2015-05-13



Alloha!!! ini author yang paling suka suasana lebaran, kerjaannya minta maaf mulu hhe :P

sorry-sorry for the late post, lagi nunggu feel yang tepat dan menuhin permintaan readers buat bikin yg panjang,, tadaaa  ini udah ampir 6000 words lho,, bikinnya kejang-kejang, entah itu tengah malem, subuh sebelum keluar rumah atau lagi kejebak macet #curcol

tadinya mau dipanjangin lagi, tapi takut malah enek bacanya, yowiis di post sekarang. Sekalian biar nemenin yang abis ujian sama yang nunggu long weekend, Ahh… Mei tahun ini menyenangkan banyak tanggal merah nya ^^

Author kebanyakan ngomong, well, enjoy the story ^^

And the Story begin,,

“Kau tak perlu turun.” Ujar Siwon menghentikan gerakan In Joo yang tengah membuka pintu mobil, In Joo menatap bingung Siwon.

“Malam ini aku ingin sendirian, kau menonton di rumah mu saja.” Lanjut Siwon, ia kemudian menambahkan ketika In Joo nampak masih belum mengerti, “Atau dimana pun saja, aku tak peduli. Dan jangan sampai kau melewatkan meski-hanya-satu- bagian-ku-dalam-episode-kali-ini.”

Akhirnya In Joo memahami maksud Siwon, mereka tak akan menonton tayangan drama perdana Siwon bersama-sama, kebiasaan yang selalu seorang artis dan coordinatornya lakukan. Sesungguhnya, In Joo sempat melupakan kebiasaan itu, bahkan beberapa hari ini ia lupa kalau mereka hanya sebatas rekan kerja. Akhir-akhir ini, mood artisnya tengah sangat bagus. Tak ada lagi gertakan, ceramah ataupun kata-kata tajam yang yang selalu Siwon berikan untuk In Joo.

Tapi malam ini, Siwon kembali ke wujud aslinya. Mungkin ia lupa meminum obat, asumsi In Joo.

“Besok, jemput aku satu jam lebih awal. Ada tempat yang ingin kudatangi.” Titah Siwon yang dijawab In Joo dengan anggukan lemah. Satu jam lebih awal berarti ucapkan selamat tinggal pada sarapan pagi.

“Selamat malam, Siwon-ssi.”Ucap In Joo lemah, sebelum pintu mobil berdebam.

000ooo000

Siwon memasukan kode apartemennya, dan setelah bunyi bip terdengar, pintu terbuka. Keningnya berkerut samar melihat sepasang sepatu pria tergeletak begitu saja di depan pintu.

“Kau datang?” Teriak seseorang dari dalam.

Siwon tak menjawab, ia memilih merebahkan diri di atas sofa panjang di depan tv. Badannya terasa remuk, baru kali ini ia merasakan lelah setelah sekian banyak aktivitas yang dijalaninya. Selama ini, Siwon tak pernah merasa lelah sama sekali. Segudang kegiatannya itu, justru menjadi morfin baginya, penghilang rasa sakitnya. Karena dengan menyibukkan diri, ia dapat sejenak melupakan kesedihannya. Namun, detik ini pria itu menyadari. Ia lelah, ia bosan pura-pura baik-baik saja.

“Setidaknya cuci muka dulu, kalau mau tidur.” Ujar suara itu lagi, dan bersamaan dengan itu Siwon merasakan benda halus menutupi wajahnya.

Siwon bangkit dan meraih handuk kecil yang dilemparkan begitu saja di atas wajahnya. Dengan enggan, ia menuju kamar dan membersihkan diri.

“Kapan kau datang dan apa yang membawamu datang kesini?” Tanya Siwon setelah ia kembali di ruang keluarga.

Lawan bicaranya berhenti menggelitiki perut Hoon dan melihat jam dinding, “Sekitar satu jam lalu, aku datang untuk berpamitan.”

Siwon duduk di sofa dan meraih Hoon, aura pria di hadapannya semakin kelam tak baik bagi Hoon.

“Aku tak mengerti, katakan dengan jelas.”

Pria itu menghela nafas panjang dan bersandar di punggung sofa, “Pria tua itu waktunya semakin sempit, itu artinya aku tak boleh membuang-buang waktu lagi. Anak ingusan itu harus segera kusingkirkan, atau setidaknya kuberi pelajaran. Dua puluh tiga tahun terakhir, dalam hidupnya ia hanya bermain-main, ia tak pernah tahu apa itu penderitaan. Dan itulah tugasku, aku akan memberinya pelajaran.”

“Kim Jong Woon jangan gila! Kau akan membunuhnya?” Tanya Siwon dengan suara tertahan.

Hanya itu yang melintas dalam pikiran Siwon ketika mendengar penjelasan Jong Woon. Karena mungkin itu pula jika ia yang berada di posisi Jong Woon. Lahir sebagai anak di luar nikah, selama belasan tahun harus bertahan dari cercaan juga hinaan dari masyarakat. Ketika akhirnya ia mengetahui siapa ayah biologisnya, ibunya meninggal dengan cara tak wajar. Polisi menyatakan kematian Nona Kim karena over dosis obat anti depresi, tapi bagi Jong Woon, ibunya dibunuh. Pembunuhnya adalah orang yang sama yang membuat Jong Woon tak mendapat pengakuan dari ayah kandungnya sendiri. Istri pertama ayah Jong Woon.

Jong Woon tertawa hambar, “Aku tak akan mengotori tanganku, tapi aku akan membuatnya menderita dengan bermain-main sedikit dengan istrinya.”

“Istrinya? Kau akan merebutnya?”

“Ish! Cerewet sekali, dengarkan sampai selesai. Memangnya aku sama seperti mereka, senang bermain perempuan!”

“Mungkin saja, kalian berhubungan darah.” Kata Siwon, Jong Woon menggeram berusaha meredam emosinya, Siwon menyadari ia salah bicara dan memilih memainkan kepala Hoon.

“Ada banyak rahasia yang disembunyikan anak ingusan itu dari istrinya sendiri yang juga ia tak katakan pada ayahnya. Perempuan itu tak tahu, kalau ayah mertuanya sendiri yang membunuh kedua orang tuanya sepuluh tahun lalu. Pria tua itu juga tak menyadari, kalau ia telah mengangkat putri dari musuh nya menjadi menantu. Tapi anak itu tahu, dan hingga kini ia tetap bungkam. Aku tahu, anak itu ketakutan. Takut salah satu dari mereka perlahan mengetahui rahasia itu. Kau tahu, hidupnya kini tak lebih dari bom waktu. Siap meledak kapan saja. Dan kini, aku yang akan menggenggam kendali.” Jelas Jong Woon, ia berhenti sambil mengangkat tangan kirinya seakan membayangkan tengah memegang pemicu TNT.

“Bam!” Desis Jong Won, “Begitu kebenaran terungkap, perempuan itu akan pergi. Anak ingusan itu akan terpuruk dan menyalahkan pria tua bangka itu. Di waktu yang tepat, pria tua itu akan mati dengan sendirinya, jantungnya tak cukup kuat menahan dosanya lagi. Tak berapa lama, anak ingusan itu juga akan ditemukan mati di rumahnya dalam keadaan yang sama ketika polisi menemukan mayat ibuku dulu, perbedaannya polisi akan menyeret istrinya sebagai pelaku utama pembunuhan. Dan yang perlu kulakukan hanya duduk menunggu hingga pengadilan menentukan hanya aku satu-satunya ahli waris yang tersisa. Akhir yang manis.”

Siwon tak mampu menanggapi Jong Woon satu kata pun, ia asyik memainkan belakang telinga Hoon, membuat kucing kecil itu menggerung keenakan.

“Kau tak terkesan pada rencana ku?”

“Terkesan dan tidak.” Siwon meraih Hoon dalam pelukan dan membawa Hoon ke dalam kandangnya, ia tak ingin Hoon mendengar perbincangan mereka sekarang, Hoon harus bersih sesuci gadis yang merawat Hoon dulu, Siwon tak ingin mengotori kenangannya dengan Hyo Rim.

Jong Woon tengah menyalakan tv ketika Siwon mengambil duduk di sampingnya.

“Ayo kita lihat bagaimana aktingmu kali ini.” Kata Jong Woon ceria, berbanding terbalik dengan keadaannya beberapa detik lalu, ia membuka keripik kentang dan memakannya rakus.

“Bagaimana kabar gadis kelincimu?” Tanya Jong Woon ketika Siwon masih tak mengatakan apapun, biasanya Siwon akan berubah dari cerewet semakin bawel ketika topic tentang mantan asistennya yang seperti kelinci energizer diangkat. Meski mereka tak bekerja sama lagi, percaya atau tidak Siwon sesekali menjadi stalker gadis itu.

“Dia sudah menikah.”

“Mwo!” Tanpa sadar Jong Woon menyemburkan remah keripik dari mulutnya, “Bagaimana bisa? Bukankah kau bilang ia sama sekali tak memiliki teman pria, kau bilang ia anti berdekatan dengan laki-laki. Ya Tuhan, ini buruk! Sudah kubilang kan, jangan menyembunyikan perasaanmu. Sejak dulu aku tak pernah mendukungmu pura-pura menjadi gay agar gadis itu tak curiga. Lihat, kalau begini ia bukan hanya tak menyadari perhatianmu, tapi ia sama sekali tak melihatmu sebagai pria! Ketakutanmu pada amukan fans juga tak beralasan, lihat bagaimana netizen mendukung hubungan Lee Min Hoo dan Bae Suzy, pasangan ByunTae, lalu si kembar triplet juga takkan pernah lahir kalau Song Il Gook dulu berpikiran sama dengan mu. Kau Bodoh, Choi Siwon!” Cecar Jong Woon berapi-api, ia bahkan melupakan keripik kentang yang kini berserakan di lantai.

“Aku bodoh, dan kau ahjumma menyebalkan. Kenapa di mataku kau tiba-tiba terlihat seperti ibu-ibu yang senang bergossip?”

“Neh?” Jong Woon memekik tak terima dikatakan mirip ahjumma-ahjumma, tapi kemudian ia sadar perkataan Siwon memang benar, ia sendiri heran sejak kapan pengetahuannya tentang dunia entertainment bertambah.

“Apa peranmu sekarang?” Tanya Jong Woon setelah beberapa menit saling mendiamkan, ia merasa sedikit bersalah telah menyalahkan sahabatnya padahal seharusnya sekarang ia menghibur Siwon.

“Penulis kesepian.” Jawab Siwon bosan, pikirannya masih berkelana pada rencana Jong Woon tadi. Kenapa ia merasa ada beberapa kesamaan dalam cerita Jong Woon dengan kisahnya?

“Eiyy! Menjijikan. Kukira peranmu dulu sebagai rentenir psikopat adalah peran yang paling aneh. Kenapa kau mau menerima peran ini?”

Siwon mengeluarkan ponselnya dan berharap ada satu panggilan di sana, drama sudah setengah tayang sekarang. Jika gadis itu cukup jeli, ia pasti paham kenapa Siwon memintanya menonton malam ini. Tapi sayang, ponselnya masih bisu.

“Awalnya aku hanya tertarik, seperti ada magnet yang menarikku ketika membaca naskah untuk pertama kali. Kukira itu hanya instingku sebagai actor sedang bekerja, tapi kemudian aku sadar, naskah ini bukan sekedar rekaan.”

“Kisah nyata?” Tanya Jong Woon, ok ia mulai tertarik dan maafkan ia tadi telah mengumpat peran Siwon.

Siwon mengangguk, “Drama ini diangkat dari novel, dan aku yakin novel itu adalah kisah nyata si penulis yang ia fiksi-kan. Yang membuatku semakin tertarik, kisah gadis itu juga ada dalam naskah drama.”

“Mantan assitenmu?”

Siwon tak menjawab, namun cukup memenuhi pertanyaan Jong Woon. Hanya ada satu gadis yang selalu dibicarakan Siwon dengannya.

“Dan setelah mendengar kisahmu tadi, Jong Woon-a.” Siwon menarik nafas berat, semoga yang ia kira salah, ia tak ingin sesuatu yang buruk menimpa gadis-nya, “Kisahmu mirip dengan naskah dramaku, gadis ku juga menikah dengan anak pembunuh orang tuanya dan hingga kini ia belum mengetahui semua itu. Tak mungkin ini hanya kebetulan.”

Rahang Jong Woon mengeras, ia paham kemana arah perkataan Siwon.

“Jong Woon-a, ini permintaan pertama dan terakhirku padamu. Jika perempuan yang kita bicarakan adalah perempuan yang sama, demi persahabatan kita. Kumohon, bebaskan ia. Ia sama sekali tak bersalah, Jong Woon-a.”

Siwon jatuh bersimpuh di hadapan Jong Woon. Ini permintaan sulit bagi Jong Woon, dengan mengabulkan permintaan Siwon sama saja menghancurkan rencananya dari awal. Bom pertama telah Jong Woon jatuhkan, dengan membujuk Seunghwan memberikan sahamnya di Pigeon Publishing serta memberikan kotak berisi kunci villa Kyuhyun pada Hyo Rim –tempat dimana Kyuhyun akan ditemukan tak bernyawa –akan membuat Hyo Rim menjadi satu-satunya tersangka yang memiliki motif paling kuat menjadi pembunuh pewaris Cho Corps. Tapi jika Jong Woon mengabaikan permintaan Siwon, ia akan kehilangan satu-satunya orang yang ia percaya di dunia ini.

Ooo000ooO

Kyuhyun menyukai wajah itu ketika tengah membaca buku. Ketika setengah dari penghuni kelas ini berhamburan berlari menuju kantin sekolah, ia satu-satunya orang yang tetap tak beranjak dari kursi. Sebuah buku bersampul merah hati telah memaku gadis itu untuk diam di tempat. Kyuhyun hafal jelas apa yang tengah dibaca Hyo Rim, seri Stephen King yang lainnya. Novel horror yang menceritakan penyebaran virus zombie melalui jaringan seluler. Ini ketiga kalinya Kyuhyun mendapati Hyo Rim membaca buku itu. Kyuhyun menghela nafas, ia bahkan tak pernah satu kali pun membaca hingga tamat novel itu setiap kali Hyo Rim meminjamkannya.

Hyo Rim menoleh ketika menyadari ada seseorang yang memerhatikannya.

“Mwo?” Tanya Hyo Rim tanpa suara.

Kyuhyun bangkit dari kursi, dan duduk di meja di hadapan Hyo Rim. Tanpa permisi Kyuhyun membalik novel itu hingga menutup.

“Yak!” Desis Hyo Rim kesal, berusaha kembali membukanya namun telapak tangan kiri Kyuhyun lebih kuat menahan cover tetap tertutup.

“Sekali-sekali baca novel roman, itu akan membuat hidupmu lebih ceria. Membaca novel misteri seperti ini hanya akan membuat hidupmu terasa suram.”

Hyo Rim menatap Kyuhyun datar, “Ini justru caraku untuk hidup lebih ceria. Dengan membaca cerita menyeramkan membuatku menyadari ada yang lebih menyeramkan dibanding kehidupanku.”

Kilasan kenangan itu tiba-tiba melintas di benak Kyuhyun ketika ia memeluk Hyo Rim. Serta merta ia membeku, bahkan tak menyadari Hyo Rim yang sama tak mampu bergerak sepertinya. Mereka diam dalam posisi canggung untuk beberapa saat, masing-masing sibuk dengan pikiran masing-masing.

Kyuhyun kembali tak dapat mengendalikan dirinya selama ia berada di dekat Hyo Rim. Kembali ia menjadi dirinya yang dulu, perasaannya bagaikan buku yang terlalu terbuka untuk dibaca. Kyuhyun mencintai istrinya, kebenaran yang tak pernah boleh Hyo Rim ketahui.

Dalam hati Kyuhyun menyalahkan Choi Siwon. Jika bukan karena actor itu yang lebih dulu menghubungi Hyo Rim tadi siang dan mengatakan hal-hal –yang menurut Kyuhyun menjijikan –berkenaan dengan judul drama terbarunya, Kyuhyun tak mungkin terpancing untuk mengajak Hyo Rim makan malam dan merencanakan sebuah pesta kejutan seperti ini.

Perlahan Kyuhyun menarik kembali tangannya, dan berjalan menuju meja kasir. Toko buku ini dinamakan Honeybear Book Store, sesuai dengan temperamen Kyuhyun ketika marah –menurut ramalan ketika ia kecil –. Honeybear didirikan ketika Kyuhyun mendapatkan penghargaan penulis terbaik dua tahun lalu, dulu manajemen Honeybear diatur tim-nya tapi tadi siang, setelah mendengar Choi Siwon ‘memaksa’ Hyo Rim kembali bekerja dengannya, Kyuhyun merasa sudah saat nya ia memberikan Honeybear pada Hyo Rim. Dalam pemahaman Kyuhyun, dengan menjadi pemilik Honeybear, seharusnya Hyo Rim cukup pintar untuk menolak tawaran artis menyebalkan itu.

Kyuhyun merasakan ponselnya berdering, setelah melihat ID Caller, tanpa mengatakan apapun pada Hyo Rim ia berjalan keluar meninggalkan Hyo Rim sendirian di dalam. Namun, meski menyerupai bisikan Hyo Rim dapat menangkap apa yang Kyuhyun katakan sebelum pintu benar-benar tertutup.

“Mi Young-ah, apa disana baik-baik saja?”

Sementara itu, ujung sepatu menjadi hal yang paling menarik di mata Hyo Rim detik ini. Setelah Kyuhyun menjauhinya, Hyo Rim merasa terhempas. Ini bahkan lebih parah dari sebelum-sebelumnya. Perubahan sikap Kyuhyun kali ini terlalu drastic dan terlalu cepat, belum satu menit Kyuhyun bersikap sangat manis dan menit berikutnya pria itu kembali menjaga jarak bahkan tanpa perasaan menerima panggilan perempuan lain di depannya.

Inikah yang Seunghwan maksud? Semakin hari Kyuhyun semakin mirip seperti ayahnya, menjadi pria tak berperasaan yang sangat pintar memainkan hati perempuan. Mungkinkah apa yang Seunghwan dan Kyuhyun alami sebuah kelainan, yang membuat Han Yoo Jeong, ibu Kyuhyun harus meregang nyawa karena sakit hati. Hal berikutnya yang mungkin juga akan menimpa Hyo Rim.

Hyo Rim mengangkat wajahnya perlahan dan memandang penjuru ruangan. Pria itu begitu mengenal Hyo Rim, ia tahu Hyo Rim sangat menyukai berada di antara tumpukan buku-buku. Kyuhyun tahu, akan sulit bagi Hyo Rim untuk membantah. Taktik yang sangat licik, desis Hyo Rim dalam hati. Kyuhyun sengaja memberikan Hyo Rim sebuah toko buku, agar Hyo Rim tak mencampuri kehidupan Kyuhyun dengan perempuan-perempuannya.

Dadanya terasa sesak, Hyo Rim merasa lemah sekarang. Hyo Rim merasa lelah bermain dengan semua aturan yang Kyuhyun gunakan, tapi ia tetap tak mampu untuk berbalik meninggalkanya. Selalu pada akhirnya, Hyo Rim yang akan berdiri di tempatnya hingga Kyuhyun yang memilih meninggalkannya.

Pintu terbuka, Hyo Rim menahan kepalanya agar tak menoleh dan melihat wajah Kyuhyun secara langsung. Hyo Rim takut menemukan senyum di wajah itu. Bagaimana pun ia tetap seorang istri yang baru saja memergoki suaminya berbincang dengan perempuan lain.

Kyuhyun menatap canggung punggung Hyo Rim, ia bersyukur Mi Young menghubunginya tadi dan memberinya waktu untuk kembali mendapat pengendalian diri. Tapi canggung itu kembali datang, bahkan lebih parah dibanding tadi. Kyuhyun dapat menebak, Hyo Rim pasti sedang berpikiran aneh ketika mendengar Mi Young menghubunginya malam-malam.

“Aku ingin pulang.” Hyo Rim berbalik tanpa mengangkat wajahnya, ia bahkan tak menunggu jawaban Kyuhyun dan melewati Kyuhyun begitu saja menuju pintu keluar.

“Tunggu sebentar, apa kau tak ingin melihat-lihat dulu?” Kyuhyun mencekal pergelangan tangan Hyo Rim, jantungnya bergemuruh. Rencananya gagal total, besok pasti Hyo Rim akan menemui actor itu, satu-satunya hal yang tak pernah boleh Hyo Rim lakukan adalah berdekatan dengan Choi Siwon.

“Ini hadiah ulang tahunmu.” Tambah Kyuhyun ketika Hyo Rim bergeming.

Kyuhyun menahan nafas ketika melihat bahu Hyo Rim menegang.

“Hadiahmu terlalu banyak, aku tak dapat menerimanya.” Desis Hyo Rim dengan bibir yang terbuka sedikit, giginya bahkan bergeretakan menahan emosi. Hyo Rim kesal karena berbohong, bukan itu alasan sesungguhnya ia menolak hadiah Kyuhyun.

“Cobalah untuk terbiasa,” Bujuk Kyuhyun, ia meraih bahu Hyo Rim memaksa gadis itu menatapnya langsung, tapi Hyo Rim memilih memandang ruang kosong di samping bahu Kyuhyun.

“Aku hanya ingin kau tak lagi kelelahan mencari pekerjaan kesana kemari, lagipula mengelola sebuah toko buku tak akan membuatmu lelah seperti bekerja di tempat lain. Di sini duniamu.”

“Semua ini, aku tak pernah menginginkannya sebagai hadiahku. Aku—“ Hyo Rim akhirnya memusatkan seluruh perhatiannya pada pria di hadapannya.

Aku hanya ingin kejujuranmu, aku hanya mengharapkan ketulusanmu, bolehkah aku meminta hatimu sebagai hadiahku?

Gadis itu memejamkan mata dan menghembuskan nafas berat. Ia berusaha menenangkan detak jantungnya yang kini berdentam tak beraturan. Untuk beberapa detik tadi, lidahnya memang sangat gatal untuk mengucapkan kalimat itu secara langsung, tapi tidak. Hyo Rim belum sanggup menerima kenyataan, ia belum siap mencari tahu kebenaran sikap suaminya selama ini. Hyo Rim kemudian membuka matanya dan berusaha menampilkan senyum terbaiknya,

“Baiklah, terima kasih untuk hadiahmu. Tapi aku tetap merasa ini terlalu berlebihan.” Ujar Hyo Rim,

Ia kini memahami kenapa Han Yoo Jeong pandai sekali merangkai kisah romantic. Dulu sekali, tentunya Cho Seunghwan juga memperlakukan Yoo Jeong seperti ini, manis dan pedih di saat bersamaan. Karena ketika melihat senyum lega terukir di wajah Kyuhyun, Hyo Rim merasa ia tak perlu melakukan hal lain selain mempertahankan senyuman di wajah itu.

000ooo000

Tepat pukul sebelas siang, mobil hitam itu kembali berhenti di depan Honeybear. Choi Siwon merapikan hoodie dan mengenakan masker sebelum meraih handle pintu. Berhati-hati ia keluar dari dalam mobil sambil melirik sekeliling mencari-cari keberadaan paparazzi sasaengfans. Beruntung, satu pekan terakhir tak ada satu pun dari mereka yang memunculkan batang hidungnya di depan actor itu, Namun Siwon tak boleh lengah. Meski ia tahu, kamera wartawan kini sedang terfokus pada skandal anggota boyband dan girlband, sebagai seorang entertainment ia tetap harus waspada.

“Selamat Datang,” Sapaan datar itu milik Jung Hyo Rim,

Jung Hyo Rim berdiri di balik meja kasir dengan kepala tertunduk. Di atas meja sebuah majalah kuliner terbuka lebar, tapi Siwon tahu, Hyo Rim sama sekali tak membacanya. Pandangannya kosong, bahkan mungkin jika di pintu masuk tak dipasang lonceng kecil, ia tak akan menyadari ada yang datang. Aneh, tanda tanya besar muncul di kepala Siwon. Hyo Rim sama sekali tak terlihat bahagia, berbanding terbalik dengan Hyo Rim yang dilihatnya beberapa pekan lalu.

Siwon berjalan memutari rak buku terdekat, tangan kanannya meraih buku bersampul biru tua, ia pura-pura membaca synopsis dari cover belakang meski dari sudut matanya, Siwon memerhatikan gerak-gerik Hyo Rim. Ada yang salah, Siwon menyadari ada yang tak berjalan dengan semestinya meski tak tahu apa itu.

“Selamatkanlah apa yang mampu kau selamatkan.”

Masih dengan buku bersampul biru di tangan, Siwon akhirnya memantapkan diri menghampiri Hyo Rim. Jong Woon secara tersirat mengatakan tak akan merubah rencananya, pria itu tetap akan mengikutsertakan Hyo Rim dalam misi balas dendamnya. Jong Woon hanya memberikan sedikit tambahan waktu bagi Siwon, jika Siwon ingin Hyo Rim bebas dari rencananya, maka Siwon harus membebaskan gadis itu dengan tangannya sendiri.

“Nona, bisa aku minta versi hard cover-nya.”

Hyo Rim melihat sekilas judul buku yang Siwon letakkan di atas meja dan tanpa mengangkat wajahnya sama sekali, Hyo Rim menjawab, “Maaf Tuan, untuk versi hard covernya sudah habis.”

“Kalau begitu, aku bisa meminta nomor ponselmu yang baru untuk konfirmasi stok berikutnya, Nona Jung?” Tanya Siwon kali ini benar-benar membuat Hyo Rim mengangkat kepalanya.

Siwon merasa perutnya tiba-tiba kosong ketika melihat mata sembab Hyo Rim. Cho sialan! Entah apa yang pria itu lakukan hingga membuat Hyo Rim menangis.

“Siwon-ssi? Apa yang kau lakukan disini?”

“Membeli buku, apalagi?” Tunjuk Siwon pada buku di tangan Hyo Rim.

“1001 Nama Pilihan untuk Anak?” Giliran Hyo Rim yang bertanya,

Seperti komedi, Siwon bahkan tak menyadari buku apa yang ia ambil dari rak tadi, ia hanya mengambil sekenanya dan tak membaca satu kata pun yang tercetak di sana.

“Itu untuk In Joo, benar- Kim In Joo, kakak perempuannya akan melahirkan dan mereka sedang kesulitan mencari nama untuk bayi itu. Jadi, kupikir buku ini mungkin akan berguna.” Untunglah sebagai artis ia terbiasa mengungkapkan ide spontan, lagipula Siwon tak sepenuhnya berbohong, kemarin In Joo meminta ijin untuk mengurus kakak perempuannya yang lagi-lagi mengalami kontraksi palsu.

Senyum merekah di wajah Hyo Rim dan menular begitu saja pada Siwon, “Aku tak mengira kalian sudah sedekat itu, baguslah! In Joo tak semenyeramkan yang kau katakan, bukan?”

Siwon tak mampu menjawab, ia hanya tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Baiklah, karena ini hadiah untuk In Joo akan kuberi harga khusus” Tangan Hyo Rim cekatan membungkus buku itu dengan tas kertas lalu menyerahkannya pada Siwon, “ Terimakasih, semoga hari anda menyenangkan!”

Hyo Rim meringis mendengar suaranya yang sumbang, tadinya ia berniat bicara dengan nada riang namun sayangnya pita suaranya sendiri mengkhianatinya.

“Hyo Rim-ssi, sebelum menyarankannya pada orang lain sebaiknya kau lakukan itu pada dirimu sendiri, nampaknya harimu tak berjalan menyenangkan.”

Siwon tak peduli jika ia di cap tukang ikut campur oleh Hyo Rim sekarang, ia bahkan tak peduli jika Hyo Rim akan menganggapnya kurang ajar. Ketika melihat mata sembab Hyo Rim tadi, niatnya untuk membebaskan Hyo Rim semakin kuat. Hyo Rim tak menjawab, ia tahu ia nampak kacau hari ini maka tak heran Siwon dapat dengan mudah mengetahui apa yang terjadi padanya.

“Kalau kau membutuhkan teman berbagi cerita, aku bersedia.” Usul Siwon, sontak membuat Hyo Rim menatap tak percaya , “Aku hanya akan menjadi pendengar, aku berjanji.” Tambah Siwon.

Hyo Rim ragu, sebagian besar hatinya mengatakan ia tak lagi tahan menanggung semua ini sendirian, benar apa yang pria ini katakan, Hyo Rim membutuhkan teman berbagi cerita. Seseorang yang akan mendengarkannya mengatakan, aku membenci diriku sendiri yang tak mampu melakukan apapun, ketika suamiku pergi ke luar negeri mengejar perempuan yang selama ini menjadi kekasih gelapnya.

Setelah kejutan romantic dari Kyuhyun malam itu, esok paginya Hyo Rim hanya menemukan Lee Ahjumma dan anak buahnya di rumah besar itu. Tak ada yang mengatakan kemana perginya Kyuhyun, pada awalnya Hyo Rim tak merasa khawatir, ia sudah terbiasa dengan kepergian pria itu yang tiba-tiba dan tanpa kabar. Namun setelah pulang dari Honeybear, tanpa sengaja Hyo Rim mendengar perbincangan pelayan-pelayan rumah tangga di dapur. Kyuhyun mengejar Hwang Mi Young ke LA di pagi buta, beberapa jam setelah pesta kejutan Hyo Rim. Cukup, Hyo Rim saat itu segera lari lintang pukang kembali ke kamar dan tak ingin mendengar informasi tambahan lagi. Hampir satu pekan berakhir, dan tak ada kabar apapun dari pria itu. Benar-benar, sekarang hidupnya seperti dalam lubang besar dan dalam. Hyo Rim tak dapat melakukan apapun selain menghitung menit demi menit setiap harinya.

“Terima kasih, Siwon-ssi. Tapi aku tak apa.” Tolak Hyo Rim sopan,

Pada akhirnya ia tetap tak mungkin menceritakan masalah pribadinya pada orang lain, terlebih pada Choi Siwon, pria yang Kyuhyun larang untuk Hyo Rim temui. Bahkan saat ini Hyo Rim merasa risih harus berduaan di Honeybear dengan Siwon, entah mengapa ia was-was seakan-akan entah darimana mata Kyuhyun tengah mengawasi gerak-geriknya sekarang.

Sungguh, Hyo Rim semakin membenci dirinya sendiri bahkan disaat semua yang telah pria itu lakukan, alam bawah sadarnya pun masih mengikuti perintah suaminya.

“Tapi yang kulihat tak seperti itu,” Siwon gatal ingin meraih anak rambut Hyo Rim yang terlepas dari ikatan, namun ia masih memiliki pengendalian diri, Hyo Rim-nya bukan gadis yang mudah menerima skinship dari siapa saja, meski di mata gadis itu , ia kini tak nampak seperti pria.

“Baiklah, kalau kau bersikeras. Tapi sebagai teman, bagaimana kalau kita makan siang bersama? Kudengar ada café yang baru buka beberapa blok dari sini.”

Ajakan itu nampak sederhana, hanya makan siang bersama. Bukan perkara besar seperti yang suaminya dan perempuan itu lakukan entah dimana, Hyo Rim mengangguk menerima ajakan Siwon.

000ooo000

“Siwon-ssi, ini kopi mu.” Ujar In Joo dengan nafas setengah-setengah, asal tahu saja ia tadi berlari seperti orang kesetanan karena berusaha agar kopi di tangannya tetap hangat sementara di depan gedung tengah berkumpul wartawan yang entah kenapa tiba-tiba berkumpul di sana.

Setelah selesai menemani kakak perempuannya di rumah sakit, In Joo segera melesat menuju gedung manajemen, ia sama sekali tak sempat mengikuti perkembangan berita entertainment. Maka tak heran, In Joo kaget setengah mati begitu melihat sekumpulan wartawan berdiri di depan gerbang. Artis mana yang terkena skandal, In Joo sangat penasaran karena manajemen tempatnya bekerja terkenal dengan kebersihan artis-artisnya dari skandal, In Joo hanya berharap bukan pria di depannya yang menjadi headline berita.

“Untukmu saja, kau lebih membutuhkan caffeine dibandingkan aku.” Siwon mengalihkan pandangannya dari tablet di tangan, ia menambahkan dengan seulas senyuman, “Terutama setelah ini, Hwaiting- In Joo-ssi!”

Siwon menaruh tablet di atas meja lalu bangkit dan mengacak rambut In Joo, membuat sekujur tubuh In Joo seperti tersiram air es.

“Aku akan bersiap-siap, lima belas menit lagi kita turun ke bawah.” Ujar Siwon sambil berlalu meninggalkan In Joo.

Tiba-tiba saja In Joo tertarik pada tablet Siwon yang masih menyala. In Joo bersumpah, jika tubuhnya terbuat dari balon, mungkin sekarang ia sudah meledak dan mengeluarkan bunyi yang sangat keras ketika melihat tampilan layar.

Love is in the Air : Aktor Choi Siwon terlibat Skandal dengan Menantu CEO Cho Coprs.

Di bawah kepala berita, tercetak jelas foto-foto Siwon bersama Hyo Rim di sebuah café. Tak ada yang aneh dari foto-foto itu menurut In Joo, ia tak mengerti kenapa para awak media begitu membesar-besarkan foto-foto ini. Bukan hal aneh jika Siwon nampak berjalan berdua dengan Hyo Rim, toh dulu mereka rekan kerja. Wartawan juga pasti mengetahui ini, otak In Joo belum dapat menerima berita tak masuk akal ini. Jemari In Joo bergerak menggulirkan layar ke halaman berikutnya. Nafasnya tercekat melihat foto terakhir, ia menggeleng tak percaya ketika melihat foto yang menampilkan van Siwon yang terparkir di depan sebuah rumah sederhana, lengkap dengan pria itu yang tengah menggendong seorang gadis di punggungnya. In Joo menzoom gambar dan akhirnya dapat menghembuskan nafas lega. Melihat gaya rambut Siwon serta jenis van yang digunakan foto ini diambil berbulan-bulan lalu, ketika Hyo Rim masih bekerja bersama Siwon, itu artinya ketika Hyo Rim belum menikah dengan putra keluarga Cho. Berita ini bukan skandal, hanya salah paham semata.

Ponsel In Joo bergetar, setelah membaca berita di tablet Siwon, In Joo tak lagi kaget ketika mendapat panggilan dari Yoo Sajjang. CEO nya itu pasti juga sedang berusaha menghubungi artisnya, mereka akan dipanggil untuk mendiskusikan berita ini. In Joo mengangkat kepalanya dan menguatkan hatinya sebelum menerima panggilan Tuan Yoo, pantas saja tadi Siwon menyemangatinya.

“Yoeboseyo, Sajjang-nim.”

000ooo000

“Matikan seluruh tv, jangan biarkan Nyonya keluar rumah, meski untuk mengunjungi Honeybear. Jika ada yang menghubunginya sambungkan padaku, tutup semua koneksi Hyo Rim dengan dunia luar hingga aku pulang.” Kyuhyun memutus sambungan begitu Lee Ahjumma memahami perintahnya.

Ia memijat keningnya kesal, situasi di kediaman Hwang belum kembali normal pasca pernikahan mendadak Mi Young dengan Nick. Mi Young dan Nick masih menghilang dari peredaran, kali ini mereka benar-benar tak terlacak bahkan oleh Kyuhyun. Perbincangan mereka di telepon malam itu adalah pembicaraan Mi Young dan Kyuhyun yang terakhir. Malam itu pula, Hwang Sang Ju, ayah Mi Young meminta Kyuhyun membantunya menemukan Mi Young. Mi Young putri semata wayangnya, tak mungkin Sang Ji diam saja ketika Mi Young menghilang. Namun hingga hari ini, tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan Mi Young.

Di tengah kebingungan mencari Mi Young, muncul berita dari negaranya. Jung Hyo Rim, entah kesalahan apa yang ia perbuat dalam hidupnya yang dulu, kesialan terus menerus menimpa gadis itu membuat hidupnya kini tak dapat tenang sedikit saja. Kyuhyun mendengus, mengenalnya juga kesialan terbesar gadis itu.

Kyuhyun segera menghubungi orang-orangnya di Korea memastikan berita itu tak dapat menyentuh Hyo Rim. Hyo Rim hanya gadis biasa, ia bukan Choi Siwon yang sudah kebal pada berita-berita miring ataupun Kyuhyun yang tak pernah peduli pada anggapan orang tentang dirinya. Hyo Rim sudah terlalu banyak menanggung luka, meski bukan seorang public figure seperti Choi Siwon namun Kyuhyun yang terlahir sebagai putra Cho Seunghwan paham benar sebuas apa dampak sebuah skandal bagi kehidupan seseorang. Hyo Rim tak akan sanggup menahan semua itu, hal yang terpenting yang harus Kyuhyun lakukan sekarang adalah mengamankan gadis itu. Tapi itu hanya bisa ia lakukan jika ia berada di samping Hyo Rim.

Ponsel Kyuhyun berkedip, panggilan dari Cho Seunghwan. Meski enggan, akhirnya Kyuhyun menerima panggilan itu.

“Dimana kau?”Seunghwan sama sekali tak berniat menutupi amarahnya,

Kyuhyun mendengus, ini bukan seperti ayahnya yang biasa. Dulu sekali, ketika berita tentang skandal putranya dengan artis-artis terkenal, Seunghwan sama sekali tak peduli.

“Ayah tak perlu khawatir, aku dapat mengatasinya sendiri.” Tanpa perlu menunggu jawaban Seunghwan, Kyuhyun menutup ponsel. Ia tak ingin ayahnya ikut campur dalam rumah tangganya kali ini.

Kyuhyun membanting ponsel ke atas sofa, ia segera memasukkan asal perlengkapannya ke dalam koper. Setelah memastikan passportnya tak tertinggal, Kyuhyun meninggalkan kediaman Hwang. Persetan dengan keberadaan suami istri nekat itu, baginya yang terpenting sekarang hanya Jung Hyo Rim.

000oooo000

“Tinggikan volume nya Jong Woon-a.” Perintah Seunghwan yang langsung diturui Jong Woon.

Sebenarnya bukan hanya Seunghwan yang sangat tertarik pada tayangan TV, saat ini. Jong Woon pun sangat ingin tahu apa yang akan sahabatnya itu katakana pada konferensi persnya kali ini. Sangat menarik, karena berbeda dengan skandal-skandal selebriti lainnya yang biasanya membutuhkan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu untuk menyelenggarakan konferensi pers, Choi Siwon hanya memerlukan waktu kurang dari 24 jam untuk memutuskan mengungkapkan kebenaran di balik isu yang berkembang.

Bunyi dengungan berganti dengan bunyi kilatan blitz kamera dan layar dipenuhi dengan gambar Choi Siwon memasuki ruangan konferensi, dua orang bersetelan hitam –senada dengan yang Siwon kenakan, mengikuti langkah actor itu di belakang.

Jong Woon menyeringai melihat ekspresi tenang di wajah Siwon. Jong Woon sempat mengira, ketika Siwon memutuskan untuk mengirimkan foto-foto kebersamaannya dengan gadis itu pada wartawan, Siwon benar-benar kehilangan akalnya. Pria itu rela menghancurkan karir yang telah ia rintis sejak kecil demi seorang perempuan. Tindakan gegabah dan sama sekali bukan seperti Choi Siwon yang Jong Woon kenal.

Namun melihat ekspresi tenang serta sedikitnya pengawalan yang diberikan pihak manajemen membuat prasangka Jong Woon hancur seketika. Siwon masih sahabatnya, pria ambisius dan dingin. Kesamaan sikap itulah yang membuat persahabatan mereka bertahan hingga belasan tahun. Ketika Jong Woon mengabaikan permintaan Siwon untuk melepaskan Hyo Rim tempo hari, Jong Woon memberikan pilihan pada Siwon. Menyelamatkan gadis itu atau mempertahankan persahabatan mereka. Jong Woon tersenyum lega, meski terlalu dini tapi ia merasa kemenangan sebentar lagi menjadi miliknya. Dengan menjauhnya Siwon dari gadis itu, itu artinya bertambah pula musuh keluarga Cho.

0000ooo0000

Kim In Joo memandang kalut dari seberang ruangan. Ia berdiri di sudut tersembunyi di balik para wartawan yang tak mendapatkan kursi dan akhirnya terpaksa berdiri di belakang. Mungkin skandal Siwon akan menjadi skandal terbesar di tahun ini, selain melibatkan artis papan atas sekelas Choi Siwon, juga karena skandal ini membawa nama besar Cho Corps. Ketika dunia entertainment mengalami skandal dengan pelaku bisnis dapat dibayangkan sebesar apa dampak yang dihasilkan. Bukan hanya persepsi masyarakat yang akan terpengaruh pada dua manusia itu tapi juga akan memberi dampak pada kestabilan perusahaan itu sendiri.

Ini dunia timur, dimana etika masih dijunjung tinggi. Sebelum ini mungkin masyarakat akan memaafkan dan pura-pura lupa pada skandal yang dibuat anak-ayah Cho, karena mereka laki-laki. Tapi ketika pembuat skandal adalah menantu perempuan mereka, masyarakat belum tentu mau memaafkan apalagi melupakan. Benar, karena Jung Hyo Rim perempuan. In Joo menghela nafas, ia teringat pada pepatah yang ibunya ajarkan dulu untuk tidak pernah melenceng dari aturan yang telah ditetapkan, karena bagi perempuan dan laki-laki jelas terdapat banyak perbedaan. Ketika seorang suami berkhianat maka hanya anak dan istrinya yang menangis, namun jika istri yang berkhianat maka dunia yang menangis. Semua itu karena perempuan adalah makhluk yang mulia. Maka, ketika skandal ini terkuak masyarakat akan memandang rendah menantu keluarga Cho.

Tidak, In Joo menggeleng. Ia kenal baik siapa Jung Hyo Rim. Hyo Rim tak mungkin seperti yang mereka katakan. Sekali lagi In Joo memandang Siwon yang kini telah duduk di balik meja konferensi. Ia tengah menanggapi pertanyaan-pertanyaan ringan dari wartawan, belum ada yang menanyakan perihal foto-foto itu. In Joo mencari jawaban dari gerak-gerik Siwon, setelah mendapat brieffieng sekilas dari atasannya ia tak sempat menanyakan pada Siwon jawaban apa yang akan ia berikan menanggapi skandal ini.

“Siwon-ssi, apakah benar foto-foto itu adalah foto anda dan menantu Cho Corps?”

Ini dia, In Joo menggenggam erat jemarinya sendiri hingga kebas.

“Benar, orang dalam foto itu adalah Nona Jung Sebelum menikah dengan Tuan Cho, Nona Jung menjadi assistenku. Karena itu, kurasa bukan hal aneh jika kami terlihat berjalan bersama, bukan?”

Terdengar gumaman menyetujui, namun In Joo dapat merasakan ketidakpuasan para awak media pada jawaban Siwon.

“Hingga saat ini, nampaknya kalian masih berhubungan baik. Terlihat dari foto yang diambil dua hari lalu. Menunjukkan anda dan Nona Jung tengah makan siang bersama, sementara diketahui Tuan Cho sedang berada di luar negeri untuk perjalanan bisnis, dapat anda jelaskan?” Tanya seorang wartawan perempuan dengan kemeja biru muda. In Joo menyipitkan mata, nampaknya ia tak asing dengan wartawan itu.

Tunggu! Jantung In Joo bertalu-talu, sepertinya ia pernah bertemu dengan perempuan itu, lidahnya gatal karena ia merasa ada yang janggal dan ia lupa apa itu. Hanya masalahnya In Joo lupa apa yang ia lupakan. (readers pernah kaya In Joo gini ga? Author sering ,, Thor ngapain muncul, ganggu, Hush-Hush-hush sana!! ,, apasiii Cuma mejeng bentar doang….Okeh -__- #abaikan)

Siwon tersenyum, ia menyisir seluruh ruangan mengabadikan moment ini, menyimpan ekspresi semua orang yang hadir hari ini baik-baik. Lalu pandangannya berhenti pada Kim In Joo, ia menatap sendu gadis itu, mencoba menenangkan In Joo. In Joo terbelalak, ketika tatapan mereka bertemu seketika ia tahu jawabannya.

Kembali Siwon mengalihkan pandangannya lurus menatap kamera yang berkelip, seluruh fansnya kini tentu tengah menanti jawaban pria itu. Siwon menarik nafas dalam sebelum melanjutkan,

“Aku berterima kasih pada setiap orang yang telah membantuku meraih posisiku sekarang. Keluargaku, sahabatku, tim-ku dan terutama fans di luar sana. Aku bukanlah apa-apa tanpa kalian. Ketika berita ini muncul, tentunya kalian juga merasa sedih dan karena itu aku meminta maaf tak dapat menjaga hati kalian dengan baik. Karena kini aku memiliki hal lain yang harus kujaga.”

“Seseorang yang senyum dan kebahagiaannya menjadi yang terpenting dalam hidupku untuk sekarang ini. Aku mencintainya jauh sebelum ia menjadi seperti sekarang, benar aku mencintainya, ia adalah sumber ketenanganku. Kesalahanku hanyalah aku tak memiliki cukup keberanian untuk mengatakannya lebih awal. Kupikir, hanya itu kesalahanku maka aku memilih mundur dan menyerah. lalu aku sadar, pilihanku itu juga salah karena sekarang aku tak dapat menjaganya. Aku tak dapat mempertahankan senyuman itu. “

“Saat ini, ia yang terpenting dalam hidupku, aku akan melakukan apapun untuk menjaganya. Karena itu aku mohon, jika kalian menyayangiku, sayangilah ia seperti kalian menyayangiku.”

Dengan mata berkaca-kaca, pria itu bangkit dan membungkuk sangat dalam hingga hampir menyentuh meja pada hadirin. Tak ada yang berani bersuara, semua orang takjub dengan penjelasan yang Siwon berikan. Beberapa detik kemudian baru kamera mengabadikan moment berharga itu dan para wartawan berebut melemparkan pertanyaan pada Siwon. Sayang, pihak manajemen telah menghentikan konferensi saat itu juga, Siwon dikawal pengawal tambahan yang ternyata telah menunggu di luar berjalan meninggalkan ruangan tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Sementara In Joo berdiri mematung tak bergerak bahkan ia lupa caranya bernafas ketika kalimat terakhir Siwon terucap. Ia terkejut, tentu saja. Dengan ini, tak lain pria itu menghancurkan kariernya sendiri. Dan artinya, In Joo harus bersiap-siap berpisah dengan Choi Siwon, pihak manajemen akan segera menunjuk In Joo untuk mengurus artisnya yang lain. Tapi bukan itu yang membuat In Joo diam membatu. Jauh di dalam tubuhnya, ia merasa ada yang salah. Tepat di dadanya, In Joo merasa sakit luar biasa. Baru kali ini ia merasakan sakit itu, dan ketika setetes air mata mengalir, Kim In Joo menyadari ia jatuh cinta pada pria itu ketika ia patah hati.

TBC

Filed under: Hurt, romance Tagged: cho kyuhyun

Show more