2015-02-13



Tittle : You’re My Eufrosine

Author : JONGSESA

Main Cast :

Lu Sera (OC)

Kim Jongin/Kai (EXO)

Other Cast :

Oh Sehun (EXO)

Lu Han (EXO)

Wu Yifan (EXO)

Park Hayoung (OC)

Oh Cheonsa/Lu Cheonsa (OC)

Becca Wu (OC)

And find by Yourself

Genre : Family, Romance, Sad, Angst.

Rating : PG-15

Length : Chaptered

Disclaimer : fanfic asli hasil murni imajinasi sendiri. Plagiat ? Siders ? BYE !

***

Eufrosine, putri Zeus dan Eurinome, yang melambangkan dewi kegembiraan dan kebahagiaan. Lu Sera, gadis dengan kesempurnaan yang dimilikinya, dan dianggap sebagai Eufrosine. Namun, bagaimana jadinya, jika hidup Eufrosine sendiri tidak bahagia ?

***

Beijing, China.

Seperti biasa, pagi hari itu kota yang biasa dikenal dengan kota sibuk di Negara tirai bambu dan sangat disiplin waktu, terlihat ramai dengan orang-orang yang tengah berjalan kaki, mengayuh sepedanya, atau mobil yang berlalu lalang bersiap menuju tempat tujuan masing-masing, entah itu sekolah atau tempat mereka bekerja.

Dan tidak terkecuali seorang gadis yang kini tengah berjalan kaki sambil membawa tas ranselnya yang menjadi pusat perhatian para pejalan kaki yang ada disekitarnya dengan tatapan takjub. Tak jauh dibelakangnya, ada 2 orang laki-laki bertubuh tegap dengan pakaian stelan jas hitam. Bukan, mereka bukanlah orang orang yang ingin berbuat jahat pada gadis itu, melainkan menjaga gadis itu atau lebih dikenal sebagai, bodyguard.

Gadis itu terus berjalan sambil terkadang bersenandung atau sekedar membalas senyuman yang orang-orang tujukan padanya. Ya, gadis itu adalah Lu Sera. Gadis dengan kesempurnaan yang dimilikinya. Bagaimana tidak ? Dia seorang gadis muda 19 tahun, dengan paras cantik, tubuh ideal, cerdas, dan jangan lupakan dia termasuk pewaris dari LC industries.

Oh ayolah, siapa yang tidak mengenal LC industries yang merajai setiap industri dan bisnis di China bahkan Asia, dan termasuk perusahaan yang berpengaruh dalam perkembangan yang ada di China. LC industries adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan, real estate, garment, dan perminyakan. Tidak hanya itu, LC juga menanamkan saham di ratusan toko swalayan, perusahaan telekomunikasi, dan elektronik. Dari semua itu bisa dibayangkan berapa kiranya kekayaan dari Lu Sera ?

Tiba-tiba saja langkah Sera berhenti begitu saja, hingga membuat orang-orang yang sejak tadi melihatnya keheranan. Sera membalikkan tubuhnya dan wajah yang tadinya ceria, kini berubah masam menatap para bodyguardnya.

“berhentilah mengikutiku dari belakang begitu, aku justru merasa risih dengan itu. Jika mau mengikutiku, berdirilah disampingku!” ujarnya dengan nada kesal.

“maaf nona, tapi kami tidak bisa mensejajarkan langkah kami. Karena kami harus memantau nona dari segala arah” jawab bodyguard yang memakai nametag ‘15’.

“kalau kalian tidak mau berjalan disampingku, mulai sekarang kalian berhentilah mengikutiku” balasnya dengan melipat kedua tangannya sambil mengurucutkan bibirnya.

“maaf nona tapi kami tidak bisa. Kalau saja nona tidak menolak diantar dengan supir, mungkin kami tidak akan melakukan ini dan membuat nona risih” jawab bodyguard dengan nametag ‘88’.

“KALAU BEGITU AKU AKAN BILANG PADA GEGE, UNTUK-“ perkataan Sera terhenti ketika mendengar suara seseorang yang membuatnya kesal pagi ini.

“untuk apa, nona Lu Sera” suara berat pria yang sedang berdiri tidak jauh dibelakang Sera membuat orang-orang yang semula memperhatikan Sera yang sedang kesal, kini beralih menatap kearah pria itu.

Lain halnya dengan Sera, saat dia berbalik untuk melihat wajah pria yang membuatnya kesal dan terpaksa harus meminum ‘obat terkutuk’, justru menampilkan wajah datar menahan emosinya yang sudah di ubun-ubun.

“kenapa diam nona..” pria itu kembali bicara sambil terkekeh melihat wajah Sera.

“ya !! oppa, jangan tersenyum seperti itu!! taukah siapa yang membuatku kesal pagi ini. tsk, kau itu sudah berjanji tapi kau malah mengingkarinya. aku benci padamu !!” akhirnya Sera menjawab, dengan nada merajuk sambil menghentakkan kakinya ketanah, hingga membuat orang-orang yang memperhatikannya sedari tadi heran dengan pertengkaran yang terjadi antara pewaris LC industries itu dengan seorang pria bertubuh tinggi, berkulit putih, berambut hitam yang disisir rapih.

“hei, maafkan oppa. Oppa fikir tidak bisa sampai di Beijing secepat ini, maka dari itu oppa meminta supir untuk mengantarmu.” jawab pria itu sambil berjalan mendekat kearah Sera.

“tetap saja kau sudah berjanji oppa, aku tau kau sudah selesai dengan urusan pekerjaanmu sejak 3 hari yang lalu dan Becca eonni juga mengatakan dia sudah memintamu pulang saat urusanmu sudah selesai. kau saja yang memang tidak mau menepati janjimu !!” jawab Sera masih dengan nada kesal namun suaranya lebih ia tinggikan.

“maafkan oppa Ra-ya.” ucap pria itu dan langsung memeluk gadis yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya itu. “jangan berteriak-teriak seperti itu nanti suaramu habis dan-“ kalimat berikutnya ia ucapkan dengan nada sangat pelan hingga hanya dia dan Sera saja yang dapat mendengar “dan tenangkan dirimu” katanya sambil mengelus punggung Sera dengan sayang.

“biarkan saja suaraku habis, dan biarkan mereka tau seperti apa aku sebenarnya, hiks..” ucap Sera yang tak kalah pelan dan meluncurlah isakan kecil itu yang membuat -Wu Yifan atau Kris Wu- pria itu merenggangkan pelukannya dan sedikit membungkuk untuk melihat wajah cantik adiknya yang tubuhnya lebih pendek darinya.

“ssshhh…uljima, Ra-ya” ucap Kris sambil menghapus air mata Sera dengan ibu jarinya. “lihat oppa, Sera” melihat Sera yang terisak sambil menunduk membuat Kris merasa menyesal sudah mengingkari janjinya.

Sera mengangkat wajahnya dan langsung melihat Kris yang juga sedang memasang wajah menyesal. “oppa berjanji tidak akan mengingkari janji yang sudah oppa buat denganmu-” Kris menggantungkan ucapannya, tapi masih tetap menghapus jejak airmata yang ada di wajah Sera “dan maafkan oppa meninggalkanmu terlalu lama, jadi jangan menangis lagi, ne?” lanjutnya sambil tersenyum.

“janji ?” jawab Sera sambil mengacungkan jari kelingkingnya tanda Kris mau berjanji padanya.

“ne, oppa janji” sambil menautkan kelingkingnya. “jadi, masih mau ditemani atau tidak ?” tanya Kris pada akhirnya dengan kelingking yang masih bertautan.

Sera hanya menjawab dengan anggukan sambil melepaskan tautan kelingkingnya. “kalau masih tetap mau oppa temani, kau harus tersenyum” pinta Kris sambil merapikan surai hitam Sera yang sedikit berantakan.

Dan Sera kembali dengan senyuman manisnya itu. Senyuman yang selalu membuat siapa saja yang melihatnya langsung luluh dan semakin menambah kecantikannya. Orang-orang yang sedari tadi memperhatikan keributan kecil yang terjadi antara kakak-beradik itu tersenyum dan kembali melanjutkan tujuan mereka masing-masing. Dan bodyguard Sera yang berdiri tak jauh dari Sera dan Kris, akhirnya bisa bernafas lega dengan kehadiran Kris.

“kalian berdua pulanglah, biar aku yang menjaga Sera” ucap Kris yang memandang kedua bodyguard Sera yang masih mematung ditempatnya.

“baik tuan, kami segera pulang. Hati-hati dijalan dan kami siap jika diperlukan sewaktu-waktu tuan” jawab bodyguard 88.

“Ne, kalian tenang saja, hari ini aku yang akan menjaga Sera seharian. Lebih baik kalian ke mobilku di perempat jalan sana, dan tolong antarkan istriku ke apartemen. Dia sedang merajuk karena nona muda Sera kalian ini” perintah Kris sambil terkekeh pelan.

“baik tuan” jawab kedua bodyguard itu bersamaan sambil membungkuk hormat kepada kedua majikannya itu, lalu berbalik menuju jalan yang ditunjuk Kris tempat mobilnya berada.

Lalu Sera hanya menatap Kris dengan wajah menyesalnya “mian, oppa. Aku terlalu kekanakan” ucap Sera sambil menunduk.

“sudahlah, jangan pasang wajah seperti itu. Oppa tidak suka melihatnya, kau hanya boleh tersenyum Sera” ucapan yang membuat Sera mengangkat kepalanya dan memandang pria yang ia sapa dengan sebutan ‘oppa’ itu.

Betapa Sera menginginkan kakak kandungnya bisa bersikap sehangat pria yang ada dihadapannya, yang notabene bukanlah kakak kandungnya. Mengingat kakak kandungnya, Sera begitu sedih tapi entah mengapa ia tidak bisa membenci orang-orang yang justru mengacuhkannya, seperti kakak kandungnya dan babanya.

“lets go Sera, mereka pasti sudah menunggumu ‘si pembawa kebahagiaan’ mereka” suara Kris yang membuyarkan lamunan Sera tentang keluarganya sendiri.

Tanpa menunggu jawaban Sera, Kris langsung merangkul pundak Sera dan berjalan menuju tempat yang akan mereka datangi.

***

LC buildings Center, Beijing

“yeobseyo” suara terdengar dari seberang telepon dengan suara parau khas bangun tidur.

“yeobseyo, Sehun-ah” jawab sang penelepon.

“eoh ? Lu Han hyung ? ada apa, tumben sekali meneleponku” jawab pria yang dipanggil Sehun dengan nada datar.

“mmm..tidak. mmm apa aku mengganggumu?” ucap seseorang yang dipanggil Lu Han itu dengan nada ragu.

“haaahhh…langsung saja pada intinya hyung. Aku tau ada maksud lain kau meneleponku” jawab sehun dengan nada tidak sukanya karna bosan harus berlama-lama berbicara dengan pria entah kenapa selalu membuatnya kesal.

“mmm… aku ingin meminta bantuanmu sehun-ah.” ucap Lu Han ragu dan menggantung ucapannya “bisakah kau menjaga Sera di Korea. Aku berniat memindahkannya ke Korea. Karena aku akan pindah tugas ke Jerman bersama eonnimu” ucapan itu begitu lancar keluar dari bibir Lu Han, tanpa memperdulikan perasaan adiknya –Sera.

“MWO ?!” pekik sehun saat itu juga setelah mendengar ucapan Lu Han.

“Kau akan pergi bersama cheonsa noona ke Jerman dan kau justru menitipkan adikmu dengan adik iparmu di Korea ?! Apa kau benar-benar tidak memikirkan perasaan Sera, hyung ? Apa sebegitu sibuknya dirimu sampai kau merasa tidak sanggup memberikan waktu luangmu hanya untuk memberikan perhatian kepada Sera ?” Tanya Sehun bertubi-tubi dengan nada yang tinggi seolah mengungkapkan apa yang mungkin dirasakan Sera saat tau kakaknya justru akan semakin menjauhinya.

“Tidak Sehun-ah. Aku sangat sibuk dan aku tidak punya waktu untuk Sera.” lagi-lagi setiap kata yang keluar dari mulutnya begitu lancar Lu Han ucapkan.

“Aku tidak menyangka Sera masih bisa begitu perhatian dan begitu sayang pada GEGEnya yang justru selalu mengacuhkannya” jawab Sehun dengan penekanan pada kata ‘gege’. Sehun sudah geram dengan tingkah Lu Han yang kelewatan terhadap adiknya sendiri.

“Dan oh, apa sekarang ? kau justru ingin menjauhinya dengan alasan pekerjaanmu. Apa kau lupa jika sejak dulu aku memang ingin menjadikan Sera adikku, tapi dia lebih memilih selalu bersama GEGEnya. Dan sekarang kau mau aku menjaga Sera selama di Korea ? tenang saja tuan muda Lu, aku akan menjaga Sera sebagaimana harusnya SEORANG KAKAK MENJAGA ADIKNYA. Yang harus kau pikirkan, apa dia mau pergi jauh dari GEGEnya? Pikirkan itu, tuan muda Lu !!” dan setelah ucapan Sehun yang panjang lebar itu, Sehun langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

‘bagaimana bisa kau tidak membenci kakak yang terang-terangan mengacuhkanmu, Ra-ya? Tercipta dari apa kau sebenarnya, kenapa kebaikan dan ketulusanmu layaknya kau jelmaan malaikat? Dan bagaimana bisa kau mengacuhkan malaikat yang tak lain adikmu, hyung?’ gerutu Sehun yang masih kesal dengan perkataan Lu Han tadi

Sedangkan Lu Han, ia hanya menatap kosong kearah bingkai berwarna merah yang ada di meja kerjanya. Di dalam bingkai itu terdapat dua foto yang sepertinya sengaja ditempelkan. Foto pertama, ada seorang wanita cantik berumur sekitar 25 tahun tapi masih memiliki wajah yang sangat muda karena posenya yang sedang memeluk boneka, dan mungkin siapapun tak akan percaya wanita itu sudah akan memiliki 2 anak. Dan foto kedua, ada seorang gadis berumur 17 tahun tengah memeluk boneka yang sama dengan wanita di foto pertama, sambil tersenyum dan dikepalanya ada bando yang bertuliskan “Happy Birthday”. Wajah mereka sangat mirip, siapapun yang melihat pasti mengira mereka adalah kakak-adik.

“Maafkan aku eomma, aku tidak bisa menjadi gege yang baik untuk Sera. Dan Ra-ya, maafkan Lu-ge tidak bisa menjadi gege yang baik untukmu. Kalian berdua adalah kelemahanku, jika satu hilang maka lebih baik aku melupakan yang satunya” kata-kata itu. Luhan mengatakan itu dengan nada yang begitu memilukan. Tanpa aba-aba, cairan bening pun akhirnya menetes dari mata indahnya itu.

***

Setelah melakukan kegiatan rutinnya disebuah yayasan yang dibangun oleh mendiang ibunya, Sera dan Kris akhirnya berpamitan dengan anak-anak yang tinggal disana. Terlihat jelas wajah sedih anak-anak itu saat Bibi Kepala Pengasuh di yayasan meminta mereka untuk berkumpul memberikan salam perpisahan kepada Sera dan Kris.

“Adik-adik, jiejie dan Kris-ge pulang dulu. Jiejie tidak bisa berjanji bisa selalu datang, tapi jiejie akan selalu menghubungi kalian dengan alat komunikasi tadi.” Pamit Sera dengan sedikit membujuk anak-anak itu agar tidak sedih lagi. Ya, Sera memberikan proyektor dan sebuah laptop untuk alat komunikasi mereka. Jadi, jika dia tidak bisa datang mereka bisa menggunakan alat itu.

Namun hasilnya, justru anak-anak yang jumlahnya sekitar 20 itu malah berhambur memeluk Sera dan merengek tidak ingin di tinggal. Kris, Kepala pengasuh, dan para pengasuh yang melihat itupun tak bisa menahan tangis haru yang pasti akan selalu terjadi. Setiap Sera datang, anak-anak akan berhambur memeluk Sera dengan tawa dan senyum yang mengembang, dan saat Sera pamit untuk pulang, anak-anak itu akan berhambur memeluk Sera tapi dengang rengekan dan isakan meminta Sera jangan pergi. Bisa tergambar jelas bukan yang dimaksud Sehun ? tentang Sera yang bagaikan jelmaan malaikat dengan segala kebaikan dan ketulusannya.

Dan saat Sera bisa sedikit menenangkan anak-anak yang memeluknya dan mulai berhenti terisak, Sera melihat satu persatu anak-anak itu, memastikan mereka tidak mengeluarkan air mata. Tapi tunggu. Sera merasa ada yang kurang. Memastikan lagi apa ada yang kurang, saat itu juga Sera teringat seorang anak yang baru saja tinggal di yayasan itu. Xiao Wei. Anak itu berumur 2 tahun, tapi sudah menderita di usia sekecil itu. Anak itu mengidap kelainan pada hatinya sejak umur 1 tahun, karena tidak sanggup menanggung semua pengobatan anaknya, kedua orangtuanya bunuh diri setelah menitipkannya di yayasan milik Sera beberapa minggu yang lalu berharap anaknya sedikit terhibur karena bisa tinggal di tempat yang nyaman.

Setelah anak-anak itu kembali menunjukan senyum polos mereka, Sera membalas senyuman itu. Saat dia mengedarkan pandangannya, tidak sengaja Sera menangkap bayangan Xiao Wei yang tengah menatapnya sendu dibalik tiang sambil memeluk boneka yang Sera berikan hari ini. Merasa ketahuan, Xiao Wei berlari ke halaman belakang, dan memilih memperhatikan boneka yang dipeluknya sedari tadi. Melihat itu Sera kembali berpamitan dengan anak-anak yang lain, karena Sera tau ini sudah waktunya mereka untuk istirahat. Dan anak-anak itu melambaikan tangan mereka pada Sera dan langsung berlari memasuki kamar mereka.

“maaf nona, sebaiknya nona juga istirahat. Pasti hari ini nona sangat lelah bermain dengan anak-anak itu.” Ucap sang Kepala pengasuh sambil mengelus punggung Sera, sekaligus mengingatkan Sera dengan rencananya untuk berbicara sebentar dengan Xiao Wei.

“eoh ? aaa..bibi bisakah aku berbicara sebentar dengan Xiao Wei ? tadi aku melihatnya tidak ke kamar tapi ke halaman belakang” ucap Sera sambil melihat kearah halaman belakang yang masih bisa ia lihat Xiao Wei sedang menunduk.

“sudahlah Sera-ya, besok kita kesini lagi saja. Ini sudah hampir malam, kau dan mereka harus istirahat, Ra-ya” kini Kris juga ikut meminta Sera untuk segera pulang, karena melihat Sera yang seharian ini tidak makan karena terus bermain dengan anak-anak. Bibi Kepala juga menganggukan kepalanya seraya menyetujui apa yang dikatakan Kris.

“hanya sebentar oppa, aku janji tidak akan lama. Boleh ya ?” rayu Sera dengan wajah memelas yang tidak pernah bisa Kris tolak keinginannya.

“baiklah hanya sebentar, jangan sampai kau kelewat asik sampai lupa waktu seperti biasa Sera” peringat Kris pada Sera. Saat mendengar persetujuan dari Kris, Sera langsung berlari ke halaman belakang meninggalkan Kris dan bibi Kepala yang geleng-geleng kepala dengan tingkahnya.

Setibanya Sera dihadapan Xiao Wei, anak itu tetap menundukan kepalanya sambil mengusap wajah bonekanya. Sera yang merasa diacuhkan akhirnya berjongkok dan mensejajarkan wajahnya dengan Xiao Wei. Akhirnya anak itu sadar dan mengangkat kepalanya, dan betapa kagetnya Sera melihat wajah polos Xiao Wei yang sudah sembab karena air mata yang terus mengalir di pipi chubbynya.

GREB

Seketika itu juga langsung mendekap tubuh mungil Xiao Wei kedalam dekapan hangatnya. Dapat Sera rasakan tubuh Xioa Wei yang bergetar begitu ada dipelukannya, dan tak lupa dengan isakan yang keluar dari bibir anak itu.

“kenapa kau menangis adikku ? apa kau tidak senang bermain dengan jiejie seharian ini ? apa kesan pertama kita bertemu tidak membuatmu senang ?” Tanya Sera, yang entah kapan juga mulai menangis sambil memberi ketenangan pada Xioa Wei dengan mengelus rambutnya.

“…” Hanya gelengan yang Sera dapatkan, bahkan sampai sekarang Xiao Wei belum membalas pelukannya.

“apa jiejie tidak secantik Xiao Wei, maka kau menangis seperti ini ?” pertanyaan yang terdengar seperti lelucon aneh, tapi sukses membuat Xiao Wei yang awalnya diam kini bergerak. Tapi tunggu. Dia bukan membalas pelukan Sera, justru melepaskan pelukannya. Sera yang mendapati perlakuan Xiao Wei hanya menurut.

Anak kecil itu memerhatikan wajah Sera dengan seksama seolah tengah merekam wajah Sera dalam ingatannya. Tangan mungilnya bergerak menghapus airmata Sera. Awalnya Sera kaget dengan perlakuan Xiao Wei, tapi tak lama tangan Sera bergerak untuk menghapus air mata Xiao Wei.

“aku sangat senang hari ini bisa bermain untuk pertama kalinya dengan jiejie. Jiejie adalah idolaku, dulu saat aku menonton tv aku melihat wajah jiejie dan mama bilang suatu saat nanti aku pasti bertemu malaikat dengan jelmaan seperti jiejie” kalimat yang akhirnya keluar dari bibir gadis kecil ini, membuat Sera lega dan membuatnya tersenyum.

“dan mama benar, aku benar-benar bertemu malaikat yang cantik, disayang banyak orang, dan baik hati seperti jiejie. Menurut jiejie, apa aku bisa seperti jiejie ?” pertanyaan yang begitu ambigu di dengar bagi Sera. Karena dari ekspresinya, Sera tengah mengerutkan dahinya. Melihat ekspresi malaikatnya, Xiao Wei melanjutkan kalimatnya “memiliki wajah cantik, disayang banyak orang, dan baik hati seperti malaikat.”

Mendengarkan penjelasan Xiao Wei, Sera memberikan senyum manisnya atas pertanyaan itu sebelum menjawab. “tentu saja. Bahkan, Xiao Wei akan lebih cantik, lebih banyak dicintai banyak orang, dan lebih baik daripada jiejie.” Mendengar itu Xiao Wei tersenyum membuat lesung pipinya yang baru dilihat Sera kali ini terlihat. “tapi, Xiao Wei tidak boleh bersedih dan menyendiri. Xiao Wei harus tersenyum dan memperlihatkan lesung pipi yang manis ini” lanjutnya sambil menunjuk lesung pipi Xiao Wei.

Hening melingkupi keadaan sekitar mereka, sampai akhirnya Xiao Wei memecahkan keheningan itu “jiejie, boleh aku memeluk jiejie? Aku ingin sekali merasakan dipeluk jiejie untuk terakhir kalinya” mohon Xiao Wei sambil tersenyum.

Apa yang baru diucapkan gadis kecil ini ? pelukan ? tentu saja Sera dengan senang hati memberikannya pelukan. Tapi tadi dia bilang terakhir kalinya ? sungguh Sera tak ingin itu terucap dari bibir anak kecil didepannya ini.

Sera tidak menjawab dengan kata-kata tapi langsung memeluk Xiao Wei erat, seperti dia tidak ingin melepaskan gadis kecil ini. Dan jangan tanya dengan Xiao wei, awalnya ia memeluk leher Sera, dan akhirnya ia turunkan ke punggung Sera dengan mengusapnya agar Sera juga merasakan kehangatan yang ia rasakan dari pelukan Sera.

“jangan berkata seperti itu adikku, jiejie akan selalu memeluk Xiao Wei, tanpa kau memintanya. Kau harus kuat, jiejie akan menyembuhkanmu, jadi kau harus tetap kuat, hmm?” ucap Sera sambil menangis.

Tak mendapat jawaban dari Xiao Wei, Sera melepas pelukannya sambil menghapus air matanya dengan kasar dan sejurus kemudian langsung memberikan senyumannya pada gadis kecil didepannya yang juga sedang tersenyum padanya.

“haaah..ayo ke kamarmu, kau harus istirahat. Jiejie akan menemanimu sampai tertidur” kata Sera dan langsung menggandeng tangan mungil Xiao Wei untuk ke kemarnya. Xiao Wei tetap diam selama menuju kamarnya, bahkan sampai Sera membaringkan tubuh mungilnya di kasur.

Sera membacakan dongeng agar Xiao Wei mau tertidur, tapi yang didapatinya gadis kecil itu justru asik memperhatikan wajah Sera sambil tersenyum entah karena senang mendengar ceritanya atau ada hal lain, hanya Xiao Wei yang tau. Akhirnya Xiao Wei berhenti menatap Sera, Sera fikir anak itu sudah mengantuk. Tapi justru Xiao Wei merogoh saku piyamanya mengambil sesuatu.

“eoh ? apa ini ?” Tanya Sera karena melihat Xiao Wei memberikan sesuatu untuknya. Sebuah gelang buatan tangan.

“ini untuk jiejie. Maukah jiejie menyimpannya ?” jawab anak itu.

“siapa yang membuat ini ? kau ? dan apa ini ? kenapa burung merpati ?” Tanya Sera heran, karena melihat di gelang itu terdapat bandul burung merpati.

“bukan, aku yang meminta mama membuatnya untukku, tapi mama membuatnya terlalu besar. Mama bilang, burung merpati lambang kedamaian dan kesetiaan. Aku berharap jiejie akan mengingatku jika menyimpan ini dan jiejie bisa menemukan kedamaian dan kesetiaan dalam hidup jiejie.” Jelas Xiao Wei.

“benarkah ? ini untukku ? apa kau tidak mau menyimpannya, untuk mengingat mamamu ?” Tanya Sera dengan nada lembut sambil mengelus puncak kepala Xiao Wei.

“sebentar lagi aku bertemu mama, tapi aku tidak bisa bertemu jiejie lagi. Dan aku ingin bukan aku saja yang mengingat hari ini, tapi jiejie juga mengingatku lewat gelang ini.” Jawaban yang sukses membuat Sera kembali menitikkan air matanya.

“jangan bicara seperti itu lagi, jiejie tidak suka mendengarnya. Jiejie akan menyimpan ini, dan selalu mengingatmu. Sekarang tersenyumlah, selalu tunjukan senyum itu pada jiejie” kata Sera sambil mengusap wajah Xiao Wei lembut

“xie xie jie, jiejie juga harus tersenyum dan berikan senyuman itu untuk orang banyak” katanya sambil mencoba menghapus air mata Sera sambil tersenyum.

Sera hanya tersenyum dan mencium punggung tangan gadis kecil itu, tak lupa Sera juga mencium kening Xiao Wei. Anak itu mulai memejamkan matanya, dan menampilkan wajah polosnya yang membuat Sera kembali tersenyum. Semua kegiatan yang terjadi sejak di halaman belakang, sampai Xiao Wei tertidur, tak lepas dari pandangan Kris dan Bibi Kepala.

“didunia ini aku hanya menemukan dua wanita yang sangat sempurna selain ibuku. Dua wanita itu adalah nyonya Hanni dan nona Sera. Aku selalu berharap dia selalu diberikan kebahagiaan dalam hidupnya.” Kata Bibi Kepala yang berdiri disamping Kris.

“mereka berdua memang wanita sempurna, Bi. Akupun juga berharap dan akan selalu memberikannya kebahagiaan sebagai seorang kakak.” ‘karena sudah cukup aku melihatnya selalu sedih karena perlakuan Lu Han’ sambung Kris dalam hati.

***

Seoul, South Korea.

Entah sudah berapa lama Sehun harus menghembuskan nafasnya dengan kasar, melihat tingkah temannya yang sejak tadi tidak hentinya meliuk-liukkan badannya. Sekitar 4 jam temannya itu –Kai- tidak berhenti menari, bahkan sampai sesekali terjatuh, dan Sehun berusaha membantunya berdiri tapi selalu ditepis Kai. Dan Sehun sudah mulai kesal, karena kali ini Kai terjatuh lagi dan memantapkan hatinya untuk membantu Kai, tidak peduli dengan penolakan yang akan diterimanya.

“sudahlah Kai, ini adalah kesekian kalinya kau terjatuh dan kau belum makan apapun sejak pagi. Aku tau kau ingin mati tapi tidak di rumahku” sungut Sehun sambil mencoba membantu Kai berdiri. Ya, mereka sedang berada di ruang dance yang ada dirumah Sehun.

“tenang saja, jika aku mati dirumahmu, bukankah kau juga akan mati didalam penjara karena tertuduh membunuhku.” Jawab Kai sekenanya membalas lelucon konyol Sehun dan sambil mencoba untuk berdiri ke pinggir ruangan tersebut.

“YA !! aku tidak mau, lagipula aku bukan laki-laki lemah sepertimu. Ingatlah Kai, Suho hyung tetaplah hyungmu. Sampai kapan kau mau menyalahkan appa dan hyungmu itu” ucap Sehun, dan langsung mendapat tatapan tajam dari Kai.

“aku kesini untuk menjernihkan pikiranku, dan kau justru menyebut dua pria tak bertanggung jawab itu.” Tidak bertanggung jawab ? apa maksud Kai sebenarnya ?

“adikmu –Yujin- meninggal memang sudah saatnya Kai. Jangan buat dirimu dikuasai kebencian terhadap keluargamu sendiri.”

“kau tidak mengerti hun !! aku yang melihat dengan mataku sendiri Yujin tertabrak, aku dan supir yang mengantarnya ke rumah sakit, dan aku sendiri yang melihatnya pergi meninggalkanku untuk selamanya !!!” jelas Kai panjang lebar bahkan ia sampai menitikkan air matanya saat kembali ingat kejadian itu.

Kejadian dimana Kai sendiri yang harus melihat adiknya –Yujin- tertabrak saat Kai sedang membelikan es krim untuk Yujin. Yujin kehilangan banyak darah saat itu, dan naasnya rumah sakit sedang kehabisan stok untuk golongan darah Yujin yang termasuk jarang. Kai tau ada yang bisa menolong adik kesayangannya tersebut, Appa dan hyungnya. Tapi sayangnya saat itu hanya ada Kai dan Yujin yang di Korea. Appa, eomma, dan hyungnya sedang melakukan perjalanan bisnis di Swiss. Kai sudah mencoba menghubungi mereka tapi tak ada jawaban yang ia terima. Kai hanya bisa berdoa agar ada keajaiban untuk Yujin. Tapi, bagai tersambar petir dan kehilangan separuh jiwanya, Kai harus melihat sendiri adiknya pergi meninggalkannya untuk selamanya dalam rengkuhannya. Namun, sebelum Yujin pergi, gadis itu mengatakan sesuatu yang sampai sekarang tidak bisa bahkan mungkin tidak mau ia lakukan. ‘oppa tidak boleh menangis jika kehilangan atau kesepian.Jangan pernah membenci appa dan Suho oppa yang selalu pergi bekerja. Oppa harus bahagia dan oppa harus bertemu dengan gadis sempurna yang pernah aku ceritakan. Yujin sayang Kai Oppa.’ Setiap Kai mengingat kata-kata terakhir Yujin, ia berkali-kali meminta maaf pada Yujin, karena tidak bisa menjadi yang Yujin inginkan.

“aku memang tidak mengerti Kai. Tapi, setidaknya kau harus tau mereka tidak bermaksud untuk mengacuhkanmu dan Yujin. Mereka menyayangimu dan Yujin.” Sehun kembali berusaha untuk membuat Kai mengerti kesekian kalinya.

“tidak Hun, mereka tidak pernah peduli padaku dan Yujin. Jika kau memang menginginkan aku pergi dari sini, tidak perlu mengatakan hal-hal yang membuatku muak. Aku akan pergi jika kau memintanya, tapi ijinkan aku istirahat sebentar. Oh ya, kau bisa pergi dengan Hayoung, tidak usah mengkhawatirkanku” Kata Kai kesal, dan langsung berbaring dengan menutup matanya dengan lengannya.

Sehun yang sudah tau sifat Kai lebih memilih membuang nafas kasar untuk kesekian kalinya. ‘Tuhan, kirimkan malaikat yang bisa mengubah sahabatku ini.’ Gumam Sehun dalam hati. Dan selanjutnya Sehun mulai beranjak pergi bertemu kekasihnya –Hayoung.

***

Lu’s Apartment, Beijing.

Setelah diantarkan Kris walaupun hanya sampai lobby, Sera langsung memasuki lift dan menuju lantai dimana ia tinggal. Kenapa hanya sampai lobby ? bukankah Kris juga keluarganya ? Sera tau pasti apa alasan Kris tidak mau mampir. Kris tidak ingin bertemu dengan gegenya –Lu Han. Awalnya Kris berniat untuk menunggu Sera sampai tertidur, baru ia akan pulang. Tapi, mendengar kakak iparnya menelepon bahwa ada di apartemen, Kris mengurungkan niatnya karena sudah dipastikan ia akan bertemu dengan Lu Han. Dan memang ada apa antara Kris dan Lu Han ? oh, jangan lupakan bagaimana sikap Sehun terhadap Lu Han, karena begitu pula sikap yang Kris tujukan pada Lu Han.

Sesampainya didalam apartemennya, Sera langsung menagkap sosok pria yang begitu ia sayangi dan ia banggakan sedang membaca buku di ruang santai. Tanpa ba-bi-bu, Sera langsung menghampiri pria itu dan memeluknya dari samping, untuk melepaskan rindu pada gegenya –Lu Han.

“kenapa Lu-ge belum tidur ? gege tidak perlu menungguku pulang” ucap Sera dengan nada manja dan meletakkan kepalanya di bahu sang kakak.

“tidak, gege sedang menunggu telepon dari rekan bisnis di Jerman.” Jawab Lu Han datar tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku yang sedang ia baca

“apa begitu pentingnya sampai Lu-ge mau menunggunya sampai jam segini ?Biasanya kalau sudah malam Lu-ge sudah tidak mau menerima telepon lagi.” Sera tak peduli dengan nada datar Lu Han, Sera sudah terbiasa akan hal itu.

Dari arah dapur datanglah seorang wanita cantik sambil membawa secangkir kopi. Wanita itu berhenti sejenak dan langsung memasang wajah sedih, saat melihat Sera sedang mengajak suaminya berbicara tapi hanya di tanggapi dengan nada datar. Dan wanita itu –Oh Cheonsa atau yang sekarang Lu Cheonsa- semakin sedih saat tau apa rencana suaminya terhadap adik iparnya itu. Cheonsa kembali melanjutkan langkahnya, tak lupa kembali dengan senyumnya. Sera yang melihat langsung keposisi normal dan membalas senyum. Cheonsa mengambil tempat disamping kiri Sera, yang sekarang posisinya diapit oleh Cheonsa dan Lu Han.

“aaaa adikku sudah pulang ? bagaimana hari ini ? apa kau bahagia ? bagaimana kabar anak-anak disana ?” sambut Cheonsa langsung dengan rentetan pertanyaannya pada Sera.

“ne, eonni. Aku sangat senang hari ini. Anak-anak sangat baik dan banyak tersenyum, semakin hari mereka semakin pintar.” jawab Sera dengan senyum yang berkembang

“syukurlah, eonni juga bahagia kalau kau bahagia Sera. Ra-ya sebaiknya kau-” ucapan Cheonsa terpotong saat Lu Han mengeluarkan suaranya.

“Sera, persiapkan dirimu. Tiga hari lagi kita meninggalkan Beijing.” Masih dengan nada datar dan mata menatap bukunya.

“maksud Lu-ge? Kita akan pindah ? kemana ?” Tanya Sera antusias

“mm..ke Korea.”

“waaah berarti kita bisa setiap hari ke mengunjungi eomma” Sera tengah menerawang betapa menyenangkannya jika ia tinggal di Korea.

“hanya kau yang ke Korea, gege dan Cheonsa eonni akan ke Jerman. Dan selama kau di Korea kau akan tinggal dengan Sehun. Kau senang, kan ?” jelas Lu Han tanpa memandang adiknya yang kini tengah memandangnya dengan cairan bening yang mulai menumpuk di matanya.

“mwo? Shirreo ! aku tidak mau ke Korea tanpa Lu-ge, aku mau ikut denganmu, ge” akhirnya cairan itu jatuh juga dengan sendirinya saat Sera mengatakan ketidak setujuannya atas rencana gegenya.

“tidak bisa, Sera. Gege akan bertambah sibuk di Jerman, lagipula bukannya kau memang sudah lama ingin ke Korea?” Cheonsa yang mendengar penuturan suaminya yang seolah tak masalah jika harus jauh dari adiknya, ikut menitikkan air mata melihat Sera diperlakukan seperti itu.

“tidak apa kau sesibuk apapun, aku sudah biasa merasakannya. Tapi biarkan aku untuk melihat wajahmu setiap hari, ge. Tidak apa kau mengacuhkanku, sibuk bekerja pergi pagi-pulang malam, sungguh aku tidak apa, ge. Tapi ijinkan aku ikut denganmu.” Minta Sera dengan wajah yang sudah berurai air mata. Bahkan ia sampai bersimpuh dikaki Lu Han, berharap Lu Han membatalkan rencananya.

“mianhae, Sera. Keputusan gege sudah bulat, tolong terima keputusan gege” ucap Lu Han yang akhirnya menutup bukunya, tapi tidak melihat ke arah Sera. Ia justru berdiri dan melangkah ke kamarnya, mengacuhkan adiknya yang masih terisak.

Cheonsa yang melihat Sera, langsung memeluk erat Sera. Berharap dapat memberi kekuatan pada gadis yang ia tau sudah terlalu sering dibuat menangis oleh suaminya yang tak lain kakak gadis itu sendiri.

“uljima, Ra-ya jangan menangis. Kau harus kuat, Sera. Mian, eonni sudah berusaha membujuk gegemu tapi ia tetap bersikeras dengan keputusannya” ucap Cheonsa yang juga sedang terisak melihat kepedihan yang dilihat dari air mata Sera.

“sebenarnya apa salahku selama ini eonni, kenapa baba dan Lu-ge lebih bahagia tanpa ada aku disamping mereka. Aku…aku…aku..hiks” isakan itu terdengar lebih menyedihkan dari biasanya. Cheonsa semakin memeluk Sera dengan erat.

“kau tak pernah bersalah Sera, baba dan gege menyayangimu.” Cheonsa merenggangkan pelukannya dan menatap wajah sendu Sera sambil mencoba menghapus air mata yang tak hentinya keluar dari mata indah Sera. “eonni berjanji, akan membuatmu bahagia Sera. Jadi, jangan bersedih, ne?” lanjut Cheonsa dan mencoba memapah sera memasuki kamarnya.

Tanpa mereka sadari. Disamping kamar Sera, Lu Han menangis frustasi dibalik pintu kamarnya. Ia tidak menyangka keputusannya benar-benar membuat Sera sedih seperti tadi. Lu Han tidak pernah melihat Sera terisak begitu memilukan seperti yang baru ia lihat. Tapi keputusannya sudah bulat, ia harus melakukan ini.

“maafkan gege, Ra-ya. Kau adalah kelemahanku. Aku tidak bisa melihat kau menangis karena sikapku yang seperti iblis. Kau malaikat pembawa kebahagiaan Sera, kau harus bahagia tanpa harus bertemu dengan iblis sepertiku.” Jujur Lu Han sambil berurai air mata sambil menjambak rambutnya frustasi.

“kau harus bahagia, Ra-ya.”

TBC

Author’s Note :

Annyeong Readers…

Gimana FF ini ? harus diakui, ini adalah FF debutku a.k.a baru pertama kali bikin FF dan di publish, karena biasanya cuma ngirim ke temen-temen aja. Terlebih FF debut yang di publish langsung yang Chapter, jadi bikin lumayan gugup.

Jadi minta commentnya yaa, kalo emang ada yang kurang/lebih dari FF ini. But, don’t bashing, please.

Segitu aja cuap-cuapnya, See yaaa…

JONGSESA

Filed under: Angst, family, romance Tagged: kai

Show more