2014-11-30

wishmeluck wrote:
Reff:
yesus-menebus-dosa-kepada-siapa-vt6512.html#p28160

BP wrote:Yesus menebus dosa kepada siapa?

Tanya:

masih newbie nih… belum tahu apa”… ada yang bertanya seperti ini.. “Yesus menebus dosa kepada siapa??” jawaban apa yang tepat menurut saudra” sekalian?

Jawab:

Perlu kita pahami tentang HUKUM ALLAH mengenai Dosa:

"UPAH DOSA ADALAH MATI"

Allah, sejak mulanya sudah menyatakan Hukum Kekudusan Allah, bahwa konsekwensi dari pelanggaran (dosa) adalah mati (Kejadian 2:16,17 bandingkan Roma 6:23a):

Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kejadian 2:16,17)

Bandingkan:

"Sebab upah dosa ialah maut..." (Roma 6:23a)

Maka jika ditanyakan kepada siapakah Yesus Kristus menebus dosa. Yesus Kristus menebus "hutang dosa" manusia kepada HUKUM ALLAH (Hukum Kekudusan Allah) yang sudah ditetapkan itu.

Note:
Pahami juga tentang maksud "Dosa" adalah "Hutang" Dan, Hutang dosa yang konsekwensinya adalah mati. Kematian itu harus dibayar dengan "darah" Reff: di
dosa-adalah-hutang-dalam-pola-pikir-semitik-vt1184.html#p22013

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. (Efesus 1:7-8)

Alkitab menyatakan bahwa dosa itu identik dengan hutang. Konsekwensi dosa adalah mati/ kebinasaan yg kekal (Roma 6:23a band. Kejadian 2:17), maka harus ada nyawa untuk membayarnya, agar dosa itu dapat ditebus. Pengampunan dosa dapat terjadi apabila ada nyawa yang dipakai untuk membayar hutang/dosa itu. Pengampunan dosa itu ibarat seseorang yang punya hutang tapi dianggap lunas oleh si kreditor dimana si kreditor mengambil alih kerugiannya untuk membebaskan pihak yang berhutang itu. Itulah mengapa untuk penebusan dosa manusia, Tuhan harus datang ke dunia, menyerahkan nyawanya sebagai pelunasan hutang-hutang – yaitu dosa manusia – dengan cara mati di kayu salib. Pemahaman ini tidak dimiliki dalam agama-agama lain, sehingga seringkali ada banyak pertanyaan bahkan cibiran, mengapa Allah perlu hadir sebagai manusia hanya untuk mati di kayu salib, seolah-olah Allah lemah dan tidak-berdaya. Kematian Yesus bukanlah kematian 'martir' seperti kematian seorang syuhada yang berjihad, kematiannya bukan pula sebagai kekalahan dalam suatu peperangan. Namun, kematian Yesus adalah KEMATIAN-KURBAN, dimana Allah merelakan diriNya sendiri untuk dikorbankan demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihiNya.

Sebelum penggenapannya, dalam hukum Taurat telah menetapkan hampir segala sesuatu disucikan, dan diampunkan dengan darah (yang dianggap nyawa), dan "tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan" (Ibrani 9:22). Ini dilakukan lewat domba yang dikorbankan diatas mezbah, berulang-ulang untuk setiap kali pengampunan hingga digenapi oleh darah dan kematian Sang Mesias. Darah yang dilambangkan sebagai nyawa ganti nyawa (konsekwensi dosa) telah digantikan oleh Anak Domba Allah yang sempurna, yaitu Yesus Kristus (Yohanes 1:29). Ini adalah sebuah kematian 'tukar-guling' yang merupakan 'win-win solution' (semua pihak diuntungkan) demi menebus kematian akibat dosa yang menjangkiti semua manusia keturunan Adam. Dari kenyataan dan pemahaman ini, kita umat Kristiani memandang betapa penting peristiwa kematian Yesus Kristus yang darahnya telah tercurah bagi kehidupan manusia, oleh peristiwa itu, manusia dimungkinkan masuk ke dalam kehidupan kekal.



Tapi, tentu saja masih ada pertanyaan, misalnya seperti ini:

BUKANKAH ALLAH BISA MENGAMPUNI SAJA?
APA PERLUNYA ALLAH MENYERAHKAN NYAWA YESUS UNTUK PENEBUSAN DOSA?

MENGAMPUNI?

Apa yang ada dalam benak anda dengan istilah “mengampuni” ?
Yesus mensyaratkan pengampunan dalam arti yang amat mendasar, yaitu keharusan bagi si pengampun untuk membayar harga, harga tebusan!

Allah yang Maha Kuasa memang berkuasa mengampuni kita di setiap waktu, namun dosa kita tidak bisa diampuni begitu saja karena Allah juga Adil, dan konsekwen dengan hukum-pokok keadilanNya adalah Dia harus menghukum setiap dosa yang kita perbuat.

Di satu pihak Allah itu Maha Kasih, mau dan bisa mengampuni. Tetapi di lain pihak Allah itu Maha Adil, apabila hanya sekadar “melupakan” atau “membiarkan” kesalahan seseorang tanpa mempertanggung-jawabkannya dengan suatu harga, yaitu yang disebut penebusan.

Anda bertanya, mengapa ada harga yang terlibat?

Ya, pemahaman kita atas Azaz Pengampunan cenderung larut menurut arti populer saja, bukan arti murninya.
Untuk mencernakannya kembali, kini pikirkanlah ada seorang anak Anda yang berbuat dosa terhadap Anda, misalnya ia memberontak dan membakar tas kantor Anda. Anda-pun marah. Mengapa?
Karena anda merasa dirugikan oleh perbuatan tersebut. Akhirnya sang anak sadar akan perbuatan kesalahannya dan minta pengampunan, dan anda rela mengampuninya.

Mengampuni adalah rela membayar harga tebusan

Ketika Anda rela mengampuninya, itu IDENTIK dengan anda rela menyedot dan membayar harga kerugian yang tadinya anda rasakan, yaitu kerugian moril maupun materiil. Anda mengampuninya dengan jalan menebus harga tersebut! Jadi, dalam setiap pengampunan ada harga yang harus dibayar, yang menuntut suatu penebusan!.

Kini, karena sudah ditetapkan Allah sendiri bahwa setiap pelaku dosa harus dihukum mati dalam kekekalan (dengan istilah “upah dosa adalah maut”, Kejadian 2:17, Roma 6:23), maka manusia tidak mungkin bisa membayar harga sebesar itu dengan usaha amal-ibadah atau cara apapun. Itu sama halnya dengan hukuman mati di pengadilan yang tak bisa dilunaskan dengan jasa apapun yang pernah dibuat oleh si terhukum!
Diperlukan pertolongan dan kekuatan dari luar sebagai penyelamat atau penebus.

Dicontohkan satu kasus tebusan sebagai ilustrasinya, sebagai berikut :

Ada cerita tentang seorang wanita muda yang tertangkap di diskotik ketika sedang diadakan razia narkoba oleh aparat negara. Ia dihadapkan ke meja-hijau. Jaksa penuntut membacakan dakwaan dan tuntutan. Maka, sang Hakim-pun bertanya kepada si tertuduh : “Anda bersalah atau tidak bersalah?”
Gadis tersebut mengaku bersalah, minta ampun dan ingin bertobat. Namun sang Hakim yang adil itu tetap mengetuk palunya mendenda Rp. 10,000,000.-- atau penjara 3 bulan. Tiba-tiba terjadi hal yang mengagetkan semua orang dalam sidang tersebut. Sang Hakim turun dari kursinya sambil membuka jubahnya. Ia segera menuju kursi si terhukum, mengeluarkan uang 10juta dari tas-nya untuk membayar denda si gadis. Mengapa? Ternyata sang hakim tersebut adalah bapak dari si gadis. Walau bagaimanapun cinta yang bapak kepada anak-gadisnya, ia tetaplah Hakim yang adil dan tidak bisa berkata : “Aku mengampuni kamu, karena kamu menyesal dan bertobat”. Atau mengatakan : “Karena cintaku kepadamu, maka Aku mengampuni kesalahanmu”.

Hukum keadilan tidak memungkinkan sang Hakim mengampuni dosa anaknya dengan sesukanya “tanpa prosedur harga”. Maka ia yang begitu mengasihi anaknya bersedia turun dari kursi dan menanggalkan jubah kehakimannya, lalu menjadi wali untuk membayar harga denda. Inilah jalan satu-satunya bagi seorang hakim yang adil untuk memberi pengampunan bagi seorang terhukum yang dikasihinya

Dan inilah analogi untuk Yesus Kristus yang menanggalkan jubah keilahianNya dan turun ke dunia menjadi manusia demi untuk membayar harga MAUT di kayu salib, yang tidak sanggub dibayar oleh si pendosa sendiri yang sudah terhukum mati. Yesus telah mengatakannya secara lurus, tanpa usah tafsiran, bahwa ‘Anak Manusia (Yesus) datang untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan (nyawa) bagi banyak orang’ (Markus 10:45).

Maka hak-qisas (hukum pembalasan yang setimpal) terhadap hutang nyawa, kini dipenuhi dalam kematian Yesus bagi manusia : “nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan… luka ganti luka, bengkak ganti bengkak” (Keluaran 21:24). Demi menebus kematian Anda dan saya!.

Allah bebas tidak terbatas? Menghalalkan segala cara demi kasihNya

Disini, teologi agama-agama yang tidak mengenal konsep penebusan Yesus (tidak mengimani anugerah Ilahi), melainkan hanya mengenal konsep usaha diri dalam mencari ridha Allah lewat ibadah-amal-pahala, akan menemui dilema yang besar. Mereka tidak mempunyai cara apapun untuk merekonsiliasikan kedua sifat Allah yang saling menentang, yaitu Maha Kasih versus Maha Adil.

Bagaimana Allah bisa-bisanya Maha Kasih (yang mengampuni dosa), padahal Ia juga Maha Adil(yang menghukum dosa), sungguh kontradiktif!

Sebab, jikalau Allah menghalalkan diriNya secara bebas dalam mengampuni, semata-mata karena Ia Maka Pengasih dan penyayang, maka tentulah Ia Non-Adil, karena berkolusi, dengan tidak menghukum dosa yang seharusnya tidak dihukum. Pengampunan model begini adalah keputusan tanpa dasar apapun kecuali sewenang-wenang. Allah yang Maha Adil, Maha Benar dan Suci itu sungguh tidak bisa begitu saja menyebut “putih” atas sesuatu yang sebenarnya “hitam”. Hukum dan Jalan Allah itu lurus, dan itu yang menjadikan diri Allah terbatas, karena Ia tidak bisa keluar batas dengan mengingkari diriNya sendiri :

*2 Timotius 2:13
jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.

Walau demikian, masih banyak orang menafsirkan bahwa Allah itu adalah Pencipta Hukum. Jadi Dia berdaulat dan berdiri sepenuhnya diatas hukum, tidak ada yang bisa membatasi Allah!.
Namun, Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan “dibatasi” oleh hakikat keberadaanNya sendiri, bukan oleh pihak luar manapun. Dia sepenuhnya dapat dipercaya dan konsisten dengan Apa yang diucapkanNya. Dia selalu berkiprah dalam jalur/ batas ucapan dan hukumNya.
Dia tidak berdiri di atas Hukum.
Melainkan diriNya adalah HukumNya, dan HukumNya adalah diriNya.
Allah sendirilah yang membayar kesalahan manusia bagi Hukum-Nya itu

Dia tidak berubah, dahulu, sekarang dan selamanya!
Maka, Firman Allah itu selalu benar dan kekal, tak ada ayat-ayat susulan yang bisa membatalkan atau menggantikan ayat-ayat terdahulu. Allah yang Maha Tahu dan Benar tidak mengkoreksi diriNya sendiri, dengan alasan apapun!
Makin Dia mengkoreksi, dan makin memberi alasan, makin bukan Allah-lah Dia.

Blessings,
BP

Artikel terkait :
DOSA adalah "HUTANG" dalam pola pikir Semitik, di
dosa-adalah-hutang-dalam-pola-pikir-semitik-vt1184.html

UPAH DOSA ADALAH MATI: dibahas di:
upah-dosa-adalah-mati-vt4419.html#p24214

dibahas ulang di :
hutang-utang-piutang-vt6278.html#p26994

Kematian Kurban vs Martir, di
kematian-kurban-dan-darah-perjanjian-untuk-pengampunan-dosa-vt67.html#p140
dan

kematian-martir-dan-kematian-kurban-vt475.html#p931

Bukankan Allah bisa mengampuni saja? Apa perlunya Allah menyerahkan nyawa Yesus untuk penebusan dosa?, di
bukankah-allah-bisa-mengampuni-saja-vt220.html#p466

Salam Damai. peace
Gara-gara tulisan anda, saya jadi register ke sini deh hehe...
saya sepertinya tidak asing dengan ["melainkan hanya mengenal konsep usaha diri dalam mencari ridha Allah lewat ibadah-amal-pahala, akan menemui dilema yang besar. Mereka tidak mempunyai cara apapun untuk merekonsiliasikan kedua sifat Allah yang saling menentang, yaitu Maha Kasih versus Maha Adil”. ] setelah membaca beberapa tulisan anda, saya jadi paham tapi saya boleh jawab sekaligus nanya ya...
.. hehehe.. sama saya juga pingin nulis setelah membaca tulisan anda sambil menunggu sdr Yotam yg sekarang diam seribu bahasa..

[Kini, karena sudah ditetapkan Allah sendiri bahwa setiap pelaku dosa harus dihukum mati dalam kekekalan (dengan istilah “upah dosa adalah maut”, Kejadian 2:17, Roma 6:23), maka manusia tidak mungkin bisa membayar harga sebesar itu dengan usaha amal-ibadah atau cara apapun. Itu sama halnya dengan hukuman mati di pengadilan yang tak bisa dilunaskan dengan jasa apapun yang pernah dibuat oleh si terhukum!]
Pertanyaan pertama,

anda mengenal dosa waris dan dosa perbuatan. Jika Yesus menebus dosa perbuatan, bukankah tidak adil untuk memukul rata beban hukuman untuk semua dosa? Kita semua tahu besar hukuman untuk nenek pencuri 3 buah kakao tidak sama dengan koruptor milyaran rupiah? Dan hukuman untuk pembunuh satu orang tidak sama dengan pelaku genosida? Ya benar, hukuman mati di pengadilan tidak bisa dilunaskan dengan jasa apapun yang pernah dibuat oleh si terhukum, tapi Hakim kami tidak menghukum mati untuk semua dosa tak perduli bentuknya.
Kalo fitri sejak lahir, kapan anda mulai berdosa? mengapa ada niat anda berbuat dosa? paling extreemnya bukankah seharusnya manusia di dunia ini Fitri semua kalau kita telusuri sejak jaman Nuh (air bah)? artinya tidak ada kejahatan lagi? Dari Statement anda mengenai kasus pengadilan diatas, bukankah sama artinya anda memprotes Allah mengusir Adam dan Hawa dari taman Eden hanya gara2 makan buah ditengah taman itu? paling extreemnya bukankah sama artinya anda memprotes Allah dengan menumbuhkan pohon ditengah taman itu? kenapa tidak dibabat Allah saja sehingga tidak ada potensi Adam dan Hawa memakan buahnya? bagaimana? coba anda pahami kembali dari"Subahana Allah" (dalam bahasa kami Allah Maha), Kudus), Maaf kalo saya salah mengartikan dan salah menulis..

Sebaliknya, jika Yesus hanya menebus dosa waris, kini anda telah ditebus oleh yesus sehingga anda kini layak surga, layak ampunan, dan layak dekat kepada Allah dan umat kristiani memanfaatkan peluang ini untuk banyak melakukan kebaikan dan memohon ampunan jika melakukan kesalahan, lalu bukankah sama saja dengan kami? Bedanya kami memiliki kelayakan dan kesempatan tersebut sejak lahir tanpa ada tebusan karena tidak ada dosa waris dan kami terlahir fitrah? Jika dosa waris yang anda bahas di sini, maka jangan membandingkannya dengan konsep dosa kami, karena kami tidak mengimani dosa waris tapi hanya dosa perbuatan. Apakah dosa perbuatan tidak bisa ditebus dengan amal-ibadah apapun? Jika anda jawab ya, maka baca kembali paragraf sebelumnya.

Kami terlahir tanpa dosa dan tanpa tebusan, apakah itu melanggar aturanNya sendiri?
.. tidak, karena itu keyakinan anda, dan saya tidak berhak menghakiminya, masalah itu hak Yang Maha Kuasa.

Tuhan yang saya imani, Allah SWT, tidak melanggar hukum atau sumpah apapun karena Ia memang tidak pernah membuat aturan bahwa “upah dosa adalah maut/darah”, tidak juga aturan “Dosa Adam mengkontaminasi seluruh umat manusia” tidak juga “Dosa membuat hubungan Tuhan dan manusia terputus sama sekali dan tidak bisa dihubungkan kembali kecuali ada yang bersedia mati untuk menebus dosa tersebut”. Otomatis konsep penebusan dosa tidak akan sampai kepada kami karena kami tidak mengimani adanya ketentuan2 tersebut.
Menurut anda apa itu dosa? kalo pemahamanku Dosa adalah jauh dari Khadirat Allah, maka jika ada orang berdosa maka pasti mati yg sesungguh...dapatkah anda pahami? ... soal anda tidak sampai kesorga itu juga bukan hak kami... tapi kalo masalah kematian Yesus itu adalah sumber kekuatan kami, intinya begini, Yesus ingin berpesan "jika anda melakukan seperti yg Aku lakukan, maka ujungnya adalah dimusuhi oleh dunia ini dan yg palih berat adalah disalibkan, tapi jangan takut, engkau akan bangkit seperti Aku juga bangkit". bukankah ini yang membedakan dengan ajaran lain?. bukan kurang kitab yang mengajarkan kebaikan, bukan kurang orang yg tahu ttg kebaikan, tapi mengapa mereka masih berbuat jahat? karena tidak ada kekuatan pengharapan untuk menjalankanya, karena ujung2nya adalah maut bagi orang yg berbuat benar, apakah mereka diasingkan atau perlakuan tidak senonoh lain. apa janji Allah untuk ini "siapa yg kehilangan hidupnya karena Aku maka ia akan mendpatkan, tapi siapa yg mempertahankan hidupnya maka ia akan kehilangan hidupnya", bukankah ini yg harus kita imani supaya hakekat sebuah agama yg artinya "tidak kacau" tidak tersamarkan oleh kepentingan pribadi atau golongan?, bagaimana menurut anda?

[Ketika Anda rela mengampuninya, itu IDENTIK dengan anda rela menyedot dan membayar harga kerugian yang tadinya anda rasakan, yaitu kerugian moril maupun materiil. Anda mengampuninya dengan jalan menebus harga tersebut! Jadi, dalam setiap pengampunan ada harga yang harus dibayar, yang menuntut suatu penebusan!]

Jika Tuhan mengampuni manusia apakah Tuhan berarti rela dirugikan dan itu harga dari ampunanNya? Tuhan mustahil rugi. Saya mabuk, berzina, tidak ibadah, bahkan kafir sekalipun tidak akan merugikan Tuhan sedikitpun karena perbuatan-perbuatan tersebut tidak memiliki efek pada Tuhan tapi pada si pendosa sendiri. Saya kafir dan masuk neraka, Tuhan tidak akan menggantikan saya masuk ke neraka pula karena menjadi kafir adalah pilihan saya sendiri. Karena itulah perbuatan dosa disebut “menganiaya/menzalimi diri sendiri” karena yang dirugikan sebenarnya adalah dirinya sendiri. Tuhan Seluruh Alam tidak butuh harga penebusan bahkan Ia tidak butuh manusia (tidak terdengar cukup indah untuk anda imani?, Tuhan Yang Maha Besar tidak akan binasa walau seluruh manusia dilenyapkan). Ia juga tidak mengambil keuntungan apa-apa dari manusia. Agar manusia tahu sebesar apa dosanya dan sekelam apa masa lalunya, ia tidak boleh putus asa dari ampunan Allah karena telah “menganiaya diri sendiri”. Allah akan selalu menyambut hambaNya yang mau kembali dan memberikan kesempatan kedua. Harga tebusan akibat menzalimi diri sendiri adalah mengasihi diri sendiri dengan cara banyak melakukan amal kebaikan, merendahkan diri dan memohon ampunan pada Tuhan. Jika manusia bertaubat dan berjanji tidak akan mengulangi itu demi kebaikan si manusia sendiri.
.. kira2 menurut anda apakah ada tim pembela sewaktu menentukan apakah orang itu masuk sorga atau tidak? kalo tidak ada, apakah anda tahu kriteria2 orang yang akan masuk sorga yg disepekati bersama dg Allah? jika anda sudah tahu, kira siapa orangnya disekitar anda yang akan masuk sorga dan siapa yg belum? dan apa yang akan anda lakukan bagi yg belum?

[“Sebab, jikalau Allah menghalalkan diriNya secara bebas dalam mengampuni, semata-mata karena Ia Maha Pengasih dan penyayang, maka tentulah Ia Non-Adil, karena berkolusi, dengan tidak menghukum dosa yang seharusnya dihukum”. ]

Tepat sekali dan disinilah tebus menebus terjadi. Hidup ini kompleks dan Tuhan tidak secara bebas dalam mengampuni. Hubungan manusia itu ada dua, manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia. Jika saya khilaf tidak sholat, saya berdosa pada Allah dan Allah bebas mau mengampuni atau tidak, tanpa harus rugi sedikitpun. Tapi jika saya merugikan orang (memukul, mencuri, dsb), Tuhan tidak akan membiarkan saya sebelum yang dirugikan rela dan memaafkan atau ia membalas perbuatan saya setimpal. Dan itu adil. Jika anda menampar wajah saya kemudian anda mengatakan bahwa Tuhan sudah dihukum untuk menggantikan kesalahan anda, saya akan protes karena saya tidak punya urusan apa2 dengan Tuhan tapi dengan anda. Saya ingin anda yang dihukum bukan Tuhan. Itulah mengapa di akhirat nanti orang taat ibadah yang suka menganiaya orang lain harus membayar ganti rugi dengan memberikan amal ibadahnya. Semakin banyak yang dianiaya semakin banyak yang harus dibayar bisa2 habis amal2nya. Manusia bisa rugi tapi Allah tidak.
Kalo begitu pola pikirnya, apakah tidak sebaiknya anda jadi petapa? supaya anda hanya berhubungan dg pengapunan Allah bukan dengan manusia, jadi tidak merepotkan, bagaimana menurut anda?

Abu Hurairah r.a. berkata: “Nabi SAW bersabda: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhori, Muslim)

Pertanyaan kedua jika manusia itu melakukan dosa karena natur dosa dari konsekuensi perbuatan Adam-Hawa, lalu mengapa Adam-Hawa ketika masih di taman eden dapat tergoda untuk melanggar larangan Allah, padahal mereka manusia pertama yang diciptakan?

Kami tidak mengimani “keadaan dosa” yang membuat manusia cendrung berbuat dosa. Yang kami imani adalah manusia berbuat dosa karena dorongan hawa nafsu dan bisikan syaitan. Memiliki hawa nafsu bukanlah dosa tapi Allah memang menciptakan manusia demikian sejak Adam. Selain sebagai ujian iman, juga membuat manusia bergairah untuk mengelola bumi. Ingin kaya itu hawa nafsu, bekerja keras itu halal, mencuri itu dosa. Ingin berhubungan badan itu hawa nafsu, melakukan dengan istri/suami itu halal tapi berzina dengan PSK itu dosa. Intinya? Pengendalian hawa nafsu.
Apakah anda mempunya kekuatan untuk mengendalikan hawa nafsu anda? jika ada, seharusnya tidak ada lagi kejahatan di bumi ini , tapi mengapa selalu saja ada orang berbuat jahat padahal sering beribadah? gemana menurut anda?... Berzina, menurut anda apa arti berzina ? simplenya begini : ada suami istri mempunyai anak dari hasil hubungan mereka tapi akhirnya bercerai sehingga anak jadi terlantar, menurut anda apakah apakah selama ini mereka berjina atau tidak? supaya kita jangan tertipu oleh suatu norma sehingga mengabaikan etika.

Pertanyaan ketiga. Tuhan Yang Maha Tahu adalah yang paling tahu keadaan ciptaannya. Tidakkah Ia tahu bahwa suatu saat Adam akan jatuh ke dalam dosa? Apakah sejak Adam diciptakan ia memang dimaksudkan untuk tidak pernah melakukan kesalahan apapun? Mengingat satu kesalahan yang dibuatnya berdampak luar biasa yaitu dosa mengotori seluruh anak-cucunya sehingga terputus hubungan dengan Allah dan Allah turun teraniaya dan disalib demi membayar upah dosa berupa kematian? Jika Allah tahu bahwa Adam ternyata memiliki kelemahan dan akan jatuh ke dalam dosa mengapa menetapkan hukum yang sangat berat yaitu upah dosa adalah maut dimana manusia tidak layak diampuni dan hidup kekal di surga sebelum harga dosa ditebus? Kenapa tidak sekalian menciptakan Adam dengan sifat “mustahil salah”. Jika Allah menetapkan hukum ini sedangkan Ia akan menciptakan manusia yang lemah dan tahu akan berbuat salah, bukankah itu sama saja dengan kejam?

Yang kami imani sebelum manusia diciptakan, Allah dan malaikat sudah tahu tabiat manusia akan seperti apa, terlebih lagi, Adam-Hawa memang akan dikeluarkan dari surga karena manusia diciptakan sebagai pemimpin bumi bukan surga (lain lagi kalau anda mengimani Taman Eden)…
menurut anda sewaktu Allah mengatakan "kamu akan mati jika memakan buah itu", apakah itu kekejaman atau kasih di benak Allah? bayangkan jika manusia tidak pernah mati walaupun sudah berbuat dosa, menurut anda jadi apa dunia? kalo masalah keadaan Adam sebaiknya anda dalami kitab Ayub, sepertinya disana lebih jelas untuk menggambarkan keadaan itu. singkatnya begini, apakah aku dapat mengatakan anda seorang taat berpuasa jika tidak ada memang yg dapat dimakan? bagaimana menurut?

ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah: 30)

Ya, dalam agama kami juga ada siksa kekal di dalam neraka, suatu balasan yang sangat dahsyat dan tidak sanggup kami tanggung dan kami tidak dapat mengakhirinya. Tapi untuk Firaun sekalipun, Allah telah memberinya kesempatan bahkan Musa AS telah menunjukkan mukjizatnya, tapi ia tidak juga mau beriman. Maka ia sendirilah yang memilih jalan ke neraka. Jadi apa intinya? Selama manusia hidup Allah akan selalu memberi kesempatan hingga kesombongan dan kekerasan hati manusia sendirilah yang menghanguskan kesempatan itu. Allah tidak akan semena-mena menjatuhkan dosa, setiap manusia bebas berbuat tapi tanggung sendiri akibatnya sendiri-sendiri.

Pertanyaan keempat. Baiklah, Allah Maha Tahu. Ia tahu Adam akan berdosa terlepas dari hukum yang telah ditetapkanNya, karena Ia tahu manusia tetap dapat diselamatkan melalui penebusan Putra TunggalNya. Bukankah itu terdengar ganjil juga? Sejak awal menetapkan harga dosa (berapapun bobotnya yang penting dosa) yang tidak sanggup ditebus dan dihapus/diampuni walaupun tahu Adam akan berdosa karena Ia berencana Dia sendirilah yang akan menebusnya? Berarti Ia sejak awal ingin menyiksa dirinya sendiri? Ia tahu sejak awal kejadiannya akan seperti itu? Bukankah Tuhan itu Maha Besar, Maha Bijak, Maha Tinggi, Maha Mulia, mengapa Ia ingin menyiksa dirinya sendiri? Untuk menunjukkan besar kasihnya kepada manusia?

Yang kami imani, dosa kami tidak akan mengotori kesucian Allah sedikitpun. Allah akan tetap Yang Maha Suci walau seluruh manusia itu berdosa, karena yang akan terkotori dosa hanyalah si manusia sendiri. Bahkan jika seluruh manusia menuduh Allah berwujud manusia, Allah tetap Yang Maha Suci namun lidah setiap manusia akan dimintai pertanggungjawabannya.
betul... Tapi tahukah anda untuk menyucikan diri supaya dapat kembali tinggal bersama dg Allah? sebab Allah itu Maha suci, maka anda harus suci tanpa dosa, sebab kalo tidak, anda tidak dapat tinggal besama Allah karena akan menodai kesucianNya dan kesucian tempat tinggalNYa. bagaimana menurut anda?

Penutupan. Kami mengimani bahwa dunia itu bersifat dualisme layaknya antara surga dan neraka. Jadi jika ada kesakitan, penderitaan, keburukan, kemiskinan, kesedihan kami tidak mengimaninya sebagai akibat dosa masuk ke dunia karena masih ada kesehatan, kebahagiaan, kebaikan, kekayaan, kesenangan dan dunia tidak dimaksudkan menjadi tempat yang sempurna bagai surga.

Lalu, apakah dosa dapat ditebus dengan amal kebaikan? Bagi kami ya.

Yups.. selamat mengimani apa yang anda yakini... GBU

Show more