2014-06-13



Bermula dari pernyataan Anies Baswedan, tokoh muda bersih di Indonesia yang menilai Prabowo sudah terlalu banyak bicara visi dan misi selama lima tahun terakhir. Kata Anis, apa yang dilakukan Prabowo membuat dia makin yakin untuk tidak memilih orang yang sudah lima tahun menghabiskan uang entah berapa jumlahnya hanya untuk beriklan, dan untuk sebuah posisi.

“Seakan-akan hidup itu hanya untuk jadi presiden,” kata pelopor gerakan Indonesia Mengajar ini.

Pernyataan Anies menarik. Lalu kemudian muncul pertanyaan, mengapa seorang Prabowo begitu berambisi menjadi presiden? Berapa banyak dana yang sudah dihabiskan? Benarkah niatnya tulus untuk mensejahterakan bangsa?

Kalau memang ingin mensejahterakan bangsa, banyak cara yang bisa dilakukan. Pertanyaan saya bertambah ketika dengan mudahnya Gerindra terlihat membagi-bagi kursi di pemerintahan. Bukankah ini suatu hal yang sangat mendasar bahwa sistem bagi-bagi kursi merupakan salah satu akar masalam korupsi? Kalau itu terjadi, bangsa mana yang mau ia sejahterakan?

Berdasarkan pertanyaan tersebut saya menemui artikel yang menarik di bawah ini:

ROTSCHILD DAN KEKUASAAN DI INDONESIA

Tahukan apa itu ambisi? Sesuatu yang sangat diharapkan dan untuk itu akan diperjuangkan dengan all at cost. Tapi apa motivasinya? Apakah benar karena ingin berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara? Bila ditelusuri terungkap fakta-fakta sejarah dibalik ambisi Prabowo yang ingin menjadi presiden;

1. DENDAM MASA LALU. Yang harus diketahui bahwa Prabowo lahir dari keluarga elite dan intelek. Ayahnya Soemitro Djojohadikusumo dikenal sebagai begawan ekonomi dan kakeknya Raden Margono Djojohadikusumo, anggota BPUPKI, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) dan Ketua DPA pertama. Jadi baik kakeknya maupun ayahnya adalah bangsawan dan cendekiawan. Walau masa remajanya banyak diluar negeri karena harus mengikuti ayahnya yang buronan politik Orla rezim Soekarno namun ketika berangkat dewasa Prabowo berada diring satu kekuasaan Soeharto. Karena Ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo sebagai arsitek pembangunan Ekonomi Orde Baru, tentu sangat dipercaya oleh Soeharto. Alasan rasa hormat Soeharto kepada Soemitro lah yang meminta agar Putranya, Prabowo menjadi menantunya. Sejak itu Prabowo menjadi menantu dari orang nomor 1 di negeri ini dan berkuasa dengan sangat otoriter. Karier Prabowo di militer sudah dapat ditebak. Ia menjadi raising star. Pangkatnya naik cepat dan mendapat kedudukan terhormat di Militer.

Sebagai anak bangsawan dan cendekiawan, dan tumbuh berkembang sebagai menantu Presiden, secara psikologis telah membuat Prabowo menjadi orang yang sangat tinggi pride nya. Rasa bangga dirinya sangat tinggi. Dia tidak pernah siap untuk dilecehkan atau dikecilkan oleh orang lain. Kerusuhan Mei 1998 yang membuat Soeharto harus lengser dan sampai kini masih menjadi awan gelap siapa dibalik chaos itu. Siapa yang paling bertanggung jawab atas kerusuhan Mei 1998? Yang pasti setelah itu Prabowo diberhentikan oleh Panglima ABRI. Mungkin seumur negeri ini hanya Prabowo satu satunya Perwira Tinggi TNI yang diberhentikan oleh TNI. Namun kebijakan TNI tetap berlaku umum bahwa masalah internal TNI hanya TNI yang tahu. TNI tidak pernah membocorkan alasan pemberhentian Prabowo. Ini sudah menjadi tradisi militer, tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara lain. Namun yang pasti pemberhentian itu berkaitan dengan doktrin TNI patuh kepada pemimpin Nasional yang juga menjadi kehormatan bagi seluruh prajurit TNI. Justru karena pemberhentian sebagai Pati TNI itu membuat Prabowo sakit hati dengan atasannya. Namun dia tidak berdaya untuk melawan karena memang tidak punya nyali seperti Khadafi sang kolonel yang mengkudeta Raja Idris di Libia. Prabowo memilih untuk menerima dan menjauh dari hiruk pikuk politik. Dia pergi ke Yordan membantu usaha adiknya (Hashim djojohadikusumo). Kebetulan Raja Yordania, Abdullah II adalah sahabat Prabowo dulu waktu ikut training di Fort Banning yang dikenal sebagai lembaga pendidikan militer paling bergengsi di Amerika Serikat yang khusus mencetak pasukan para komando.

Hashim lah yang memotivasi Prabowo untuk mendirikan partai dan mencalonkan diri sebagai Presiden. Ini diajukan oleh Hashim setelah dia dijebak Sandiaga Uno dan Edwin Suryajaya (Adik dari Edward Suryajaya, Bendahara Golkar) lewat skema Hostile Takeover dan akhirnya kalah dengan terpaksa melepas bisnis Tambang Batu Baranya di PT.Adaro. Kasus ini sempat digelar di Pengadilan Singapore dan akhirnya Hashim kalah. Hashim dendam dengan kekalahan ini. Prabowo juga dendam dengan dia tersingkir sebagai Pati TNI, dan karenanya setuju dengan ide Hashim.

2. KEPENTINGAN ASING. Sejak partai Garindra didirikan, Hashim bertindak sebagai financial resource bagi Prabowo. Tahun 2009 pasangan Mega-Prabowo tidak berdaya menghadapi SBY yang didukung oleh ARB. Hashim tahu bahwa kekalahan Mega-Prabowo sama dengan kekalahannya atas Adaro. Semua karena ada harimau besar dibalik ARB yaituNathaniel Philip Rothschild ( Nat). Nat adalah anggota dari keluarga terkaya Yahudi. Buyutnya bernama Mayer Amschel Bauer Rothschild merupakan penggerak utama Zeonist dan pendana terjadinya migrasi besar besaran bangsa Yahudi dari seluruh dunia kembali ke Tanah Palestina, dan akhirnya terbentuklah negara Israel.Nat sendiri dikenal sebagai konglomerat Tambang terbesar di dunia. Buyutnya juga adalah pendiri Bursa emas di london dan pendiri the Fed ( Bank central Amerika). Nat didukung oleh sumber pendanaan Yahudi dari hasil menguras SDA di seluruh dunia, seperti AbuDhabi Investment Council, Schroders Investment Management Limited, Standard Life Investments, Taube Hodson Stonex LLP, Artemis Investment Management LLP, dan Robert Friedland. Menurut cerita kalangan fund manager dunia, sumber pendanaan Nat itu assetnya lebih besar dari GNP Amerika. Jadi benar-benar real power.

Pada September 2012 Hashim kali pertama bertemu dengan Nat di restoran Belvedere yang berada di Holland Park, London. Pertemuan keduanya ‘dicomblangi’ dari teman Hashim yaitu Robert Friedland seorang konglomerat tambang AS dan pemegang saham terbesar di beberapa lembaga keuangan di Eropa dan Amerika. Setela itu Hashim bergabung dengan Nat. Penyebabnya karena Nat bertikai dengan sohibnya ARB di Bumi Resource PLC yang listed di Bursa London. Nat menguasai saham Bumi Resouce PLC melalui anak perusahaannya bernama Vallar. Awalnya ARB dimanfaatkan oleh Nat untuk menguasai tambang batu bara di Indonesia dan karenanya Nat mendukung SBY sebagai Capres tahun 2004, di mana ARB dibelakang SBY. Keliatannya awal pertikaian antara ARB dan Nat terjadi ketika ARB telah menjadi Ketua Umum Golkar dan bermitra dengan China Investment Corporation ( CIC). ARB tidak lagi sebagai loyalis Nat karena sudah di back up oleh CIC. Dia ingin bersama CIC menguasai Tambang Batu bara di Indonesia dan mendepak Nat di Bumi Resouce PLC, dan tentu ingin menguasai Freeport karena PT. Bumi Resource juga adalah pemegang saham Freeport. Itu sebabnya ARB menggunakan Golkar sebagai kendaraan untuk menjadi Presiden RI. Nat tidak bisa menerima sikap ARB tersebut. Maka perang tidak bisa dielakkan. Awalnya ARB tersingkir dari Bumi Plc namun ARB melawan. Setelah 13 bulan peperangan berlangsung, berakhir dengan ARB berhak menguasai kembali PT.Bumi Resource namun harus membayar sebesar 501 juta dollar AS. Mungkin karena inilah ARB harus rela mendukung Prabowo sebagai Capres. Actual winner is Rothschild Family.

3. UANG DAN UANG. Ya bagi ARB dan Hashim, kekuasaan formal tidaklah penting, yang penting adalah UANG. Dengan uang maka kekuasaan bisa diperalat. Ingat apa kata Mayer Amschel Bauer Rothschild “Give me control of a nation’s money and I care not who makes it’s laws”. Kini Hashim dan ARB akan menjadi settlor dari Rothschild untuk mendukung Prabowo jadi RI-1. Bersamanya juga ada barisan Partai berbendera Islam yang ikut bergabung untuk menjadi icon melawan kekuatan ideologi kaum Marhaen (sosialis nasionalis). Rothschild membeli jiwa mereka semua dengan uang dan mereka loyal karena itu…tentu untuk kepentingan Rothschild, bukan kepentingan nasional apalagi kepentingan agama. Teman saya dengan sinis berkata kepada saya ” Yea I do know about the Rothschild’s. So what. What the hell is your point? You don’t think that having control of the money is more power than making laws? If you control all the money do you not have the maker of laws at your disposal? The only thing you would fear is a socialist in power. Makanya PDIP harus tidak boleh berkuasa, kemenangan Jokowi adalah nightmare bagi capitalism…

Show more