Kamu seorang fans dari kartun Frozen dan Let It Go adalah lagu favoritmu? Bersiaplah kecewa!
Frozen, bisa dikatakan merupakan film anak-anak dari Disney yang paling banyak dibicarakan setelah Toy Story. Film ini saat pemutarannya masuk ke dalam deretan film box office, dan berbondong-bondong orang dari seluruh dunia menonton film ini. Lalu beberapa bulan kemudian, DVD nya keluar dan meledak di pasaran. Soundtrack dari film ini pun, Let It Go, menjadi sangat booming dan terus menerus merajai posisi sepuluh besar di berbagai tangga lagu dunia. Semua orang membicarakan film ini, dan berbagai media mengulas film ini dan membuat review-nya, menjadikannya recommended film. Sepertinya hampir semua orang di seluruh dunia sudah menonton Frozen.
Namun di balik kesuksesan film Frozen ini dan kisahnya yang menarik serta animasinya yang keren sehingga memenangkan penghargaan Oscar dalam kategori animasi terbaik, pernahkan terlintas di pikiran kita, apa sebenarnya pesan yang terkandung dalam film dari Disney ini?
Alur Cerita
Beberapa saat yang lalu, saya menemukan beberapa artikel di internet (yang kemudian membuat saya terdorong untuk menulis artikel ini) dan yang paling menarik saya adalah sebuah artikel yang ditulis oleh Kathrynn Skaggs. Tulisan ini terinspirasi dari tulisannya yang pernah diupload di;
http://wellbehavedmormonwoman.blogspot.com/
. Di sana dituliskan, sebenarnya Frozen adalah film yang mempromosikan kesetaraan derajat antara kaum heteroseksual (yang tertarik dengan lawan jenis) dan kaum homoseksual.
Seluruh film ini secara tersirat menyuarakan sebuah pesan bahwa perilaku homoseksual adalah perilaku yang normal, tidak pantas dibenci, tidak boleh dijauhi, dan sepatutnya diterima di masyarakat, meskipun tidak secara langsung.
Lho kok bisa? Padahal kan di film itu tidak disebut-sebut tentang gay ataupun lesbian?
Makanya itu, daripada penasaran, yuk kita bedah cerita dari film ini. Buat yang belum nonton, ada baiknya nonton dulu agar bisa lebih mengerti maksud dari film ini.
Banyak orang yang beranggapan bahwa film ini mengadopsi kenyataan kehidupan para gay/lesbian saat mereka tumbuh besar bersama keluarga mereka. Frozen bercerita tentang kehidupan dua orang putri raja dan ratu di Kerajaan Arendelle, yakni Putri Elsa dan Putri Anna. Putri Elsa memiliki kekuatan ajaib yakni bisa membekukan benda-benda yang ada di sekitarnya dan membuatnya bersalju. Orangtua Elsa mengajarinya bahwa kekuatan ajaib itu tidak boleh diketahui siapapun, karena kekuatan itu memalukan, berbahaya, dan bisa mematikan. Inilah kemudian yang dihubungkan (teori alegori) dengan ketertarikan sesama jenis. Ketertarikan sesama jenis adalah kekuatan ajaib yang tidak pantas diperlihatkan.
Ingat saat Anna dibawa ke tetua para troll untuk disembuhkan setelah tanpa sengaja terserang oleh kekuatan Elsa? Tetua troll itu bertanya, apakah kekuatan Elsa itu kutukan atau memang terlahir seperti itu. Raja pun menjelaskan bahwa Elsa terlahir seperti itu. Born with the power : born that way. Sebuah pesan tersirat bahwa homoseksual adalah bawaan dari lahir, dan bukan sebuah kutukan.
Kekuatan Elsa menjadi lebih kuat. Orangtuanya pun memutuskan untuk menguncinya di kamar, mengajarinya cara untuk mengendalikan kekuatannya. Orangtuanya memberitahunya untuk: conceal, don’t feel, sembunyikan, jangan rasakan. Kerajaan pun ditutup dari publik. Frozen menyampaikan bagaimana selama ini kaum gay diasingkan dari masyarakat, yang tanpa kalian sadari akan membuat kalian merasa iba dan simpati kepada Elsa, yang disini menjadi perumpamaan kaum gay. Ingat, ini hanya teori.
Elsa menjalani kehidupan isolasi yang suram, penuh tekanan, dan merasa depresi. Hal ini juga berdampak kepada Anna. Dia kehilangan teman bermain dan membuat masa kecilnya kurang bahagia. Pesannya adalah, jika seorang gay/lesbian tidak membuka dirinya pada masyarakat, maka yang akan terjadi adalah perasaan yang tidak nyaman dan membuat depresi dan juga berpengaruh buruk pada keluarga atau masyarakat.
Lalu orangtua Elsa dan Anna meninggal karena sebuah kecelakaan, Elsa pun harus menggantikan posisi orangtuanya dan dia menjadi orang yang harus maju menjadi ratu. Namun Elsa memiliki ketakutan yang besar, bagaimana nanti kalau dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya?
Sementara Anna malah sangat gembira karena gerbangnya sebentar lagi akan dibuka untuk umum, dan dia merasa senang karena sebentar lagi dia akan mendapatkan pengalaman baru, teman-teman baru, atau bahkan mungkin bisa menemukan pasangan hatinya dan kemudian menjalani hidup bahagia selamanya. Di sini lah Frozen berusaha menyampaikan bagaimana seorang heteroseksual bisa bebas menjalani hidupnya, tidak perlu menyembunyikan diri, dan bisa menikahi siapapun yang dia mau, tanpa takut masyarakat atau keluarganya akan menghakiminya atau bahkan mengucilkannya. Tidak seperti kaum homoseksual yang selalu mendapatkan diskriminasi.
Pintu gerbang pun dibuka, rakyat berdatangan. Anna menemukan orang yang dicintainya, dan dalam satu malam saja memutuskan untuk menikahinya. Elsa marah atas perilaku adiknya itu, dia melarang adiknya untuk menikahi orang yang baru saja dia kenal. Elsa pun memerintahkan untuk menutup lagi gerbang, dan menyuruh semua rakyat untuk pergi, tak terkecuali calon suami Anna. Anna pun mulai menentang Elsa, yang kemudian membuat Elsa kehilangan kendali dan kekuatannya akhirnya terlihat dan diketahui oleh semua orang. Takut dan malu, Elsa pun melarikan diri.
Di sini lah pesan dari judul Frozen itu sendiri disampaikan, yakni para homoseksual merasa hidup mereka beku (Frozen) karena tidak dapat menjalani hidup mereka secara bebas dan menjadi diri sendiri, harus terus ditekan oleh penghakiman masyarakat, stigma agama dan budaya yang menganggap bahwa homoseksual adalah salah. Kaum homoseksual menganggap mereka adalah korban.
Seperti yang sudah diduga, orang-orang membenci kekuatannya (masyarakat yang membenci orang yang tidak sengaja diketahui adalah seorang homoseksual) dan mulai memanggilnya jahat, berbahaya, dan ungkapan kebencian lainnya.
Di pegunungan tempat Elsa melarikan diri, akhirnya Elsa merasa bebas dari semua beban yang selama ini menekan punggungnya. Dia bebas menggunakan kekuatannya di kehidupannya yang baru, jauh dari semua orang yang akan menghakiminya, dan tidak akan menyakiti siapapun. Elsa terbebas secara emosional dan membuatnya menjadi kreatif, seperti membangun kerajaan yang sangat indah. Ini berarti jika seorang gay melepaskan (Let It Go) semua hal yang membuatnya harus bersembunyi dari kenyataan bahwa dia adalah seorang homoseksual, dia akan menjadi terbebas secara fisik dan emosional dan dapat menjadi pribadi yang lebih baik.
Sampai sini, kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa Frozen bisa jadi memiliki pesan untuk menunjukkan bahwa ketertarikan sesama jenis atau orientasi seksual yang berbeda itu tidak dapat diubah, barusaha mengubahnya atau menyembunyikannya hanya akan menimbulkan perasaan sakit. Meski akan banyak teori lain yang muncul juga. Sekali lagi, ini sekedar opini penulis yang memiliki dugaan kuat tentang alegori dari film Frozen ini, jadi tidak ada maksud untuk menjelekkan pihak mana pun.
Pesan yang paling besar pun muncul di akhir cerita. Elsa kembali ke Arendelle demi adiknya yang hatinya mulai membeku, dan secara ajaib mampu mencairkannya dan membuat es di seluruh negeri meleleh. Masyarakat mulai menerima Elsa dengan kekuatannya, dan Elsa mampu mengendalikan kekuatannya untuk kebahagiaan banyak orang. Di sinilah kita diajak untuk mengikuti jalan pikir bahwa homoseksual itu tidak berbahaya bagi masyarakat, dan jika seorang homoseksual itu diterima secara baik, maka ia dapat menjadi bagian dari masyarakat secara normal dan bisa menimbulkan kebahagiaan kecil, seperti Elsa yang membuat halaman kerajaan sebagai lapangan skating untuk orang-orang bermain di atasnya.
Tapi, tidak ada satu pun adegan di film ini yang secara gamblang menyimbolkan homoseksualitas! Memang benar, namun garis besar dari cerita ini adalah cerita-cerita yang sehari-hari dilihat atau bahkan dialami oleh masyarakat Amerika, atau mungkin dunia, tentang kenyataan-kenyataan mengenai kehidupan para gay yang dijauhi oleh masyarakat, disembunyikan oleh orangtua, dan lain sebagainya. Sehingga muncul dugaan kuat mengenai pesan dari film ini.
Lagu ‘Let It Go’, Lagu Come Out
Apa itu come out? Kalau kamu search di Wikipedia, come out of the closet atau lebih sering disingkat come out adalah kiasan untuk keterbukaan diri seorang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) tentang orientasi seksual mereka dan atau identitas gender mereka.
Sama seperti Frozen, saat pertama kali mendengar lagu Let It Go yang dibawakan oleh Idina Menzel dan Demi Lovato ini, saya juga sudah curiga bahwa lagu ini kemungkinan adalah lagu come out. Setelah searching-searching di Google, saya juga mendapati banyak orang yang memiliki kecurigaan yang sama.
Lagu Let It Go ditulis oleh Kristen Anderson-Lopez dan Robert Lopez. Lagu ini memiliki dua versi, yakni versi yang utama yang juga digunakan dalam salah satu adegan di film ketika Elsa terbebas dari isolasi dan dia menyanyi di pegunungan dengan senang, merasa lega terbebas dari semua tekanan. Versi yang ini dinyanyikan oleh seorang artis, musisi, dan bintang broadway, Idina Menzel. Versi yang satu lagi yakni single version, dibawakan oleh seorang aktris dan musisi yang dibesarkan oleh Disney, Demi Lovato. Kedua versi ini memiliki sedikit perbedan dari segi komposisi musik dan lirik lagu.
Apa yang membuat lagu ini adalah lagu come out? Tentu saja liriknya. Untuk itu, mari kita coba menerjemahkan lagu itu baris per baris.
target="_blank">object
The snow glows white on the mountain tonight
(Salju putih bersinar di gunung malam ini)
Not a footprint to be seen
(Bukan jejak untuk dilihat)
A kingdom of isolation
(Sebuah kerajaan isolasi)
And it looks like I’m the queen
(dan sepertinya aku Ratu nya)
[Dalam bahasa gay-slang Inggris, Queen berarti sosok lelaki gay yang memiliki sifat flamboyan. Coba gabungkan dengan lirik atasnya, jadi sangat coming out kan? Kehidupan yang terasing, dan akulah gay-nya.]
The wind is howling like this swirling storm inside
(Angin menderu seperti badai berputar-putar ini dalam –hati-)
Couldn’t keep it in, Heaven knows I tried
(Tidak bisa menyimpannya di, Surga tahu saya sudah mencoba)
Don’t let them in, don’t let them see
(Jangan biarkan mereka, jangan biarkan mereka melihat)
Be the good girl you always have to be
(Jadilah gadis yang baik seperti seharusnya)
Conceal, don’t feel, don’t let them know
(Sembunyikan, jangan rasakan, jangan biarkan mereka tahu)
Well now they know
(Nah sekarang mereka tahu)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
Can’t hold it back anymore
(Tak dapat dipendam lagi)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
Turn away and slam the door
(Berbalik dan banting pintunya)
I don’t care what they’re going to say
(Aku tidak peduli apa yang nanti akan mereka katakan)
Let the storm rage on
(Biarkan badai berkecamuk)
The cold never bothered me anyway
(Kedinginan tak pernah menggangguku)
It’s funny how some distance makes everything seem small
(Ini lucu bagaimana beberapa jarak membuat segalanya tampak kecil)
And the fears that once controlled me can’t get to me at all
(Dan ketakutan yang pernah mengendalikanku tak bisa menggapaiku sama sekali)
It’s time to see what I can do
(Ini saatnya untuk melihat apa yang bisa kulakukan)
To test the limits and break through
(Untuk menguji batas-batas dan menerobosnya)
No right, no wrong, no rules for me
(Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah, tak ada aturan untukku)
I’m free
(Aku bebas)
[Semakin jelas bahwa lagu ini mengajak para gay untuk terbebas dari kehidupan isolasinya, dan setelah bebas, takkan ada yang benar dan yang salah, semuanya bebas. Aku bebas.]
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
I’m one with the wind and sky
(Aku menyatu dengan angin dan langit)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
You’ll never see me cry
(Kau takkan pernah melihatku menangis)
Here I stand and here I’ll stay
(Disini aku berdiri, dan disini aku akan tinggal)
Let the storm rage on
(Biarkan badai berkecamuk)
My power flurries through the air into the ground
(Kekuatanku membanjir melewati udara menuju tanah)
My soul is spiraling in Frozen fractals all around
(Jiwaku berspiral dalam fraktal kebekuan di semua tempat)
And one thought crystallizes like an icy blast
(Dan satu pikiran mengkristal seperti ledakan es)
I’m never going back, the past is in the past
(Aku takkan kembali, masa lalu ya di masa lalu)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
And I’ll rise like the break of dawn
(Dan aku akan bangkit seperti fajar)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
That perfect girl is gone
(Gadis sempurna –yang penurut- itu sudah tiada)
Here I stand in the light of day
(Di sini aku berdiri di cahaya hari)
Let the storm rage on
(Biarkan badai berkecamuk)
The cold never bothered me anyway
(Kedinginan tak pernah menggangguku)
Dan saya menambahkan sedikit dari versi Demi:
Standing Frozen in the life I’ve chosen
(Berdiri membeku dalam kehidupan yang aku pilih)
You won’t find me, the past is all behind me
(Kau takkan menemukanku, masa lalu kutinggal di belakang)
Buried in the snow
(Terkubur dalam salju)
[Lirik di lagu Demi itu menggambarkan bahwa memilih menjadi seorang gay bukanlah suatu hal yang mudah, sehingga dia harus Berdiri membeku dalam kehidupan yang dia pilih, namun bagaimanapun, itu adalah ‘pilihan hidup’nya.]
Bagaimana? Cukup gay bukan? Dan lagu ini sangat booming, sampai ia menduduki berbagai peringkat yang tinggi di banyak tangga lagu dunia seperti Billboard Hot 100 di AS, Gaon International Chart di Korea Selatan, Japan Hot 100 di Jepang, ARIA Chart di Australia, dan masih banyak lagi. Lagu ini juga memenangkan banyak penghargaan, seperti Best Original Song di Academy Awards dan Critic’s Choice Awards, dan masih banyak lagi. Orang-orang pun mulai banyak yang meng-cover lagu ini dang meng-uploadnya ke situs berbagi video YouTube atau situs berbagi audio SoundCloud.
Sementara filmnya sendiri, yakni Frozen, telah menghasilkan $ 399.445.248 (sekitar Rp. 5,5 Milyar) di Amerika Utara pada April 13, 2014 , dan $ 713.100.000 (Rp. 8,1 Milyar) di negara-negara lain pada 13 April , untuk total seluruh dunia $ 1112545248 (Rp. 12,7 Milyar).
Melihat betapa boomingnya Frozen dan soundtrack-nya Let It Go, kita bisa membayangkan betapa suksesnya pesan yang akan disampaikan oleh siapapun yang ingin mempromosikan kesetaraan homoseksual pada dunia. Semua orang tanpa sadar sudah menyerap pesan itu, mungkin salah satunya adalah kamu yang sudah menontonnya. Meskipun pesan dari film dan lagu ini tidak eksplisit namun tersirat, tetap saja saat otak menerima informasi berlapis yang belum terpecahkan, maka alam bawah sadar akan secara sendiri memproses informasi itu dan menanamkannya disana. Gimana? Serem juga ya?
Lalu bagaimana perasaan kalian saat melihat gadis kecil ini menyanyikan lagu Let It Go?
target="_blank">object
Kartun ‘Frozen’, Soundtrack ‘Let It Go’, dan Kampanye Homoseksual
April 16, 2014 - Karya Santri, Resensi - Tagged: demi lovato, disney, frozen, gay, homoseksual, kartun, lesbian, let it go- 25 comments
Share
Kamu seorang fans dari kartun Frozen dan Let It Go adalah lagu favoritmu? Bersiaplah kecewa!
Frozen, bisa dikatakan merupakan film anak-anak dari Disney yang paling banyak dibicarakan setelah Toy Story. Film ini saat pemutarannya masuk ke dalam deretan film box office, dan berbondong-bondong orang dari seluruh dunia menonton film ini. Lalu beberapa bulan kemudian, DVD nya keluar dan meledak di pasaran. Soundtrack dari film ini pun, Let It Go, menjadi sangat booming dan terus menerus merajai posisi sepuluh besar di berbagai tangga lagu dunia. Semua orang membicarakan film ini, dan berbagai media mengulas film ini dan membuat review-nya, menjadikannya recommended film. Sepertinya hampir semua orang di seluruh dunia sudah menonton Frozen.
zen fro
Namun di balik kesuksesan film Frozen ini dan kisahnya yang menarik serta animasinya yang keren sehingga memenangkan penghargaan Oscar dalam kategori animasi terbaik, pernahkan terlintas di pikiran kita, apa sebenarnya pesan yang terkandung dalam film dari Disney ini?
Alur Cerita
Beberapa saat yang lalu, saya menemukan beberapa artikel di internet (yang kemudian membuat saya terdorong untuk menulis artikel ini) dan yang paling menarik saya adalah sebuah artikel yang ditulis oleh Kathrynn Skaggs. Tulisan ini terinspirasi dari tulisannya yang pernah diupload di;
http://wellbehavedmormonwoman.blogspot.com/
. Di sana dituliskan, sebenarnya Frozen adalah film yang mempromosikan kesetaraan derajat antara kaum heteroseksual (yang tertarik dengan lawan jenis) dan kaum homoseksual.
Seluruh film ini secara tersirat menyuarakan sebuah pesan bahwa perilaku homoseksual adalah perilaku yang normal, tidak pantas dibenci, tidak boleh dijauhi, dan sepatutnya diterima di masyarakat, meskipun tidak secara langsung.
Lho kok bisa? Padahal kan di film itu tidak disebut-sebut tentang gay ataupun lesbian?
Makanya itu, daripada penasaran, yuk kita bedah cerita dari film ini. Buat yang belum nonton, ada baiknya nonton dulu agar bisa lebih mengerti maksud dari film ini.
Banyak orang yang beranggapan bahwa film ini mengadopsi kenyataan kehidupan para gay/lesbian saat mereka tumbuh besar bersama keluarga mereka. Frozen bercerita tentang kehidupan dua orang putri raja dan ratu di Kerajaan Arendelle, yakni Putri Elsa dan Putri Anna. Putri Elsa memiliki kekuatan ajaib yakni bisa membekukan benda-benda yang ada di sekitarnya dan membuatnya bersalju. Orangtua Elsa mengajarinya bahwa kekuatan ajaib itu tidak boleh diketahui siapapun, karena kekuatan itu memalukan, berbahaya, dan bisa mematikan. Inilah kemudian yang dihubungkan (teori alegori) dengan ketertarikan sesama jenis. Ketertarikan sesama jenis adalah kekuatan ajaib yang tidak pantas diperlihatkan.
forzz
Ingat saat Anna dibawa ke tetua para troll untuk disembuhkan setelah tanpa sengaja terserang oleh kekuatan Elsa? Tetua troll itu bertanya, apakah kekuatan Elsa itu kutukan atau memang terlahir seperti itu. Raja pun menjelaskan bahwa Elsa terlahir seperti itu. Born with the power : born that way. Sebuah pesan tersirat bahwa homoseksual adalah bawaan dari lahir, dan bukan sebuah kutukan.
Kekuatan Elsa menjadi lebih kuat. Orangtuanya pun memutuskan untuk menguncinya di kamar, mengajarinya cara untuk mengendalikan kekuatannya. Orangtuanya memberitahunya untuk: conceal, don’t feel, sembunyikan, jangan rasakan. Kerajaan pun ditutup dari publik. Frozen menyampaikan bagaimana selama ini kaum gay diasingkan dari masyarakat, yang tanpa kalian sadari akan membuat kalian merasa iba dan simpati kepada Elsa, yang disini menjadi perumpamaan kaum gay. Ingat, ini hanya teori.
Elsa menjalani kehidupan isolasi yang suram, penuh tekanan, dan merasa depresi. Hal ini juga berdampak kepada Anna. Dia kehilangan teman bermain dan membuat masa kecilnya kurang bahagia. Pesannya adalah, jika seorang gay/lesbian tidak membuka dirinya pada masyarakat, maka yang akan terjadi adalah perasaan yang tidak nyaman dan membuat depresi dan juga berpengaruh buruk pada keluarga atau masyarakat.
frozennn
Lalu orangtua Elsa dan Anna meninggal karena sebuah kecelakaan, Elsa pun harus menggantikan posisi orangtuanya dan dia menjadi orang yang harus maju menjadi ratu. Namun Elsa memiliki ketakutan yang besar, bagaimana nanti kalau dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya?
Sementara Anna malah sangat gembira karena gerbangnya sebentar lagi akan dibuka untuk umum, dan dia merasa senang karena sebentar lagi dia akan mendapatkan pengalaman baru, teman-teman baru, atau bahkan mungkin bisa menemukan pasangan hatinya dan kemudian menjalani hidup bahagia selamanya. Di sini lah Frozen berusaha menyampaikan bagaimana seorang heteroseksual bisa bebas menjalani hidupnya, tidak perlu menyembunyikan diri, dan bisa menikahi siapapun yang dia mau, tanpa takut masyarakat atau keluarganya akan menghakiminya atau bahkan mengucilkannya. Tidak seperti kaum homoseksual yang selalu mendapatkan diskriminasi.
Pintu gerbang pun dibuka, rakyat berdatangan. Anna menemukan orang yang dicintainya, dan dalam satu malam saja memutuskan untuk menikahinya. Elsa marah atas perilaku adiknya itu, dia melarang adiknya untuk menikahi orang yang baru saja dia kenal. Elsa pun memerintahkan untuk menutup lagi gerbang, dan menyuruh semua rakyat untuk pergi, tak terkecuali calon suami Anna. Anna pun mulai menentang Elsa, yang kemudian membuat Elsa kehilangan kendali dan kekuatannya akhirnya terlihat dan diketahui oleh semua orang. Takut dan malu, Elsa pun melarikan diri.
Di sini lah pesan dari judul Frozen itu sendiri disampaikan, yakni para homoseksual merasa hidup mereka beku (Frozen) karena tidak dapat menjalani hidup mereka secara bebas dan menjadi diri sendiri, harus terus ditekan oleh penghakiman masyarakat, stigma agama dan budaya yang menganggap bahwa homoseksual adalah salah. Kaum homoseksual menganggap mereka adalah korban.
Seperti yang sudah diduga, orang-orang membenci kekuatannya (masyarakat yang membenci orang yang tidak sengaja diketahui adalah seorang homoseksual) dan mulai memanggilnya jahat, berbahaya, dan ungkapan kebencian lainnya.
Di pegunungan tempat Elsa melarikan diri, akhirnya Elsa merasa bebas dari semua beban yang selama ini menekan punggungnya. Dia bebas menggunakan kekuatannya di kehidupannya yang baru, jauh dari semua orang yang akan menghakiminya, dan tidak akan menyakiti siapapun. Elsa terbebas secara emosional dan membuatnya menjadi kreatif, seperti membangun kerajaan yang sangat indah. Ini berarti jika seorang gay melepaskan (Let It Go) semua hal yang membuatnya harus bersembunyi dari kenyataan bahwa dia adalah seorang homoseksual, dia akan menjadi terbebas secara fisik dan emosional dan dapat menjadi pribadi yang lebih baik.
Sampai sini, kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa Frozen bisa jadi memiliki pesan untuk menunjukkan bahwa ketertarikan sesama jenis atau orientasi seksual yang berbeda itu tidak dapat diubah, barusaha mengubahnya atau menyembunyikannya hanya akan menimbulkan perasaan sakit. Meski akan banyak teori lain yang muncul juga. Sekali lagi, ini sekedar opini penulis yang memiliki dugaan kuat tentang alegori dari film Frozen ini, jadi tidak ada maksud untuk menjelekkan pihak mana pun.
Pesan yang paling besar pun muncul di akhir cerita. Elsa kembali ke Arendelle demi adiknya yang hatinya mulai membeku, dan secara ajaib mampu mencairkannya dan membuat es di seluruh negeri meleleh. Masyarakat mulai menerima Elsa dengan kekuatannya, dan Elsa mampu mengendalikan kekuatannya untuk kebahagiaan banyak orang. Di sinilah kita diajak untuk mengikuti jalan pikir bahwa homoseksual itu tidak berbahaya bagi masyarakat, dan jika seorang homoseksual itu diterima secara baik, maka ia dapat menjadi bagian dari masyarakat secara normal dan bisa menimbulkan kebahagiaan kecil, seperti Elsa yang membuat halaman kerajaan sebagai lapangan skating untuk orang-orang bermain di atasnya.
Tapi, tidak ada satu pun adegan di film ini yang secara gamblang menyimbolkan homoseksualitas! Memang benar, namun garis besar dari cerita ini adalah cerita-cerita yang sehari-hari dilihat atau bahkan dialami oleh masyarakat Amerika, atau mungkin dunia, tentang kenyataan-kenyataan mengenai kehidupan para gay yang dijauhi oleh masyarakat, disembunyikan oleh orangtua, dan lain sebagainya. Sehingga muncul dugaan kuat mengenai pesan dari film ini.
Lagu ‘Let It Go’, Lagu Come Out
Apa itu come out? Kalau kamu search di Wikipedia, come out of the closet atau lebih sering disingkat come out adalah kiasan untuk keterbukaan diri seorang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) tentang orientasi seksual mereka dan atau identitas gender mereka.
Sama seperti Frozen, saat pertama kali mendengar lagu Let It Go yang dibawakan oleh Idina Menzel dan Demi Lovato ini, saya juga sudah curiga bahwa lagu ini kemungkinan adalah lagu come out. Setelah searching-searching di Google, saya juga mendapati banyak orang yang memiliki kecurigaan yang sama.
Lagu Let It Go ditulis oleh Kristen Anderson-Lopez dan Robert Lopez. Lagu ini memiliki dua versi, yakni versi yang utama yang juga digunakan dalam salah satu adegan di film ketika Elsa terbebas dari isolasi dan dia menyanyi di pegunungan dengan senang, merasa lega terbebas dari semua tekanan. Versi yang ini dinyanyikan oleh seorang artis, musisi, dan bintang broadway, Idina Menzel. Versi yang satu lagi yakni single version, dibawakan oleh seorang aktris dan musisi yang dibesarkan oleh Disney, Demi Lovato. Kedua versi ini memiliki sedikit perbedan dari segi komposisi musik dan lirik lagu.
Apa yang membuat lagu ini adalah lagu come out? Tentu saja liriknya. Untuk itu, mari kita coba menerjemahkan lagu itu baris per baris, dan bagian yang memiliki hubungan dengan homoseksual akan dibuat italic.
The snow glows white on the mountain tonight
(Salju putih bersinar di gunung malam ini)
Not a footprint to be seen
(Bukan jejak untuk dilihat)
A kingdom of isolation
(Sebuah kerajaan isolasi)
And it looks like I’m the queen
(dan sepertinya aku Ratu nya)
[Dalam bahasa gay-slang Inggris, Queen berarti sosok lelaki gay yang memiliki sifat flamboyan. Coba gabungkan dengan lirik atasnya, jadi sangat coming out kan? Kehidupan yang terasing, dan akulah gay-nya.]
The wind is howling like this swirling storm inside
(Angin menderu seperti badai berputar-putar ini dalam –hati-)
Couldn’t keep it in, Heaven knows I tried
(Tidak bisa menyimpannya di, Surga tahu saya sudah mencoba)
Don’t let them in, don’t let them see
(Jangan biarkan mereka, jangan biarkan mereka melihat)
Be the good girl you always have to be
(Jadilah gadis yang baik seperti seharusnya)
Conceal, don’t feel, don’t let them know
(Sembunyikan, jangan rasakan, jangan biarkan mereka tahu)
Well now they know
(Nah sekarang mereka tahu)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
Can’t hold it back anymore
(Tak dapat dipendam lagi)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
Turn away and slam the door
(Berbalik dan banting pintunya)
I don’t care what they’re going to say
(Aku tidak peduli apa yang nanti akan mereka katakan)
Let the storm rage on
(Biarkan badai berkecamuk)
The cold never bothered me anyway
(Kedinginan tak pernah menggangguku)
It’s funny how some distance makes everything seem small
(Ini lucu bagaimana beberapa jarak membuat segalanya tampak kecil)
And the fears that once controlled me can’t get to me at all
(Dan ketakutan yang pernah mengendalikanku tak bisa menggapaiku sama sekali)
It’s time to see what I can do
(Ini saatnya untuk melihat apa yang bisa kulakukan)
To test the limits and break through
(Untuk menguji batas-batas dan menerobosnya)
No right, no wrong, no rules for me
(Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah, tak ada aturan untukku)
I’m free
(Aku bebas)
[Semakin jelas bahwa lagu ini mengajak para gay untuk terbebas dari kehidupan isolasinya, dan setelah bebas, takkan ada yang benar dan yang salah, semuanya bebas. Aku bebas.]
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
I’m one with the wind and sky
(Aku menyatu dengan angin dan langit)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
You’ll never see me cry
(Kau takkan pernah melihatku menangis)
Here I stand and here I’ll stay
(Disini aku berdiri, dan disini aku akan tinggal)
Let the storm rage on
(Biarkan badai berkecamuk)
My power flurries through the air into the ground
(Kekuatanku membanjir melewati udara menuju tanah)
My soul is spiraling in Frozen fractals all around
(Jiwaku berspiral dalam fraktal kebekuan di semua tempat)
And one thought crystallizes like an icy blast
(Dan satu pikiran mengkristal seperti ledakan es)
I’m never going back, the past is in the past
(Aku takkan kembali, masa lalu ya di masa lalu)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
And I’ll rise like the break of dawn
(Dan aku akan bangkit seperti fajar)
Let It Go, Let It Go
(Lepaskan, lepaskan)
That perfect girl is gone
(Gadis sempurna –yang penurut- itu sudah tiada)
Here I stand in the light of day
(Di sini aku berdiri di cahaya hari)
Let the storm rage on
(Biarkan badai berkecamuk)
The cold never bothered me anyway
(Kedinginan tak pernah menggangguku)
Dan saya menambahkan sedikit dari versi Demi:
Standing Frozen in the life I’ve chosen
(Berdiri membeku dalam kehidupan yang aku pilih)
You won’t find me, the past is all behind me
(Kau takkan menemukanku, masa lalu kutinggal di belakang)
Buried in the snow
(Terkubur dalam salju)
[Lirik di lagu Demi itu menggambarkan bahwa memilih menjadi seorang gay bukanlah suatu hal yang mudah, sehingga dia harus Berdiri membeku dalam kehidupan yang dia pilih, namun bagaimanapun, itu adalah ‘pilihan hidup’nya.]
Bagaimana? Cukup gay bukan? Dan lagu ini sangat booming, sampai ia menduduki berbagai peringkat yang tinggi di banyak tangga lagu dunia seperti Billboard Hot 100 di AS, Gaon International Chart di Korea Selatan, Japan Hot 100 di Jepang, ARIA Chart di Australia, dan masih banyak lagi. Lagu ini juga memenangkan banyak penghargaan, seperti Best Original Song di Academy Awards dan Critic’s Choice Awards, dan masih banyak lagi. Orang-orang pun mulai banyak yang meng-cover lagu ini dang meng-uploadnya ke situs berbagi video YouTube atau situs berbagi audio SoundCloud.
Sementara filmnya sendiri, yakni Frozen, telah menghasilkan $ 399.445.248 (sekitar Rp. 5,5 Milyar) di Amerika Utara pada April 13, 2014 , dan $ 713.100.000 (Rp. 8,1 Milyar) di negara-negara lain pada 13 April , untuk total seluruh dunia $ 1112545248 (Rp. 12,7 Milyar).
Melihat betapa boomingnya Frozen dan soundtrack-nya Let It Go, kita bisa membayangkan betapa suksesnya pesan yang akan disampaikan oleh siapapun yang ingin mempromosikan kesetaraan homoseksual pada dunia. Semua orang tanpa sadar sudah menyerap pesan itu, mungkin salah satunya adalah kamu yang sudah menontonnya. Meskipun pesan dari film dan lagu ini tidak eksplisit namun tersirat, tetap saja saat otak menerima informasi berlapis yang belum terpecahkan, maka alam bawah sadar akan secara sendiri memproses informasi itu dan menanamkannya disana. Gimana? Serem juga ya?
Lalu bagaimana perasaan kalian saat melihat gadis kecil ini menyanyikan lagu Let It Go?
Kesimpulan
Pesan-pesan tersembunyi atas kesetaraan kaum LGBT di film-film dan musik-musik bukanlah hal yang baru. Sudah banyak sekali film-film dan lagu-lagu yang mempromosikan kesetaraan kaum LGBT dengan kaum heteroseksual, yang tentunya bertujuan untuk membenarkan perilaku homoseksual. Beberapa film atau media lainnya yang mempromosikan homoseksualitas adalah serial TV Glee, film Brokeback Mountain, lagu Born This Way dari Lady Gaga, lagu People Like Us dari Kelly Clarkson, dan masih banyak lagi. Bahkan, banyak di antaranya disampaikan secara implisit, sehingga kita tidak akan menyadari apa pesan yang berusaha disampaikan kepada kita.
Secara perlahan-lahan, otak kita akan membenarkan apa yang telah disampaikan media-media tersebut, pelan namun pasti kita akan mengikuti gaya hidup orang-orang barat.