2015-02-19



The Replacement for Cinderella

(Lost Scene Pt 1)

Cast : Jongin and Sehee

Disc : Terastory © 2015

Summary : Ini, adalah kisah mereka yang tidak diketahui oleh yang lain.

.

.

.

Namanya Kim Jongin.

Dia tinggi, kulitnya tidak terlalu putih—maksudnya, tan atau karamel—dan dia… autis.

Kalau makan semua dagu dan pipinya akan kotor, dia biasa dipakaikan serbet di sekitar lehernya oleh Changwook—bodyguard, pelayan, ajudan—apa saja kau bisa menyebutnya.

Bila sudah menyentuh rubik atau mainan yang dia suka, dia akan mengacuhkan apapun, membuat dunianya sendiri yang bahkan Sehee tidak bisa masuk.

Seperti sekarang, di kencan buta mereka yang ke empat Jongin sukses mengacuhkannya setelah merengek pada Sehee untuk dibawakan mainan, karena berpikir ingin sedikit memberi ‘terapi’ pada anak lelaki itu Sehee repot-repot mencari ke internet mainan apa yang cocok untuk anak berkebutuhan khusus seperti Jongin.

Meski rubik bukanlah opsi.

Sehee bertopang dagu melihat Jongin terus memutar kotak persegi itu sampai warnanya senada, lalu mengacaknya lagi, dan memperbaikinya lagi, terus sampai dua piring dengan fettucine dan salad kentang miliknya habis.

Oke! Harus ada yang berhenti!

“Jongin..”

Suara ribuk di putar.

“Jongin!”

Masih di putar.

“Jongin!” Sehee merampas rubik yang dimainkan Jongin dengan kasar. Balik menatap tajam pada Jongin yang kelihatan tidak suka dengan aksi merampasnya.

“Ini rubikku, kau mengacuhkanku, jadi aku mengambilnya,” kata Sehee acuh.

Dia pikir Jongin akan merengek seperti biasanya, atau dia akan menurut dengan kepala menunduk. Tapi, kali ini cowok itu merebut rubiknya, tak mau kalah, dia kembali merebut rubik itu sehingga mereka terlibat tarik-menarik.

“Berikan padaku, Jongin!” kata Sehee penuh otoritas.

“Tidak.”

Akhirnya Sehee menyeringai dan melepaskan rubik itu sampai Jongin terjengkang jatuh dengan kursinya ke belakang. Kepalanya sempat terantuk lantai, membuat Sehee menggigit bibirnya menahan rasa bersalah dan ngilu mendadak—padahal dia tidak merasakan sakitnya.

“Jo-jongin..”

Gadis itu tidak ingin membuang waktunya dengan hanya melihat, dia beranjak ingin menolong Jongin, tetapi ditahannya saat Jongin sudah berdiri kembali dan—oh astaga!

Dia marah.

“Jongin, turunkan rubiknya, kau tidak mungkin ingin melempar itu padaku, kan?”

Tatapannya seolah mengisyaratkan, ‘oh ya, tentu aku akan melakukannya!’ lalu, rubik di tangan Jongin berpindah menyentuh dahinya dengan sangat kasar—lelaki itu benar-benar melemparnya—dan sangat menyakitkan.

“Auw!”

Jongin bisa jadi adalah lelaki idiot atau apapun itu istilahnya, namun, dia tetap cowok yang sudah puber dengan tubuh tinggi juga bulky. Tenaganya sudah pasti sangat besar, dan lemparan tadi itu contohnya, dahi Sehee berdarah—iya, sedikit—tapi gadis itu yakin nanti akan memar.

Ini sudah di luar batasnya, ingat Sehee tidak punya toleransi—oke, toleransinya sudah habis kalau dia punya—maka, sambil berwajah dingin, gadis itu mengambil tas tangannya, berlalu dari restoran tempat mereka kencan tanpa mengatakan apapun.

“No—noona..” mata Jongin bergerak-gerak gelisah memandangi Sehee yang berjalan melalui jendela dan juga pintu keluar.

“Noona, jangan pergi..” jari-jari Jongin juga meremas-remas di kedua sisi pinggangnya. Changwook—bodyguard merangkap pelayan Jongin—cuma bisa mendesah pelan. Dia tahu tuannya sangat payah soal urusan wanita, kencan, dan lain-lainnya karena faktor autisnya ini, dan berpikir kalau anak lelaki itu akhirnya menemukan partner yang sesuai dengan dirinya—ini sangat jarang—dia memutuskan untuk membantu.

“Tuan Jongin,” Changwook berkata.

“Noona…noona…” dia bergumam tidak jelas sambil mundar-mandir , ini yang akan Jongin lakukan kalau dia merasa takut atau tak nyaman.

Pria itu memegang bahu Jongin, meski dia masih menggerak-gerakan kepalanya ke segala arah Changwook tahu kuping anak lelaki itu akan selalu mendengarkannya.

“Kau harus meminta maaf, biarkan aku mengajarkanmu seninya meminta maaf pada wanita.” Alis pelayan itu naik turun—tidak, dia mencurigakan!

.

.

.

Sehee berjalan bersama perasaannya yang gusar. Pikirannya terbagi antara ingin kembali pada Jongin dan tetap memenangkan egonya untuk meninggalkan cowok itu.

Sekali-kali dia harus diberi pelajaran, tidak semua suka dengan apa yang dia lakukan, atau mungkin pelayan Jongin itu bisa memberikan penjelasan pada si bodoh tadi. Mengacuhkan wanita cuma karena rubik, baik, dia dimaafkan karena autisnya tapi untuk luka di dahinya tidak bisa!

Gadis itu baru akan mendekati taksi yang parkir dipinggir jalan supaya bisa pulang, tapi, sebuah tangan mencegahnya, menarik tubuhnya menabrak sebuah dada yang bidang dan nyaman.

“Jongin.” Sehee mendongak, agak aneh menemukan cowok itu menatapnya dengan begitu intens.

Ada suara bergetar di dadanya—apa ini?

“Maafkan aku,” mata Sehee mengerjap beberapa kali.

“A..”

“—Maafkan aku,” sela Jongin lagi, tatapannya masih seintens tadi. Mata coklatnya beralih ke arah luka di dahi Sehee, mendekap leher gadis itu dan mencium luka tersebut, begitu lama, sampai Sehee yang terkejut setengah mati terhadap perlakuan lembutnya nyaris terlena untuk memejamkan mata.

Tangan-tangan besarnya menangkup kedua pipi Sehee, menyatukan tatapan mereka kembali. Menatap Jongin begini, dia merasa kalau lelaki itu—normal?

“Maafkan aku—“ pipi itu bersemu sedikit.

“—noona..” rasanya kayak ditampar secara imajiner, Sehee kembali ditarik ke realita dengan cara menyedihkan. Tak lama, matanya beralih ke Changwook di belakang Jongin yang bertepuk-tepuk tangan heboh.

“Benar tuan, anda hebat!”

Jongin menoleh ke arah pelayan itu, cengegesan seperti bocah dan beralih ke arah Sehee lagi.

“Bagaimana noona? Jongin minta maaf!” dia menyedot ingusnya masuk—udara memang sudah mulai dingin menyambut penghujung September—Sehee yang tadinya ingin melanjutkan marah malah tidak bisa dan mendengus pelan sambil terkekeh.

“Iya, dimaafkan.” Gadis itu mengacak-acak rambut Jongin.

“Hehehehehe, terimakasih noona! Pak Changwook, lihat Jongin dimaafkan noona!” si jangkung itu berjalan sambil melompat-lompat ke arah pengawalnya. Membuat Sehee menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Dia menatap matahari sore yang kejingga-jinggaan.

Aku berharap.. Jongin bisa sembuh dan ada masa depan yang manis untuknya, Tuhan.

Sebuah kecupan di pipi membangunkan Sehee dari angannya, dia menoleh ke arah Jongin yang tersenyum sangat tulus padanya—tidak ada khas anak-anak atau senyuman aneh—dia tersenyum dengan normal.

“Terimakasih, untuk rubiknya.”

Itu adalah memori termanis yang selalu disimpan Sehee rapat-rapat ke dalam ingatannya.

Terimakasih juga karena sudah hadir di sini, hari ini, Jonginnie..

.

.

.

END

Hellow hellow, maaf ya aku membuat spam begini #plaked. Hehe. Lost Scene ini nantinya akan menjadi semacam ficlet atau drabble yang aku buat untuk melengkapi momen Sehee Jongin yang tidak bisa aku buat penuh di cerita aslinya The Replacement for Cinderella.

Oh ya, di part ini juga aku mau kasih tahu chap 5 bakal dipassword. mungkin ada yang ngeluh kenapa harus dipassword? Well aku akan kasih bocoran sedikit kalau bakal ada rated scene? Mungkin unrated scenenya sendiri ga bakal aku gambarin jelas kayak apa, unrated scene itu juga ga berarti berakhir seks ya, kemungkinan juga ada kekerasan. Selain karena adegan tersebut aku juga punya satu alasan lagi kenapa harus mempassword postingan chap 5 nanti dan alasan itu rahasia. So how to get it?

Apa email kalian? Hohoho
See you next time!

Filed under: Drama, romance Tagged: kai, OC

Show more