2015-03-02

 

Title: Nerd X Naughty

Subtitle: The Wedding

Author: araanggraini (@araashin)

Main Cast: Oh Se Hun (EXO), Jung Ye In (OC)

Other Cast: Xi Luhan, EXO members, Kwon Gyu Ra (OC)

Genre: Romance, Marriage life, School Life.

Rating: PG-17

Length: Chaptered.

Disclaimer:  semua artis bukan punya saya kecuali OC nya. Poster, cerita, alur dan semuanya berasal dari saya, dari pemikiran dan hasil begadang saya tengah malem buat bikin ff ini *curcol*. TYPO EVERYWHERE.. amburadul, crack! Weird, gaje, romance gagal, dan lain-lain. Plagiators, go awaaay.

Previous:

Chapter 4

“memangnya siapa Ye In bagimu?”

Pertanyaan Luhan membuat Sehun menyeringai kecil. Lain bagi Ye In yang terlihat takut. Ia takut jika Sehun mengatakan yang sesungguhnya. Tentang perjodohan itu.

Ditambah lagi dengan adanya Irene dibelakang mereka yang mendengarkan percakapan mereka secara diam-diam.

<em>Aku akan mati!</em> Batin Ye In. Ia hanya berharap agar Sehun masih memiliki kesadaran untuk tidak mengatakannya.

“Gadis ini adalah bonekaku dan tidak ada seorangpun yang boleh mengganggunya kecuali aku. Jadi, sebaiknya kau lepaskan tanganmu itu darinya”

Sehun menyentakkan tangan Ye In hingga terlepas dari cengkeraman Luhan. Tanpa membuang banyak waktu, Sehun segera melangkah bersama Ye In. Meninggalkan Luhan tanpa kata-kata lagi setelah itu.

“Boneka?” Luhan berujar sendiri , “Ia sama sekali tak berubah” Ia tersenyum dalam diam dan meninggalkan tempat itu setelah Sehun dan Ye In pergi.

Hanya Irene yang tertinggal disana. Ia melihat bagaimana Sehun pergi bersama Ye In, menggenggam tangannya dan melarang Luhan untuk bersama gadis Nerd itu.

“Kau akan mati, Nerd”

=-=

Ye In dan Sehun kini berada di dalam sebuah mobil. Lebih tepatnya, mobil milik Sehun. Kini mereka hanya berdua dan hanya bisa saling terdiam di dalam mobil. Tanpa ada seorangpun yang memulai untuk berbicara.

“k-kemana kau akan membawaku”

Ye In berusaha memberanikan dirinya untuk bertanya pada Sehun. Ia menolehkan sedikit kepalanya pada namja itu. Dan beberapa detik kemudian, Sehun menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam dan penuh selidik.

“sebelum aku menjawab pertanyaanmu, jawab dulu pertanyaanku” Sehun beringsut mendekat ke arah Ye In hingga kini jarak keduanya sangat dekat dan berhasil membuat Ye In menahan nafasnya.

“Apa yang kau katakan pada eomma dan appa soal perjodohan itu?”  tanya Sehun langsung pada point nya.

Ye In tak tahu apakah ia harus berkata yang sesungguhnya. Namun, dilihat dari situasinya sepertinya Sehun sudah mengetahuinya. Ia hanya ingin menguji Ye In.<em> Yeah</em>—mungkin seperti itu.

“A-aku—“ Kedua bola matanya bergerak gelisah kesana kemari. Nampak tak tahan menatap manik mata Sehun yang tajam, dingin dan menuntut. Sangat mengerikan bagi Ye In.

“Kau lupa? Kau harus menatap mata lawan bicaramu saat berbicara” Sehun mengarahkan dagu Ye In agar menghadap lurus padanya. Kini, kedua mata mereka saling bertemu dan mau tidak mau Ye In harus menatap mata tajam itu.

“Sekarang, jawab pertanyaanku” tuntut Sehun.

“A-aku—menjawab iya untuk perjodohan itu”  Ye In ingin sekali menundukkan wajahnya, tapi tangan Sehun yang menahan dagunya membuatnya tak bisa melakukan hal itu. Sehun terdiam mendengar penuturan Ye In. Ia hanya diam dan melihat kedua mata indah gadis itu. Mata yang menyorotkan ketakutan, dan kegelisahan.

“Kau tahu? Karena kau menyetujuinya, mereka memaksaku untuk melakukan hal yang sama dan mengancamku ” ucap Sehun tanpa melepaskan tatapan nya pada kedua mata Ye In.

“Eomma dan appa mengancam akan menarik semua fasilitasku. Apartemen, mobil, kartu kredit, bahkan visa dan pasporku. Tentu saja, aku tidak mau kehilangan semua itu” Sehun tersenyum penuh arti dan beralih mengusap lembut rambut Ye In, “kau menang kali ini” ucapnya.

Sehun menjauhkan dirinya dari Ye In yang semakin tak bisa mengontrol dirinya. Ye In mungkin sudah lupa bagaimana caranya bernafas karena Sehun yang terlalu lama berada di dekatnya. Tidak—bukan karena Ye In menyukai Sehun hingga ia merasa gugup karena berdekatan dengannya. Tapi, bayangkan saja jika Ye In berada dalam satu mobil bersama dengan namja yang selalu membullynya. Yeah—Ye In tentunya akan sangat takut.

Sehun menyalakan mobil mesinnya dan melaju dengan kecepatan tinggi. Ia tidak peduli dengan sabuk pengaman. Bahkan, Ye In sendiri tidak mengenakan sabuk pengaman. Ye In hanya berpegangan pada tepi bawah jok mobil dan ia berharap agar mobil yang ia tumpangi bersama Sehun bisa sampai dengan selamat ke tempat tujuan.

“S-Sehun, kemudikan perlahan” ucap Ye In dengan nada yang bergetar. Ia ketakutan, “aku takut” ucapnya lagi.

“aku tidak peduli” Sehun masih saja mengemudikan mobilnya dengan cepat. Ia tak memedulikan gadis polos di sampingnya. Sama sekali. Bahkan jika gadis itu pingsan karena ketakutannya, Sehun tidak akan pernah peduli.

Untunglah tempat yang mereka datangi bukan tempat yang jauh dari sekolah. Dalam waktu kurang dari 15 menit, mereka sudah sampai di sebuah tempat. Sebuah butik ternama yang khusus menyediakan gaun pengantin dan segala macam keperluan pernikahan.

Ye In perlahan mengendalikan emosinya. Ia hampir saja menangis karena Sehun.

“ini—dimana? Kenapa kita ke tempat ini? ” tanya Ye In saat ia melihat sebuah gedung berwarna putih dari balik jendela mobil.

“Pernikahannya dipercepat dan akan dilangsungkan minggu depan. Dan itu semua karenamu” ucap Sehun cepat, “eomma dan appa menyuruhku untuk ke tempat ini dan melakukan fitting baju bersamamu. Apa semua pertanyaanmu sudah terjawab?” Sehun segera mematikan mesin mobilnya dan keluar dari mobil. Ia berjalan mengitari bagian depan mobil dan beralih membukakan pintu untuk Ye In.

“ayo keluar,” Sehun menarik tangan Ye In dan membawanya memasuki gedung berwarna putih yang tidak lain adalah sebuah butik ternama.

Suara bel di pintu gedung itu memuat beberapa orang pegawainya mengucapkan salam kepada mereka berdua. Sehun hanya menganggukkan kepalanya singkat dan beralih menuju ruangan tengah.

“selamat datang, apakah anda sedang mencari gaun pengantin untuk pernikahan anda?” seorang ahjumma dengan usia sekitar 40 tahunan menyapa Sehun dan Ye In dengan ramah.

“aku sedang mencari gaun pengantin dan tuksedonya. Bisakah kau mencarikan yang pas untuk kami? Terserah yang mana saja” ucap Sehun. Terlihat sekali ia terpaksa melakukan semua ini.

“tapi, sebaiknya anda juga ikut memilih. Mari, ikuti saya”

Ahjumma itu berjalan di depan Ye in dan Sehun menuju ke sebuah ruangan yang terletak di sebelah kanan. Ruangan itu adalah ruangan yang menyimpan gaun pernikahan dengan desain terbaru dan juga dilengkapi dengan fitting room.

“apakah kalian akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat?” tanya ahjumma itu pada Sehun.

Sehun secara tiba-tiba merangkul Ye In dan mendekatkan gadis itu kepadanya, “Ne, kami akan segera menikah minggu depan” ucap Sehun datar. Tanpa ekspresi sama sekali.

“karena kalian adalah pasangan muda, maka saya akan merekomendasikan gaun yang berwarna cerah, namun tetap terlihat elegan”

Ahjumma itu mengambil salah satu gaun di antara puluhan gaun lainnya yang terletak di dalam lemari kaca besar. Ahjumma itu lalu mengarahkan gaun itu pada tubuh Ye In.

“Bagaimana kita coba yang ini?” Ahjumma itu menyarankan sebuah gaun pengantin putih tanpa lengan yang jatuh hingga ke lantai. Bagian belakang gaun itu memanjang dan jatuh ke lantai. Gaun dengan aksen renda dan kassa yang cantik itu nampaknya begitu cocok untuk dikenakan Ye In.

Ye In mengangguk saja dan mengalihkan pandangannya pada Sehun yang tengah duduk di salah satu sofa sambil mengutak-atik ponselnya. Ia melirik sekilas ke arah Ye In dan hanya mengangguk sekilas sebelum akhirnya ia kembali mengalihkan perhatiannya pada ponselnya.

Ye In dan ahjumma itu lalu memasuki sebuah fitting room. Gaun itu terlihat begitu berat dan tidak bisa untuk dikenakan sendiri oleh Ye In. Oleh karena itu, ahjumma juga ikut membantu Ye In.

Ahjumma itu lalu memperhatikan Ye In dari atas kepala hingga kaki. Ia lalu tersenyum simpul setelahnya.

“saya sangat yakin gaun ini akan sangat cocok ditubuh anda, Agasshi”

Ye In hanya tersenyum saat mendengar penuturan dari ahjumma itu. Ahjumma itu lalu membantu memasangkan gaun pengantin Ye In dengan amat hati-hati dan telaten. Mungkin sekitar sepuluh hingga lima belas menit waktu yang digunakan untuk memasankan gaun pengantin Ye In.

Ahjumma elah selesai dengan pekerjaannya dan ia langsung menatap puas ke arah hasil tangannya dan keindahaan serta kecantikan pelanggan muda dihadapannya itu.

“anda cantik sekali, agasshi. Calon suami anda pasti akan terpesona saat melihat penampilan anda”

Ye in kembali tersenyum. Senyum yang agak dipaksakan. Ye In tak yakin Sehun akan memandangnya. Ye In tak yakin Sehun akan menganggapnya cantik atau sebagainya. Sehun akan menatapnya datar, dan beralih mengabaikan Ye In lalu kembali seperti seorang Oh Se Hun yang membencinya.

“Kamsahamnida, Ahjumma” ucap Ye In tulus.

“Kalau begitu, ayo kita keluar. Calon suami anda pasti sudah menunggu anda” Ye In mengangguk dan melangkah perlahan keluar dari fitting room dengan dibantu oleh ahjumma.

Di tempat lain, waktu sudah berlalu beberapa menit dan sepertinya Sehun masih setia duduk di tempatnya dan menunggu keluarnya Ye In bersama si ahjumma. Sehun masih sibuk mengutak-atik ponselnya hingga saat ia game over pun ia kembali memainkan permainannya dari awal.

“Kenapa lama sekali?” Sehun melihat ke arah jam tangannya. Sekurang-kurangnya sudah sekitar lima belas menit ia menunggu tapi gadis itu belum juga keluar. Sehun menghentakkan kakinya di lantai karena ia sudah bosan menunggu. Dan tepat beberapa menit kemudian, Sehun melihat Ye In keluar dari fitting room bersama dengan ahjumma.

“Ini adalah model gaun pengantin yang menurut saya paling cocok untuknya. Kesannya terlihat mewah dan tidak terlalu berlebihan dan pas untuk agasshi yang masih muda. Calon istri anda sangat cantik dan anggun sekali saat memakai gaun ini. Bagaimana menurut anda, tuan muda?” tanya si Ahjumma yang berdiri di samping Ye In. Ahjumma itu masih sibuk merapikan beberapa bagian pada gaun Ye In agar terlihat lebih baik lagi.

Sehun meletakkan ponselnya pada saku jas nya dan menatap Ye In dengan seksama. Sehun akui, ia terpesona. Sangat. Gaun putih panjang itu sangat pas di tubuh tinggi dan langsing milik Ye In. Dan Sehun tak bisa mengelak bahwa Ye In benar-benar cantik.

Sehun hanya menganggukkan kepalanya dan tetap memasang wajah datarnya. Tebakan yang benar bagi Ye In. namja itu tidak akan pernah menganggapnya sebagai seorang perempuan yang akan menjadi istrinya. namja itu tidak akan pernah menatapnya sebagai seorang gadis. namja itu hanya akan terus menatapnya sebagai seorang Jung Ye In, si Nerd Hyeonghwan High School yang tidak perlu dikenal lebih jauh lagi dan tidak akan pernah diharapkan berada di sekolah unggulan itu.

“Baikah kalau begitu saya tinggal dulu. Saya ingin mengambilkan satu stel tuxedo berwarna putih yang menurut saya pas untuk tuan muda,”

Ahjumma itu lalu pergi meninggalkan Ye In dan Sehun berdua di depan fitting room. Sepeninggal ahjumma, mereka berdua hanya terdiam. Tak ada satupun yang berusaha menegur ataupun bersuara.

Ye In memeluk tubuhnya sendiri. Bagaimanapun juga gaun pegantin ini sangat terbuka baginya. Mengekspos bahu dan punggungnya. Seumur hidupnya, ia belum pernah mengenakan pakaian yang seperti ini terkecuali saat pesta dansa waktu itu. Yeah—ini yang kedua kalinya Ye In mengenakan pakaian yang sedikit terbuka.

“Kau tidak menyukainya?”

Suara Sehun membuat Ye In menolehkan wajahnya pada namja itu. Hanya perlu waktu sedetik baginya untuk menatap kedua mata tajam milik Sehun dan ia kembali mengalihkan perhatiannya pada objek apapun yang ada di tempat itu. Ia hanya ingin menghindari segala macam kontak mata dengan Sehun.

“t-tidak” ucapnya ragu, “aku menyukainya” jawabnya. Bohong tepatnya.

“kau yakin?” ulang Sehun.

“iya”

Sehun menganggukkan kepalanya kecil dan keduanya kembali berdiam diri. Tak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya menunggu ahjumma kembali dan membawakan tuxedo untuk Sehun, membayarnya dan pulang. Semua selesai untuk hari ini.

Sehun masuk ke fitting room dan mencoba setelan tuxedonya. Hanya perlu waktu sekitar lima menit Sehun sudah keluar dengan penampilan kerennya. Sangat keren sehingga Ye In sendiri berani menatap ke arah Sehun dengan tatapan penuh kagum dan well—itu bukan sosok Ye In seperti biasanya.

Ahjumma itu memuji penampilan Sehun dan Ye In hanya tersenyum kecil ke arahnya. Gadis itu hanya berharap agar Sehun tak menyadari bahwa ia tersenyum untuknya.

“bagaimana menurutmu, eoh?”

Ye In sedikit tersentak karena ditanya tiba-tiba oleh Sehun. Ye In mendongak dan ia hanya menganggukan kepalanya sekilas.

“apa arti anggukan kepala itu?” tanya Sehun, belum puas dengan jwaban Ye In melalui gesture tubuhnya.

“kau—terlihat bagus mengenakan tuxedo itu” ucap Ye In kikuk.

“bagus? Hanya itu?”

“ehm—kau tampan” ucap Ye In. Oh—dia malu sekali karena memuji seorang Oh Se Hun. Bukan apa-apa, memang Sehun adalah seorang yang tampan bahkan benar kelewatan tampan. Dan memujinya mungkin bukan sesuatu yang salah. Tapi pasalnya, yang ia puji adalah orang yang selalu bertindak kasar padanya. Ditambah lagi pribadi seorang Ye In yang pemalu dan tertutup membuatnya merasa malu hanya untuk sekedar mengagumi Sehun.

Sehun hanya menatap Ye In datar dan ia beralih berbicara pada ahjumma itu. Mereka lalu kembali mengganti pakaian mereka di fitting room dan membayar gaun pengantin dan tuxedo yang akan mereka kenakan di acara pernikahan minggu depan. Sehun sendiri tidak peduli jika eomma dan appanya tidak menyukai gaun dan tuxedo yang mereka beli. Yang ia pedulikan sekarang hanyalah pergi dari butik ini, mengantarkan Ye In pulang ke kediamannya sendiri dan pulang ke apartemennya.

Sehun menaruh tas berisi gaun dan tuxedo mereka di jok belakang mobil. Ia lalu beralih memasuki mobil dan diiringi oleh Ye In. Lagi-lagi, atmosfir aneh meliputi mereka berdua. Mereka sama-sama terdiam lagi. Dan sepertinya hal ini akan terus berlanjut hingga mereka menikah.

Sehun beralih menatap gadis yang ada disampingnya. Ia menatapnya secara beberapa detik, cukup membuat Ye In merasa susah bernafas. Oh tentu saja—karena orang yang menatapnya itu adalah namja dan dia adalah Sehun.

Sehun beringsut mendekati Ye In hingga mereka berada dalam jarak yang cukup dekat. Ye In hanya bisa menatap ke arah sepatuya, berharap jika sepatunya adalah benda ajaib yang bisa menjauhkan tubuh Sehun secara seketika hanya dengan menatapnya saja. Tapi sayangnya tidak.

Sehun tidak melakukan hal apapun Pada Ye In. Tangannya beralih menjangkau handle pintu mobil yang ada disamping tubuh Ye In, membukanya kembali dan menyentakkannya dengan keras hingga menimbulkan suara debaman yang cukup keras.

“kau tidak menutupnya dengan rapat,”  ucap Sehun ,”gunakan sabuk pengamanmu. Aku tidak ingin eomma dan appaku membunuhku kalau ada sesuatu yang terjadi padamu” lanjut Sehun. Ia menjauhkan tubuhnya dan mulai memasangkan sabuk pengaman untuknya sendiri.

Ye In menganggukkan kepalanya dan ia kini bisa bernafas lagi. Dalam radius sekitar seratus meter saja bisa membuat jantungnya melompat saat melihat Sehun, apalagi jika mereka berdekatan dalam jarak kurang dari 30 cm?  Mungkin saja jantung Ye In sudah berhenti berdetak saat itu juga.

Sehun menyalakan mesin mobilnya dan mulai melajukan mobilnya menuju rumahnya. Mengantarkan Ye In dengan selamat dan menunjukkan pada eomma dan appa bahwa mereka sudah melakukan apa yang mereka inginkan hari ini.

=-=

Ye In sudah sampai di rumah sejak dua jam yang lalu. Dan saat mereka menjejakkan kaki mereka di lantai ruang tamu, saat itu juga mereka disambut oleh senyuman lebar dari Nyonya dan Tuan Oh yang hanya menatap Ye In dan Sehun dengan datar.

Mereka ditanyai berbagai hal saat melakukan fitting room tadi. Sehun dan Ye In pun menunjukkan gaun dan tuxedo yang mereka pilih. Well—pilihan anak muda memang tak pernah salah. Mereka punya selera dan penglihatan yang bagus. Mereka memilih gaun dan tuxedo yang sangat cocok untuk mereka dan Nyonya serta tuan Oh pun mengakuinya.

Satu hal sudah selesai hari ini.

Hanya saja, Ye In tak mengerti mengapa pernikahan dipercepat. Ye In sama sekali tak siap. Gadis itu terus menerus menunjukkan raut wajah penuh kekhawatirannya. Ia masih belum siap untuk terus berada di sekeliling Sehun dan bersamanya hingga seumur hidupnya.

Karena tentu saja, Ye In tak menyukainya.

Ye In tak menyukainya dan Sehun pun juga. Mereka berdua saling tak menyukai. Disisi lain, Sehun membenci Ye In dan itu adalah hal yang umum. Tak ada seorangpun yang perlu terkejut saat mendengar hal itu karena itu adalah fakta. Alasannya? Tak masuk akal. Hanya karena ia adalah seorang Nerd alias kutubuku. Gadis itu terjebak dalam sekolah yang menampung ratusan murid dengan tingkat ekonomi yang tinggi, selera fashion yang tinggi dan tingkat kegengsian yang tinggi pula. Sehun salah satunya. Dan adanya Nerd di sekolah mereka mungkin sama hal nya dengan kuman yang mencemari lingkungan mewah seperti Hyeonghwan High School. Di lain hal, Ye In tak menyukai Sehun. Yang pertama, karena Sehun selalu memperlakukan hal yang kasar padanya seperti pembullyan. Dan yang kedua, karena berada di sekitar Sehun adalah ketakutan tersendiri baginya.

Itu adalah semua faktor yang memungkinkan mereka tak akan pernah bisa saling mencintai.

Ye In pun tak yakin akan ada cinta yang hadir didalam hidup pernikahan mereka kelak. Ia tak yakin Sehun bersedia melindunginya. Ia tak yakin Sehun bersedia untuk menjaganya. Ia tak yakin Sehun akan selalu ada untuknya. Semua ketidakyakinan memenuhi ruang pikiran Ye In, membuat gadis itu semakin sulit untuk menerima hal yang akan dihadapinya.

Ye In meraih kalender mejanya dan menatap tanggal yang ada disana. Satu minggu pastinya akan berjalan begitu cepat dan hari itu akan tiba. Hari pernikahannya dengan Sehun.

“kenapa aku harus melakukan hal ini?”

Ye In mempertanyakan hal itu pada dirinya sendiri. Sebuah pertanyaan yang bahkan ia tak bisa ketahui apa jawabannya.

=-=

Hari begitu cepat berganti dan sekarang pagi kembali menyapa. Nampak barisan mobil yang berjejer di halaman depan dekat gerbang sekolah dan diantara sekian banyak mobil mewah itu, ada seorang namja yang datang ke sekolah dengan menggunakan motor balapnya.

Siapa lagi kalau bukan Sehun.

Ia melajukan motornya dengan kecepatan yang rendah karena tempat parkir sudah terlihat. Tempat parkir itu berada di basement mewah. Jangan tanyakan lagi soal fasilitas di Hyeonghwan High School yang lengkap dan mewah.

Sehun secara tak sengaja menabrak seorang gadis dengan rambut yang dikuncir kuda hingga membuatnya jatuh bersimpuh di tanah. Buku-buku gadis itu berserakan dan ia segera mengambilnya dengan cepat.

Sehun menghentikan motornya mendadak dan membuka kaca helm nya. Ia menoleh pada gadis yang ia tabrak dan beberapa detik kemudian ia menghela nafasnya sejenak. Ia sudah mengenali perawakan gadis yang ia tabrak itu.

Ia tak mengucapkan apapun seperti kata ’maaf’ ataupun ‘apakah kau baik-baik saja’. Tidak sama sekali karena menurut Sehun itu tidak penting. Ia sendiri tidak peduli jika gadis itu terluka karenanya.

Hampir saja Sehun kembali melajukan motornya, seorang namja datang ke arah gadis yang ia tabrak  dan membantunya berdiri. Kedatangan namja itu berhasil membuat Sehun mengurungkan niatnya untuk segera melajukan motornya kembali.

“Kau baik-baik saja, Ye In-ah?”

Suara Luhan kini terdengar di telinga Sehun. Sangat memuakkan. Sehun membuang nafasnya secara kasar saat melihat adegan tolong-menolong yang ada dihadapannya itu.

Ye In mengangguk cepat ”Ne, aku baik-baik saja, Luhan-ssi” ucapnya.

Luhan membantu Ye In untuk berdiri dengan memapahnya. Keduanya lalu beralih menoleh pada Sehun yang berada tak jauh dari mereka. Hanya terpaut jarak sekitar satu meter dan dari jarak sedekat itu Luhan bisa melihat kilat benci yang ditujukan untuknya.

“Kupikir acara ‘The Amazing Luhan’ sudah berakhir,” ucap Sehun, mengejek. “Cepatlah menyingkir,” titahnya.

Luhan terkekeh kecil, “Sebaiknya kau segera memeriksakan dirimu ke dokter,” ucapnya, “mungkin ada sesuatu yang salah denganmu karena kau membiarkan seorang gadis terjatuh akibat ulahmu sendiri” lanjut Luhan dengan sengit.

“lalu apa peduliku?” tambah Sehun.

“kau benar-benar si brengsek dengan hati dangkal, kau tahu?”

Sehun mengepalkan tangannya yang masih berada di atas stang motornya. Ia berusaha menahan amarahnya. Untuk saat ini.

“Perlukah kita bertemu di atap sekolah? Mungkin otot tanganku perlu sedikit pemanasan” ucap Sehun dengan senyum yang begitu dipaksakan.

“Ba—“ Ucapan Luhan terpotong saat Ye In berusaha mengatakan sesuatu sambil menahan bahu Luhan agar segera pergi dari tempat itu.

“t-tidak perlu. Sebaiknya kita segera ke kelas, Luhan-ssi” Ye In meraih tangan Luhan dan membawanya menuju kelas, meninggalkan Sehun yang masih terdiam tak percaya di atas motornya.

Sehun mengambil udara sebanyak-banyaknya dan membuangnya dengan kasar. Ia merasa gerah sekali meskipun udara Seoul sangat dingin hari ini. Mungkin efek dari rasa amarah dan emosi yang membuncah di dalam hatinya. Bertemu dengan Luhan di pagi hari seperti ini bahkan membuat perasaan dendam Sehun semakin berapi-api. Sehun melonggarkan dasinya dengan kasar dan memilih untuk melajukan motornya menuju tempat parkir.

=-=

Baekhyun menatap dua cup bubbletea di tangannya dengan perasaan senang. Bubble tea ditangannya kini bukan lagi ia tujukan untuk Sehun, melainkan untuk Taeyeon noona. Entah mengapa Sehun tidak tertarik atau mungkin hilang selera saat melihat bubbletea dari Baekhyun. biasanya namja itu akan menerimanya dengan wajah datar dan meminumnya dalam diam. Tapi kali ini, Bubbletea gratis dari Baekhyun sama sekali tak diliriknya.

“Kalau kau tak mau, lebih baik aku berikan saja pada Taeyeon noona” ucap Baekhyun dengan perasaan senang. Ia mengembangkan senyumnya dan berjalan dengan langkah mantap menuju ruang musik.

Naas bagi Baekhyun karena tiba-tiba saja seseorang menabrak tubuhnya dan membuat Baekhyun serta orang yang menabraknya terjatuh ke lantai. Tak hanya itu, bubbletea yang akan ia bawa ke tempat Taeyeon noona pun tumpah dan berceceran di lantai.

Baekhyun menatapnya dengan tatapan horor. Hancur sudah harapannya untuk bersama dengan Taeyeon noona lebih dekat lagi. semua ini karena orang yang sudah menabraknya.

“awwh—“  ringis gadis itu. yeah, orang yang menabrak Baekhyun adalah seorang gadis. Ia kini tengah mengusap pinggulnya yang terasa sakit dan beralih menatap Baekhyun yang ada dihadapannya, “kenapa kau tak lihat-lihat saat berjalan, huh?”

Baekhyun mengalihkan perhatiannya pada gadis dihadapannya. Ia menatap sengit gadis itu dan membalas ucapannya.

“Ya! Seharusnya kau yang berhati-hati! Kau yang berlari ke arahku dan menabrakku! Kau lihat? Bubbletea milikku tumpah semua!” seru Baekhyun tak terima.

“Kau yang terlalu sibuk menatap bubbletea bodohmu itu!” teriaknya.

“bubbletea bodoh, kau bilang? Ini untuk Taeyeon noona! Dan kau baru saja menjatuhkannya! Kau yang bodoh!” teriak Baekhyun tak kalah nyaring.

“aku tidak peduli siapapun noona yang kau maksud. Aku hanya ingin segera pergi menjauh dari orang aneh sepertimu!” gadis itu berdiri dan membersihkan rok nya sejenak. Hampir saja ia melangkahkan kakinya meninggalkan Baekhyun, sebuah tangan malah menarik tangannya dan membuat langkahnya tertahan.

“ya! Kau—“

Baekhyun menyadari satu hal dari gadis ini dan ia langsung tersenyum kecil saat melihatnya. Baekhyun berdiri dan memposisikan dirinya dihadapan gadis itu.

“aah—jadi kita punya satu orang Nerd lagi disini rupanya” ucap Baekhyun yang membuat gadis itu tidak mengerti.

Ya. Gadis yang menabrak Baekhyun adalah gadis dengan look seperti Ye In. Ia berkacamata, namun rambutnya ia biarkan tergerai  begitu saja. Rok nya panjang dan ia sama sekali tak menggunakan aksesoris terkecuali jam tangan. Tas nya pun berukuran besar yang mungkin saja bisa menampung sekitar dua puluh buku pelajaran. Tipe seorang Nerd seperti Ye In.

“Ya! Apa maksudmu, eoh?” Gadis itu menyentakkan tangannya agar segera terlepas dari cengkeraman tangan Baekhyun. Baekhyun melepaskan tangannya begitu saja dari tangan gadis itu.

“kau tak mengerti? Well—you are an idiot dressed like a Nerd.Geez. Kau sama sekali tak paham rupanya”

Gadis itu hanya bisa mengerutkan dahinya ia terlalu bingung dengan ucapan Baekhyun. Nerd? Seorang lagi? apa maksudnya?

“Kau akan tahu sendiri,” Baekhyun melirik ke arah blazer gadis itu dan mendapati sebuah nama yang tidak lain adalah nama gadis itu. “Kwon Gyu Ra” ucap Baekhyun.

Setelah mengetahui nama gadis itu, Baekhyun segera melangkahkan kakinya menjauhi gadis bernama Gyu ra itu dan sukses membuat ribuan question mark di dalam kepalanya.

“apa yang salah dengan namja aneh itu?”

=-=

Atap sekolah yang sepi membuat siapapun ingin bersantai di atasnya. Tapi sayangnya, atap sekolah itu digunakan untuk mereka yang ngin berkelahi saja.

Seperti hal nya yang akan Sehun lakukan dengan Luhan selanjutnya.

Entah apakah hanya karena masalah tadi pagi di depan gerbang, Sehun ingin sekali memukul namja bermarga Xi itu da membuat beberapa memar dan luka pada wajah mulusnya.

Tidak—tidak hanya karena masalah di depan gerbang tadi pagi yang membuatnya ingin memukul Luhan. Ada banyak masalah yang terjadi sebelumnya. Ada banyak dendam yang tersimpan di dalam hati Sehun dan hal itu sudah terjadi sejak lama.

“Kupikir kau akan mendengarkan ucapan gadis itu” Ucap Sehun bahkan sebelum ia menolehkan kepalanya ke belakang. Ia sudah menyadari adanya seseorang yang datang ke atas atap melalui bunyi derap langkah kaki nya.

Sehun menoleh ke belakang dan mendapati Luhan yang tengah berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang.

“Aku datang ke atas atap bukan untuk berkelahi denganmu,” Luhan berjalan mendekati Sehun dan tersenyum miring padanya, “Karena aku sedang malas menggunakan kekuatanku untuk menghancurkan wajahmu itu” ucapnya.

“Lalu? kenapa kau masih bersedia datang kesini, huh?”

“aku hanya ingin memperingatkanmu satu hal,” Luhan berjalan ke sisi Sehun dan mengatakan sesuatu tepat di samping bahu kanannya, “Semakin sering kau membuat gadis bernama Ye In itu menangis, semakin sering pula kau akan berurusan denganku” ucap Luhan.

Sehun tertawa kecil mendengar penuturan Luhan, “ternyata namja dihadapanku ini tertarik dengan si itik jelekku,” ucap Sehun, “tapi sebaiknya kau tidak perlu mencampuri urusanku dengannya. kau mengerti?”

Luhan mengedikkan bahunya dan berjalan menjauhi Sehun, “Anggap saja aku tidak pernah mendengar ucapanmu” ucap Luhan dan seiring dengan perkataannya, ia menghilang dari balik pintu.

Sehun menatap pintu yang telah tertutup rapat itu. Sehun mendecih kesal. Kedatangan Luhan benar-benar mengancamnya.

“Kau tetap brengsek seperti biasanya, Xi Luhan”

=-=

The Wedding Day

Suasana di Gereja St.Cheonguk benar-benar ramai oleh para tamu undangan. Barisan kursi yang memanjang sudah dipenuhi oleh para tamu yang jumlahnya pun terbatas. Hanya para keluarga besar, kerabat dekat, teman dekat dan rekan kerja lah yang diundang ke dalam upacara pernikahan Sehun dan Ye In.

Altar pernikahan mereka pun terlihat sangat indah. Dihiasi oleh kain putih berenda dan bunga-bunga kecil yang menghiasi disana-sini. Ditambah lagi dengan dekorasi ruangan gereja yang berkonsep indoor garden wedding ceremony membuat gereja itu layaknya taman yang indah.

Di tempat lain, Ye In tengah duduk dalam diamnya. Ia hanya menatap ke arah lantai keramik dibawahnya tanpa mengatakan apapun. Ia diam dan terlihta sedih bahkan di hari yang seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya.

“kenapa kau murung seperti itu, sayang?”

Nyonya Oh alias Eomma datang dan mengelus lembut rambut Ye In dengan sayang. Di tangan Nyonya Oh ada sebuket bunga yang akan ia bawa nantinya.

“tidak apa-apa, eomma”

“Kau yakin?”

“ne”

Nyonya Oh kembali mengelus lembut rambut Ye In. Ia memandang Ye In dengan senyum penuh ketulusan.

“kau tahu, eomma sangat sangat bahagia akhirnya hari ini tiba juga,” ucap Nyonya Oh,”tapi, eomma merasa sedikit sedih karena melihatmu tidak sebahagia yang eomma harapkan”

“aku bahagia, eomma” Ye In meraih tangan Nyonya Oh dan menggenggamnya, “aku bahagia jika eomma pun bahagia” ucapnya.

“eomma sayang padamu, Ye In-ah” ucap Eomma sambil memeluk Ye In,”Sehun pantas mendapatkan gadis sebaik dan secantik dirimu”

Ye In terdiam mendengar kata-kata itu. Sebaik dan secantik dirinya. Gadis itu terdiam sesaat karena merasa ucapan Nyonya Oh sedikit kurang cocok untuknya. Ia tidaklah cantik menurutnya. Ada banyak ratusan yeoja yang lebih cantik dibanding dirinya.

“tapi eomma” Ye In menambahkan, “Ada banyak yeoja diluar sana yang lebih cantik daripada aku. Sehun seharusnya pantas mendapatkan gadis yang lebih baik dan lebih cantik daripada seorang kutubuku sepertiku” Ye In menundukkan wajahnya, as usual.

“Mereka kurang satu hal,” ucap Nyonya Oh, “banyak diluar sana yeoja yang cantik dan manis, tapi tak banyak yang memiliki hati sebaik dirimu, Ye In-ah” lanjutnya.

Nyonya Oh mengarahkan dagu Ye In agar tidak menundukkan wajahnya lagi, “kau harus percaya diri. Kau tidak boleh terus menundukkan wajahmu. Kau tak perlu malu, sayang. Karena kau adalah gadis yang cantik dan pantas untuk Sehun”

Ye In menyunggingkan senyumya perlahan. Senyum tipis gadis itu berhasil membuat Nyonya Oh merasa lega.

“kau sudah siap? Ayo temui Appa. Appa sudah menunggumu”

Ye In mengarahkan pandangannya pada cermin besar dihadapannya sejenak. Ia ingin melihat bagaimana sosok seorang Ye In hari ini. meskipun ia didandani, ia sama sekali belum melihat bagaimana rupa wajahnya setelah dirias pada cermin itu.

Ye In merasa pantulan di cermin itu bukanlah dirinya. Terlalu cantik dan manis. Kali ini, sang itik jelek tidak lagi dirubah menjadi angsa cantik, melainkan seorang putri raja yang menawan. Rambut panjang Ye In yang bergelombang dibiarkan tergerai dan disampirkan pada bahu kanannya. Ia mengenakan riasan yang tidak terlalu tebal pada wajahnya. Kacamata bulat berbingkai itu sudah terlepas dari wajahnya. Gaun pengantin yang ia beli dengan Sehun minggu lalupun sangat cocok dan pas ditubuh Ye In. Mungkin tidak berlebihan jika sosok Ye In hari ini diumpamakan sebagai seorang malaikat cantik ataupun Cinderella yang menemukan pangerannya. Sangat cantik, dan mempesona.

“kau sudah siap, Ye In-ah?”

Ye In terdiam sesaat dan satu detik kemudian ia mengangguk yakin. Lebih tepatnya, berusaha terlihat yakin meskipun ada keraguan yang tertanam dalam hatinya.

Nyonya Oh dan Ye In berjalan menuju tempat dimana Tuan Oh berada dan menunggu Ye In keluar dari ruang ganti. Sesaat setelah Ye In keluar dari ruangan itu, sontak saja seluruh pasang mata terarah padanya.

Dan Ye In, ia berhasil menjadi bidadari paling cantik hari itu.

Terdengar begitu banyak pujian dan ungkapan rasa kagum atas penampilan sang pengantin wanita. Mereka sangat terkagum-kagum hingga tak ada satupun yang tahu bahwa Ye In hanyalah seorang gadis kutubuku, supeer culun dan tak bisa bersosialisasi yang berasal dari panti asuhan dan bukan dari keluarga berada. Ia layaknya tengah bermetamorfosis menjadi sesosok putri cantik yang entah datang dari mana.

Gadis itu lalu berjalan mendekati Tuan Oh dan meraih tangan Tuan Oh yang terulur padanya. Tuan Oh tersenyum manis seolah senyumannya berkata bahwa Ye In bisa melewati semuanya hari ini. semua tanpa terkecuali.

Ye In dan Tuan Oh kini berjalan di atas karpet dan disaksikan oleh ratusan pasang mata yang hadir di dalam Gereja besar itu. Bagian belakang gaun Ye In yang panjang terseret di lantai seiring dengan langkahnya bersama Tuan Oh yang semakin mendekati sang pengantin pria yang telah lama berada di atas altar sana.

Semakin mendekat dan semakin mendekat. tanpa terasa, langkah Ye In dan Tuan Oh sudah membawa mereka hingga ke hadapan sang pendeta dan sang pengantin pria, Oh Se Hun.

Tuan Oh menyerahkan tangan kanan Ye In pada Sehun dan tanpa ragu Sehun menyambut uluran tangan itu. Ye In berusaha sekuat mungkin untuk tidak menundukkan wajahnya, berusaha menatap langsung ke dalam manik mata sang pengantin pria yang tidak lain adalah Oh Se Hun.

Tuan Oh meninggalkan altar dan kini Ye In beserta Sehun sudah berdiri berdampingan dan didampingi oleh sang pendeta. Lantas saja, ucapan kekaguman kembali terdengar saat sang pengantin wanita dan pria telah berdiri bersama. terlihat jelas betapa cocok dan serasinya mereka. Sehun terlihat sangat tampan dan berwibawa dengan setelan all-white-outfit. Wajah tampannya semakin terlihat dengan rambut nya yang tertata rapi dan ekspresi wajahnya yang tegas dan datar. Sedangkan Ye In, ia bagaikan malaiakat yang begitu cantiknya. Ia memakai gaun berwarna putih tanpa lengan yang jatuh hingga lantai dengan bagian belakangnya yang terlihat memanjang. hiasan renda dan beberapa aksen berlian swarovski juga terlihat tersemat di sekitar dadanya membuat kesan anggun dan mewah pada sosok gadis cantik itu. Rambutnya yang panjang dan bergelombang ia biarkan tergerai dan disampirkan ke sisi kanan nya. wajahnya yang cantik tak dihiasi oleh kacamata dan hanya dihiasi oleh riasan tipis. dan juga sebuket bunga berwarna putih juga ia genggam erat ditangannya kini.

seperti sebuah ruang dan dimensi yang berbeda. Ye In merasa ini bukanlah dunianya. ia merasa semua ini hanyalah mimpi yang terlalu berat untuk dijalani, sehingga Ye In sendiri memaksa dirinya untuk segera bangun dan pergi.

Tidak. ini semua bukanlah mimpi. semuanya terlalu jelas dan rinci. Semua yang ada dihadapannya adalah nyata dan bukanlah ilusi.

Sang pendeta mulai memimpin upacara sakral pernikahan Ye In dan Sehun. Ye In seperti tuli. ia sama sekali tak mendengar perkataan pendeta. ia sama sekali tak bisa menyadari apakah kedua matanya masih bisa menangkap sebuah adegan yang nyata atau tidak. Ia seperti sendiri saja di dalam dunia itu. hampa .

“apakah ini benar-benar nyata?”

“seseorang , tolong katakan kalau semua ini tidak benar!”

hatinya berperang dan berteriak, mencoba untuk mengingkari takdir yang sudah mengelilinginya. terlalu mengerikan jika ini adalah sebuah mimpi. Ini adalah nyata dan Ye In harus menerimanya.

Ye In agasshi..

Ye In agasshi…

Jung Ye In agasshi..

Ye In tersentak dari lamunan panjangnya. ia menatap ke arah sampingnya dimana Sehun juga tengah menatapnya dengan datar dan bingung. Ye In kembali mengalihkan perhatiannya pada semua orang yang berhadir di gereja itu. mereka semua menunggu sesuatu . sesuatu yang disebut dengan jawaban.

“Apakah anda bersedia, menerima Oh Se Hun sebagai pendamping hidup anda yang akan selalu menemani anda baik dalam senang ataupun sedih, Sehat maupun sakit, dan bahkan Kaya ataupun miskin? bersediakah anda untuk terus menjaganya dan mempercayainya?”

Pertanyaan pendeta itu seperti hal nya sebuah pernyataan yang tak bisa Ye In pahami. Seperti sebuah bahasa yang Ye In sendiri tak dapat mengerti.

“a-aku…”

.

.

.

.

TBC.

Haloo readers.author tahu kalau ini ff makin kesana makin gaje. makin ngawur dan amburadul. maafkanlah author *plak.

Dan well… ini Chapter 4a. Untuk chapter 4, dibagi dua ya? soalya kemaren ahra bikin previewnya gabung sama yang chapter 4b nya. kalo dibikin jadi satu kepanjangan so… dibagi dua ajah.

The last but not least, TYPO everywere. kesalahan diksi, ketidaksempurnaan dan juga cerita yang terlalu pasaran. maafkanlah semua kekurangan itu. Ahra hanyalah penulis ff yang abal-abal dan masih perlu belajar banyak. so, kritik, saran dan sharing nya diterima semua yaaak :)

RCL Please… Plagiator and Siders, GO AWAYYY!!

Filed under: Marriage Life, romance, school life Tagged: Luhan, Sehun

Show more