2014-06-09

SEMUT KUMBANG "OBAT SEGALA PENYAKIT KRONIS" the hidden unseen from the Promise Land of  Papua (Irian Jaya) 

Penyakit Toxoplasmosis dan Terapi Fauna Herbal Asli Indonesia

Sekilas mengenai penyakit toxoplasmosis
Toxoplasmosis atau sering hanya disebut penyakit toxo merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Dalam banyak kasus, infeksi pada manusia terjadi terutama setelah parasit tersebut tertelan. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala, tetapi penyakit ini memiliki potensi untuk menyebabkan masalah serius pada beberapa orang, terutama pada mereka yang mengidap penyakit immunodepressed dan pada wanita hamil karena dapat menyebabkan keguguran.

Jika timbul gejala, biasanya menyerupai flu (nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, malaise) dan dapat berlangsung selama beberapa minggu. Pada beberapa kasus, infeksi yang berat dapat menyebabkan masalah pada organ mata, gangguan otak, kejang, dan jarang, menyebabkan kematian. Obat-obatan tertentu, baik secara tunggal maupun dalam kombinasi, dapat digunakan untuk mengobati toxoplasmosis.

Sebagian besar orang terkena infeksi dari makan daging yang terinfeksi atau mengonsumsi makanan yang terkontaminasi kotoran kucing atau anak kucing. Pencegahan penyakit ini terutama berpusat pada usaha menghindari kontak dengan daging yang mentah/terkontaminasi dan kontak dengan kucing/kotoran kucing. 

Organisme ini pertama kali diamati pada tikus pada tahun 1908. Toxoplasma tercatat menyebabkan infeksi kongenital (artinya diturunkan dari ibu ke janin selama kehamilan) pada tahun 1930 dan menjadi dikenal luas sebagai penyebab penyakit pada orang dengan immunodepressed pada akhir tahun 1960. Lebih banyak infeksi yang tercatat mulai tahun 1983 ketika orang-orang dengan HIV / AIDS terserang Ensefalitis toksoplasma (peradangan otak).

CDC menganggap toxoplasmosis menjadi penyebab ketiga kematian paling umum yang disebabkan oleh makanan di AS dan memperkirakan sekitar 60 juta orang di Amerika Serikat membawa parasit Toxoplasma gondii. Kebanyakan orang yang terinfeksi memiliki sistem kekebalan yang menekan parasit, sehingga sebagian besar orang tidak menunjukkan gejala. Namun, jika sistem kekebalan tubuh menjadi tertekan, parasit tersebut dapat menyebabkan penyakit serius.

Penyebab Toxoplasma
Toxoplasma gondii merupakan parasit protozoa yang menginfeksi sebagian besar spesies hewan berdarah panas (misalnya, kucing, babi, domba, dan manusia) dan menyebabkan penyakit toksoplasmosis. Hanya kucing (kucing domestik dan kerabat lainnya dalam keluarga Felidae) yang dikenal sebagai hewan inang yang memungkinkan parasit untuk melengkapi siklus hidupnya.



Picture credit to Cambridge University Press

Ketika kucing memangsa tetikus atau burung yang terinfeksi, bradyzoit yang tertelan berkembang menjadi baik takizoit atau ookista. Siklus hidup Toxoplasma selesai ketika ookista keluar melalui kotoran kucing. Manusia dan hewan lain bukan bagian dari siklus hidup lengkap (kecuali dimakan oleh kucing); sebagian besar infeksi terjadi ketika manusia, peliharaan atau hewan lain menelan makanan, tanah, atau hewan lain yang mengandung baik ookista yang telah bersporulasi atau jaringan hewan yang mengandung Toxoplasma bradyzoit.



Siklus Hidup Toxoplasma Gondii
Manusia biasanya terinfeksi dengan mengkonsumsi daging, makanan, atau air yang terkontaminasi. Infeksi juga dapat ditularkan melalui transfusi darah yang terkontaminasi, transplantasi organ terinfeksi, atau dari ibu yang terinfeksi kepada janin. Yang terakhir, penyakit ini dapat diperoleh dengan langsung terhisap kotoran kucing, yang mungkin terjadi saat membersihkan kotak kotoran kucing.

Gejala Toxo
Sekitar 80% -90% dari orang yang terinfeksi Toxoplasma tidak menunjukkan gejala. Mereka yang mengalami gejala biasanya mengalami pembengkakan kelenjar getah bening serviks dan gejala mirip flu yang hilang dalam beberapa minggu atau bulan tanpa pengobatan. Organisme ini sebenarnya masih berada di tubuh dalam kondisi laten dan dapat aktif kembali jika orang tersebut menjadi immunodepressed. Sebagai contoh, pasien dengan AIDS dapat terkena lesi di otak akibat reaktivasi Toxoplasma. Pasien kemoterapi dapat terserang pada organ mata, jantung (miokarditis), paru-paru atau otak ketika parasit menjadi aktif kembali.

Infeksi bawaan Toxoplasma bisa menyebabkan masalah serius pada mata, telinga, dan kerusakan otak pada saat lahir. Namun, infeksi bawaan mungkin asimtomatik sampai beberapa tahun pertama kehidupan atau bahkan sampai dekade kedua atau ketiga ketika mata (penurunan penglihatan atau kebutaan), telinga (pendengaran), atau gejala kerusakan otak (kejang, perubahan status mental) terkena. Toxoplasmosis merupakan penyebab utama retinochoroiditis (peradangan retina dan koroid mata) di Amerika Serikat.

Kapan saatnya Mencari Perawatan Medis
Karena sebagian besar orang tidak mengalami gejala pada Toxoplasmosis, kebanyakan orang yang terinfeksi tidak berusaha mencari layanan kesehatan. Namun, orang yang mengalami kelenjar getah bening leher yang membesar dan mengalami sindrom mirip flu dan curiga atau tahu bahwa mereka telah memiliki asosiasi dekat dengan kucing atau makanan/air yang mungkin terkontaminasi harus mempertimbangkan mencari perawatan medis. Jika wanita yang sedang merencanakan kehamilan atau sedang hamil mengalami gejala ini, mereka harus segera mencari perawatan medis. Orang dengan immunodepressed, terutama mereka yang terinfeksi HIV, juga harus mencari perawatan medis jika gejala yang disebutkan di atas terjadi atau jika mereka merasakan perubahan pada mata atau perubahan status mental.

Pemeriksaan dan Tes Toxoplasma
Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak akan memiliki kelainan fisik yang terasa, tetapi pada pemeriksaan fisik, beberapa orang akan memiliki kelenjar getah bening serviks yang membesar (temuan fisik yang paling umum), atau pembesaran limpa atau hati. Orang dengan infeksi sedang sampai berat mungkin menunjukkan penyakit kuning (terutama bayi), peningkatan lebam karena masalah pada organ hati, masalah mata (penurunan penglihatan atau kebutaan), meningoencephalitis (radang otak dan lapisan otak), kejang, pneumonitis, dan perubahan status mental.

Sayangnya, banyak penyakit ringan dan berat lain dapat menyebabkan gejala yang sama (misalnya, penyakit Chagas, giardiasis, malaria, penyakit cakaran kucing, abses otak, sepsis, cytomegalovirus, dan banyak lainnya). Untungnya, ada sejumlah tes yang dapat membantu membedakan Toxoplasmosis dari penyakit lain dan memberikan bukti untuk diagnosis sementara atau definitif.

Diagnosis definitif Toxoplasmosis dibuat dengan mengidentifikasi organisme Toxoplasma gondii dalam darah, cairan tubuh (misalnya, cairan tulang belakang atau ketuban), atau jaringan (sampel biopsi). Selain itu, cairan tubuh dapat disuntikkan ke tikus, sehingga tikus tersebut akan terkena penyakit jika parasit berada dalam cairan tubuh yang disuntikkan. Juga, cairan tubuh dapat diinokulasi ke dalam kultur sel dimana parasit dapat berkembang biak. Tes ini biasanya dilakukan di laboratorium khusus oleh personel yang berpengalaman.

Tes-tes lain dapat menghasilkan diagnosis presumptif dan didasarkan pada respon kekebalan seseorang terhadap parasit. Cairan tubuh dapat diuji dengan PCR atau teknik enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) yang dapat menunjukkan infeksi akut. Tes lain, seperti tes Sabin-Feldman, mengukur antibodi IgG pasien yang ditujukan terhadap parasit Toxoplasma gondii dan merupakan tes acuan standar untuk Toxoplasmosis. Antibodi IgG menunjukkan bahwa infeksi toksoplasma telah terjadi di masa lalu tetapi tidak mengatakan apakah infeksi saat ini adalah sebagai akibat Toxoplasma gondii. 

Tes lain yang biasa digunakan adalah dengan mendeteksi antibodi IgM yang diarahkan terhadap parasit dan dapat mendeteksi antibodi ini pada minggu pertama infeksi. Tes ini paling sering dilakukan dan tes ini dilakukan oleh laboratorium khusus. Waktu tes adalah penting, karena akan mempengaruhi interpretasi hasil. Beberapa orang mungkin memiliki hasil positif karena ia sebelumnya telah terinfeksi, akan tetapi gejala yang ia rasakan sekarang merupakan dikarenakan penyakit yang lain bukan karena Toxoplasma gondii. Konsultasi dengan ahli penyakit menular dapat membantu menentukan diagnosis ketika hanya bukti dugaan yang tersedia.

Wanita hamil dan mereka yang berencana untuk hamil bisa diuji dengan tes imunologi serupa seperti yang disebutkan di atas untuk diagnosis dan menentukan apakah ada risiko bagi ibu untuk menularkan infeksi toksoplasma pada janin. Jika seorang wanita tidak memiliki antibodi dalam aliran darahnya, dia rentan untuk terkena dan dapat dipantau lebih dekat.

Pengobatan Toxoplasma
Toxoplasmosis dapat ditangani secara medis. Ada beberapa obat, biasanya digunakan dalam kombinasi, untuk mengobati infeksi oleh parasit ini. Tiga obat yang paling sering digunakan ke pasien, termasuk orang dengan HIV adalah pirimetamin (Daraprim), sulfadiazin (Microsulfon), dan asam folinic. Namun, pasien hamil diobati dengan spiramisin (Rovamycine) dan leucovorin (Wellcovorin) di samping obat yang tercantum di atas. Pasien dengan HIV biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menjaga parasit tetap ditekan. Obat lain kadang-kadang digunakan adalah klindamisin (Cleocin), azitromisin (Zithromax), atau atovakuon (Mepron). Obat ini digunakan terutama ketika pasien alergi terhadap pirimetamin atau sulfadiazin. Dosis bervariasi, cara terbaik untuk menentukan perawatan medis individu adalah didasarkan pada situasi kesehatan pasien.

Sayangnya, pirimetamin (Daraprim) dan sulfadiazin (Microsulfon) dapat menyebabkan efek samping yang signifikan, terutama pada janin. Dua dari efek samping utama adalah penekanan sumsum tulang (pengobatan leucovorin dapat mengurangi penekanan ini) dan toksisitas hati untuk pirimetamin. Untuk sulfadiazin, efek samping bisa mual, muntah, toksisitas hati, kejang, dan gejala lainnya. Obat ini digunakan pada wanita hamil karena risiko infeksi oleh Toxoplasma biasanya lebih parah daripada efek samping obat. Dokter yang merawat harus diberitahu cepat jika efek samping terjadi.

Pencegahan Toxoplasma
Pencegahan Toxoplasmosis utamanya adalah untuk menghindari masuknya parasit. Berikut ini disarankan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terinfeksi Toxoplasmosis:

Benar-benar memasak semua daging (daging beku selama beberapa hari juga mengurangi kemungkinan Toxoplasma).

Mencuci tangan dan peralatan dengan benar setelah menyentuh daging mentah.

Cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi

Jangan minum susu yang tidak dipasteurisasi atau minum air mentah.

Beri makan kucing dengan makanan yang dimasak dengan matang.

Jangan mengadopsi atau memegang kucing liar.

Jangan memelihara kucing baru saat hamil.

Wanita hamil harus memakai sarung tangan saat berkebun, benar-benar mencuci tangan mereka setelah itu, dan menghindari kontak dengan kotoran kucing, dan sebaiknya meminta orang lain untuk membersihkan kotak kotoran kucing (bersihkan kotak kotoran kucing setiap hari).

Taruh kotak pasir kotoran kucing di luar ruangan saat tidak digunakan.

Ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasma dapat menginfeksi janin, akan tetapi pengobatan terhadap sang ibu dapat mengurangi kemungkinan menginfeksi janin. Organ dan darah donor terinfeksi Toxoplasma bisa menularkan parasit ke penerima, pengujian donor untuk parasit dapat mencegah jenis infeksi ini. Studi sedang berlangsung untuk menghasilkan vaksin Toxoplasma, namun sampai saat ini, tidak ada vaksin yang tersedia atau diproduksi secara komersial baik untuk manusia maupun kucing.

PENYAKIT INFEKSI TORCH PADA IBU HAMIL
Penyakit Infeksi TORCH

Penyakit Infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan. Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif, selanjutnya disarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.

Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.

TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga bisa menyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala misalnya), menyebabkan sering timbul radang tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya.

Infeksi TORCH Pada Ibu Hamil

1. Toksoplasmosis
Infeksi ini disebabkan oleh parasit (protozoan parasite Toxoplasma gondii) yang ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia. Parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. Sumber terutamanya adalah daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan.

Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski persentasenya kecil.

Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.

Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.

Pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis.

Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

2. Infeksi rubella
Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita anak-anak. Rubella yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan keguguran. Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak Jerman.

Untuk mencegah infeksi rubella, kaum wanita disarankan untuk melakukan vaksinasi. Perlindungannya mencapai 100 persen. Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.

Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25%.

Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

3. Cytomegalovirus (CMV)
CMV merupakan keluarga virus herpes. Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Transmisi vertikal dari ibu ke bayi melalui transplacental. Infeksi CMV pada ibu hamil bisa secara primer atau rekuren.

Infeksi primer pada ibu hamil ditandai dengan terjadinya serokonversi dari IgG antibodi CMV selama kehamilan atau didapatkan IgG dan IgM CMV bersama-sama selama kehamilan. Sedangkan infeksi rekuren ditandai adanya antibodi CMV pada fase sebelum terjadinya pembuahan. Pada infeksi primer, transmisi infeksi ke bayi sebesar 40%. Adanya IgG anti CMV pada ibu hamil tidak memberi perlindungan kepada bayi, sehingga kelainan kongenital mungkin terjadi. 

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini.

4. Herpes simplex
Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom. Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kulit, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

Fakta Mengenai Infeksi TORCH Pada Kehamilan

Infeksi TORCH merupakan gangguan pada kehamilan yang bisa membahayakan janin. Jika infeksi ini diketahui di awal masa kehamilan, risiko penularan dari ibu pada janin bisa dikurangi sehingga cacat bawaan bisa dicegah.

Infeksi TORCH dapat menyebabkan 5-10 persen keguguran dan cacat bawaan pada janin yang meliputi gangguan pendengaran, retardasi mental serta kebutaan. Sebagian besar cacat itu bisa dicegah dengan melakukan skrining TORCH di trimester pertama kehamilan. Jika hasilnya negatif, para ibu bisa diberi edukasi pentingnya menjaga kebersihan diri. Namun jika hasilnya positif, dokter bisa memberikan pengobatan untuk menurunkan risiko transmisi dari ibu ke janin.

Di Indonesia, dari 54.000 kehamilan yang terinfeksi toksoplasma 70 persennya memiliki antibodi. Sementara itu, 60 persen wanita memiliki antibodi terhadap virus herpes simplex. Kendati demikian, 50-85 persen ibu hamil yang terinfeksi rubela di trimester pertama kehamilan janinnya beresiko tinggi mengalami cacat organ.

Pada 10.000 ibu hamil yang hasil skriningnya positif TORCH, hanya 10 saja yang hasil diagnostiknya juga positif. Karena itu, skrining TORCH masih diperdebatkan keakuratannya. Skrining prenatal hanya disarankan untuk mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, misalnya ibu yang terinfeksi HIV. Untuk memberikan pengobatan pun standarnya adalah hasil diagnostiknya positif.

Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan cara pengambilan sedikit air ketuban untuk diperiksa di laboratorium. Hasilnya jauh lebih akurat dibanding dengan skrining berupa pengambilan darah. Jika hasil skrining positif baru disarankan untuk melakukan diagnostik tes sebelum diberikan pengobatan. Saat ini, pemeriksaan TORCH masih tergolong mahal untuk kebanyakan masyarakat. Akan tetapi, tindakan preventif jauh lebih murah daripada kuratif.

Dampak TORCH Pada Bayi
 1.  Toksoplasmosis
Pada wanita hamil, toksoplasma berdampak signifikan yaitu bisa mengakibatkan keguguran dan cacat.
Tiga serangkai klasik dampak pada bayi akibat infeksi toksoplasmosis pada kehamilan adalah meliputi korioretinitis, hidrosefalus, dan kalsifikasi intrakranial.

Gangguan yang dapat terjadi pada bayi dan janin akibat Toksoplasmosis pada kehamilan adalah: cairan tulang belakang tidak normal, anemia, Chorioretinitis, Kejang , Tuli, Demam, Growth retardation (gangguan pertumbuhan), Hepatomegaly (pembesaran liver), Hydrocephalus, Intracranial calcifications (pengapyran di otak), Kuning, Gangguan Belajar, Lymphadenopathy (pembedsaran kelenjar), Maculopapular rash (kemerahan kulit), Mental retardation (gangguan kecerdasan), Microcephaly (ukuran kepala kecil), Spasticity and palsies (kelumpuhan dan kelemahan otot), Splenomegaly (limpa membesar), Thrombocytopenia dan gangguan penglihatan

Toksoplasmosis kongenital hampir mirip penyakit yang disebabkan oleh organisme seperti virus herpes simplex, cytomegalovirus, dan virus rubella.  Bayi prematur dengan toksoplasmosis dapat mengembangkan SSP dan penyakit mata pada tiga bulan pertama kehidupan. Sebaliknya, T. gondii yang terinfeksi penuh  bayi lebih sering memiliki manifestasi penyakit ringan, dengan hepatosplenomegali dan limfadenopati dalam dua bulan pertama. Meskipun sebagian besar bayi terinfeksi dalam kandungan dilahirkan tanpa tanda-tanda jelas toksoplasmosis pada pemeriksaan rutin bayi baru lahir, hingga 80 persen mengakibatkan cacat visual di kemudian hari.

Infeksi kongenital itu berdampak pengurangan ketajaman visual dan lesi mata baru dapat terjadi melalui dekade ketiga kehidupan atau bahkan kemudian. Masalah pada mata memerlukan evaluasi ophthalmologic lengkap.

90% bayi yang terinfeksi toksoplasma menderita gangguan penglihatan sampai buta setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sejak ia lahir. Dari jumlah tersebut, 10% dapat mengalami gangguan pendengaran.

Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan beresiko mengalami 85% terkena retardasi mental, 75% mengalami gangguan saraf, 50% mengalami gangguan penglihatan dan 15% mengalami gangguan pendengaran.

Indikasi infeksi pada bayi dapat diketahui melalu USG yang memperlihatkan adanya cairan berlebihan pada perut, pengapuran pada otak serta pelebaran saluran otak. Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan mengalami gangguan fungsi saraf yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan psikomotor dalam bentuk gangguan kecerdasan maupun keterlambatan perkembangan bicara, serta kejang kejang dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan keterlambatan motorik. Toksoplasma juga berpotensi menyebabkan cacat bawaan, terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal,sampai 3 bulan dan bahkan kematian.

2.  Rubela
Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin. Sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Berdasarkan data dari WHO, paling tidak 236.000 kasus Sindrom Rubella Kongenital terjadi setiap tahun di negara-negara berkembang dan dapat meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi epidemi Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen. Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu.
Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.
Sindrom Rubella Kongenital akibatnya katarak pada lensa mata bayi, gangguan pendengaran atau tuli, gangguan jantung, dan kerusakan otak. Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf (pan-encephalitis)

3. Cytomegalovirus (CMV)
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) kongenital terjadi sekitar 30.000-40.000 bayi dilahirkan setiap tahun di Amerika Serikat, membuat Cytomegalovirus merupakan infeksi yang paling umum dan penting dari semua infeksi kongenital.

Kemungkinan infeksi dan luasnya penyakit pada bayi baru lahir tergantung pada status kekebalan ibu. Jika infeksi primer ibu terjadi selama kehamilan, tingkat rata-rata transmisi ke janin adalah 40%, sekitar 65% dari bayi ini memiliki penyakit Cytomegalovirus saat lahir. Dengan infeksi ibu yang berulang, risiko penularan pada janin lebih rendah, berkisar 0,5-1,5%, dengan sebagian besar bayi tampak normal saat lahir .

Sekitar 10% bayi dengan infeksi kongenital memiliki bukti klinis penyakit saat lahir. Bentuk yang paling parah dari infeksi CMV kongenital disebut sebagai Cytomegalic inclusion disease (CID). CID hampir selalu terjadi pada wanita yang memiliki infeksi sitomegalovirus primer selama kehamilan, meskipun kasus yang jarang dijelaskan pada wanita dengan kekebalan yang sudah ada sebelumnya yang mungkin memiliki reaktivasi infeksi selama kehamilan.

CID ditandai dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, hepatosplenomegali, abnormalitas hematologi (trombositopenia), dan manifestasi kulit berbagai, termasuk petechiae dan purpura (blueberry muffin bayi). Namun, manifestasi paling signifikan dari CID melibatkan SSP. Mikrosefali, ventrikulomegali, atrofi otak, korioretinitis, dan gangguan pendengaran sensorineural konsekuensi neurologis yang paling umum dari CID.

Kalsifikasi intraserebral biasanya menunjukkan distribusi periventricular dan yang biasa ditemui menggunakan CT scan. Temuan kalsifikasi intrakranial adalah prediksi defisit kognitif dan audiologic di kemudian hari dan memprediksi prognosis perkembangan buruk persarafan.
Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Bayi akan kehilangan pendengaran (tuli).

Sekitar 20%  dijumpai pada bayi yang terinfeksi virus adalah Limpa atau hati membesar disertai gejala kuning pada kulit atau mata. 90% bayi yang masih bertahan akan mengalami gangguan saraf berat seperti keterlambatan perkembangan mental.

Bila seorang ibu hamil didiagnosa tertular virus sitomegalo, janin dalam kandungan bisa diperiksa dengan melakukan pemeriksaan amniosintesa. Cara pemeriksaan ini hampir 80% dapat mendeteksi bayi apakah juga terinfeksi virus atau tidak. Tetapi tetap belum dapat diketahui apakah bayi menderita penyakit berat atau tidak. Namun demikian, periksaan USG pada janin dalam kandungan, bisa mengetahui kelainan otak dan organ lain.

Pada bayi baru lahir, 10% diantaranya akan menunjukkan gejala klinik berupa: IUGR, Ikterus (kuning), Hepatosplenomegali (pembesaran liver dan limpa), Ptekie sampai purpura (perdarahan bawah kulit), Pneumonia. Biasanya juga dijumpai kelainan kongenital lain seperti: penyakit jantung bawaan (defek septal), atresia bilier, hernia inguinalis dan abnormalitas musculoskeletal. Kebanyakan bayi yang bertahan hidup gejala CID memiliki gejala sisa neurologis dan perkembangan saraf jangka panjang yang signifikan .

Memang, telah diperkirakan bahwa sitomegalovirus kongenital mungkin terjadi pada kasus sindrom Down sebagai diketahui penyebab keterbelakangan mental pada anak.

4. Herpes Simpleks
Bayi paling berisiko tertular herpes neonatus bila ibunya sendiri tertular herpes simpleks pada akhir masa kehamilan. Hal ini terjadi karena ibu yang baru tertular belum memiliki antibodi terhadap virus, sehingga tidak ada perlindungan untuk bayi saat lahir. Tambahan, infeksi herpes baru sering aktif, sehingga ada kemungkinan yang lebih tinggi bahwa virus akan timbul di saluran kelahiran saat melahirkan.

Herpes neonatus dapat menyebabkan infeksi yang berat, mengakibatkan kerusakan yang menahun pada susunan saraf pusat, perlambatan mental, atau kematian.

Pengobatan, bila diberi secara dini, dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan menahun, tetapi bahkan dengan pengobatan antiviral, infeksi ini berdampak buruk pada kebanyakan bayi.
    
Diagnosa Penyakit TORCH
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya.

Diagnosis laboratorik dilakukan dengan menggunakan tes ELISA. Jika ditemukan bahwa antibodi IgM menunjukkan hasil positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%) untuk Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk HSV-II.

Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya.

Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya.

Namun begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.

Pengobatan TORCH
Infeksi-infeksi TORCH ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif. (Baca juga: Beda IgG dan IgM.)

Jika IgG positif dan IgMnya negatif, artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan).

Jika IgG positif dan IgM juga positif, maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi, maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma, jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan. Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan anda.

Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula beberapa cara pengobatan alternatif yang ditawarkan.

Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan menggunakan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.

Cara Penularan TORCH
Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai berikut :

Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.

Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).

Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).

Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya.

Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.

Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya.

Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang kebetulan kulitnya menempel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit TORCH.

Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.

Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.

Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya terkena penyakit TORCH.

Cara Menghindari TORCH
Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :

Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat Celcius, agaroosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa mati.

Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci / dibersihkan.

Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing, musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.

Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable (dibuang setelah dipakai).

Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif, jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.

Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan peralatan dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.

Bagi yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan, mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.

Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari orang dengan seronegatif TORCH.

Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.

Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk membasmi oosista.

Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik hewan agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.

Dari Uraian Teoritis dan Medical diatas tentang Apa itu TOXOPLASMOSIS dan TORCH

SEMUT KUMBANG 

OBAT SEGALA OBAT PENYAKIT KRONIS
TIBALAH Saatnya SOLUSI Alternatif untuk Mengobati Semua Penyakit yang terici diatas dengan OBAT TRADISIONAL asli dari INDONESIA

MANUSIA diberi PENYAKIT dari sang MAHA PENCIPTA wajib berihtiyar untuk mencapai kesembuhan Total....memang ketika kita menderita suatu penyakit terapi atau petolongan petama kita harus berobat ke Rumah Sakit(Karena di Sebuah Rumah sakit kita dapat mengetahui dengan segera diagnosa penyakit yang kita derita)

Akan Tetapi Perlu kita sadari OBAT-OBATan di Rumah Sakit Belum tentu besumber dari Alam,melainkan Senyawa kimia yang dibuat untuk menunda/Blok Sementara PENYAKIT....yang besifat sementara(besifat menunda Penyakit).

Tidak Ada Manusia yang menginginkan SAKIT...Kehendak kita Sehat Selamanya...
Tetapi dengan Bertambahnya usia sudah pasti penurunan daya tahan tubuh pasti berangsur tuun....

Tetapi Jangan Kuatir...INDONESIA Kaya akan obat HERBAL dan FAUNA Herbal dari Sabang sampai Meouke.

Pada Kesempatan kali ini kami akan Memaparkan FAUNA HEBAL yang telah terbukti oleh warga maluku dan papua"The Promise Land"/Tanah yang dijanjikan.

SEMUT KUMBANG 
"OBAT SEGALA PENYAKIT KRONIS"
the hidden unseen from the Promise Land of Papua(Irian Jaya) 

Apa itu SEMUT KUMBANG?
Semut kumbang adalah Fauna asal"the promise land"species ini banyak dijumpai di maluku dan papua sebagai pengahsil sagu di indonesia karena koloni semut kumbang ini hidup dan makan tidak di tanah melainkan hidup dan berkoloni di pangkal dan sela sela batang daun sagu.dan hanya memakan nira yang dihasilkan oleh manggar sagu.

Kondisi Fisik Semut Kumbang
Semut Kumbang adalah termasuk dalam kerajaan kumbang,kenapa dikatakan semut karena jenis kumbang ini punya sayap tetapi tidak dapat terbang,sayapnya cuma digunakan untuk melindungi tubuhnya yang rentan akan serangan predator lain. 
Besar dewasa Semut Kumbang ini sebasar 1cm, 
siklus perkembangan Ulat,Semut Muda,Dewasa.
Predator yang suka memakan semut kumbang ini adalah,burung cendawasih,tokek,dan semua jenis burung serta kumbang kumbang lain yang menghasilkan ulat sagu 

KEISTIMEWAAN SEMUT KUMBANG
SEMUT KUMBANG Banyak MENGANDUNG"STEROID"
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena.Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh(bahasa Inggris:saturated tetracyclic hydrocarbon:1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene)dengan 17 atom karbon dan 4 cincin.
Senyawa yang termasuk turunan steroid,misalnya kolesterol,ergosterol,progesteron,dan estrogen.Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon.Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana.Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.

Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3,banyak ditemukan pada tanaman,hewan dan fungsi.Semua steroid dibuat di dalam sel dengan bahan baku berupa lemak sterol,baik berupa lanosterol pada hewan atau fungsi,maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan.Kedua jenis lemak sterol di atas terbuat dari siklisasi squalena dari triterpena.Kolesterol adalah jenis lain lemak sterol yang umum dijumpai.

Beberapa steroid bersifat anabolik,antara lain testosteron,metandienon,nandrolon dekanoat,4-androstena-3 17-dion.Steroid anabolik dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya,seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi,yang berguna bagi jantung,menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah,stimulasi tumor prostat,kelainan koagulasi dan gangguan hati,kebotakan,menebalnya rambut,tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria.Secara fisiologi,steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.

FAKTA TERSEMBUNYI dibalik"SEMUT KUMBANG "untuk kesehatan adalah:

Dipercaya/RAHASIA tersembunyi Orang Orang Suku Pedalaman di Maluku dan Papua untuk mengobati segala penyakit yang tidak biasanya mereka derita.(Penyakit aneh baru...baru mengkonsumsi Semut Kumbang ini)

Untuk berperang atau berburu...setiap akan berburu dan berperang kebiasaan mereka mengkonsumsi setiap 2 jam sekali untuk menjaga keagresifan dan semangat dan tidak mudah lelah

Pasangan Muda-mudi yang sudah menikah biasanya didalam ritual adat,oleh ketua suku diselipkan semut kumbang di minuman yang disiapkan oleh ketua adat untuk mempelai.

Wanita dewasa yang akan melahirkan...mengkonsumsi 1 jam sekali sebelum melahikan

Anak-anak suku pedalaman biasanya mengkonsumsi 1 kali dalam sehari semut kumbang ini.

Memang kumbang ini sangat sulit didapatkannya..tidak semua pohon sagu terdapat koloni semut kumbang ini.kebiasaan semut kumbang ini bekoloni di pohon sagu yang muda dan terdapat di pegunungan yang jarang dirambah oleh orang.

Beruntung sekali kami mendapatkan kumbang ini dari papua...sewaktu kami penelitian tentang kebenaran"the promise land of papua"yang ramai akan diperebutkan oleh bangsa yahudi,karena banyak mengandung kekayaan hayati dan alami(flora,fauna dan hasil bumi tambang)

Sesamapinya di jawa,kami pertama kesulitan untuk mengkembang biakkannya...

kami coba dengan memakai gula jawa,gula pasir sampai sagu olahan....hasilnya banyak yang mati

semula kami membawa kuang lebih 100bh semut kumbang ini.

dari 100 tertinggal 20bh yang masih bertahan hidup...

akhirnya kami putuskan untuk membeli Ragi Tape walhasil dari 20b sekarang koloni ini sudah ribuan sejak kami bawa dari"the Promise Land"dan banyak menyelamatkan teman teman,keluarga dan banyak orang di sekitar kami.yang mengalami penyakit yang aneh langsung kami sarankan untuk mengkonsumsi semut kumbang ini....dan teryata mereka berucap syuku kepada tuhan gejala penyakit meeka berkurang...dan banyak yang sembuh total.

Cara Mengkonsumsi Semut Kumbang ini

Ketika Terjangkit penyakit ANEH(.....misal HIV,Meningitis,Hepatitis, Penyakit Toxoplasmosis, TORCH,dlll)

Caranya mengkonsumsi 2 kali mengkonsumsi 2bh semut kumbang setiap hari...atau menurut kebutuhan Selama 1 minggu tanpa putus (buktikan sendiri jangan berapreori karena berdasarkan pengalaman yang kami dapat adalah efek samping dari mengkonsumsi in kenayakan positif)

Untuk Kesehatan 

Caranya mengkonsumsi 2bh Semut kumbang ini...buktikan dan rasakan sendiri.

ingat dengan mengkonsumsi semut kumbang ini tidak bersifat ketergantungan

......Untuk kehamonisan Hubungan rumah tangga....
Silahkan coba dan Rasakan Sendiri kasiatnya
Sebelum melancarkan hajat sebaiknya 1hari sebelum berhubungan konsumsi rutin 3bh setiap 6jam
Selamat Menikmati.

Penampakan SEMUT KUMBANG
Maaf kami sudah mencai Google dan Intenet jenis kumbang ini belum ketemu termasuk dalam spicies dan kerajaan apa.

ITULAH JAWABAN KENAPA ORANG ORANG di PAPUA dan MALUKU

Mempunyai Fisik yang KUAT dan Agesif

karena mereka mengkonsumsi sagu dan tempat semut kumbang ini berkembang biak

<a href="http://2.bp.blogspot.com/-FPJFPbcIOvg/U5MbueNeZEI/AAAAAAAA9Wk/7ZpdjAvM1ag

Show more