan kini memejamkan matanya kembali setelah beberapa saat lalu terbuka. Tepatnya ketika Cheonsa mengalihkan pandangannya ke depan dari menatap dirinya yang sedang berpura-pura tidur.

Setelah sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya bus yang Kai dan Cheonsa tumpangi sampai di kompleks dimana mereka tinggal. Hanya butuh berjalan sekitar 500 meter bagi mereka untuk sampai di rumah masing-masing. Bus yang berhenti membuat Cheonsa dengan segera bersiap untuk berdiri dan turun tapi ketika dirinya tak merasakan pergerakan Kai yang berada di sampingnya Cheonsa menoleh ke arah Kai yang kini masih tertidur. Sepertinya namja itu mamang benar-benar sedang tidur.

‘Cheonsa! Fighting! Be patient!’ Ucapnya dalam hati, menyamangati dirinya sendiri.

“Oppa bangun. Kita sudah sampai” Cheonsa mengguncang pelan bahu Kai. Kai yang merasa seseorang mengguncangkan bahunya perlahan membuka matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah Cheonsa yang kini sudah berdiri sambil tersenyum manis ke arahnya.

‘Apa yeoja ini memiliki kepribadian ganda?’

Gumam Kai lalu berusaha mengumpulkan kesadarannya sambil mengucek matanya. Tak lama setelah itu tangannya ditarik oleh tangan kecil yang terasa dingin menyentuh kulit-kulit tangannya. Ya, tangan kecil Cheonsa saat ini menarik pergelangan tangan Kai lantaran namja itu yang tak kunjung berdiri sedangkan bus yang mereka tumpangi akan segera berjalan kembali melanjutkan rute-nya untuk mengantar penumpang lain. Sedangkan Kai yang terus ditarik tangannya oleh Cheonsa hanya melihat ke arah tangannya yang digenggam oleh tangan kecil itu sambil tetap berjalan di belakang Cheonsa. Di sisi lain Cheonsa yang sebenarnya merasakan detak jantungnya berpacu menggila karena tangannya bersentuhan langsung dengan kulit Kai berusaha untuk tetap menetralkan detak jantugnya yang bahkan ia sendiri tak yakin itu akan berhasil. Buktinya, dia bahkan merasa bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang menggila.

Sepanjang perjalanan dari halte bus menuju ke kompleks yang mereka tinggali tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Cheonsa maupun Kai. Keheningan tetap menyelimuti perjalanan pulang mereka ke rumah dengan tangan Cheonsa yang masih menggengam pergelangan tangan Kai.

Ingat!

Pergelangan tangan Cheonsa yang masih menggenggam pergelangan tangan Kai!

Apakah tidak salah lihat? Tentu saja tidak. Bahkan kita bisa melihat ekspresi datar Kai seperti biasa yang berbanding terbalik dengan wajah Cheonsa yang sesekali memerah. Hey apakah Kai tak sadar kalau saat ini Cheonsa sedang.. Oh cukup! Sepertinya kita tak perlu mengatakannya lagi.

Jika kalian masih penasaran dan ingin tahu kenapa Kai membiarkan Cheonsa menggenggam pergelangan tangannya sebaiknya kalian tanya sendiri kepada Kai karena tak ada satupun orang yang bahkan bisa menebak apa yang kira-kira sedang ia rasakan ataupun pikirkan.

Benar-benar namja tanpa ekspresi.

Di lain sisi, Cheonsa yang merasa tak ada penolakan dari Kai ketika dirinya menggenggam pergelangannya, terus melangkahkan kakinya semangat dengan sesekali tersenyum seperti orang gila tanpa alasan. Bahkan yeoja manis itu sesekali menundukkan mukanya malu karena memerah seolah-olah Jongin sedang manatapnya. Benar-benar seperti orang gila bukan?

Benar memang apa yang orang-orang katakan kalau cinta itu bisa membuat seseorang nampak seperti orang gila. Dan hal itu saat ini terjadi pada seorang Park Cheonsa.

Tak bisa menggambarkan bagaimana bahagianya Cheonsa saat ini. Sepertinya ini sudah sangat lama sejak mereka tak bergandengan tangan seperti ini. Mungkin kalau diingat-ingat terakhir kali Cheonsa memegang tangan Kai ketika sedang berjalan bersama adalah sekitar 3 tahun yang lalu. Sebelum Kai berubah. Benar-benar berubah. Bukankah itu sudah lama? Ya! Menurut Cheonsa itu begitu lama. Benar-benar lama. Bahkan kalau bisa, Cheonsa ingin sekali bisa menggenggam tangan Kai setiap harinya seperti ini.

“Oppa, ini mengingatkanku ketika kita selalu pulang sekolah bersama dulu” Cheonsa memecahkan keheningan yang tercipta diantara mereka berdua dengan membuka suara terlebih dahulu. Mengutarakan perasaannya mengenai bagaimana rindunya Cheonsa dengan apa yang telah mereka lakukan di masa lalu.

Kai?

Haruskah kalian mempertanyakan respon Kai? Tapi kurasa kalian tak perlu karena kalian semua pasti sudah tahu jawabannya. As always, namja itu bahkan tak mengeluarkan satu katapun. Bibirnya tetap terkatup rapat dengan pandangan mata yang dingin.

The Coolest Ice Prince Ever.

Cheonsa yang tak mendapat respon berarti dari Kai hanya menampilkan senyum masamnya. ‘Selalu seperti ini’ batinnya. Tapi seorang Park Cheonsa bukanlah tipe gadis yang mudah menyerah. Bahkan ia memliki segudang percakapan yang bisa ia lontarkan kepada Kai walaupun ia tahu kalau Kai tak mungkin menanggapinya. Bukankah Cheonsa merupakan gadis yang patut diacungi jempol? Benar-benar yeoja kuat. Yah kuat! Walaupun kadang ia terlihat sangat menyedihkan jika memang dirinya merasa benar-benar tak kuat tatkala ia merasakan sikap Kai yang benar-benar membuatnya sakit. Kalau sudah seperti itu, Cheonsa menyemangati dirinya sendiri untuk tetap menguatkan hatinya.

‘Ini hanyalah masalah waktu. Aku hanya perlu bersabar sampai waktunya tiba. Aku yakin Jongin Oppa akan kembali padaku. Menjadi milikku’

Itulah kata yang sering Cheonsa ucapkan ketika dirinya sedang dalam kedaan benar-benar down karena Kai. Tapi terkadang kata-kata penyemangat untuk dirinya sendiri itu membuatnya semakin merasakan sakit yang teramat sangat. Walaupun kalian selalu melihat kalau Cheonsa terlihat sangat yakin dengan apa yang ia ucapkan itu tapi di lubuk hatinya yang paling dalam dirinya tak bisa memungkiri kalau ada secuil kekhawatiran kalau-kalau Kai memang tak akan pernah kembali kepadanya seperti dulu. Dan itu membuatnya takut.

Kai yang masih tak mengeluarkan suaranya sedikitpun membuat Cheonsa berinisiatif untuk membuka percakapan kembali. Mungkin membahas mengenai Kai dan teman-temannya merupakan ide yang bagus. Siapa tahu ketika membahas tentang temannya Kai nanti akan menanggapi perkataannya.

“Oppa. Kenapa semua teman oppa memanggil oppa dengan Kai dan bukan Jongin?” Cheonsa mengutarakan pertanyaannya. Sehari ini ia bersekolah dan mengenal beberapa teman Kai, Cheonsa tak mendengar satupun dari teman Kai yang memanggilnya Jongin tapi malah memanggil Kai. Cheonsa bertanya dengan sesekali memandang ke arah Kai yang berjalan dengan wajah dingin di sampingnya. Bahkan mereka masih tetap pada posisi yang sama. Bergandengan tangan. Ughhh betapa manisnya jika melihat mereka berdua seperti ini. Mungkin jika orang-orang yang melihat Cheonsa-Kai saat ini, mereka akan menganggap kalau Kai dan Cheonsa merupakan sepasang kekasih. Tapi jika mereka terlihat seperti pasangan kekasih sang namja tak mungkin menampakka wajah datarnya seperti itu kan ketika yeojanya sedang menggandeng tangannya?

“Molla”

Singkat. Padat. Jelas. Itulah kata pertama yang Kai keluarkan sepanjang perjalan mereka pulang. Dan itupun diucapkan dengan tanpa ekspresi.

“Ahh~ begitu” Cheonsa mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti walaupun jawaban yang diberikan Kai merupakan jawaban yang tak sesuai dengan apa yang ia harapkan tapi walaupun begitu Cheonsa senang lantaran Kai meresponnya. Yah walaupun hanya dengan satu kata yang singkat.

“Eemm Teman-teman Oppa di sekolah baik-baik. Baekhyun Sunbae dan Chanyeol Sunbae ternyata lucu sekali dan konyol. Tak cocok dengan wajah tampan mereka Kkkk~” Cheonsa menceritakan kesan petamanya bertemu dengan Chanyeol dan Baekhyun di kantin sekolah tadi.

“Bahkan aku sempat kaget ketika mendengar suara Chanyeol sunbae tadi. Suaranya benar-benar besar dan dalam. Padahal wajahnya begitu imut” Cheonsa mengatakan keheranannya tentang suara Chanyeol. Menurut Cheonsa, Chanyeol lebih cocok memliki suara yang imut. Seperti wajahnya yang yang juga imut itu.

“Tapi Kyungsoo Sunbae orangnya terlihat lebih kalem dan pendiam. Apakah dia memang seperti itu oppa?” Cheonsa tetap bercerocos ria membahas teman-teman Kai yang hanya dijawab dengan sebuah deheman oleh Kai.

“Hm”

“Oh ya! Sehun sunbae. Kenapa dia bisa begitu putih kulitnya? Bahkan putihnya bisa mengalahkan teman-teman Cheonsa yang sering melakukan perawatan ke salon”

“Cheonsa bahkan tadi sempat takut karena mengira kalau Sehun Sunbae itu mungkin saudara dari seorang vampir” Bahkan Cheonsa berbicara sambil menunjukkan wajahnya yang seolah-olah sedang bergidik ngeri.

Kai yang melihatnya tanpa sadar melengkungkan sedikit bibirnya ke atas. ‘Dasar gadis bodoh’ gumamnya dalam hati.

But wait, apakah Kai baru saja tersenyum? Karena Cheonsa?

Okay. Sepertinya Park Cheonsa bisa melelehkan sedikit es kutub tersebut saat ini. Ya sedikit. Hanya sedikit. Atau bisa dikatakan hanya sedikit sekali? But its okay, setidaknya Kai tersenyumkan? Ya walaupun tanpa sepengetahuan Cheonsa.

“Dan Luhan Oppa…… dia yang paling baik di antara teman-teman Oppa. Dia bahkan telah membantuku 2 kali tadi di sekolah”

Kai seketika menghentikan langkahnya tatkala nama ‘Luhan’ keluar dari mulut Cheonsa. Namun tak lama setelah itu segera melanjutkan langkahnya kembali. Kalau dilihat lebih jelas lagi sepertinya ada sesuatu yang berbeda dari pancaran mata namja tampan itu. Tapi untuk yang kesekian kalinya tak ada seorangpun yang bisa menebak dan menafsirkan atas apa yang terjadi dengan namja itu.

Cheonsa yang sejenak ikut menghentikn langkahnya karena Kai tiba-tiba berhenti, melanjutkan kembali acara review-nya mengenai teman-teman Kai ketika Kai melangkahkan kakinya kembali.

“Selain baik hati Luhan Oppa juga tampan” Cheonsa berkata sambil membayangkan wajah tampan Luhan yang tadi pagi sempat berada sangat dekat dengan jangkaunnya. Dirinya merasa benar-benar beruntung bisa melihat wajah tampan Luhan sedekat itu. Setidaknya ia mengenal seseorang yang baik di sekolah itu tak seperti sunbae yang tadi berusaha berbuat mesum padanya. Ughhh mengingatnya saja membuat Cheonsa bergidik takut. Sunbae mesumnya itu benar-benar tak berperasaan dan perilakunya tak cocok dikatakan seabagai seorang haksaeng.

Tanpa memperhatikan Kai yang saat ini menghentikan langkahnya kembali dan memandangnya tajam, Cheonsa tersenyum seolah sedang memandangi wajah tampan Luhan ketika berada beberapa centi di depan wajahnya seperti pagi tadi.

“Jangan dekat-dekat dengan teman-temanku”

Bersamaan dengan Kai mengucapkan itu, Cheonsa merasakan tangannya yang tadi menggenggam pergelangan tangan Kai terhempas. Dan yang menghempaskannya tidak lain dan tidak bukan adalah Kai. Hal itupun membuat Cheonsa terlonjat kaget.

“Wwa-“

“Satu lagi. Kau bukan tipe Luhan-hyung”

Kai memotong perkataan yang akan Cheonsa lontarkan lalu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Cheonsa yang kini masih terdiam di tempatnya. Cheonsa memandangi punggung yang semakin menjauh dari pandangannya itu yang tak lama setelah itu menghilang di balik sebuah gerbang besar berwarna cokelat, rumah Kai. Ya, mereka telah beberapa langkah lagi sudah mencapai rumah masing-masing.

Cheonsa yang ditinggal begitu saja mengerutkan keningnya,

‘Apa lagi salahku kali ini Oppa?’

Tak lama, bibir mungilnya mengulaskan seulas senyum bersamaan dengan jatuhnya butiran bening yang keluar dari mata indahnya tanpa diperintah. Senyum di bibirnya semakin lebar seiring dengan air matanya yang juga semakin deras mengalir di pipi putihnya.

Mungkin orang akan mengira Cheonsa gila. Sebenarnya gadis ini sedang tersenyum atau sedang menangis? Ya Cheonsa memang sedang menangis tapi untuk kesekian kalinya yeoja ini selalu tetap berusaha menguatkan hatinya kalau Kai melakukan ini hanya karena sesuatu yang beralasan. Dan jika waktunya tiba nanti, Kai pasti akan kembali kepadanya. Menjadi miliknya.

Bukankah Cheonsa terlalu berharap banyak terhadap Kai?

Bukankah Cheonsa sudah terlalu sering menyakiti hatinya sendiri?

Lalu apa yang ia harapkan lagi dari seorang seperti Kim Jongin?

Cheonsa mengusap kasar air matanya lalu tersenyum kembali sambil menatap gerbang besar berwarna coklat di depannya.

“Aku akan menunggu oppa. Sampai kapanpun”

Setelah mengucapkan kata tersebut Cheonsa membalikkan tubuhnya dan berjalan lurus ke depan, menuju rumahnya. Cheonsa membuka pintu besar rumahnya yang tampak sepi. Ya beginilah suasana rumah Cheonsa setiap harinya, terasa sangat sepi. Cheonsa tak mempunyai satupun saudara mengingat dirinya merupakan anak tunggal. Rumah besar dengan gaya eropa klasik ini hanya di huni oleh dirinya, appa dan eommanya tentu saja. Dan beberapa pembantu rumah tanggapun yang setiap harinya membersihkan rumah besar ini tak membuat rumahnya lantas menjadi ramai.

“Eomma~ Cheonsa pulang”

Cheonsa terus melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Pada jam-jam seperti ini eommanya itu pasti akan duduk di ruang tengah dengan kertas-kertas gambar yang setia berada di atas pangkuannya. Jika kalian menyangka kalau Ny. Park hanya sedang bersantai ria, kalian salah besar. Nyonya Park merupakan seorang designer lulusan Paris yang berbakat. Bahkan salah satu karyanya pernah dipakai oleh seorang artis korea ternama, Song Jihyo satu-satunya yeoja yang ada di Runnig Man ketika menghadiri acara penghargaan bergengsi dunia hiburan di Korea Selatan.

Tapi mengingat Tuan Park yang merupakan pengusaha sukses dengan hotel, resort dan restaurantnya yang sampai ke luar negeri dan bahkan mampu menghidupi keluarga Park lebih dari cukup membuat Nyonya Park harus memenuhi permintaan suaminya untuk bekerja di rumah saja. Tuan Park meminta istrinya untuk lebih memperhatikan putri tercinta mereka karena sebagai orang tua Tuan Park tak ingin kalau nantinya Cheonsa merasa kesepian jika saja kedua orang tuanya sama-sama bekerja dan menjadi benar-benar sibuk. Alhasil Nyonya Park hanya bekerja di rumah dan sesekali mengunjungi butiknya yang saat ini telah memiliki cabang di beberapa kota besar di Korea.

Ketika sampai di ruang tengah, nampak eommanya itu sedang tak sendirian. Seperti sedang bersama anak kecil?

“Eomma”

Cheonsa semakin mendekati Nyonya Park dan semakin mengerutkan keningnya ketika melihat seorang bocah kecil dengan mulut yang sedikit belepotan sedang memandangnya polos dan terlihat sedikit takut. Yeoja kecil tersebut berhenti menjilati ice cream-nya dan memilih untuk mencengkeram ujung baju yang dipakai oleh eomma-nya.

“Nuguseyo eomma?”

Nyonya Park yang melihat gelagat ketakutan dari bocah kecil tersebut lalu mendekap tubuh mungilnya lalu menyuruh Cheonsa untuk duduk di sampinnya.

“Kau ganti baju dulu saja eomma mau mengantarkan gadis manis ini dulu ne?” Kata Nyonya Park tanpa berniat menjawab pertanyaan dari Cheonsa. “Eomma akan menceritakannya nanti” Lanjutnya.

“Ah ne” Cheonsa lalu berdiri kembali bersiap untuk naik ke lantai atas, ke kamarnya. Ketika kakinya akan menginjak anak tangga pertama Cheonsa membalikkan badannya kembali tatkala mendengar Nyonya Park memanggil namanya.

“Ne?”

“Setelah mandi, pergilah ke rumah Jongin” Nyonya Park berkata sambil membersihka sekitar mulut gadis kecil tadi tanpa memperhatikan wajah Cheonsa yang nampak bingung. Pasalnya tak biasanya eommanya itu menyuruhnya pergi ke rumah Kai. Untuk apa?

“Wae?” Tanya Cheonsa masih menampakkan wajah bingungnya.

“Ji Hyun baru saja datang tadi pagi dan dia meminta eomma untuk menyuruhmu ke sana sayang” Nyonya Park berdiri setelah dirasa noda belepotan yang ada di sekitar mulut bocah kecil tersebut hilang dan berjalan menjauhi ruang tamu meninggalkan Cheonsa yang masih berdiri seperti patung.

Tak lama setelah itu ia tersenyum sangat manis.

“Eommonim sudah datang? Yeeeee!”

Cheonsa loncat-loncat di tempat lalu naik ke lantai dua dengan begitu semangat. Sesekali yeoja itu terlihat melompat-lompat kecil sambil berlari ke arah kamarnya. Ya beginilah Cheonsa. Mungkin karena sifatnya yang seperti ini yang membuatnya bisa bertahan mencintai Kai selama ini walaupun Kai sering sekali memporak-porandakan hatinya. Yeoja itu terlalu berpikiran positif kalau menyangkut Kai. Selalu sabar untuk Kai. Selalu. Dan selalu.

————————

Kai berhenti di tengah-tengah pintu setelah pintu yang baru saja ia buka kini menampakkan seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan dengan rambut yang disanggul tinggi, eommanya.

“Eomma”

Namja dengan julukan Ice Prince di sekolahnya itupun bahkan dengan tanpa malu memperlihatkan sikap manjanya dengan tiba-tiba menjatuhkan tas sekolahnya lalu berlari ke arah wanita tersebut yang sedang berdiri di depannya dengan jarak sekitar 5 meter dan memeluknya erat.

Tapi ini bukan merupakan suatu yang aneh. Menurutku semua namja dinginpun di dunia ini akan melakukan hal yang sama seperti Kai ketika mereka tak bertemu dengan orang yang paling mereka sayangi selama kurang lebih 3 tahun dan hanya bisa berkomunikasi lewat ponsel saja. Dan itupun tak setiap hari. Kalian pasti bisa merasakan kan bagaimana rasa rindunya? Terlebih orang yang kau sayangi tersebut adalah eomma-mu. Orang yang telah mengandung dan merawatmu ketika kau masih kecil.

“Omo. Kenapa putra eomma ini semakin tampan saja huh?”

Begitupun eomma Kai, wanita paruh baya tersebut bahkan tanpa sadar meneteskan air matanya karena rasa rindunya kepada putra semata wayangnya ini. 3 tahun tak bersama Kai benar-benar membuat Nyonya Kim seakan gila merindukan putranya ini. Yah, walaupun beberapa tahun terakhir ini sikap Kai sepertinya banyak berubah. Putranya yang dulu ceria dan begitu banyak bicara kini berubah lebih pendiam dan dingin. Yah Nyonya Kim bisa memakluminya. Mungkin ini karena Kai yang sudah mulai menginjak dewasa. Tapi sedingin-dinginnya Kai, dia merupakan namja yang begitu menyayangi eomma-nya. Menurut Kai, wanita paling berharga dan paling ia cintai di dunia ini adalah eommanya, nyonya Kim. Orang yang telah melahirkannya ke dunia ini.

“Kenapa eomma menangis?”

Kai yang merasa eommanya sesenggukan di bahunya mengangkat kepalanya lalu menghapus air mata Nyonya Kim. Dan kalian lihat! Kai si Ice Prince kini kembali lagi. Meskipun nada suaranya terdengar khawatir tapi tatapannya kembali seperti biasa, seperti 3 tahun terakhir ini. Nyonya Kim yang melihatnya hanya menghembuskan nafasnya pelan. Putranya telah berubah. Meskipun rasa sayangnya terhadapnya tak pernah berubah, tapi sepertinya putranya ini telah berubah menjadi namja dingin.

“Kau bertanya kenapa eomma menangis dengan wajah seperti itu eoh? Dasar anak nakal. Tentu saja eomma merindukan putra eomma ini”

Nyonya Kim kembali memeluk dengan erat putranya ini. Sebenarnya wanita itu kurang suka dengan sikap Kai yang berubah seperti ini. Bukannya apa. Dia hanya tak mau kalau dibiarkan terus seperti ini, dirinya takut Kai akan menjadi namja sombong, tak peduli dengan sekitar dan yang paling parah adalah jika namja itu menjadi orang yang tak peka dengan keadaan sekitar. Tapi mau bagaimana lagi? Dirinya tak bisa sepenuhnya menyalahkan Kai mengingat dirinya memang tak bisa selalu mendampingi namja tersebut lantaran tuntutan pekerjaannya.

“Appa mana?” Kai bertanya setelah Nyonya Kim melepaskan pelukannya.

“Ada di dalam kamar. Temuilah appamu” Kai menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam meninggalkan Nyonya Kim yang kini berjongkok mengambil tas sekolahnya.

“Aigoo”

————————

“Ughhh- lelahnya tubuh ini”

Baekhyun berkata dengan nada seolah-olah dirinya baru saja habis ‘mengangkut beras berkarung-karung tanpa istirahat’ sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size Oh Sehun yang diukuti oleh Chanyeol yang tidur di sampingnya.

“Ish dasar! Hyung kesini mau main game apa mau numpang tidur?”

Sehun berkata sambil meletakkan tas sekolahnya di atas kursi belajarnya lalu melepas blazer dan kemajanya.

“Tentu saja main games. Aku akan mengalahkanmu kali ini” Baekhyun berkata dengan semangat lalu bangun dari tidurannya dan berjalan ke arah karpet beludru di samping kanan ranjang Sehun lalu duduk di samping Luhan yang kini telah sibuk dengan ponselnya.

“Okay fine! Prove it hyung” Sehun berkata santai sambil berjalan santai ke arah lemari besar miliknya untuk mengambil kaos mungkin? dengan bertelanjang dada. Oh gosh! Jika kalian lihat dengan seksama si magnae albino ini ketika sedang topless, aku yakin kalian semua akan mimisan atau bahkan meleleh di tempat? Terdengar berlebihan memang tapi abs tipis Sehun yang hampir terbentuk sempurna itu benar-benar suatu mahakarya yang uughhh bisakah kita menghentikannya? It’s too hot to talk.

“Woahh~ magnae bagaimana kau bisa mengalahkan abs ku hah?” Chanyeol yang saat ini telah bangun memandangi Sehun yang sedang berusaha memakai kaos putih v neck-nya.

“Hahahaha apa kau iri padaku hyung? Semua orang juga tahu kalau aku ini tampan, menarik, pintar, kaya dan juga…… Hot” Sehun berkata dengan sombongnya lalu berjalan melewati Chanyeol menuju ke arah Baekhyun dan Luhan yang terlihat sedang mengobrol. Tak lama setelah itu Chanyeol juga ikut berkumpul dan duduk di samping Sehun yang berada di bawah Luhan dan Baekhyun yang sedang duduk di atas sofa besar.

“Hun, ayo lawan aku dulu” Chanyeol yang telah menyalakan PS milik Sehun mengajak Sehun untuk segera main melawannya. Dengan senang hati Sehun menerima stick game yang telah Chanyeol pegang salah satunya.

Setelah beberapa menit bermain,

“Ish! Hun-ah, kau curang” Chanyeol yang melihat mobil yang Sehun kendalikan dengan stick games ditangannya terus memimpin di depannya membuat Chanyeol mulai protes.

“Apanya yang curang?” Sehun hanya melirik sebal ke arah Hyung-nya itu. Selalu seperti ini. Chanyeol selalu menuduhnya curang kalau si telinga lebar itu tak bisa melawan dirinya.

Setelah bermain sekitar 40 menit lamanya, nyatanya Chanyeol tetap tak bisa mengalahkan Sehun. Okay, seharusnya Chanyeol tak perlu menantang Sehun untuk bermain games mengingat Sehun memang jago dalam bermain games selain Kai tentunya. Chanyeol yang merasa mulai bosan karena tak kunjung menang satupun dari Sehun akhirnya menjatuhkan stick gamesnya dan berdiri lalu duduk di antara Baekhyun dan Luhan yang sepertinya sibuk dengan ponsel masing-masing. Bisa kalian ketahui Luhan dan Baekhyun memang sangat suka berchatting ria di dunia maya tak seperti Kai dan Sehun. Lagi-lagi dua magnae ini memiliki kesamaan yang berbeda dengan hyung-hyungnya.

“Dasar payah kau Hyung” Sehun berdecak yang tak dihiraukan oleh Chanyeol. Alhasil, Sehun kini memilih untuk bermain games sendiri. Its okay menurut Sehun, bermain sendiri dan bermain games dengan hyung-hyungnya itu sama saja mengingat dirinya memang selalu akan menang kerap kali melawan mereka.

“Baek kau sedang apa?” Chanyeol yang merasa tak dihiraukan oleh kedua namja di sampingnya membuka suara. Baekhyun yang terlalu serius dengan ponselnya atau karena malas menjawab pertanyaan Chanyeol hanya diam saja tanpa niatan untuk membuka suara ataupun sekedar melirik Chanyeol yang ada di sampingnya. Chanyeol yang tak mendapat respon berarti dari Baekhyun beralih menghadap Luhan.

“Eh Hyung. Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa mengenal yeoja manis itu? Siapa tadi namanya? Cheonsa? Benarkan?”

“Eoh? Cheonsa?” Luhan yang mendengar nama Cheonsa langsung mematikan ponselnya dan mengalihkan tatapannya ke arah Chanyeol. Finally, Chanyeol tak dihiraukan lagi.

“Emmm aku mengenalnya tadi ketika dia diganngu oleh Myungsoo dan teman-temannya.” Luhan menjelaskan awal pertemuannya dengan Cheonsa tadi pagi.

Sehun yang mendengarkan percakapan Chanyeol dan Luhan, mempouse games-nya dan menghadap ke arah mereka.

“Dia bahkan tadi juga berbuat yang tidak-tidak pada yeoja itu” Ucap Sehun serius. Baekhyun yang mendengar obrolan serius teman-temannya memilih ikut bergabung.

“Maksudmu?” Baekhyun yang di sini tak tahu apa-apa mengutarakan keingin tahuannya.

“Myungsoo tadi berusaha berbuat mesum terhadap yeoja itu ketika sedang berada di perpustakaan hyung” Sehun menjelaskan yang disambut anggukan oleh Chanyeol dan Baekhyun. Berbeda dengan rekasi Chanyeol dan Baekhyun, Luhan justru terlihat menggeram pelan. Sepertinya namja tampan itu benar-benar menahan emosinya terhadap Myungsoo.

“Kau kenapa hyung?” Sehun yang melihat reaksi dan gelagat aneh dari hyungnya itu manatap curiga dan penuh selidik ke arah Luhan. ‘Sepertinya Lu-hyung menyukai yeoja itu’ batinnya lalu berbalik lagi menghadap ke depan dan melanjutkan acara main gamesnya.

“Myungsoo memang sudah kelewat batas. Tak seharusnya dia melakukan hal itu” Jawab Luhan atas pertanyaan yang Sehun lontarkan.

“Ish dia kan memang selalu mencari masalah hyung” Chanyeol menimpali ucapan Luhan.

“Aigoo~ Kasihan sekali hoobae-hoobae cantik kita nanti” Baekhyun malah saat ini tersenyum-senyum aneh tatkala mengingat bahwa hari ini ia bertemu hoobae barunya yang cantik-cantik. Dasar sifat playboy Baekhyun! “Oh ya Yeol kau ingat siapa nama teman Cheonsa tadi? Omg dia cute sekali” Baekhyun ingat bagaimana sikap sedikit bar bar Min Young ketika di ajak makan siang bersama oleh Luhan.

“Min Young” Chanyeol menjawab.

“Ah Iya! Min Young. Memang sih Cheonsa si malaikat Luhan Hyung itu cantik tapi Min Young lebih cute” Baekhyun berkata sambil tetap membayangkan sikap Min Young yang memang benar-benar lucu di mata Baekhyun ketika mereka makan siang di kantin sekolah tadi.

“Kau menyukainya Baek?” Tanya Luhan.

“Molla. Tapi aku akan mendekatinya. Hahahaha”

Sehun yang mendengar nama Min Young disebut terlihat menghentikan sebentar gamesnya lalu melanjutkannya kembali. Ada apa dengan Sehun? Apakah ada sesuatu dengannya?

“Oh ya aku ingat! Bukankah tadi Cheonsa memanggil Kai dengan Jongin Oppa? Bagaimana bisa?” Chanyeol yang ingat dengan kejadian saat pulang sekolah tadi mengutarakan maksudnya lantaran dirinya penasaran. Bagaimana bisa Cheonsa terlihat akrab sekali dengan Kai? Yah, walaupun Kai terlihat tak seakrab kelihatan Cheonsa saat memanggil namanya.

“Nah itu yang ingin aku tahu tapi sayangnya Sehun menarikku terlebih dahulu tadi. Padahal Cheonsa tadi baru saja akan mengatakan sesuatu” Luhan menghembuskan nafasnya.

“Jadi Hyung menyalahkanku? Baiklah” Sehun bangkit dari duduknya dan menjatuhkan stick gamesnya.

“Anio Sehunnie. Hyung tak menyalahkanmu”

“ Hei Hei kau mau kemana?” Luhan yang merasa bersalah dengan apa yang telah diucapkannya kepada Sehun berusaha untuk menjelaskannya. Luhan tahu benar sifat Sehun. Sejak kecil mereka selalu bersama bahkan orang-orang yang tak mengenal mereka dengan dekat akan beranggapan kalau Sehun dan Luhan merupakan kakak beradik. Nyonya Xi dan dan Nyonya Oh bahkan juga berteman baik. Dan jika kalian tahu, Nyonya Oh bahkan menganggap Luhan seperti putranya sendiri begitupun Nyonya Xi yang menganggap Sehun sebagai putranya sendiri. Dan perlu kalian ketahui juga, Sehun bisa sangat sensitif jika menyangkut Luhan. Namja yang kelihatan dingin itu bahkan pernah menangis di kamar mandi berjam-jam lantaran beranggapan kalau Luhan sedang marah padanya. Oh please Luhan tak ingin menyakiti dongsaeng kesayangannya itu.

Terdengar kekanakan mungkin. Tapi inilah Sehun dan Luhan. Saudara yang terlahir dari ibu yang berbeda dan ayah yang berbeda pula pastinya.

“Sehunnie” Luhan tetap memanggil Sehun yang akan mencapai pintu kamar.

“Aku akan mengambil minum hyung” Sehun berucap dingin tanpa menoleh membuat Luhan mengehembuskan nafasnya pelan.

“Nanti dia juga akan baik-baik saja hyung” Chanyeol yang mengerti apa yang dirasakan Luhan mencoba menenangkan Luhan yang terlihat bersalah atas apa yang telah diucapkannya barusan.

“Tapi aku masih benar-benar penasaran. Sebenarnya apa hubungan Cheonsa dan Kai. Kenapa Cheonsa terlihat telah lama mengenal Kai?” Baekhyun kembali bersuara. Sepertinya namja itu sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri menerka-nerka alasan kenapa Cheonsa memanggil Kai dengan sebutan Jongin Oppa.

“Hmm aku juga. Tapi kalau Kai memang benar-benar mengenal Cheonsa sebelumnya, pasti dia setidaknya pernah menceritakan tentang Cheonsa kepda kita. Tapi nyatanya tidak kan?” Chanyeol mengeluarkan pendapatnya.

“Lebih baik kita tanyakan saja langsung pada Kai besok” Luhan berucap yang dijawab anggukan oleh Chanyeol dan Baekhyun. “Aku akan ke bawah dulu” Lanjutnya lalu bangkit dan keluar kamar untuk menyusul Sehun.

————————

“Cha! Ahhh Yeoppoda~”

Cheonsa memuji dirinya sendiri di depan cermin ketika ia selesai menjepitkan jepitan rambut berwarna kuning keemasan di rambutnya lalu terkekeh kecil. Setelah menyisir rambutnya sekali lagi untuk merapikan tatanan rambutnya yang ia biarkan terurai, Cheonsa berputar-putar lalu tersenyum ke arah pantulan dirinya di cerman yang ada di depannya.

“Eommonim, apa Cheonsa sudah terlihat cantik?”

Cheonsa berbicara pada pantulan dirinya di cermin layaknya ia sedang berbicara dengan eomma Kai. Setelah mengucapkan itu, Cheonsa lantas turun menuju lantai bawah dan berjalan keluar rumah untuk menuju ke arah rumah Kai yang tepat berada di depan rumahnya.

Ketika kakinya telah menginjak lantai rumah Kai, Cheonsa terlihat sangat gugup. Pasalnya ini sudah lama sejak dirinya tak menginjakkan kaki ke rumah Kai. Setelah menghembusakan nafasnya beberapa kali Cheonsa mulai memencet interkom rumah Kai. Tak lama setelah itu seorang maid rumah Kai yang bekerja sejak Kai masih kecil itu tersenyum lembut ke arah Cheonsa.

“Nona Cheonsa semakin cantik saja. Ahjumma benar-benar merindukan nona” Seulki Ahjumma mengutarakan rasa kagumnya dan kerinduannya pada teman kecil tuan mudanya ini.

“Hehehe ahjumma bisa saja. Cheonsa juga merindukan ahjumma dan masakan ahjumma tentunya Haha”

“Aigoo nona ini bisa saja. Kajja, Nyonya Kim sudah menunggu nona” Seulki Ahjumma menuntun Cheonsa untuk masuk ke dalam. Cheonsa melihat ke sekeliling rumah Kai yang tampak sepi. Ketika sampai di ruang tengah nampak seorang wanita yang seumuran dengan eommanya itu terlihat sedang memunggunginya.

“Eommonim”

Nyonya Kim yang masih hafal dangan suara lembut yeoja itu lantas menolehkan kepalanya dan terlihat sedikit terkejut.

“Omona. Ini benar-benar Park Cheonsa?” Nyonya Kim yang terkejut karena melihat Cheonsa yang saat ini terlihat semakin tinggi dan cantik, berjalan mendekat ke arah Cheonsa yang sedang berdiri beberapa meter di depannya. Ternyata hampir 3 tahun lamanya tak bertemu Cheonsa membuat dirinya begitu merindukan yeoja yang sangat ia sayangi tersebut.

“Kenapa kau semakin cantik eoh? Eommonim benar-benar merindukanmu sayang” Ketika sampai di depan Cheonsa, Nyonya Kim tak bisa menahan dirinya untuk tak memeluk Cheonsa.

“Nado. Cheonsa juga sangat sangat merindukan eommonim” Cheonsa membalas pelukan hangat dari Nyonya Kim dan menyembunyikaan kepalanya di bahu Eomma Kai tersebut.

“Abeonim mana?” Tanya Cheonsa ketika Nyonya Kim merenggangkan pelukannya sambil mengelus sayang rambut Cheonsa.

“Dia masih di kamar sayang. Mungkin masih bersiap-siap”

“Ohh. Memangnya abeonim mau kemana lagi?”

“Setalah ini kita akan pergi makan keluar. Jadi kau panggil Jongin Oppamu itu okay?” Nyonya Park melepaskan pelukannya lalu mengelus sekali lagi rambut panjang Cheonsa.

“Sip! Eommonim” Cheonsa berkata semangat yang hanya dijawab kekehan dari mulut Nyonya Kim.

Setelah itu Cheonsa berjalan ke atas menuju kamar Kai dengan semangat. Terlihat sekali yeoja itu yang sesekali mengembangkan senyum manisnya. Nyonya Kim yang melihat Cheonsa dari bawah hanya tersenyum lembut.

“Ada apa yeobo?” Tuan Kim yang entah kapan telah ada di sampingnya, bertannya heran lantaran melihat senyuman istrinya itu.

“Aku tak sabar ingin melihat Cheonsa setiap hari berada di rumah ini. Menjadi bagian dari keluarga kita” Nyonya Kim mengutarakan keinginan hatinya yang sejak dulu itu.

“Mereka masih SMA, yeobo” Jawab Tuan Kim.

“Ya aku tahu”

Sedangkan Cheonsa yang telah berada di depan pintu kamar Kai terlihat ragu antara mengetuk pintu tersebut atau hanya perlu memanggil Kai dari luar saja. Setelah mengumpulkan keberaniannya Cheonsa mulai mengetuk pintu kamar Kai yang bercat putih tersebut.

Tok Tok

“Oppa”

Tok Tok

“Oppa”

“Jongin Oppa”

Tok Tok

“Ini Cheonsa”

Tok Tok

Setelah beberapa kali mengetuk pintu tersebut dan tak mendapat respon apapun dari Kai akhirnya Cheonsa dengan takut-takut membuka sedikit kamar Kai dan menyembulkan kepalanya ke dalam. ‘Tak ada siapa-siapa?’ gumamnya lalu membuka lebih lebar pintu kamar bercat putih tersebut.

“Sepi. Kemana Jongin Oppa?”

Karena tak mendapati Kai di manapun Cheonsa memutuskan untuk masuk dan menutup kamar Kai kembali. Hal pertama yang Cheonsa rasakan ketika menginjakkan kakinya ke dalam kamar Kai adalah suhu kamar yang benar-benar dingin dan aroma kamar Kai yang sama persis dengan wangi yang sering ia cium ketika berada di dekat Kai. Ughh benar-benar memabukkan. Bahkan Cheonsa merasa pusing dengan aroma Kai yang memenuhi indra penciumannya saat ini. Seperti zat adiktif.

Ketika sedang sibuk merasakan aroma maskulin Kai yang menyebar di seluruh kamar ini, Cheonsa tak menyadari kalau Kai yang ternyata saat ini berdiri di depan kamar mandinya menatapnya tajam.

“Apa yang kau lakukan di kamarku?”

Ucapan yang berasal dari belakang tubuh Cheonsa lantas membuat Cheonsa seketika menolehkan wajahnya. Dan ketika ia telah berhasil menolehkan wajahnya, Cheonsa hampir saja berteriak kalau saja ia tak cepat-cepat menutup mulutnya dengan tangannya sendiri. Bayangkan saja kalau kalian jadi Cheonsa. KAI SAAT INI HANYA MENGGUNAKAN HANDUK SELUTUT DENGAN TUBUH TOPLESSNYA DAN RAMBUTNYA YANG BASAH. Apakah kalian bisa membayangkan bagaimana kesulitannnya Cheonsa hanya untuk mendapatkan asupan oksigen dari udara bebas di sekitarnya?

Di lain sisi Kai yang tak menghiraukan ekspresi Cheonsa yang terlihat begitu tegang dan gugup tanpa merasa bersalah malah semakin mendekat ke arah Cheonsa. Semain dekat dan dekat yang membuat Cheonsa secara otomatis juga memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menyentuh lemari besar di dalam kamar Kai tersebut.

“Op-pa jangan mendekat” Cheonsa berkata gugup.

“Wae?” seperti biasa, Kai tetap menampakkan wajah dinginnya sambil tetap mendekat ke arah Cheonsa hingga yeoja itu menutup matanya dan terlihat tak mengambil nafas karena saat ini Kai berada benar-benar di depan wajahnya. Hanya beberapa centi saja di depan wajahnya. Salahkan Kai yang terlalu dekat hingga membuat Cheonsa tak bisa menghirup udara bebas selain wangi shampo dari rambut Kai yang benar-benar membuat Cheonsa pening setengah mati. Salahkan Kai yang mengambil semua oksigen di dalam ruangan itu yang akan Cheonsa hirup.

Lama mereka bertahan pada posisi dimana Cheonsa yang menutup matanya sedangkan Kai yang menatap tajam wajah Cheonsa dari jarak yang begitu dekat. Menyusuri wajah tegang dengan mata tertutup yang memperlihatkan bulu mata lentik milik Cheonsa, hidung mungil mancungnya, pipi sedikit chubby yang saat ini sedikit merona dan jangan lupakan bibir tipis kissable milik Cheonsa yang berwarna pink alami yang begitu meng-

“Kau bisa mati jika tak bernapas bodoh” Dengan tiba-tiba Kai menjauhkan wajahnya dari Cheonsa dan sedikit menyingkirkan tubuh Cheonsa lalu membuka lemari tersebut dan mengeluarkan kaos lengan panjang berwarna biru langit. Jika dilihat dengan seksama, namja tampan dengan tubuh topless itu kini terlihat sedang menghembuskan nafasnya pelan dan terlihat telah menahan…. sesuatu?

“Oh ya dan satu lagi. Aku bukan tipe namja yang suka kau ajak bercumbu sembarangan bahkan saat di sekolah”

TBC….

Halo Halo. Gimana nih chap 5nya? Masih ada yang ingat gak? Masih ada yang nunggu gak? Gak ada? Ahh biarin. Hahah oh ya gimana nih readers masih ngefeel kah atau malah makin ancur makin ke sini ceritanya?

Sesuai warning di atas. Ini Long shoot. Jadi maaf banget kalau kalian semua boring bacanya. Gak tahu kenapa pas nulis chapter ini idenya meluncur deras banget kaya sungai berantas sampe bingung mau nge-cutnya cuz sebanranya ini masih banyak yang aku lewatin karena takut terlalu kepanjangan. Oh ya disini aku agak banyakin momen Kai-Cheonsanya since ada sebagian readers yang minta lebih dibanyakin momen KaiSa-nya. Tapi kalo masing kurang. Mianhae ne? Mungkin chap berikutnya aku bisa nambahin/? oh ya maaf kalo publishnya gak bisa cepet readers cz kalian tahulah aku author freelance. Jadi aku publishnya nunggu freelancenya dibuka. Lol

Oke! Seperti sebelumnya, karena ini ff pertama aku, jadi dengan segala permintaan dari hatiku yang paling dalam, RCL ya? DONT BE SILENT READERS. Kalian komen ff aku biar aku tahu kekurangannya sehingga bisa aku perbaiki. Kita saling menguntungkkan lah

aku yang nulis kalian yang hanya tinggalin komen. Gampangkan? Setiap komen yang kalian berikan itu ngaruh banget buat aku. Kalau yang komen banyak, aku juga semangat nulis next chapternya. Meskipun kadang semales malesnya aku kalau ada yang nungguin ni ff aku akan usahain buat secepat mungkin ngelanjutin nulisnya.

Yang terakhir, bagi yang pengen kenal sama aku, bisa mention ke twitter aku

@_kimshitjongin. Aku ganti uname btw yg dulu itukan @_jonginexo94. Kalian bisa jadi teman aku di sana. You can chat me too via line. Here’s my line id: miqookai

Terima kasih buat yg udah mau baca ff aku. And once again, RCL JUSEYO.

See You J

Filed under: romance, Sadnes, school life Tagged: Kai EXO

Show more