2015-05-23



Title :

:: Change Me ::

나를 변경

Author : awknisa (twitter : @awknisa)

Poster By :

[ thebrightflame @ ArtFantasy ]

Main Cast :

Oh Sehun (EXO) || Byun Hyerin (OC/You)

∞ Support Cast : Various Artist & OC’s || Genre : Family, Marriage Life, Romance || Rating : PG 17 || Length : Chaptered ∞

Sorry for Typo(s)

Previous Chapter ↓↓↓

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4 || Chapter 5 || Chapter 6 || Chapter 7 || CHANGE ME SIDE STORY || Chapter 8 || Chapter 9 || Chapter 10 || Chapter 11 || Chapter 12 || Chapter 13 || Chapter 14 || Chapter 15 || Chapter 16 || Chapter 17 ||

HAPPY READING :)

Jongin mengendarai mobilnya dengan perasaan kalut. Melihat kondisi Hyerin yang takut terhadapnya tentu saja terus saja membuat rasa bersalah yang ada dalam dirinya semakin menggerogoti dirinya. Jongin merasa….. jiwanya dikendalikan oleh orang lain, bukan dirinya.

‘Kepribadianku bukan seperti ini….. aku rasa aku mengalami suatu kesalahan….’ batin namja berkulit coklat itu.

‘Kalau saja aku menang waktu itu, aku pasti tidak akan seperti ini…..’

‘Tapi ini bukan salahku, ini semua karena abeoji. Ya, aku melakukan ini semua karena ayahku, beliaulah yang patut disalahkan, bukan aku!!’ Jongin terus saja bermonolog sepanjang jalan.

Seketika pikirannya melayang pada kejadian hari itu. Hari dimana ia kalah dengan Sehun.

[Flashback]

Jongin menuju ke ruangan kerjanya dengan wajah murung. Ia baru saja tiba di kantornya setelah menghadiri pemilihan perusahaan konstruksi untuk mewakili Korea Selatan pada tender pembangunan besar yang akan diadakan di Belanda nanti—Holland Project.

Begitu Jongin membuka pintu ruang kerjanya, ia langsung mendapati ayahnya—Kim Jongsuk—sedang menatap tajam ke arahnya. Oh sungguh, pria paruh baya itu benar-benar terlihat mengerikan sekarang.

“A—abeoji.” Jongin merasa dirinya langsung ‘drop’ setelah melihat tatapan tak bersahabat dari ayahnya tersebut,

PLAAKK

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Jongin. Pria berkulit cokelat itu hanya bisa meringis saat mendapat tamparan super keras dari ayahnya tersebut.

“Dasar anak bodoh! Kau tak berguna!!” ujar Tuan Kim dengan ketus. Hati Jongin benar-benar sakit. Siapa yang tidak sakit saat orang tuamu berkata kau adalah anak yang berguna, padahal kalian telah berusaha sebisa kalian? Tidak ada, right?

“Abeoji. Mianhamnida, tapi aku telah berusaha sebisaku.” Jongin berusaha untuk menjelaskan pada ayahnya dan membela dirinya sendiri, tapi ia justru mendapat respon berupa satu buah tinju dari ayahnya.

“Berusaha apanya?! Kalau kau berusaha, perusahaan kita tak akan kalah seperti ini!! Sebenarnya apa yang tadi kau presentasikan sampai kau tidak bisa memenangkan tender kali ini, huh?!” Tuan Kim berbicara keras sehingga urat-urat pada lehernya terlihat.

“Sehun pantas mendapatkannya, Abeoji. Presentasinya lebih baik daripada aku, dan juga, aku rasa ini memang sudah rezekinya.” Jongin hanya bisa memegangi sudut bibirnya yang sudah mulai di aliri oleh darah segar.

“Tidak!! Yang pantas memenangkan tender itu adalah perusahaan kita!! Ini semua salahmu, kenapa kau tidak membuat presentasi yang bagus, eo?! Dasar bodoh, brengsek!!”

Air mata Jongin benar-benar lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Ia benar-benar rapuh sekarang. Disaat ia sedang terpukul atas kekalahannya, bukannya mendapatkan dukungan dari ayahnya, ia justru mendapat cemoohan yang benar-benar melukai hatinya. Sungguh, ia merasa bahwa ia adalah manusia yang benar-benar tak ada gunanya.

“Abeoji. Aku anakmu, apa kau tega mengataiku seperti itu hanya karena perkara perusahaan tersebut? Aku membutuhkan dukunganmu, Abeoji. Kau tahu kenapa Sehun bisa menang? Itu semua karena dukungan keras dari ayahnya dan juga keluarganya. Sedangkan kau? Kau hanya bisa memerintahkanku dan ingin terima hasil saja, tapi kau tak pernah menyertai langkahku layaknya Tuan Oh pada Sehun!!” Jongin memberanikan diri untuk mengeluarkan seluruh pikiran-pikiran yang memenuhi benaknya selama ini. Ya, sebenarnya sudah lama ia merasa tertekan akan sikap ayahnya, namun ia tak pernah menampakkan itu pada orang lain. Ia tak mau orang lain mengetahui rasa sakitnya dan betapa payah dirinya. Cukup ia sendiri yang memikulnya.

“Jadi sekarang kau sudah berani menantangku?! Dimana rasa malumu, Kim Jongin? Kau telah menghancurkan kepercayaan orang lain terhadap perusahaan kita yang telah berdiri selama puluhan tahun ini dan sekarang kau berbicara seolah-olah semua yang terjadi adalah kesalahanku?! Huh!! Sifat tak tahu diri ibumu memang benar-benar menurun padamu!!”

Jongin langsung tertegun kala ayahnya menyebut-nyebut mendiang ibunya. Ia benci dengan ayahnya jika telah membawa-bawa ibunya seperti ini. Ia benci dengan siapapun yang menjelek-jelekkan ibunya. Wanita yang telah merawat dirinya dengan baik bahkan disaat-saat terakhir beliau.

Sedangkan ayahnya? Sifat mata keranjangnya memang sudah benar-benar tak tertolong lagi. Jongin terkadang jengah dengan ayahnya yang sering sekali bergonta-ganti pasangan—meskipun statusnya masih menikah dengan ibu Jongin.

Terkadang Jongin merasa beruntung karena Tuhan tidak memberikan ibunya umur yang lebih panjang. Kenapa? Ia tak mau ibunya terus-terusan merasa sakit disaat harus melihat suaminya sendiri bercinta dengan wanita lain di hadapannya sendiri, dan untuk sekarang, biarkanlah Jongin yang merasakan rasa sakit itu. Demi ibunya.

“Jangan sebut-sebut ibuku. Ia adalah malaikat bagiku!!” bantah Jongin lagi.

“Terserah!! Yang aku mau sekarang, kau harus membuat Keluarga Oh merasakan rasa keterpurukkan seperti apa yang kita rasakan sekarang, se-ce-pat-nya!! Kalau kau masih tidak bisa bergerak juga, terpaksa namamu kucoret dari ahli waris!!” Ya, lagi-lagi Tuan Kim berhasil mengancam Jongin dengan ‘warisan’, dan untuk kesekian kalinya, Jongin terpaksa terperangkap kedalam kekangan ayahnya sendiri.

“Gunakanlah otakmu dengan benar kali ini, jangan coba-coba kau tunjukkan kebodohanmu lagi dihadapanku.” ujar Tuan Kim terakhir kalinya sebelum ia keluar dari ruangan Jongin dan meninggalkan Jongin yang masih dalam pikiran kalut, keadaan rapuh didalam sana.

[Flashback End]

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Sehun sedari tadi hanya bisa terdiam. Pikirannya kini melayang kemana-mana. Fakta bahwa ponsel Hyerin tidak aktif dari kemarin hingga hari ini terus saja mengusik pikiran Sehun. Entah kenapa, Sehun merasa ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

Luhan—yang duduk di sebelah Sehun—menyenggol lengan Sehun dengan siku tangannya. “Ya! Kau kenapa? Fokuslah, kau bisa dikeluarkan dari tim ini kalau kau terus-terusan seperti ini,” bisik Luhan pada Sehun. Seketika Sehun tersadar kalau kini mereka sedang berada ditengah-tengah rapat darurat dan ia segera memfokuskan pikirannya untuk pekerjaannya kembali.

Namun, baru saja beberapa menit Sehun menenangkan pikirannya, perasaan gelisah itu datang lagi. Entah apa yang salah dengannya hari ini, ia bahkan menjadi super paranoid seperti ini. Sebenarnya bukan masalah ponsel Hyerin tidak aktif yang menjadi pemicu kegelisahan Sehun, ia rasa terjadi sesuatu pada Hyerin.

‘Tuhan, tolong lindungilah dia….’ batin Sehun sembari memejamkan matanya sejenak. Lalu Sehun kembali mencoba untuk memusatkan pikirannya ke pekerjaannya.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Ini sudah hari kelima Hyerin disekap. Kondisi fisik dan jiwa Hyerin benar-benar sudah tak sehat lagi. Oh lihatlah kondisinya, kantung mata seperti panda menghiasi wajahnya, lalu bibirnya yang kering dan pucat itu, bahkan ada sisa darah yang sudah mengering diujung bibirnya. Lalu rambut… astaga rambut indah Hyerin yang dulu sudah tak berbentuk lagi karena ulah Irene. Kini tubuhnya meringkuk kedinginan karena ia hanya mengenakan celana pendek dan kaos saja padahal udara diluar cukup dingin. Ya, Irene yang mengganti pakaiannya menjadi setipis ini agar Hyerin kedinginan dan merasa lebih tersiksa.

Perut yang selalu saja kram setiap paginya, lalu keadaannya yang selalu mual berhasil membuat Hyerin semakin jengah dengan kehidupannya. Ia merasa ia telah melakukan kesalahan di kehidupan sebelumnya sampai-sampai sekarang ia harus di terpa dengan cobaan berat seperti ini.

Kedua kakinya terasa sangat perih. Oh ternyata…… ada beberapa pecahan beling yang menancap disana. Ya, Suho yang sengaja menyuruhnya untuk menginjak pecahan beling yang berasal dari gelas kaca tersebut. Itu semua terjadi karena Hyerin tak mau meminum susu yang mereka berikan. Jujur, sebenarnya Hyerin haus setengah mati, namun ia tetap mempertahankan dirinya untuk tidak menyantap apapun hidangan yang diberikan oleh Irene dan juga Suho karena ia tahu bahwa mereka selalu mencampurkan obat perusak rahim di dalamnya.

Hyerin tak mau, ia tak mau membunuh anak tak berdosa yang berada didalam kandungannya. Anaknya dengan Sehun. Hasil kerja keras mereka selama ini.

“Hei, kau masih bertahan rupanya,” ujar Irene sembari bertepuk tangan dan menyeringai ke arah Hyerin. Ya, ia baru saja tiba di tempat ini dan siap melaksanakan rutinitasnya untuk ‘bermain’ dengan Hyerin yang telah ia lakukan selama beberapa hari belakangan ini.

Rasa takut itu kembali menghampiri Hyerin. Lagi-lagi jantungnya berdegup kencang. Atmosfer kegelapan mulai merasuki tubuhnya. Namun…. rasa takut yang Hyerin rasakan saat ini tak separah hari kemarin. Mungkin jiwanya sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini, right?

“Oh lihatlah keadaanmu, kau benar-benar sangat payah, Byun Hyerin!! Aku tak yakin Sehun masih bisa menerimamu setelah melihat keadaanmu seperti ini. Kemungkinan besar ia akan meninggalkanmu dan kembali berpaling padaku, jodohnya yang sesungguhnya….” ujar Irene sembari mengangkat dagu Hyerin dengan tangannya.

DEG

Sehun. Ya, Sehun. Hyerin rasa omongan Irene barusan ada benarnya juga, sangat besar kemungkinan Sehun akan meninggalkannya begitu melihat keadaannya seperti ini. Oh ayolah, pria mana yang mau dengan wanita berkondisi seperti Hyerin sekarang ini kecuali ia benar-benar mencintai wanita itu.

Hyerin yakin Sehun mencintainya. Namun sebesar itukah cinta Sehun padanya? Bahkan mereka baru mengakui perasaan mereka satu bulan yang lalu. Hyerin rasa…… kini ia ragu terhadap cinta Sehun padanya.

Tidak… ini tidak benar.

“Kenapa diam?! Mulai sadar kalau Sehun tak sepenuhnya mencintaimu, eh? Hahaha… akhirnya Tuhan menyadarkanmu juga. Dasar wanita tak tahu diri!!” setelah menyelesaikan perkataannya Irene langsung melayangkan sebuah tamparan panas di wajah Hyerin.

Diam. Hyerin hanya diam dengan pandangan kosongnya. Bahkan air mata tak lagi jatuh seperti biasa. Entah ia sudah lelah menangis atau ia sudah kebal dengan rasa sakit semacam ini.

Atau jangan-jangan…… psikologis Hyerin sudah mulai terganggu?

“Dedaphe!! (Jawab!!) Jangan diam saja!! Aku membencimu, Byun Hyerin. Kau…. kau telah menghancurkan hidupku… kau merebut apa yang seharusnya menjadi milikku!! Kau merebut Oh Sehun dariku!!” bukannya Hyerin yang menangis, kini justru Irene yang menangis.

“Kau… kenapa kau sangat beruntung, eo? Kau cantik, kau kaya, kau memiliki orang tua yang lengkap, kau juga memiliki kakak yang sangat menyayangimu. Dan yang terakhir…. kau juga memiliki pria yang… yang…. ahh—aku membencimu!! Dunia ini tak adil.”

Tangisan Irene semakin menjadi-jadi. Entah apa yang membuatnya seperti ini. Sedangkan Hyerin hanya mentapanya dengan pandangan lurus dan kosong saja. Hyerin tak tahu harus berbuat apa, otaknya sudah tak bisa berpikir dengan benar lagi. Seluruh tubuhnya telah mati rasa.

“Kenapa kau diam!! Hey wanita jalang!! Apa kau bisu sekarang, eo?!?!” Irene menjambak rambut Hyerin saking emosinya. Namun ekspresi Hyerin masih sama. Bahkan ia tak menunjukkan respon sama sekali, dan itu berhasil membuat emosi Irene semakin memuncak.

Saat Irene ingin melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Hyerin, lengannya tiba-tiba dicekal oleh tangan lain. Pemilik tangan itu adalah Jongin, Kim Jongin.

“Hey, ada apa? Mengapa kau terlihat sangat emosi, eo?” tanya Jongin. Irene mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya, mencoba untuk lebih tenang.

“Lihatlah, sedari tadi aku berbicara, bahkan menyiksanya tapi ia tetap diam saja, tak menunjukkan reaksi apapun. Aku geram…” ujar Irene.

Jongin mengerutkan alisnya saat mendengar perkatan Irene. “Bukannya kau justru senang? Bahkan ia tak memberontak saat kau menyiksanya. Tujuanmu telah tercapai, Irene. Lalu, kenapa kau justru terlihat tidak senang dan bahkan terlihat frustasi?” tanya Jongin.

Irene terdiam. Perkataan Jongin ada benarnya juga, harusnya ia bahagia saat melihat Hyerin yang lemah tak berdaya seperti ini, melihat Hyerin yang sudah seperti orang gila. Tapi, kenapa rasa kepuasan saat menyiksa itu tak ada lagi karena Hyerin tak memberontak maupun bereaksi?

“Aku…. aku lebih suka saat ia meringis dan merintih kesakitan, saat ia memohon-mohon padaku. Aku bahkan sangat senang saat melihat air matanya tak berhenti mengalir seperti kemarin. Dengan sikapnya yang seperti ini, itu membuatku seperti tak melakukan apapun, Jongin-ah!!” pekik Irene.

“Tenang, Bae Irene… tenang…. Jangan gegabah, kau mau usahamu sia-sia begitu saja hanya karena kau tak bisa menahan emosimu sendiri?” tanya Jongin.

“Aku rasa… aku harus melakukan sesuatu yang lebih agar ia kembali merespon ku seperti kemarin….” ujar Irene sembari menyeringai.

“Apa…. yang akan kau lakukan?” tanya Jongin pelan-pelan. Oh sungguh, ia tak mau membuat Hyerin lebih tersiksa lagi.

Irene tak menjawab pertanyaan Jongin melainkan yeoja itu hanya mengeluarkan ponselnya dan sepertinya ia sedang mengirim pesan singkat pada seseorang.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Sehun baru saja sampai kembali di apartemen dimana ia biasa tinggal sebelumnya. Ia langsung menaruh sebuah koper berukuran sedang yang dibawanya dan segera mengisi baterai ponselnya. Ia tak sabar ingin menghubungi Hyerin. Well, ia masih belum tahu apa yang terjadi pada Hyerin.

Begitu selesai mencharge baterai ponselnya Sehun segera mengeluarkan beberapa pakaian kotor dari kopernya dan menaruhnya dikeranjang baju kotor agar besok bisa ia bawa ke laundry.

KRING

Ponsel Sehun berbunyi dan menandakan bahwa ada sebuah pesan yang masuk keponselnya. Sehun yang hendak masuk ke kamar mandi mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengecheck ponselnya dulu. Barangkali itu pesan dari Hyerin.

Benar saja, ada lima buah pesan LINE yang masuk dan semuanya berasal dari Hyerin. Dengan senyum berseri Sehun segera membuka pesan LINE dari Hyerin tersebut.

From : Byun Hyerin♥

Oppa, satu minggu belakangan ini aku merasa aku di ikuti oleh seseorang, aku harus apa? Aku takut ia berbuat sesuatu padaku…..

Dahi Sehun berkerut ketika membaca pesan dari Hyerin tersebut. Seketika jantungnya berdegup kencang.

From : Byun Hyerin♥

Oppa, kau sedang apa? Aku merindukanmu….

Aku baru saja sampai di rumah eomma, tadi Chanyeol oppa yang mengatarkanku kesini. Hmm, aku tahu kau pasti tidak bisa membaca pesan ini karena kau sedang sibuk. Semangat suamiku yang tampan!!! ♥♥♥

Setelah membaca pesan kedua, senyuman kecil terbentuk di ujung bibir Sehun. Ia lega karena Hyerin ternyata tidak apa-apa.

From : Byun Hyerin♥

Sehun-ah…. gawat!!

Eomma bilang, aku hamil. Karena aku baru saja berkata padanya kalau akhir-akhir  ini aku sering mengalami kram perut dan nafsu makanku melejit naik. Bagaimana kalau   aku benar-benar hamil? Aku senang, tapi aku juga takut…..

Mata Sehun membulat sempurna saat melihat pesan ketiga dari Hyerin. Entahlah, senyuman dibibirnya semakin mengembang kala ia melihat kata ‘aku hamil’ ia semakin tak sabar untuk membaca pesan selanjutnya dari Hyerin. Apakah benar Hyerin mengandung?

From : Byun Hyerin♥

Oppa… aku baru saja membeli test pack di apotek. Namun hal aneh itu terjadi lagi….

Ada seorang pria asing yang mengikutiku lagi, aku takut, Oppa. Kali ini, secara terang-terangan ia mengikutiku. Ia mengenakan pakaian serba hitam.

From : Byun Hyerin♥

Aku rasa aku dalam bahaya, Oppa.

Kalau setelah ini aku menghilang dan tak pernah menghubungimu lagi, artinya aku berada dalam kondisi yang tak baik-baik saja. Setelah kau membaca pesan ini, segera hubungi keluarga kita yang ada di Korea untuk mencariku dan melaporkan kehilanganku ini kepada polisi. Aku dalam bahaya….

Mata Sehun benar-benar membulat setelah ia membaca seluruh pesan dari Hyerin. Ia mengucek matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa ia tak salah baca. Seketika jantung Sehun berdegup kencang, tubuhnya bergetar hebat, dan keringat dinginpun mengucur di seluruh tubuhnya.

Sehun lihat, tanggal pengiriman pesan itu adalah lima hari yang lalu. Berarti terakhir Hyerin menghubunginya lima hari yang lalu. Sehun sadar akan satu hal…

‘Hyerin dalam bahaya…’ pikiran itu memenuhi pikiran Sehun dan tanpa membuang waktu kini Sehun menelepon nomor Baekhyun yang berada di Korea sana.

“Hyung, ini aku….” ujar Sehun begitu Baekhyun menjawab panggilannya.

“Ada apa menelepon malam-malam begini, Sehun-ah?” tanya Baekhyun dari seberang sana dengan suara yang sedikit serak. Sehun yakin Baekhyun baru saja terjaga dari tidurnya. Wajar saja, saat ini di Belanda pukul empat sore yang artinya di Korea sudah pukul satu dini hari.

“Hyerin dimana?” tanya Sehun tergesa.

“Lima hari yang lalu ia memberitahuku lewat SMS kalau ia sedang menenangkan diri di suatu tempat dan menyuruh kami untuk tidak mencarinya. Sampai sekarang ia belum kembali dan bahkan tak menghubungi kami sama sekali. Apa ia menghubungimu? Apa benar ia hamil, eo? Bagaimana dengan keadaan—“

“Segera laporkan kasus orang hilang pada polisi, kerahkan seluruh anak buah kita untuk mencari keberadaannya. Hyerin dalam bahaya, Hyung!!” Sehun memotong pertanyaan Baekhyun yang terlalu banyak itu. Namja cerewet itu memang benar-benar….

“Mwoya?! Apa maksudmu?!” rasa kantuk yang tadi menghampiri Baekhyun langsung hilang begitu saja saat mendengar perkataan Sehun. Kini Baekhyun sudah terduduk sempurna di atas ranjangnya.

“Ia memberitahuku lewat pesan LINE pribadinya lima hari yang lalu kalau ia sedang berada dalam bahaya. Namun aku baru membacanya karena ponselku kemarin habis baterai dan lima hari yang lalu jadwalku benar-benar padat dan tidak memungkinkan untuk mencharge ponselku. Jadi sekarang, cepatlah beritahu keluarga kita yang lainnya. Aku akan segera terbang ke Korea siang ini juga,” ujar Sehun dengan nada bicara yang benar-benar gelisah.

“Aku juga akan mengirimkan data yang kudapat dari pelacak yang kupasang pada ponsel Hyerin, terus bawa ponselmu bersamamu dan selalu aktifkan, ne.”

“B—baiklah… kkeutna (kututup ya teleponnya),” ujar Baekhyun sebelum mengakhiri panggilan antara mereka berdua.

Setelah menelepon Baekhyun, Sehun segera menghubungi sekretaris pribadinya yang berangkat bersamanya untuk mencarikannya tiket pesawat menuju ke Korea dengan penerbangan tercepat. Lalu ia membereskan beberapa barang-barang yang harus dibawanya dan juga tak lupa menghubungi anggota keluarganya yang lain.

Begitu Sehun keluar kamar, ia berpapasan dengan Luhan yang baru saja ingin masuk ke kamar apartemennya. Ya, apartemen Sehun dan Luhan bersebrangan. Sebut saja mereka tetangga.

“Kau mau kemana, Sehun-ah. Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya Luhan yang bisa menebak dari ekspresi wajah Sehun yang tidak baik.

“Aku akan kembali ke Korea sekarang juga, Hyung. Hyerin dalam bahaya. Ia..ia.. diculik…” lagi-lagi Sehun dibuat gelisah karena ia mengingat kata demi kata yang Hyerin kirimkan padanya melalui pesan LINE tersebut.

“MWO?!?! JINJJA?! BAGAIMANA BISA?!” tanya Luhan yang kini membulatkan matanya dengan sempurna, begitupun juga mulutnya.

“Ceritanya panjang, Hyung. Aku tidak punya banyak waktu, aku pergi ya.” Sehun hendak melanjutkan langkahnya namun tangannya lebih dulu ditahan oleh Luhan. Oh sungguh, kalau saja mereka masih tak mengenal dekat seperti dulu, Sehun pasti sudah melayangkan tinjuan pada Luhan karena namja ini terlalu mengganggu.

“Aku ikut, aku akan kembali ke Korea bersamamu…” ujar Luhan. Namja berkulit putih bersih dengan mata bersinar itu segera mengeluarkan ponselnya dan berbicara dengan bahasa China yang sangat cepat. Sehun rasa Luhan sedang menelepon sekertarisnya.

“Kau bisa ke bandara lebih dulu, nanti aku akan menyusul setelah mengurus semuanya.” Luhan segera masuk kedalam kamar apartemennya dan Sehun segera melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat tertunda.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Sehun dan Luhan kini tengah berada didalam pesawat. Sehun sedari tadi tak bisa terlihat tenang sama sekali. Ia terus saja melirik ke arah arlojinya dan bertanya pada pramugari yang melintas dihadapannya kapan mereka akan sampai di Korea.

Penerbangan Korea dan Belanda memakan waktu sekitar satu hari satu malam, kini Sehun sudah menghabiskan waktu dua puluh jam di pesawat, artinya beberapa jam lagi ia akan mendarat di Korea.

Luhan yang duduk disebelah Sehun juga terlihat tidak tenang, namun ia tak segelisah Sehun, jelas saja. Luhan yang terkenal dengan kedewasaannya terus saja berusaha untuk menenangkan Sehun sejak tadi. Ia menyarankan Sehun untuk terus berdo’a dan juga menghabiskan waktu untuk membaca Al-Kitab.

Sehun bahkan kini telah melanggar peraturan penerbangan. Ia mengaktifkan ponselnya, ia ingin tahu perkembangan tentang keselamatan Hyerin dari anggota keluarganya.

Kecemasan Sehun bertambah saat ia membaca pesan dari Chanyeol yang berisikan bahwa lokasi yang ditunjukkan oleh pelacak pada ponsel Hyerin adalah lokasi yang salah. Mereka tak menemukkan apapun disana, mereka hanya menemukkan ponsel Hyerin di salah satu selokan yang ada di daerah itu.

Sehun mendesah berat. Ia bingung harus berbuat apa-apa. Ia terus saja menyalahkan dirinya sendiri sepanjang jalan, dan ia akan menyalahkan dirinya seumur hidup apabila Hyerin ditemukan dalam keadaan payah nantinya.

Bukannya ingin berpikiran negatif, hanya saja terlalu mustahil bagi Sehun untuk berpikiran positif saat ini, pesan-pesan dari Hyerin tadi terus saja memenuhi pikirannya.

‘Ya Tuhan…. kumohon…. selamatkanlah istriku dan juga anak kami….’ rintih Sehun dalam hatinya. Tak terasa, tetesan air mata mulai keluar dari pelupuk mata Sehun. Hatinya benar-benar sakit, terasa seperti ditusuk sembilu.

Beberapa jam kemudian….

Malam telah tiba, Sehun dan Luhan baru saja mendarat di Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan. Sehun dan Luhan langsung berlari mencari seseorang yang telah diutus untuk menjemput mereka berdua.

Setelah menemukkan seorang pria yang memegang banner bertuliskan namanya, Sehun segera mengikuti pria suruhan keluarganya itu dan segera menghubungi Baekhyun lagi.

“Hyung, bagaimana? Apa kalian sudah menemukkan keberadaan Hyerin?” tanya Sehun setelah Baekhyun mengangkat panggilan darinya.

“Belum, lima mobil polisi dan lima mobil pribadi dari ajudan keluarga kita telah dikerahkan untuk melacak keberadaan Hyerin, berita mengenai hilangnya Hyerin juga telah dimuat di surat kabar hari ini dan juga di seluruh stasiun televisi yang ada di Korea. Namun hingga malam ini belum membuahkan hasil,” jawab Baekhyun diseberang sana sembari bernafas lengah.

“Astaga… baiklah, aku akan mencarinya juga, aku baru saja sampai di Korea, terus pantau perkembangannya, ne?” ujar Sehun sebelum menutup teleponnya.

“Bagaimana?” tanya Luhan yang masih duduk disebelah Sehun. Sehun memijit pelan pelipisnya sembari menggelengkan kepalanya dengan lemah.

“Apa kau tak memiliki pelacak lain selain pelacak yang ada pada ponsel Hyerin? Di pakaiannya misalnya?” tanya Luhan.

Bingo!

Sehun teringat akan sesuatu. Gelang itu. Gelang couple miliknya dan Hyerin.

Ya benar, diam-diam Sehun memasangkan pelacak pada gelang tersebut. Astaga! Ia hampir lupa karena sebegitu paniknya!



Gelang Hyerin [Merah] || Gelang Sehun [Hitam]

“Geurae! Aku memasangkan pelacak pada gelang yang dikenakan Hyerin, aku harap Hyerin tak melepaskannya… jebal…” ujar Sehun sembari membuka aplikasi pelacak yang terhubung dengan gelang Hyerin tersebut.

Sepertinya Tuhan masih sedikit berbaik hati pada mereka, pelacak tersebut masih aktif, dan untungnya pelacak tersebut memberikan informasi letak yang berbeda dengan yang diberikan oleh pelacak pada ponsel Hyerin. Sehun yakin inilah tempat Hyerin berada sebenarnya.

Sehun kembali menghubungi Baekhyun dan memberitahukan alamat yang baru saja ia dapatkan dari pelacak itu. Sehun dan Luhan juga langsung menuju kesana.

Disepanjang perjalanan, Sehun terus saja mengatupkan tangannya dan terus memanjatkan do’a pada Yang Kuasa.

‘Sekali lagi kumohon…. lindungilah istri dan anak kami sampai aku menemukkan keberadaan mereka, Ya Tuhan,’ batin Sehun.

-awknisa’s-

(jangan lupa baca author’s note di akhir ya)

Disinilah sekarang Irene, Suho, dan Jongin berada. Dihadapan Hyerin. Hyerin yang semakin terlihat tak berdaya.

Segelas susu telah berada didalam genggaman tangan Irene. Sedangkan Suho, pria tampan namun kejam satu ini telah siap untuk mencekoki mulut Hyerin. Irene dan Suho semakin mendekat ke arah Hyerin. Sedangkan Jongin hanya bisa diam saja, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

“Minum ini sekarang atau kau mati sekarang juga!!” bisik Irene tepat di telinga Hyerin. Itu berhasil membuat tubuh Hyerin bereaksi kembali. Tubuhnya menegang dan juga bergetar, lalu matanya pun kini membulat, namun bibirnya tetap tak berkata apapun.

Hyerin akhirnya bisa menangis lagi. Bahkan kini ia berteriak histeris. Suho dan Irene berhasil meminumkannya setengah gelas susu yang telah di campur dengan larutan perusak rahim tersebut. Hyerin benar-benar gila sekarang, bahkan otaknya sudah tak bisa digunakan untuk berpikir lagi.

Hancurlah sudah semuanya, angan-angannya untuk memiliki anak. Angan-angannya untuk menjadi seorang ibu.

“Kalian jahat!! Brengsek!! Jangan bunuh anakku!!” pekik Hyerin sedari tadi. Irene dan Suho kembali tersenyum penuh kemenangan saat melihat Hyerin yang kembali memberontak. Pasalnya, satu hari penuh Hyerin tak menunjukkan reaksi apapun, ia hanya diam dan mengedarkan pandangan kosong.

Jongin meneteskan air mata. Ia merasa telah menjadi orang paling jahat sekaligus orang paling lemah sedunia. Ia ingin menolong Hyerin, tapi ia tak bisa. Bahkan ia hanya mematung saja ditempatnya sedari tadi sembari menundukkan wajahnya. Ia terlalu lemah untuk melihat kondisi Hyerin sekarang. Pekikan Hyerin terdengar sangat memilukan di telinga Jongin.

“HAHAHAHA!! TERUSLAH MENANGIS SEPERTI ITU!! KAMI SANGAT BAHAGIA MENDENGAR RINTIHANMU ITU, WANITA JALANG!!” ujar Irene, setelah itu ia melayangkan sebuah tamparan keras pada pipi Hyerin.

“Selamat menjadi janda, Byun Hyerin…” ujar Suho. Setelah itu ia menggunakan jari-jari tangannya untuk menghapus air mata Hyerin dengan kasar.

“Jangan sentuh aku…. jangan sentuh aku…. jebal….” nada bicara Hyerin benar-benar bergetar dan penuh ketakutan.

“Oppa, ini saatnya kita menjalankan rencana baru kita…” bisik Irene pada Suho. Suho mengedipkan matanya lalu beralih untuk mengambil kamera DSLR nya disebuah meja yang ada disana.

Sedangkan Irene mulai merobek pakaian Hyerin satu persatu. Hyerin ingin berontak, namun tubuhnya sudah tak memiliki kekuatan apapun.

“Irene… kau yakin akan melakukan ini? Apa ini tidak terlalu keterlaluan?” tanya Jongin sembari mencekal tangan Irene.

“Tidak, ini bahkan bukan apa-apa. Kesakitan yang ia rasakan selama ini, masih kurang cukup untuk membalaskan dendam kita.” Irene kembali melanjutkan aksinya untuk merobek pakaian Hyerin satu persatu.

Sebenarnya apa rencana baru mereka? Begini, Suho dan Irene berencana untuk mengambil gambar Hyerin yang hanya dibalut oleh pakaian dalam saja, atau kalau mereka kurang puas juga, mereka akan mengambil gambar Hyerin dengan keadaan full naked. Lalu setelah berhasil mengambil gambar Hyerin dengan keadaan seperti itu, mereka akan mencetak foto itu sebanyak-banyaknya dan menyebarkannya keseluruh penjuru Korea Selatan. Pastinya, Keluarga Byun dan Oh menanggung rasa malu yang amat sangat besar, bukan? dan dengan itu, Irene dan Suho rasa Keluarga Byun dan Oh akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang telah Keluarga Byun dan Oh lakukan pada mereka berdua selama ini.

“Jangan sentuh aku!!!” pekik Hyerin frustasi. Namun seperti yang kita ketahui, semakin keras rintihan Hyerin, semakin keras pula mereka akan menyiksa Hyerin.

Hyerin benci dengan dirinya sendiri. Ia merasa dirinya sudah kotor. Sama kotornya dengan wanita penghibur diluar sana. Bahkan ia sudah tak berkeinginan untuk hidup lagi saat ini.

‘Kumohon… ambil nyawaku sekarang juga, Tuhan….’ batin Hyerin.

Irene sudah selesai merobek seluruh pakaian Hyerin dan kini menyisakkan Hyerin yang hanya mengenakan pakaian dalam berupa bra dan celana dalam berwarna merah. Hyerin terus saja terisak sejak tadi.

Yang tadinya tangan Hyerin diikat didepan perutnya, kini mereka memindahkan ikatan itu di belakang kursi sehingga membuat tubuh Hyerin lebih condong kedepan dan lekuk tubuhnya lebih terlihat menggoda. Kakinya diikat di kaki kursi yang didudukinya sehingga keadaan Hyerin sekarang seperti mengangkang, namun tidak terlalu lebar.

Setelah merasa puas dengan apa yang telah mereka lakukan, mereka memulai sesi foto tersebut. Jongin sontak melepaskan tuksedo yang dikenakannya, ia ingin sekali menutup tubuh Hyerin yang terbuka seperti itu dengan tuksedonya. Namun bisa-bisa ia yang dalam bahaya apabila ia melakukan itu.

Lagi-lagi, Jongin merasa bahwa ia adalah lelaki lemah. Benar-benar lemah dan tak berguna.

“Hahaha!! Good job!!” ujar Irene sembari meletakkan tangannya dipundak Suho yang sedang asik mengamil gambar Hyerin.

Irene maju sebentar untuk menampar wajah Hyerin dan meninggalkan jejak kemerahan disana.

“Ppali, ambil fotonya dengan keadaan seperti itu, Oppa!” pekik Irene dengan girang. Ia benar-benar puas dengan apa yang mereka lakukan sekarang.

“Apa perlu kita melepas seluruh pakaiannya?” tanya Suho.

Jongin kembali menengang. Tidak, mereka tidak bisa dibiarkan.

“Andwae!! Kalian tak boleh melakukan itu!!” Jongin sudah tak tahan lagi. Ia memberanikan diri untuk mencegah dua iblis ini.

“Wae? Apa kau masing menganggapnya sahabatmu, eo? Sudah kuduga, kau tidak sepenuhnya dengan rencana kita. Bahkan lima hari ini, kau tak pernah ikut menyiksanya. Dasar penghianat!!” ujar Suho yang kini meraih kerah Jongin, namun dengan cepat Jongin menepis tangan Suho.

“Kalian punya hati tidak sih?! Bagaimana bisa kalian melakukan ini pada seseorang? Kalian benar-benar kejam!! Ya, aku memang masih mengaggapnya sebagai sahabatku anni—maksudku adik perempuanku, apa ada yang salah, eo?” ujar Jongin sembari mendorong dada Suho dengan dadanya.

“HAHAHAHAHA!! Kau dan Hyerin sama-sama bodoh!! Kau pikir, setelah ikut menculiknya seperti ini Hyerin akan tetap menganggapmu sebagai sahabatnya? Itu mustahil, Tuan Kim. Hei, sadarlah…. kau dan kami berdua ada di posisi yang sama sekarang, sama-sama pelaku kriminal. Jadi, jangan bertingkah sok suci dan mengacaukan segala sesuatu yang telah kita rencanakan!!” balas Suho.

‘Benar… Hyerin tak mungkin menganggapku sebagai sahabatnya lagi….’ batin Jongin.

‘Ya, aku memang tak tahu diri kalau masih berani berkata bahwa Hyerin adalah sahabatku. Namun lebih baik aku menjadi tak tahu diri daripada menjadi tak berperasaan. Jadi aku tetap harus menolongnya,’ tambah Jongin lagi dalam hatinya.

“Kenapa diam, eh? Mulai sadar kalau kau sama jahatnya dengan kami?”  kini Irene yang berbicara.

“Tidak, aku berbeda dengan kalian. Aku tak pernah menyiksa Hyerin sama sekali. Ya, aku berbeda. Aku berbeda dengan kalian….” kalimat Jongin barusan malah lebih terdengar penyemangat untuk diri sendiri. Ya, Jongin sedang berusaha untuk mempercayai dirinya sendiri dan berusaha agar tak termakan omongan orang lain lagi, seperti hari kemarin. Ia menyesal sungguh menyesal.

“Sudahlah, jangan menghibur diri sendiri. Ini semua sudah terlanjur terjadi, kau harus menyelesaikannya…” ujar Suho.

Dikeadaan lain, Sehun beserta pasukannya baru saja tiba di tempat Hyerin disekap. Persis seperti apa yang ditunjukkan oleh pelacak yang terdapat pada gelang Hyerin tersebut. Syukurlah Hyerin tidak melepaskan gelang itu.

Sehun melihat ada dua buah mobil yang terparkir disana, namun ada yang aneh, Sehun melihat mobil milik Jongin. Namun ia tak yakin karena ia tak sempat melihat plat mobil tersebut. Ia sudah tak memiliki waktu banyak lagi. Hyerin dalam bahaya, pikirnya.

BRAAKK!!

“Angkat tangan!!” lima orang inspektur polisi mengarahkan tangannya ke arah Irene, Suho dan juga Jongin. Sontak mereka bertiga terkejut dan mengangkat tangan mereka.

Begitu Sehun dan Luhan ikut masuk keruangan itu juga, alangkah kagetnya pria itu saat menemukan Jongin bersama Irene dan Suho didalam sana.

“Oh Tuhan…. ternyata  mereka dalang dibalik semua ini,” gumam Sehun tak percaya.

Dan keterkejutan Sehun semakin bertambah ketika ia melihat Hyerin. Kondisi Hyerin benar-benar payah.

“Ini semua salahku…” ujar Sehun pelan dan langsung berlari ke arah Hyerin.

Sehun segera melepaskan jaket varsity berwarna hitam yang dikenakannya dan hendak menutup tubuh Hyerin dengan jaketnya itu karena ia tak mau tubuh Hyerin yang hampir telanjang ini dilihat oleh banyak orang. Namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar pekikan penuh luka keluar dari mulut Hyerin dan itu ditujukan untuknya.

“K—kau siapa? Jangan mendekat… kalian semua orang jahat….” ujar Hyerin dengan nada bicara yang bergetar, bibir pucatnya terlihat sangat sulit untuk berkata.

“Hyerin-ah, ini aku… Oh Sehun… kau sudah aman sekarang, jadi tenanglah, eo?” ujar Sehun yang terus saja mencoba untuk mendekat ke arah Hyerin.

“KUBILANG MENJAUHLAH DARIKU!! KALIAN SEMUA ORANG JAHAT!! KENAPA KALIAN BARU DATANG, HUH?! WAE?! WAE?! KALIAN SUNGGUH TERLAMBAT!!” kini Hyerin memekik sembari meneteskan air mata. Sungguh, ini benar-benar menyakiti hati Sehun.

“Hyerin-ah, maafkan aku…..”

“AKU TAK MAU BERTEMU DENGAN KALIAN… KALIAN SEMUA.. HIKS… KALIAN SEMUA BERNIAT JAHAT PADAKU ‘KAN? MENJAUHLAH… KUMOHON…”

DEG

Sehun mengaku salah. Hyerin benar, ia benar-benar terlambat. Sehun membenci dirinya sendiri. Ia merasa ia telah gagal menjadi suami yang baik, menjadi suami yang bisa melindungi dan menjaga istrinya. Sehun benar-benar putus asa saat Hyerin terus saja melontarkan pekikan itu padanya.

“Jebal…. menjauhlah dariku… kumohon…. aku sakit… nan jeongmal aphayo…” Hyerin sudah tak berteriak lagi, sepertinya ia benar-benar kehabisan tenaga. Kini hanyalah lirihan yang keluar dari bibir Hyerin.

Sehun tetap melanjutkan langkahnya untuk lebih mendekat ke arah Sehun. Hyerin lagi-lagi merintih dan memberontak saat Sehun berusaha memasangkan jaket itu pada tubuh Hyerin.

“Kumohon…. jangan sentuh aku…..” lirih Hyerin, lagi dan lagi.

Tiba-tiba Luhan tiba di hadapan Hyerin dan menunjukkan reaksi yang sama seperti Sehun tadi. Benar-benar terkejut.

“Hyerin-ah….” ujar Luhan. Hyerin langsung menoleh ke arah Luhan dan seketika yeoja itu menghentikan tangisannya juga lirihannya.

“Tolong… selamatkan aku….” lirih Hyerin lagi sebelum akhirnya yeoja itu tak sadarkan diri.

Luhan menoleh ke arah Sehun sejenak. Jujur, ia juga terkejut terhadap reaksi Hyerin padanya. Ia melihat apa yang Hyerin katakan pada Sehun tadi, dan kini ia terkejut karena Hyerin justru memberikannya respon yang sungguh berbanding terbalik dibandingkan respon yang Hyerin berikan pada Sehun, suaminya sendiri.

Dari tatapan mata Sehun, Luhan bisa merasakan sesuatu. Tangannya beralih untuk meraih jaket yang ada ditangan Sehun dan segera menggunakan itu untuk menutupi tubuh Hyerin.

Ini sungguh berbeda. Hyerin menujukkan reaksi yang berbeda pada Luhan. Ia tak memberontak dan mengucapkan sumpah serapah penuh kebencian seperti apa yang ia lontarkan pada Sehun tadi. Ia justru meminta tolong pada Luhan. Karena apa?

Karena mulai saat ini…. tak ada seorangpun yang bisa dipercayainya.

TO BE CONTINUED

PREVIEW ON NEXT CHAPTER!

“Tapi, ada sebuah kabar buruk untuk kita semua….”

“Tapi untuk sekarang, Nyonya Hyerin belum bisa ditemui oleh siapapun, termasuk keluarganya.”

“Bisakah kau tidak menyinggung soal pekerjaan kali ini? Aku sungguh muak, tahu. Kalau kau menyuruhku datang kesini hanya untuk memberikanku selamat, lebih baik aku pergi saja.”

“Lepaskan aku….”

“Tidak… semua orang pembohong! Kalian semua penghianat… menjauhlah dari ku!!”



| Author’s Note |

Hua….

Hayooo…. berikan responnya…. pasti pada kaget kan saat kalian baca respon yang Hyerin berikan sama Sehun? Kelanjutannya akan aku perjelas di next chapter….

Masih mau nunggu kelanjutan dari fanfiction ini kan? :D

Oh iya, ingin sekedar memperjelas saja buat yang masih bingung dengan motif atau latar belakang kenapa Irene, Suho dan juga Jongin untuk melakukan penculikkan ini. Diatas sudah aku jelaskan apa penyebab mereka ngelakuin semua ini ke Hyerin.

Untuk Irene, pastinya dendamnya pada Hyerin karena Hyerin berhasil ngerebut perhatian Sehun dari dirinya, dan Irene merasa kalo yang pantes dapetin Sehun cuma diri dia seorang. Dan kalaupun ia masih gak bisa milikin Sehun, itu artinya ga ada orang lain juga yang bisa milikin Sehun. Berawal dari cinta dan berakhir dengan obsesi, ya begitulah sekiranya.

And for Suho, jelas dia ngelakuin semua ini buat bales rasa kesalnya pada Tuan Oh karena udah menginjak-nginjak harga dirinya dan juga menjelekannya habis-habisan.

Dan Jongin, ini semua karena tuntutan ayahnya, sebenernya Jongin gak sejahat itu buat ngelukain Hyerin, dia masih punya hati. Maka dari itu dia belum pernah nyentuh Hyerin sama sekali sampai sekarang. Tapi dia juga gak bisa nyelamatin Hyerin begitu aja.

Dan kenapa ketiga orang ini bisa saling menjadi rekan satu sama lain? Itu semua karena mereka memiliki rasa benci atau dendam terhadap Keluarga Oh. Dan beruhubung Hyerin adalah ‘menantu emas’ di Keluarga Oh, so they thought if they hurt Hyerin, Oh Family bakalan terpuruk, terutama Sehun. Gitu deh pokoknya semuanya berawal karena rasa egois yang berhasil ngalahin akal sehat mereka. Jelas, kan?

Oke aku sadar kalau aku terlalu banyak ngomong kali ini, dan yang terakhir aku cuma mau ucapin terimakasih aja sama kalian para readers fanfiction ini, terlebih lagi buat yang bela-belain buat comment walaupun hanya beberapa kata. Hihi :D

Kalau ada yang punya saran/kritik, jangan sungkan-sungkan buat beritahu ke aku ya agar aku tahu dimana kekuranganku, hihi ;)

Udah dulu deh cuap-cuapnya, bye bye :D

Filed under: AU, Crime, Dark, Drama, family, fluff, Hurt, kekerasan, Marriage Life, romance, sadisme, Sadnes Tagged: awknisa's, byun hyerin, oh sehun

Show more