2015-06-06



Title :

:: Change Me ::

나를 변경

Author : awknisa (twitter : @awknisa)

Poster By :

[ primavera @ ArtFantasy ]

Main Cast :

Oh Sehun (EXO) || Byun Hyerin (OC/You)

∞ Support Cast : Various Artist & OC’s || Genre : Family, Marriage Life, Romance || Rating : PG-15 || Length : Chaptered ∞

Sorry for Typo(s)

Previous Chapter ↓↓↓

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4 || Chapter 5 || Chapter 6 || Chapter 7 || CHANGE ME SIDE STORY || Chapter 8 || Chapter 9 || Chapter 10 || Chapter 11 || Chapter 12 || Chapter 13 || Chapter 14 || Chapter 15 || Chapter 16 || Chapter 17 || Chapter 18 || Chapter 19 ||

HAPPY READING :)

“Sampai sekarang kami belum mengetahui motif pasti mereka untuk menculik Byun Hyerin, semuanya masih dalam penyelidikan polisi, kuharap kau bisa membantu,” ujar Woobin.

Sesuai dengan perkiraan Woobin sebelumnya, Soojung menunjukkan reaksi terkejut bukan main saat Woobin menyebut naman ‘Byun Hyerin’.

“Apa? Jongin oppa men… culik Byun Hyerin? Maksudmu Hyerin istri dari Oh Sehun kan?” tanya Soojung.

“Ya, Hyerin sahabat kalian…” Woobin menganggukan kepalanya dan bersamaan dengan itu, air mata Soojung mulai membanjir mengalir dipipinya.

“Tidak mungkin, Sunbae. Jongin oppa tidak mungkin tega berbuat seperti itu pada Hyerin!!” pekik Soojung, air matanya semakin membanjir.

“Ya… aku pun masih tak percaya setelah mengetahui fakta bahwa kalian sudah bersahabat sangat dekat sejak kecil. Terlebih lagi Oh Sehun… ia terlihat benar-benar terpukul saat melihat Jongin di TKP bersama dua rekan Jongin lainnya,” ujar Woobin.

“Dua rekan? Siapa kedua orang yang bersama Jongin oppa?” tanya Soojung.

“Bae Irene dan Kim Joonmyun,” jawab Woobin. Oh sungguh Soojung benar-benar terkejut saat mendengar Woobin menyebutkan nama kedua orang itu. Ini sungguh rumit bagi Soojung.

Irene, oh jelas saja Soojung mengenal Irene. Sang mantan pacar Sehun yang juga sempat membuat kekacauan dalam rumah tangga Sehun dan Hyerin beberapa bulan yang lalu, dan sekarang… ternyata gadis itu belum menyerah juga untuk mendapatkan Sehun, pikir Soojung.

Dan untuk Suho. Well, Soojung tak seberapa mengenalnya, namun yang ia tahu, Suho adalah mantan kekasih Sena yang hubungan mereka tak kunjung mendapatkan restu dari kedua orang tua Sena. Apa mungkin Suho melakukan itu karena ia tak direstui hubungannya oleh kedua orang tua Sena? Lantas, apa hubungannya dengan Hyerin?

Dan yang menjadi tanda tanya besar bagi Soojung adalah bagaimana caranya Jongin bisa bersekongkol dengan kedua orang tersebut untuk menculik Hyerin.

“Lalu, dimana Hyerin dan juga Sehun sekarang?”

“Mereka berada di rumah sakit. Hyerin membutuhkan perawatan intensif akibat penyiksaan yang mereka bertiga lakukan padanya. Ia terserang gangguan mental dan bahkan kabarnya mereka bertiga sempat memberikan ramuan perusak rahim pada Hyerin yang tengah mengandung…” jelas Woobin. Soojung rasa jantungnya akan lepas apabila ia semakin bertanya pada Woobin dan mendengarkan penjelasan dari Woobin.

“Apa aku bisa bertemu dengan Jongin oppa sekarang?” tanya Soojung terakhir kalinya dan Woobin mengiyakannya.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Disinilah Soojung sekarang, ia berada dihadapan Jongin dan sebuah kaca bening menjadi pemisah diantara mereka. Jongin benar-benar terlihat payah dengan seragam khas tahanan berwarna krem kehijau-hijauan. Soojung meneteskan air mata lagi saat melihat bagaimana keadaan Jongin yang sedang duduk sembari menunduk di hadapannya ini.

“Sebenarnya ada apa, Oppa? Kenapa kau melakukan ini?” tanya Soojung. Jongin diam, bahkan namja berkulit kecokelatan itu masih menunduk.

“Tatap aku!! Sejak kapan kau menjadi lelaki yang pengecut seperti ini, eo? Kemana Jongin yang seperti biasa? Jongin suamiku yang benar-benar hebat!!” pekik Soojung yang masih terus meneteskan air mata.

Perlahan-lahan Jongin menaikkan kepalanya dan memberanikan diri untuk menatap Soojung. Tatapan yang dipancarkan oleh Jongin adalah tatapan kerapuhan, Soojung bisa merasakan itu. Bahkan terlihat tetesan air mata di sudut kedua mata Jongin.

“Maafkan aku, Soojung-ah. Aku sudah membuatmu kecewa, aku memang pengecut. Maafkan aku…” lirih Jongin dengan tatapan nanar.

“Wae, Oppa? Wae? Kenapa kau tega melakukan itu? Apa karena kekalahanmu dalam Holland Project waktu itu, eo? Sudah kubilang, kau tidak boleh iri pada Sehun!! Mungkin presentasinya memang jauh lebih baik darimu!! Harusnya kau bukannya dendam padanya, harusnya kau menjadikan ini sebagai pelajaran agar kau berusaha lebih giat lagi untuk proyek lainnya!!” Soojung menggedor-gedor kaca yang ada di hadapan mereka pelan. Ia benar-benar merasa sesak. Tak pernah terpikir sekalipun di benak Soojung bahwa ia akan melalui hal ini. Melihat Jongin ditahan, di-pen-ja-ra.

“Abeoji, beliau yang menuntutku untuk melakukan semua ini. Aku melakukan ini… agar kita bisa selalu hidup mewah dan berkecukupan, Soojung-ah. Aku tak mau dipecat oleh abeoji dan tak bisa membiayaimu…” ujar Jongin dengan penuh penyesalan. Ia sungguh menyesal karena lagi-lagi telah berhasil dikuasai oleh ayahnya.

“Kenapa kau tak pernah mengatakan hal itu padaku? Apa kau masih menganggapku sebagai istrimu? Aku kecewa, Oppa. Kau telah merusak janji kita. Kita sudah berjanji di altar satu tahun yang lalu bahwa kita akan berbagai masalah, kesedihan dan juga kebahagiaan bersama-sama. Namun nyatanya apa? Kali ini kau hanya menanggung masalah ini seorang diri. Harusnya kau berbagi denganku, ini semua tak akan terjadi kalau kau terbuka padaku!! Aku bisa membantumu, Oppa, bahkan ayahku pasti bersedia untuk berbicara pada Ayahmu. Kalaupun kau dipecat kau pasti bisa mendapatkan pekerjaan di perusahan lainnya, Tuan Oh pasti mau menerimamu apabila kau benar-benar dipecat oleh ayahmu, apa kau lupa kalau Keluarga Oh benar-benar menganggumimu dan menganggapmu sebagai anak kandung mereka juga? Tapi dengan bodohnya, kau merusak semua kepercayaan itu, Oppa, ” balas Soojung panjang dan lebar sembari terisak.

“Kau sedang hamil, Kim Soojung. Aku tak mau kau terbebani dan berimbas ke anak kita apabila kau mengetahui masalahku. Aku tak mau kau melihat kegagalanku, aku malu pada diriku sendiri…”

“Kau bukanlah Kim Jongin yang ku kenal. Kim Jongin yang ku kenal adalah seorang pria yang hebat, bijaksana, dan terbuka pada istrinya sendiri… untuk kesekian kalinya ku katakan padamu, aku kecewa padamu…” ujar Soojung dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

“Ya, ku akui aku memang salah, Soojung-ah. Aku bodoh. Aku pengecut. Aku menyesal… sungguh menyesal…”

“Tidak ada gunanya lagi menyesal, Kim Jongin. Semuanya telah hancur karena ke gegabahanmu. Kalau seperti ini, perusahaanmu justru akan semakin terpuruk. Harusnya kau berpikir panjang.” Soojung menyeka air matanya dengan kasar.

“Aku membencimu. Kau sudah tak menganggapku sebagai istrimu lagi ‘kan? Kau hanya ingin berbagi dengan dirimu sendiri ‘kan? Baiklah, kalau begitu….”

“… kembalikan saja margaku,” lanjut Soojung sembari bangkit dari duduknya dan meninggalkan Jongin.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Sehun sedang berada di ruang keluarga yang ada di rumah orang tuanya, kediaman Keluarga Oh. Diruangan ini kini terdapat Tuan serta Nyonya Oh, kedua orang tua Hyerin juga hadir. Baekhyun, Sena, dan juga Chanyeol turut berkumpul dalam pertemuan ini. Keluarga Oh dan Byun akan lengkap apabila Hyerin juga hadir dalam pertemuan keluarga darurat ini.



OH FAMILY



BYUN FAMILY

“Jadi, jelaskan pada kami apa yang sebenarnya terjadi.” suara Tuan Oh yang hampir mirip dengan suara Sehun–nyaring–mulai memecah keheningan.

“Hyerin diculik, dan penyebab pastinya masih dalam penyelidikan…” jawab Sehun.

“Siapa dalang di balik kasus ini?” tanya Tuan Oh lagi.

“Dia adalah Bae Irene, Suho hyung, dan juga….. Kim Jongin,” ujar Sehun. Aura keterkejutkan menyelimuti mereka semua begitu mereka mendengar Sehun menyebut nama Jongin.

“Kim… Jongin?! Kau tidak salah sebut ‘kan?” tanya Nyonya Oh.

“Ya, Eomma. Jongin terlibat dalam kasus ini…” jawab Sehun yang mulai melemah. Sungguh, mengingat fakta bahwa Jongin ikut terlibat benar-benar berhasil membuat Sehun semakin sakit.

“Bagaimana Jongin bisa melakukan ini pada Hyerin? Bukankah ia tahu kalau Hyerin kini adalah istrimu? Bahkan Hyerin dan Jongin juga bersahabat ‘kan?” Nyonya Oh kini terus bertanya pada Sehun.

“Ya, Eomma. Aku tak tahu pasti mengapa ia melakukan ini padaku. Tapi ada satu kemungkinan yang terlintas dalam benakku…” jawab Sehun.

“Apa itu?”

“Sepertinya ia melakukan ini karena ia….. iri padaku, aku yang memenangkan Holland Project itu dan menjadi wakil dari Korea Selatan. Itulah satu-satunya kemungkinan yang paling masuk akal. Karena sejak saat itu, aku dan Jongin sudah tak pernah berhubungan lagi,” ujar Sehun.

“Lalu kenapa mereka melakukannya pada Hyerin? Mengapa bukan padamu ataupun keluarga kita?” tanya Chanyeol yang mulai ikut kedalam perbincangan ini.

“Aku yakin ini karena pengaruh Irene juga, Irene mengincar Hyerin, dan berhubung Hyerin kini termasuk kedalam bagian Keluarga Oh, mereka menggunakan Hyerin sebagai mangsa mereka,” jelas Sehun yang mengeluarkan opini-opininya.

“Lalu bagaimana dengan Suho? Ia adalah orang yang sama dengan orang yang menyebarkan foto Chanyeol dan Baekhyun waktu itu kan?” Tuan Byun mulai buka suara.

“Ya, Abeonim. Aku bahkan masih belum tahu apa motifnya melakukan ini, bahkan aku masih belum tahu mengapa ia waktu itu menyebarkan foto Chanyeol dan Baekhyun hyung,” jawab Sehun.

“Astaga, kenapa banyak sekali orang yang gila di dunia ini sekarang,” ujar Baekhyun.

“Lalu bagaimana keadaan Hyerin sekarang? Hari ini kita harus datang untuk menjenguknya!!!” ujar Nyonya Byun cepat, ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan putri semata wayangnya tersebut.

Chanyeol yang menjawab pertanyaan Nyonya Byun. Sebagai seorang dokter ia jauh lebih mengerti daripada Sehun ‘kan? Lagipula ia juga sudah bertemu dengan dr. Nam dan dr. Nam sering memberi Chanyeol informasi tentang kondisi Hyerin.

Mereka semua terkejut saat Chanyeol berkata bahwa Hyerin terkena PTSD. Seketika Nyonya Byun meneteskan air matanya karena memikirkan nasib putri kesayangannya itu. Chanyeol juga menceritakan kondisi tubuh Hyerin yang sempat di berikan ramuan perusak rahim.

“Dengan menyesal harus kukatakan bahwa Hyerin belum bisa dijenguk oleh siapapun untuk dua hari kedepan, ia harus menenangkan dirinya terlebih dahulu,” ujar Chanyeol.

“Ah kalau begitu, segera kirimkan dua orang ajudan untuk menjaga kamar rawat Hyerin sekarang juga karena kita tak bisa mengunjunginya. Yeah, setidaknya keamanan Hyerin di rumah sakit terjamin karena ada yang menjaganya,” ujar Tuan Byun.

“Ya, Abeoji,” sahut Baekhyun.

“Baiklah. Pokoknya, kau harus memberitahu kami tentang keadaan Hyerin, Chanyeol-ah,” ujar Nyonya Oh kemudian.

“Ya, Eomma.”

“Jadi, tindakan apa yang harus kita lakukan pada ketiga pelaku tersebut?” tanya Baekhyun.

“Mereka harus mendapatkan hukuman yang memang harus mereka dapatkan atas perbuatan keji mereka pada anakku!! Aku akan memproses kasus ini dan kupastikan mereka akan ditahan,” jawab Tuan Byun.

“Tapi Jongin…” lirih Sehun dengan suara yang sangat kecil, hanya Sena yang ada di sebelahnya saja yang bisa mendengarnya. Dengan sigap, Sena langsung mengelus punggung Sehun agar kakaknya itu merasa tenang.

“Baekhyun-ah, segera kumpulkan pengacara terbaik di Korea untuk menjadi elemen kekuatan kita di pengadilan nanti, mereka harus merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh putriku!!” ujar Tuan Byun lagi dengan tegas. Baekhyun langsung mengangguk pertanda bahwa ia siap untuk menjalankan perkataan ayahnya.

“Oh ya, bukankah Lego Company sedang berpartisipasi dalam Holland Project 2015? Kau seharusnya sekarang ada di Belanda ‘kan? Bagaimana dengan tanggung jawabmu di Belanda sana, Sehun-ah?” tanya Baekhyun.

“Ah itu. Hm, sebenarnya aku ingin memerintahkan Lee Jonghyun, wakil presdir perusahaan kami untuk menggantikanku di Belanda dan aku akan kembali bertugas di Korea. Namun, tadi sekertarisku berkata bahwa peserta tidak bisa diganti, jadi aku harus tetap menyelesaikan pekerjaan ini sampai bulan depan di Belanda. Entahlah… aku bingung, aku harus kembali ke Belanda dalam waktu dekat ini atau…..”

“Lanjutkanlah, Sehun-ah,” potong Baekhyun.

Dapat ia lihat dengan jelas gurat kebimbangan pada wajah Sehun. Baekhyun paham betul bahwa Sehun tak mungkin tega meninggalkan Hyerin dalam kondisi seperti sekarang ini hanya karena urusan pekerjaan.

Well, sebenarnya Baekhyun juga ingin Sehun tetap tinggal di Korea dan selalu di dekat Hyerin karena ia tahu bahwa adik perempuannya itu sangat-sangat membutuhkan Sehun disaat-saat seperti ini.

Namun, kalau kita berpikir lebih panjang lagi, Sehun tidak bisa melepaskan tanggung jawab terhadap pekerjaannya begitu saja, ia memimpin perusahaan besar yang menjadi tempat mata pencaharian bagi ribuan karyawan, nasib banyak orang ada di tangannya, jadi Sehun harus memikirkan orang lain juga dengan cara melanjutkan pekerjaannya di Belanda. Karena kalau sampai ia membuat ulah dalam bisnis kali ini, Lego Company berkemungkinan besar akan diblacklist oleh himpunan perusahaan-perusahaan terpercaya di Dunia.

“Tapi… bagaimana dengan Hyerin, Hyung?”

“Ia akan baik-baik saja, kami semua ada disini, kau juga bisa ke Korea setiap satu atau dua minggu sekali untuk melihat kondisinya. Lagipula, apa yang bisa kau lakukan apabila tetap tinggal di Korea? Bukankah Hyerin belum dapat bertemu denganmu, daripada kau membuang-buang waktu disini, kau lebih baik fokus pada pekerjaanmu, dan… jangan lupa berdo’a, oke? Karena aku yakin, Hyerin akan kembali normal, sebentar lagi.”

“Ya, Baekhyun benar, Sehun-ah. Bukannya ingin bersikap egois, namun setelah aku pikir-pikir, kau memang harus kembali ke Belanda untuk menyelesaikan ini semua. Lagipula, kau hanya perlu tinggal di sana lima minggu lagi ‘kan? Aku yakin semuanya akan tetap baik-baik saja, dan untuk kasus ini, biar aku dan juga Soohyun serta pengacara-pengacara kami yang akan mengurusnya.” Tuan Oh ikut menimpali.

“Baiklah, aku akan mempersiapkan keberangkatanku ke Belanda lagi,” jawab Sehun yang kini merasa bahwa rasa semangatnya berangsur-angsur mulai kembali. Ia merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang selalu mendukungnya penuh seperti ini.

“Omong-omong, aku memiliki suatu hal yang ingin kuberitahukan pada kalian…” kini suara Tuan Byun—Byun Soohyun—sedikit melemah.

“Ada apa, Yeobo?” tanya Nyonya Byun.

“Sebenarnya…. Irene adalah keponakan kandungku…” ujar Tuan Byun.

DUAARRR

Kali ini mereka kembali dikejutkan oleh fakta. Terutama Sehun dan juga Baekhyun. Mereka benar-benar terkejut bagaimana bisa Irene ternyata adalah keponakan Tuan Byun.

“B –bagaimana bisa, Abeoji? Kau tahu darimana?” tanya Baekhyun dengan mata sipit yang masih membulat.

“Jadi, Irene ternyata adalah anak dari adikku, Byun Nahyun, yang dua puluh enam tahun lalu namanya dicoret dari daftar Keluarga Byun oleh mendiang ayahku karena ia memilih untuk menikah tanpa restu oleh pria biasa, Bae Sungjoon—ayah Irene.”

“Nahyunnie? Kau serius, Yeobo? Astaga… bagaimana bisa dunia sesempit ini…” pekik Nyonya Byun tak percaya.

Ya, Nyonya Byun sempat mengenal Byun Nahyun karena pada saat ia menikah dengan Tuan Byun, Byun Nahyun masih terdaftar sebagai Keluarga Byun, dan ia tahu betul bagaimana kasus Byun Nahyun dengan Bae Sungjoon dua puluh enam tahun yang lalu karena ia telah menjadi bagian dari Keluarga Byun kala itu.

“Apa Hyerin sudah mengetahui ini, Abeonim?” tanya Sehun.

“Belum, aku baru memberitahu ini pada adik-adikku dan juga kalian. Tolong jangan beritahu Hyerin dahulu, aku takut ia terkejut,” ujar Tuan Byun. Kalian ingat ‘kan bahwa Tuan Byun mengetahui kalau Irene pernah menjadi perusak dalam rumah tangga Sehun dan Hyerin?

“Lalu, bagaimana kau tahu bahwa ia adalah anak dari Nahyun? Bukankah kau bilang Ayahmu telah melarang para anaknya untuk bertemu dengan Nahyun?” tanya Tuan Oh yang sudah cukup mengetahui seluk beluk Keluarga Byun sejak dahulu.

“Ceritanya panjang, dan aku rasa itu tidaklah penting. Yang terpenting sekarang adalah apakah aku harus memberitahu Irene bahwa ia adalah keponakanku? Pasalnya, Nahyun dan Sungjoon telah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Kini Irene hanya hidup bersama adiknya yang masih berusia enam tahun,” ujar Tuan Byun.

“Bagaimana respon adik-adikmu terhadap kabar ini?” tanya Tuan Oh.

“Kami masih memikirkan tindakan yang harus kami lakukan kedepan, Jihoon-ah. Pasalnya, hingga kini ayah kami masih memerintahkan mata-matanya untuk mengawasi kami walaupun ia telah tiada…” ujar Tuan Byun. Kakek Byun memang benar-benar dahsyat ya.

‘Apa aku harus mengatakan tentang Suho juga? Ah sepertinya sekarang bukanlah waktu yang tepat’ batin Tuan Oh. Apa maksudnya ini? Apa ada sesuatu yang tidak kita ketahui tentang Suho? Sepertinya Tuan Oh benar-benar terganggu karena itu. Apakah ada sesuatu yang mengagetkan lagi?

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Sehun melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam Kantor Polisi Pusat, ia berniat untuk bertemu dengan Jongin sebelum keberangkatannya ke Belanda lima hari lagi. Sehun bahkan berusaha sekuat tenaga untuk bertemu dengan Jongin nanti. Ia takut ia kehilangan prinsipnya dan justru bertindak bodoh.

Saat ia hendak mengisi formulir pembesukkan, ternyata ia harus menelan kekecewaannya karena ia tak bisa menemui Jongin. Peraturannya, seorang tahanan tak bisa dibesuk lebih dari satu kali dalam satu hari. Berarti tadi ada seseorang yang lebih dulu membesuk Jongin, pikir Sehun.

“Maaf, apakah saya bisa mengetahui siapa yang membesuk Tuan Kim sebelum saya?” tanya Sehun dengan sopan.

“Ya, tunggu sebentar, Tuan. Akan saya periksa datanya terlebih dahulu,” jawab sang pegawai kepolisian tersebut.

Lalu pegawai kepolisian tersebut sibuk berkutat dan jari-jarinya beberapa kali ia ketukan pada kotak-kotak keyboard. “Ah ini dia, pembesuk Tuan Kim hari ini bernama Jung Soojung,” ujar wanita berkacamata itu.

Sehun mengerutkan dahinya, ia terkejut karena Soojung membesuk Jongin. Berarti Soojung sudah mengetahui kasus ini ‘kan? Bagaimana reaksinya? Sehun benar-benar penasaran akan itu.

“Baiklah, terima kasih, Nona,” ujar Sehun sebelum ia bergegas untuk meninggalkan kantor polisi tersebut.

Kini Sehun telah berada di dalam mobil Ferrari-nya, tadinya ia memutuskan untuk menghabiskan sore sunyi ini dengan membesuk Jongin. Namun karena Jongin tak bisa ditemui, ia memutuskan untuk sekedar menenangkan diri di Sungai Han terlebih dahulu sebelum ia kembali kerumah sakit.

Sungai Han, tempat favorit Sehun dan Hyerin untuk menenangkan diri di kala mereka sedang dilanda masalah. Entah kenapa, rasanya akan begitu tenang setelah menenangkan diri di Sungai Han, walaupun hanya sebentar.

Saat ia telah sampai di Sungai Han, ia membeli sebotol air mineral terlebih dahulu untuk membasahi tenggorokan. Jujur, kalau saja saat itu Hyerin tidak memberitahunya tentang cerita itu dan juga tak mengocehinya habis-habisan setelah ia minum alkohol, mungkin sekarang ia akan memilih untuk meneguk minuman keras di club malam agar terbebas dari kepenatan ini.

[Flashback]

Sehun hampir menegak gelas kedua whiskey-nya kalau saja Hyerin tidak tiba-tiba datang dan membuang cairan berwarna kuning kecokelatan itu.

Sehun rasanya benar-benar ingin meninju Hyerin sekarang juga karena Hyerin terus saja mengusik ketenangannya. Untung saja Hyerin seorang wanita, kalau tidak Sehun mungkin sudah benar-benar melayangkan tinjunya pada wanita itu sekarang.

“Ya! Apa kau tak bosan terus-terusan mengusik hidupku, eo?” pekik Sehun dengan tatapan tajam pada Hyerin. Ia belum mabuk sama sekali karena ia baru saja meneguk satu gelas whiskey.

“Hei pria bodoh!! Sedang apa kau di sini, eo?!” Hyerin menjitak kepala Sehun beberapa kali.

“Apa kau buta? Jelas saja aku sedang minum!! Aku stress, dan itu semua karenamu!!” bentak Sehun.

“Kenapa jadi aku? Aku jelas-jelas tak melakukan apapun, ayo pulang!!” Hyerin menarik tangan Sehun untuk segera turun dari kursi bar yang pria itu duduki. Namun dengan kasar Sehun mengehempaskan tangan Hyerin.

“Apa kau lupa kalau kita sudah benar-benar resmi bertunangan sekarang?! Dengan itu, masa depanku sudah jelas, aku pasti akan dinikahkan denganmu!! Aku tak mau merelakan cintaku begitu saja dan menikah tanpa cinta!! Aku ingin menikah dan menemukan cintaku dengan hatiku sendiri, bukan dipaksa seperti ini!!” Sehun berusaha untuk menuangkan whiskey tersebut kedalam gelasnya, namun lagi-lagi Hyerin membuang minuman yang memabukkan itu.

“Apa maumu?! Pergilah selagi aku masih memiliki berbaik hati,” ancam Sehun.

“Bukan begini caranya untuk melampiaskannya, Oh Sehun!! Aku juga tertekan, sama sepertimu, bahkan aku jauh lebih tertekan karena aku sudah ditunangkan oleh orang yang tak ku cintai saat aku masih duduk di bangku sekolah seperti ini. Aku merasa dikekang, aku tak bisa berkencan selayaknya anak sekolahan lainnya dengan teman sekolahku, dan sebagainya!! Masa remajaku yang selalu kuimpikan sejak dulu sudah direnggut separuhnya, Oh Sehun!! Bukan hanya kau yang tertekan disini. Kau harus ingat itu,” balas Hyerin dengan nada bicara yang tinggi, matanya terlihat berkaca-kaca.

Sehun terdiam saat mendengar perkataan Hyerin. Hyerin benar, bukan hanya Sehun yang disini tertekan, tapi gadis itu juga. Sehun tahu, masa-masa SHS adalah masa-masanya untuk menghabiskan waktu bersama teman, berkencan bersama teman, namun Hyerin harus merelakan semua angan-angan itu karena ia telah di tunangkan seperti ini. Namun ia diam, ia rela. Bahkan ia tak melampiaskan ini dengan berbuat gegabah atau selingkuh di belakang Sehun walaupun mereka tak saling mencintai.

“Kenapa kau diam? Apa kau sadar, eh? Ayo kita pulang.” Hyerin kembali menarik tangan Sehun yang masih terdiam untuk keluar dari club malam tersebut dan tak lupa membayar whiskey yang telah di minum Sehun tadi.

Setibanya diluar, Hyerin langsung menuju ke tempat parkir, tempat dimana Sehun memarkirkan motor sportnya (for your information : dulu Sehun tidak terlalu suka menggunakan mobil untuk berpergian, namanya saja anak muda)

“Ayo kita ke Sungai Han dulu,” ajak Hyerin.

“Mau apa? Kau pergi saja sendiri,” ketus jawab Sehun.

“Katanya kau sedang stress? Sudahlah ikuti aku saja, aku jamin kau akan lebih tenang,” ujar Hyerin yang tanpa aba-aba kini sudah bertengger manis diatas motor Sehun.

“Turun,” ujar Sehun singkat sembari melemparkan tatapan dinginnya pada Hyerin.

“Tidak mau,” balas Hyerin tak kalah singkat.

“Huh, keras kepala,” ujar Sehun sembari menyerahkan helm kepada Hyerin dan ikut naik keatas motornya juga.

“Terima kasih atas pujiannya,” jawab Hyerin sembari tersenyum miring.

“Dasar gila,”

“Bisakah kau berhenti memujiku?” Hyerin meninju kecil punggung Sehun.

Sehun akhirnya melajutkan motor sport nya menuju ke arah Sungai Han, sesuai dengan permintaan Hyerin. Ya, kau tahu Hyerin, semakin kita larang semakin ia menginginkannya, benar-benar gadis yang luar biasa……. gila, pikir Sehun.

Setelah lima belas menit menempuh perjalanan melawan dinginnya angin malam di musim semi, akhirnya mereka berdua sampai di taman yang ada di Sungai Han.

Pemandangan di Sungai Han pada malam hari benar-benar memanjakan mata. Lampu-lampu terang benderang menyinari sepanjang jalan di Sungai Han. Lalu ada juga air mancur yang di sertai warna-warni seperti jingga, hijau, dan lain-lain. Banyak juga pedagang-pedangang kecil yang membuka stand berupa makanan, minuman, ice cream, dan lain-lain di sudut-sudut taman. Ditambah lagi ada puluhan kursi taman yang di sediakan untuk para pengunjung yang ingin menikmati waktu di taman paling populer di kalangan warga Korea Selatan. Menikmati waktu dan menenangkan diri di Sungai Han, memang bukan ide yang buruk sama sekali, bukan?

Hyerin langsung menarik Sehun kepinggir Sungai Han, Sehun berwaspada menjaga keseimbangan tubuhnya, siapa tahu saja Hyerin akan mendorongnya ke Sungai Han ‘kan?

Hyerin mengeluarkan sebuah botol kecil dari kantong plastik yang ia bawa pada Sehun. Tadi, saat mereka melintasi mini market, Hyerin meminta untuk berhenti sejenak karena ia ingin membeli sesuatu. Ternyata, ia membeli cairan klorofil.

“Minum ini, untuk menetralisir alkohol yang ada di dalam tubuhmu,” ujar Hyerin. Tanpa banyak omong, Sehun mengambil botol kecil itu lalu meneguk cairan berwarna hijau serta berbau daun yang berasa tawar itu.

“Ja, sekarang kau tarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan perlahan-lahan. Setelah itu, ulangi beberapa kali,” perintah Hyerin. Sehun menaikkan alisnya seolah-olah mengatakan, ‘mengapa aku harus melakukan itu?’ pada Hyerin.

“Sudah lakukan saja,” perintah Hyerin lagi.

Akhirnya Sehun melakukan perintah Hyerin tersebut tanpa kurang sedikitpun. Mungkin ini maksud Hyerin ‘menenangkan diri’, Sehun merasa sedikit demi sedikit lebih lega sekarang. Hati dan pikirannya tidak sepenat tadi.

“Bagaimana? Apa kau sudah lebih tenang?” tanya Hyerin.

“Lumayan,” jawab Sehun singkat.

“Ayo kita duduk di sana.” Hyerin menunjuk salah satu bangku taman yang disediakan di Sungai Han.

Setelah duduk dengan posisi yang cukup nyaman, Hyerin mengeluarkan dua buah botol air mineral lalu memberikannya pada Sehun satu. Sehun hanya diam saja melihat apa yang dilakukan Hyerin. Hyerin memang wanita yang benar-benar susah ditebak, ia penuh dengan kejutan, batin Sehun.

“Huaa… di sini benar-benar nyaman,” ujar Hyerin. Tiba-tiba saja Hyerin menjatuhkan kepalanya di bahu kiri Sehun. Sehun terkejut saat mendapati Hyerin yang kini memejamkan matanya dengan nyaman.

“Y –ya! Kepalamu b–berat,” ujar Sehun yang gugup. Padahal, kepala Hyerin tak memberati bahunya sama sekali, ini hanyalah omongan refleks yang ia keluarkan saking gugupnya.

“Kumohon… biarkan seperti ini sebentar, aku butuh ketenangan. Minggu depan aku akan menjalani ujian kelulusan, aku harus lulus dengan nilai yang baik, tapi aku… aku takut aku tak bisa meraihnya..” Hyerin mengela nafas kasar.

“Kau pasti bisa, banyaklah belajar dan lupakan hal-hal yang mengganggu pikiranmu, lagipula nilaimu di sekolah selalu baik ‘kan? Jadi buat apa takut?” tanya Sehun yang sudah mulai melembut, tak seketus dan sedingin tadi.

“Sainganku disekolah banyak, Sehun-ah. Kalau aku sampai tidak mendapatkan peringkat tiga besar, aku takut orang tuaku kecewa,” ujar Hyerin lagi.

Entah apa yang membuat Sehun kini tergerak untuk mengelus lembut rambut Hyerin, dan ia merasa nyaman melakukan itu.

“Oh ya, kau jangan pernah lagi melampiaskan kepenatanmu dengan meminum alkohol atau hal bodoh lainnya lagi, oke?”

“Hm.”

“Janji?”

“Ya. Tapi.. memangnya kenapa kalau aku minum alkohol? Lagipula aku kan hanya meminumnya sekali-sekali.”

“Kau pasti belum pernah mendengar cerita ini ‘kan?” ujar Hyerin.

“Cerita apa?”

“Jadi, suatu hari terdapat seorang pria yang benar-benar taat dengan agamanya. Ia bahkan tak pernah berbuat dosa sedikitpun sepanjang hidupnya. Karena ia benar-benar takut dengan yang namanya dosa.” Hyerin mengawali ceritanya.

“Lalu, suatu hari malaikat utusan dari Tuhan menghampirinya, malaikat tersebut mengatakan bahwa Tuhan memberinya kesempatan untuk berbuat dosa tanpa mencatat dosa itu dalam satu hari.”

“Awalnya ia tak tergiur dengan penawaran itu, namun lama kelamaan ia menyetujui penawaran dari malaikat tersebut. Karena sebenarnya ia juga ingin berbuat sesuatu seperti orang lain. Lalu, malaikat tersebut membawanya ke suatu tempat, di sana terdapat tiga buah pintu. Pintu pertama terdapat seorang wanita perawan dan seksi yang siap diperkosa dan diperawani oleh pria tersebut. Lalu di pintu kedua ada seorang pria dan sebuah samurai. Pria yang tak pernah berbuat dosa tadi dibolehkan untuk membunuh pria tersebut dengan samurai super tajam yang telah disediakan tadi.” Sehun memperhatikan Hyerin dengan seksama, sepertinya ia mulai tertarik dengan cerita Hyerin.

“Lalu di pintu ketiga, terdapat beberapa botol minuman keras yang bisa diminum sepuasnya oleh pria itu. Nah, pria tadi diperbolehkan untuk memilih salah satu dari tiga pintu itu. Sang pria langsung memilih pintu ketiga yang berisi beberapa botol minuman keras tersebut, karena menurutnya, dosa meminum alkohol tak sebesar dosa saat membunuh seseorang apalagi memperkosa seseorang. Kalau kau menjadi pria itu, mana yang kau pilih?” tanya Hyerin.

“Jelas saja aku memilih pilihan yang sama dengannya, aku memilih pintu ketiga. Karena dosa meminum minuman keras tak sebesar dosa membunuh ataupun memperkosa orang,” jawab Sehun. Sebuah lengkungan tipis tertarik disudut-sudut bibir Hyerin, membentuk sebuah senyuman manis saat mendengar jawaban Sehun.

“Oke, kita kembali ke cerita. Lalu, setelah ia masuk kedalam pintu ketiga ia mulai meminum satu persatu tegukkan minuman keras, dan kau tahu apa yang terjadi selanjutnya?” Sehun menggelengkan kepalanya.

“Ternyata pria itu mabuk berat, dan karena ia mabuk berat, tanpa sadar ia masuk ke pintu lainnya, membunuh seorang pria dengan samurai dan juga memperkosa seorang wanita perawan itu sekalian. Ia melakukan ketiga dosa itu hanya karena minuman keras!!” tegas Hyerin di kalimat terakhirnya.

“Jadi, kuharap kau bisa mengambil kesimpulan terhadap bahanya minum minuman keras bagi diri kita dari cerita tersebut, dan kumohon, berhentilah menyentuh alkohol mulai sekarang, walaupun hanya setetes. Ini semua demi kebaikanmu,” ujar Hyerin yang kini sudah tak menyandar di bahu Sehun lagi, kini Hyerin menatap Sehun dengan tenang.

[Flashback End]

Sehun tersenyum saat bayangan kejadian malam itu terbayang lagi di benaknya. Ia sadar, Hyerin benar-benar membawa pengaruh besar dalam hidupnya, dan sebenarnya, dari dulu Sehun sudah mulai tertarik oleh Hyerin, hanya saja pria itu kurang peka dengan perasaannya sendiri.

Saat Sehun turun dari mobilnya, ia melihat punggung seseorang yang sepertinya tak asing lagi dimatanya. Rambut hitam panjang, kulit putih dan perut membuncit.

Jung Soojung.

Sehun mempercepat langkahnya menuju ke arah Soojung yang sedang berdiri tepat dipinggir Sungai Han. Seketika perasaannya tak enak, ia berfirasat bahwa Soojung bisa saja melompatkan dirinya ke Sungai Han. Karena siapa tahu, ia benar-benar terpukul akan kenyataan yang dilakukan oleh Jongin dan ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya saja.

Sehun menarik tangan Soojung untuk mundur dua langkah dari depan Sungai Han tersebut begitu ia sampai di dekat Soojung. Sehun terkejut saat melihat mata Soojung yang bengkak dan pipi yang dibasahi oleh air mata.

“Soojung-ah, apa yang kau lakukan disini,” tanya Sehun.

“Sehun-ah…hiks… hiks…” ternyata Soojung sedang menangis. Sehun refleks langsung membawa sahabatnya yang sedang menangis itu kedalam pelukannya.

“Kau habis menemui Jongin ‘kan?” tanya Sehun yang masing mengelus-elus pelan punggung Soojung.

“Ya… aku… aku minta maaf atas nama Jongin…” ujar Soojung yang tangisannya tak kunjung berhenti.

“Sssttt… jangan terlalu dipikirkan, kau sedang hamil tua, Soojung-ah. Pikirkan keselamatan anakmu,” jawab Sehun.

“Aku kecewa pada, Jongin oppa. Aku tak habis pikir mengapa ia bisa melakukan itu pada kalian… ia tak pernah berkata apapun padaku…” lirih Soojung. Sehun masih terus memeluk Soojung dan menenggelamkan kepala sahabatnya itu di dadanya, ia bahkan merelakan kemejanya yang harus basah terkena air mata Soojung.

“Aku juga kecewa padanya, benar-benar kecewa. Saat melihatnya di TKP, aku benar-benar merasa aku sedang bermimpi,” jawab Sehun.

“Ia… melakukan semua itu karena desakkan ayahnya. Dia sungguh bodoh, hanya karena takut dipecat dan tak bisa menghidupiku, ia mau diperalat seperti itu oleh ayahnya, benar-benar gila…” ujar Soojung.

“Ja–jadi benar ia melakukan semua ini berdasar atas kekalahannya pada Holland Project kala itu?” tanya Sehun yang kini mencengkram kedua bahu Soojung sembari menatap ke arah gadis itu.

“Ya, seperti itu katanya tadi.”

“Astaga, kalau tahu begitu lebih baik aku yang kalah… ini semua takkan terjadi,” ujar Sehun dengan wajah penuh penyesalan.

“Jangan berkata seperti itu, Sehun-ah. Kau sudah pantas menang atas usahamu, dan mungkin ini memang bukan rezeki perusahaan Jongin oppa. Harusnya ia bertindak cerdas dengan cara menerima kekalahan, bukannya justru membalas dendam seperti ini,” ujar Soojung.

“Ya, kau benar juga.”

“Lalu, bagaimana dengan Irene dan Kim Joonmyun? Apa kau sudah tahu mengapa mereka bisa melakukan ini?” tanya Soojung yang sudah mulai tenang.

“Belum, aku belum menyelidikinya. Kalau Irene, bisa kutebak ini semua bersangkutan denganku. Tapi Suho hyung, aku masih tak habis pikir padanya….” ujar Sehun sembari menghela nafas.

“Kau tenang saja, Sehun-ah. Pada akhirnya, orang-orang yang jahat akan mendapatkan balasan tersendiri dari Tuhan, dan untuk masalah ini, aku akan siap membantumu. Mereka bertiga harus dihukum atas perbuatan mereka,” tegas Soojung. Sehun terkejut saat melihat reaksi Soojung. Ia pikir Soojung justru akan memohon padanya untuk melepaskan Jongin karena mengingat fakta bahwa mereka adalah sepasang sahabat. Nyatanya tidak. Soojung justru lebih tegas darinya untuk mengambil keputusan, bahkan Sehun sendiri masih berpikir untuk berbuat apa pada Jongin.

“K–kau serius, Soojung-ah? Tapi Jongin?” tanya Sehun sembari memicingkan matanya.

“Persetan dengan kehidupannya setelah ini. Karena aku sudah memutuskan untuk bercerai dengannya. Lalu aku bisa membawa anakku pergi jauh dari Kim Jongin dan hidup tenang,” ujar Soojung. Lagi-lagi Sehun dibuat terkejut. Ia bahkan tak mendengar keraguan sedikitpun pada nada bicara Soojung. Sehun benar-benar dibuat salut oleh sifat Soojung yang tegas sebagai seorang wanita.

“Kau… jangan gila, Soojung. Bercerai bukanlah penyelesai masalah,” ujar Sehun.

“Kau dan anakmu, aku tahu kalian masih sangat membutuhkan Jongin. Apa kau mau anakmu lahir tanpa seorang ayah?” tanya Sehun. Sehun dapat melihat ada pergerakan pada bola mata Soojung. Namun seketika, ia kembali tenang.

“Tidak. Keputusanku sudah bulat. Aku sudah benar-benar kecewa padanya,” tegas Soojung lagi dan lagi.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Mulai hari ini, Sehun selalu menjalankan rutinitasnya seperti biasa. Bangun tidur – bekerja – menemui Hyerin dirumah sakit – tidur. Menemui Hyerin? Oh jangan kalian kira bahwa Hyerin sudah mau bertemu dengan Sehun sekarang, Hyerin masih sama, dan dengan berat hati, Sehun terpaksa selalu menjenguk Hyerin secara sembunyi-sembunyi.

Ia bingung dengan apa yang ia lakukan sekarang, ia adalah suami sah Hyerin, namun mengapa untuk menemui istrinya sendiri harus sampai bersembunyi layaknya pencuri begini? Tapi hal tersebut bisa Sehun anggap angin berlalu saja, lagipula selagi ia masih bisa melihat Hyerin dengan matanya sendiri, ia harus bersyukur.

Tapi…

Ada hal yang membuat Sehun semakin merasa sakit dari hari ke hari. Ya, memang berhubungan dengan Hyerin. Bisakah kalian tebak? Oh baiklah, jadi begini, ini sudah hari ke lima Hyerin di rumah sakit, ia tak banyak berubah, justru bisa katakan kondisi mentalnya semakin parah. Apakah kalian tahu? Hyerin benar-benar seperti kehilangan kewarasannya, ia sudah tampak seperti pasien rumah sakit jiwa. Tidak, Hyerin bukan orang gila!! Mentalnya hanya sedikit terguncang saja sehingga ia menjadi takut dan selalu merasa bahaya apabila ada orang asing yang berjarak kurang dari lima meter darinya.

Dan fakta yang membuat Sehun semakin semakin semakin sakit adalah fakta bahwa kini Hyerin sedang mengandung anak mereka. Sehun benar-benar merasa bersalah pada Hyerin dan calon anak mereka.

Baiklah, kembali kepada Sehun yang kini tengah berdiri sembari menatap miris ke arah sebuah pintu berwarna cokelat muda. Ya, itu adalah pintu kamar rawat Hyerin, dari kamar itu Sehun dapat melihat Hyerin yang (lagi-lagi) memberontak saat para perawat dan juga dokter mendekat untuk memberikan obat padanya.

Melihat Hyerin meronta-ronta seperti itu sungguh membuat Sehun terpuruk. Tubuh ringkih Hyerin yang menggeliat dan terpaksa diikat menggunakan tali itu sungguh menyiksa Sehun. Pekikan-pekikan histeris itu menggema hingga keluar ruangan.

Air mata Sehun menetes lagi.

Entahlah sejak kapan ia menjadi lelaki lemah dan cengeng seperti ini. Sehun benci dirinya, harusnya ia kuat!! Harusnya ia selalu kuat agar ia dapat menyalurkan kekuatannya pada Hyerin. Namun kalau begini bagaimana? Untuk dirinya sendiri saja Sehun sudah cukup lemah.

“Hyerin-ah… sakit….” lirih Sehun sembari mencengkram buket bunga yang ia bawa.

“Aku tahu kau pasti merasakan sakit yang lebih…. ini semua salahku….” Sehun terus bermonolong. Kini ia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sehun berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan air matanya, dan untungnya ia masih memiliki kendali yang stabil. Begitu air matanya berhenti, ia langsung menyeka kasar air matanya dengan lengan kemeja panjang yang dikenakannya.

Dr. Nam beserta perawatnya keluar dari kamar rawat Hyerin, dan Sehun langsung membungkuk sopan sebentar saat dr. Nam keluar.

“Kondisinya masih sama… kami harap Anda bisa bersabar dan jangan pernah berhenti berdo’a, Tuan Sehun,” ujar dr. Nam.

“Terimakasih sudah menangani Hyerin dengan baik, Dok. Saya bisa menemuinya seperti biasa ‘kan sekarang?” tanya Sehun.

“Tentu, tapi saya mohon untuk menunggu sepuluh menit dulu, kami takut obat tidurnya belum benar-benar bereaksi. Kalau tiba-tiba ia terbangun, Anda tahu ‘kan kalau itu akan menjadi kehisterisan yang lebih parah, Tuan?” ujar dr. Nam. Sehun mengangguk cepat.

“Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan Sehun.” dr. Nam membungkuk sopan sebentar sebelum akhirnya berlalu di koridor rumah sakit.

Seperginya dr. Nam, Sehun hanya bisa terduduk lemah di kursi tunggu rumah sakit untuk menghabiskan waktu sepuluh menit. Ia kali ini tak menangis lagi, daripada berlarut-larut dalam kesedihan, Sehun memutuskan untuk memanjatkan do’a pada Tuhan. Ia juga tak lupa setiap dua hari sekali mengunjungi gereja pada saat istirahat makan siang dalam beberapa hari belakangan ini.

Sehun mulai menangkupkan kedua tangannya, bibir merahnya berkomat-kamit memanjatkan do’a apapun, yang pasti dapat kita tebak bahwa kini Sehun sedang berdo’a untuk Hyerin dan juga anak mereka.

Tak terasa, sepuluh menit telah berlalu. Sehun segera beranjak dari tempat duduknya dan mengintip melalui celah kaca andalannya keadaan Hyerin. Setelah dirasa cukup aman, perlahan Sehun mulai memutar knop pintu kamar rawat Hyerin.

Sehun meletakkan buket bunga mawar yang dibawanya di bedisde loker–tempat ia biasa meletakannya. Setelah itu ia menarik sebuah kursi dan meletakkannya tepat di sebelah kasur Hyerin.

Seperti biasa, Sehun mulai menggiring tangan Hyerin kedalam genggamannya. Kali ini Sehun tak mau berbodoh ria dengan menangis terus-terusan, ia mengambil gunting kuku di salah satu laci yang disediakan oleh rumah sakit. Dengan perlahan ia memotong kuku-kuku tangan Hyerin yang sudah mulai panjang.

Tiba-tiba Sehun mengigiti bibir bawahnya dengan kencang. Ah sepertinya ia ingin menangis lagi, buktinya kini tangannya sudah bergetar. Ya, Sehun merasa tak sanggup saat melihat tubuh Hyerin harus disinggahi oleh kabel-kabel medis seperti ini. Mulai dari kening, dada, dan juga tangan.

“Cepat sembuh… Sayangku…” lirih Sehun.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Baekhyun kini telah sampai di rumah sakit, ia ingin mencoba menjenguk Hyerin untuk yang kesekian kalinya. Yeah, walaupun ia berkemungkinan besar akan di tolak lagi, setidaknya, ia harus memastikan bagaimana keadaan adik kesayangannya itu sehingga ia bisa lebih tenang.

Baekhyun harus menelan kekecewaan saat dr. Nam bilang bahwa mungkin saja Hyerin tak mau menerima keadaannya. Namun saat dr. Nam menanyakan nama Baekhyun, dr. Nam yang terperanjat kaget karena ternyata selama ini Baekhyun atau Byun Baekhyun adalah orang yang selalu Hyerin cari saat ia tersadar dan bahkan ia panggil namanya saat ia tertidur.

“Jadi Anda yang bernama Byun Baekhyun?” tanya dr. Nam. Ya, selama ini saat Baekhyun ingin menjenguk Hyerin, ia tak pernah secara langsung bertemu dengan dr. Nam.

“Ya, Dok. Ada apa?”

“Baiklah, sepertinya Nyonya Hyerin sangat ingin bertemu dengan Anda, kami bisa mempersilahkan Anda untuk menjenguknya,” ujar dr. Nam

“Yang benar, Dok? Kapan saya bisa menemuinya?” tanya Baekhyun senang.

“Sekarang, selagi ia belum kami beri obat tidur,” jawab dr. Nam.

Akhirnya Baekhyun dan dr. Nam menuju ke kamar rawat Hyerin. Saat melihat Hyerin yang tidak memberontak saat Baekhyun masuk keruangannya, dr. Nam akhirnya meninggalkan mereka berdua diruangan itu.

“Hyerin-ah….” panggil Baekhyun sembari duduk di kursi yang ada disebelah kasur Hyerin.

Awalnya Hyerin diam, pandangannya kosong. Sungguh miris saat melihat Hyerin yang periang menjadi seperti ini. Hyerin seperti seseorang yang telah kehilangan separuh nyawanya.

“Hyerin-ah, aku disini. Byun Baekhyun, kakak kesayanganmu,” ujar Baekhyun lagi.

Hyerin menunjukkan reaksinya kali ini, ia menoleh ke arah Baekhyun , namun ia masih tetap bungkam. Saat Baekhyun berusaha untuk menyentuh tangan Hyerin, Hyerin justru menarik tangannya untuk menjauh sentuhan Baekhyun. Satu tetesan air mata jatuh dari pelupuk mata Hyerin, Baekhyun bisa melihat itu. Hyerin terlihat benar-benar rapuh.

“Hyerin-ah, tatap aku dan ingatlah diriku,” ujar Baekhyun pada Hyerin. Perlahan-lahan Hyerin dengan sendirinya menolehkan kepalanya ke arah mereka, saat tatapan mereka bertemu, Hyerin langsung menangis lagi.

“Oppa…”

“Aku takut,” lirih Hyerin.

“Jangan takut, ada aku dan yang lainnya di sisimu…” balas Baekhyun. Hyerin berusaha untuk mendudukan dirinya dan dengan sigap Baekhyun membantunya.

Begitu ia terduduk dikasurnya, Hyerin langsung menghambur kepelukan Baekhyun, ia butuh kehangatan, dan ia juga butuh kenyamanan, dan Hyerin rasa, Baekhyun adalah orang yang tepat untuk tempatnya meminta kehangatan. Tapi… rasanya beda, kehangatan yang Hyerin butuhkan dengan kehangatan yang ia dapat dari Baekhyun berbeda rasanya. Ia merindukan kehangatan itu, kehangatan yang pernah diberikan seseorang padanya, seseorang yang masih menjadi tanda tanya besar bagi Hyerin.

“Apa aku sudah aman sekarang?” tanya Hyerin.

“Kau ingat kejadian sebelum ini?” Baekhyun justru bertanya balik.

“Jelas saja, kejadian dimana aku… aku disekap… hiks… dan disiksa, oleh ketiga orang itu…” ujar Hyerin yang kini kembali terisak.

“Sssttt… tenanglah, semuanya akan baik-baik saja,” balas Baekhyun.

“Aku lelah, Oppa. Aku diculik tanpa sebab oleh beberapa orang yang bahkan aku tak ingat bagaimana wajahnya, tapi aku ingat bagaimana parah mereka menyiksaku.”

“Jangan dipikirkan, tenanglah dulu…” ujar Baekhyun.

‘Jadi Hyerin tidak tahu siapa yang menculiknya? Apa dia… amnesia ringan?’ batin Baekhyun. Pria bermata sipit itu terlihat semakin bingung sekarang.

“Appa rang eomma eodisseo? (Ayah dan Ibu dimana?)” tanya Hyerin, dapat Baekhyun lihat bahwa arah pandangan mata Hyerin sering tak fokus, dan ia juga terlihat kurang ‘connect’ seperti biasanya. Apa separah ini trauma yang menghampiri Hyerin?

“Mereka selalu datang kesini, namun dr. Nam belum mengizinkan kami untuk menjengukmu, mereka sangat khawatir tahu dengan keadaanmu…” ujar Baekhyun sembari mengacak pelan rambut adiknya itu.

“Oh ya, kau masih ingat dengan Kim Woobin tidak? Temanku yang kini menjadi perwira polisi,” tanya Baekhyun. Hyerin seperti mengingat-ingat sebentar, namun akhirnya ia menggelengkan kepalanya.

“Dia ingin melakukan wawancara denganmu, ia ingin menanyakan lebih detail tentang kasusmu, apa kau bersedia menemuinya?” tanya Baekhyun. Hyerin terdiam. Bahkan tubuhnya terlihat menegang, entah apa penyebabnya.

“A–aku takut, Oppa. Aku tak mau bertemu orang lain, mereka semua jahat…” ujar Hyerin yang kini menggenggam tangan Baekhyun erat-erat.

“Hei, adikku… Tenanglah… tidak apa-apa kalau kau belum siap, aku akan mengatakan padanya, bagiku yang terpenting adalah dirimu.” Baekhyun tersenyum pada Hyerin, dan Hyerin merasakan ketenangan begitu melihat senyum dari kakak yang paling ia sayangi lebih dari siapapun itu.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi terdapat sepasang mata yang setia menatap ke arah mereka. Sepasang mata itu meneteskan air mata. Ia merasakan sakit saat melihat tawa kecil itu, ia merasa menyesal pada dirinya sendiri karena tak berhasil membuat Hyerin tertawa seperti itu. Orang itu adalah Oh Sehun.

Sehun segera menuju keruangan dr. Nam, ada yang harus dibicarakannya.

Begitu ia sampai di depan ruangan dr. Nam, ia mengetuk pintu berwarna abu-abu itu pelan dan langsung masuk begitu mendapat izin dari seseorang didalamnya.

“Oh, silahkan duduk, Tuan,” ujar dr. Nam begitu melihat Sehun ternyata orang yang mengetuk pintunya tadi.

“Apa ada yang bisa saya bantu? Atau Anda ingin bertanya sesuatu pada saya?” tanya Dr. Nam dengan ramahnya, seperti biasa.

“Aku tadi melihat Hyerin bertemu dengan seseorang dan reaksinya normal, ia tak histeris seperti kemarin. Apa artinya…. saya juga bisa bertemu dengannya, Dokter?” tanya Sehun.

“Oh, Tuan Byun Baekhyun maksud Anda? Ya, sebenarnya kami tidak mengizinkan siapapun untuk bertemu dengan siapapun untuk saat ini, namun ini keinginan dari pasien langsung, Nyonya Hyerin bahkan selalu memanggil nama Tuan Baekhyun di setiap tidurnya. Maka dari itu, kami memutuskan untuk membolehkan Tuan Baekhyun bertemu dengan Nyonya Hyerin. Siapa tahu, itu bisa membantu perbaikan mental Nyonya Hyerin juga,” jelas dr. Nam.

“Lalu, apa saya juga bisa menemuinya, Dok?”

“Hm… bisa kita coba, setelah aku memeriksa keadaan Nyonya Hyerin nanti. Apabila mentalnya sudah lebih tenang, saya akan mengizinkan Anda untuk bertemu dengannya, Tuan,” jawab dr. Nam. Sehun tersenyum lega mendengar jawaban dr. Nam. Oh sungguh, ia berharap semoga Hyerin memberinya reaksi yang normal saat bertemu dengannya nanti. Sama dengan reaksi yang ia berikan pada saat bertemu dengan Baekhyun.

Sehun memutuskan untuk keluar dari ruangan dr. Nam dan ia kembali menuju ke ruangan Hyerin, menunggu sampai dr. Nam mengizinkannya untuk bertemu dengan Hyerin.

Saat Sehun sampai didepan ruangan Hyerin, bersamaan dengan keluarnya Baekhyun dari ruangan Hyerin. Baekhyun langsung menyapa Sehun seperti biasa saat mereka berpapasan.

“Hai, Sehun!” sapa Baekhyun.

“Hai, Hyung,” jawab Sehun seadanya. Seperti biasa.

“Kau harus sabar, Sehun-ah. Hyerin pasti akan sembuh…” ujar Baekhyun .

“Oh ya, apa kau belum menemuinya lagi?” tanya Baekhyun .

“Belum, Hyung. Dokter belum mengizinkannya untuk bertemu denganku, mengingat dua hari yang lalu saat ia bertemu denganku ia langsung berteriak histeris. Tapi setelah melihat ia mulai tenang saat bertemu denganmu tadi, dokter mengijinkanku untuk bertemu dengannya lagi,” ujar Sehun.

“Oh, baguslah. Semoga kau berhasil, Sehun-ah. Kalau begitu, aku pulang dulu,” ujar Baekhyun .

“Ya, hati-hati dijalan, Hyung,” ujar Sehun sembari melepas kepergian Baekhyun .

Setelah Baekhyun tak terlihat lagi oleh mata Sehun, Sehun kembali memusatkan pandangannya pada Hyerin, ia dapat melihat bagaimana perubahan gadis itu hari ini, ia tak tampak semenyedihkan kemarin. Dan itu membuat Sehun lega. Yeah, walaupun ia harus mengakui bahwa yang membuat Hyerin lebih tenang seperti ini adalah Baekhyun , bukan dirinya.

Dr. Nam kini telah sampai didepan pintu ruangan Hyerin. “Saya akan memeriksanya terlebih dahulu, Tuan,” ujar dr. Nam sebelum ia akhirnya masuk kedalam ruangan rawat Hyerin.

Dapat Sehun lihat dari celah kaca kecil tersebut bahwa Hyerin merespon kedatangan dr. Nam dengan positif, ia tak mengamuk layaknya singa seperti kemarin. Sehun rasa Tuhan mulai mendengar do’a nya, Hyerin-nya akan segera kembali, Hyerin akan segera sembuh dan mereka akan hidup rukun seperti dulu lagi.

Di dalam ruangan…

“Selamat siang, Nyonya Hyerin,” ujar dr. Nam dengan senyuman ramah khasnya.

“Selamat siang, Dok,” jawab Hyerin normal, tidak ada lagi tatapan gelisah serta pekikan histeris yang keluar dari mulut gadis itu.

“Baiklah, saya akan memeriksa Anda, bisakah Anda berbaring sebentar?” tanya dr. Nam lagi, Hyerin segera memposisikan dirinya senyaman mungkin untuk terbaring di atas kasur.

“Dokter… saya ingin bertanya sesuatu,” ujar Hyerin saat dr. Nam sedang memeriksanya.

“Ada apa, Nyonya?” tanya dr. Nam.

“Panggil saya Hyerin saja, jangan menggunakan Nyonya. Saya mau bertanya, mengapa…. saya tiba-tiba sangat takut saat bertemu dengan orang lain?” tanya Hyerin perlahan. Sebenarnya ia sendiri ragu dengan pertanyaannya.

“Ah begitu… sepertinya ini waktu yang tepat untuk memberi tahu Anda, Nyonya–hm maksud saya, Hyerin-ssi,” jawab dr. Nam

“Ada apa, Dok?”

“Anda menderita PTSD Kelompok Arousal, yaitu kesadaran yang berlebihan. Perasaan khawatir berlebih yang Anda miliki adalah salah satu dampak yang diakibatkan oleh trauma yang Anda alami, Hyerin-ssi,” jawab Dr. Nam.

Hyerin tertegun. PTSD? Oh tentu saja Hyerin tidak bodoh, ia mengetahui itu. Ia sudah mengatakan kalau ia awalnya bercita-cita menjadi dokter ‘kan? Ya, maka dari itu ia sering bertanya seputar kedokteran pada Suzy, dan kebetulan ia juga pernah membaca salah satu buku Suzy yang membahas tentang PTSD.

“Apa ada yang ingin Anda tanyakan lagi, Hyerin-ssi?” tanya dr. Nam.

“Sudah cukup, Dok. Terima kasih,” ujar Hyerin.

“Kalau begitu saya permisi, Hyerin-ssi. Oh ya, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda, apakah Anda menghendakinya?”

“Tidak, tolak semua orang yang ingin menemui saya dalam dua hari kedepan, kecuali kalau orang itu adalah Baekhyun oppa, atau kedua orang tua saya,” ujar Hyerin dengan cepat. Lagi-lagi rasa takut akan orang asing itu menghinggapinya begitu dr. Nam berkata bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengannya.

“Baiklah kalau begitu saya permisi, Hyerin-ssi.” dr. Nam keluar dari ruangan Hyerin.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

“Bagaimana, Dok? Apa saya bisa menemui Hyerin sekarang?” tanya Sehun begitu dr. Nam keluar dari ruangan Hyerin.

Dr. Nam mengela nafas sebentar, “Maaf Tuan, Nyonya Hyerin menolak kunjungan dari siapapun kecuali dari Tuan Byun Baekhyun atau kedua orang tuanya, ini permintaan pribadi dari dirinya dan kita harus memenuhinya demi kesembuhan Nyonya Hyerin,” ujar dr. Nam setelah itu dokter muda itu pamit dari hadapan Sehun.

“Ia masih tak mau menemuiku….” ujar Sehun dengan dirinya sendiri sembari mengintip melalui celah kaca andalannya.

“Baiklah, setidaknya aku masih bisa melihatnya diam-diam atau saat ia tertidur… dan semoga… saat aku kembali nanti, ia sudah mau bertemu denganku,” ujar Sehun yang berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Dan mulai saat ini, Oh Sehun bertransformasi menjadi penggemar rahasia Hyerin, seorang penggemar rahasia tak bisa menampakkan dirinya di depan orang yang ia kagumi, bukan?

To Be Continued

PREVIEW ON NEXT CHAPTER!!!

“Jawab pertanyaanku, Kim Jongin. Kenapa kau tega melakukan semua ini?”

“Sehun-ah… mian…”

“Aku pergi…”

“Tidak… aku tidak mengenalmu.”

“Kau mau tahu ayahmu? Kau mau bertemu dengannya?”

“Ya Tuhan… aku ingin ini segera berakhir…”

???

| Author’s Note |

[ bingung kenapa uname aku ‘bitchanyeol’? ya, aku iseng aja mau ganti wkwk, tapi nama penaku tetep awknisa kok :D ]

Hai!! Oke untuk kasus Hyerin, ini udah mulai mencapai titik terangnya karena Hyerin udah gak seberapa histeris lagi, seneng gak? Hihihi.

Gimana? Aku tahu ini belum terlalu ‘ugh’ tapi seenggaknya ini lebih baik daripada chap 19 kemaren ‘kan? Wkwk :D

Kalian bingung kenapa tiba-tiba Hyerin lupa sama semuanya? Ya, ini salah satu dampak terparah dari traumanya. Jadi gini, alam bawah sadarnya Hyerin tuh bener-bener gak mau inget kejadian itu, makanya sampe dia kena amnesia sementara. Tapi tenang aja kok, Hyerin udah mau sembuh, buktinya dia udah mulai inget sama Baekhyun dan kedua orang tuanya ‘kan? Yeah… berdo’a aja semoga dia cepet inget sama Sehun hihi.

PEMENANG KOMENTAR TERMENARIK MINGGU LALU

1. ID COMMENT : vikichuu

2. ID COMMENT : obiyer

3. ID COMMENT : ifani_anesa

Para pemenang langsung tinggalin contact personnya di komen bawah ya, biar aku yang hubungin kalian. Ditunggu sampai tanggal 13 Juni 2015, lebih dari tanggal itu belum meninggalkan CP, hadiah hangus :D

BUAT YANG BELUM MENANG JANGAN SEDIH YAAA :D KARENA AKU BAKAL ADAIN INI LAGI DI LAIN CHAPTER KOK HEHE :D

JAWABAN ATAS PERTANYAAN DARI COMMENT YANG MASUK DI CHAPTER LALU :

1. Kenapa judul FF ini CHANGE ME?

Jadi tuh gini, Sehun itu kan dulunya dingin, kaku, bahkan senyum aja susaaahhhh banget, dan maksudku, ‘CHANGE ME’ itu kata-kata yang Sehun kasih buat Hyerin karena Hyerin udah berhasil mencairkan es dalam diri dia gitu. Paham ga? Hehe.

2. FF ini sampe chapter berapa?

Jujur, ini masih cukup jauh dari ending, jadi jangan pernah pikirin deh bakalan abis kapan, lebih baik kalian baca lanjutannya aja dan sampai tiba waktunya nanti kalian akan tahu kapan Sehun – Hyerin LOVE STORY ini berakhir hihi.

3. Kenapa pendek banget? (di beberapa chapter tertentu)

Yeah, aku tuh kalo ngetik gak pernah liat words count atau pages, aku ngetik ya selancarnya aku aja. Jadi maaf kalo ada beberapa chapter yang dirasa kurang panjang hihi.

4. Minta contact person aku (facebook, twitter, line, dll)

Oke kalo fb, maaf aku gak bisa kasih tau karena di fb banyak banget foto alay aku jaman dulu, dan jujur… aku malu banget wkwk

Dan twitter / instagram bisa ke @awknisa

Line juga bisa ke : awknisa (tapi aku gak selalu on karena ini line yang di laptop bukan yang di hp)

<p style="te

Show more