2015-08-14

Simposium Internasional PPI Dunia yang ketujuh diadakan di Singapura. Acara terselenggara atas kerjasama PPI Singapura dan PPI Dunia, serta dihadiri oleh perwakilan 37 PPI Negara dari seluruh Dunia. PPI UK sendiri secara resmi mengirimkan dua orang delegasi, yaitu Oktoviano Gandhi, Koordinator Bidang Administrasi, serta Luthfilauri Nadhira, Kepala Subdivisi Hubungan Eksternal. Simposium ini diadakan di KBRI Singapura pada tanggal 8 – 10 Agustus 2015. Simposium terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah diskusi panel dan kuliah umum dari keynote speaker pada tanggal 8-9 Agustus yang dihadiri oleh delegasi dan peserta umum dengan mengangkat tema “Mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Bagian kedua adalah kongres PPI Dunia yang hanya dihadiri oleh 2 delegasi resmi dari setiap PPI Negara yang hadir di Simposium Internasional.

Pada tanggal 8 Agustus 2015, Simposium Internsional PPI Dunia yang ke tujuh resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan, dan juga Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Bapak Andri Hadi. Tidak lupa kata sambutan disampaikan oleh koordinator PPI Dunia periode 2014-2015, Ahmad Almaududy Amri; Sekretaris Jendral PPI Singapura, Augustinus Benyamin; dan ketua panitia Simposium Internasional PPI Dunia, Vincentia Maudy. Hari pertama Simposium Internasional dihadiri oleh sekitar 300 peserta.

Setelah pembukaan, Bapak Anies Baswedan memberikan kuliah pembuka kepada para hadirin. Kuliah pembuka yang dibawakan berisi beberapa pemaparan sumber masalah yang menyebabkan kurangnya daya saing Indonesia di ASEAN, salah satunya ketimpangan saranan infrastruktur di perkotaan dan pedesaan. Selain itu, beliau juga berpesan kepada semua generasi muda di seluruh penjuru dunia untuk membuat terobosan untuk menyelesaikan masalah di Indonesia dengan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah ditimba. Untuk melakukan ini, para mahasiswa tidak harus bekerja di dalam pemerintahan, malah Bapak Anies menganjurkan agar kita untuk bergabung dengan industri dan pihak swasta. Beliau bependapat bahwa sektor industri tidak kalah pentingnya dalam memajukan Indonesia. Hal ini disampaikan karena generasi muda adalah harapan untuk Indonesia yang lebih maju ke depannya.

Setelah jeda istirahat, acara dilanjutkan kembali dengan keynote speech yang disampaikan oleh Wakil Presiden RI ke 11, Bapak Prof. Boediono. Dalam pidatonya, Bapak Boediono menyebutkan bahwa golongan elit, yang dalam hal ini beliau definisikan sebagai mahasiswa, memiliki peran yang penting untuk mendorong kemajuan bangsa. Beliau juga menyinggung bahwa kesadaran mahasiswa dalam berpolitik itu penting dan beliau berharap mahasiswa terbaik bangsa mau terlibat di dalam politik untuk kemajuan dunia perpolitikan di Indonesia.

Simposium hari pertama dilanjutkan dengan kuliah utama yang diberikan oleh Menteri Perhubungan, Bapak Ignasius Jonan. Dengan gaya berbicara yang khas dan lucu, beliau sukses melenyapkan segala kelelahan dan kepenatan peserta. Tak lupa beliau mengabarkan kepada peserta tentang perkembangan pembangunan infrastruktur di Indonesia, khususnya di bidang perhubungan. Beliau menyampaikan bahwa pemerintah akan berkonsentrasi pada perbaikan infrastruktur, dimulai dari segi keselamatan, kemudian dilanjutkan denagn peningkatan kuantitas pelayanan dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan.

Setelah istirahat makan siang, acara Simposium memasuki panel diskusi pertama yang memiliki tema “Semangat 250 juta Manusia: Banyak anak, pastikah banyak Rezeki?”. Panel diskusi ini diisi oleh dua pembicara. Pembicara pertama adalah Bapak Faisal Basri yang merupakan seorang ahli Ekonomi. Bapak Faisal Basri menyampaikan bahwa Indonesia harus memperkuat industri ekspor dan impor. Selain itu, integrasi antara Pemerintah dan rakyat perlu dilakukan untuk terciptanya suatu stabilitas ekonomi di Indonesia. Pembicara kedua di panel diskusi ini adalah Bapak Ririk Ardiansyah yang merupakan Direktur Utama Telkom Indonesia. Melalui kuliahnya, Bapak Ririk berpesan tentang besarnya kapabilitas dan potensi terpendam yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia melalui cerita kesuksesan Telkom Indonesia yang mampu melakukan ekspansi ke beberapa negara dengan membuka kantor cabang di sana.

Acara hari itu berlanjut ke panel diskusi kedua yang bertemakan “Memperbaiki pendidikan, meraih momentum di era keterbukaan ekonomi”. Dua pembicara yang hadir untuk mengisi panel diskusi kedua ini adalah Ibu Phillia Wibowo selaku Direktur McKinsey’s Indonesia dan Prof. Yohannes Surya yang merupakan Fisikawan kebanggaan Indonesia. Sebagai pembicara pertama, Ibu Phillia memaparkan bahwa Indonesia memerlukan banyak problem solver yang mampu memimpin dan menginspirasi serta memiliki mimpi yang tinggi. Di lain pihak, Prof. Yohanes Surya sebagai pembicara kedua memaparkan mengapa Indonesia memiliki daya saing sumber daya manusia yang lemah. Melalui hasil riset panjangnya, beliau berkesimpulan bahwa metode mengajar di Indonesia, terutama untuk mata pelajaran Matematika tidak efektif. Di akhir diskusi, Prof. Surya mengingatkan bahwa tidak ada manusia yang bodoh dan semua manusia berpotensi untuk menjadi pintar jika mau berusaha dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif.

Hari pertama Simposium Internasional diakhiri dengan acara jamuan makan malam oleh KBRI Singapura. Acara ini dihadiri oleh sebagian besar peserta yang hadir di siang harinya. Sembari menikmati hidangan khas Nusantara, para hadirin ditemani dengan berbagai hiburan dari mulai tarian sampai musik tradisional yang dibawakan oleh berbagai PPI universitas di Singapura.

Keesokan harinya, tanggal 9 Agustus 2015, acara Simposium Internasional hari kedua dimulai dengan sosialisai tentang beasiswa LPDP yang diberikan langsung oleh Direktur Utama LPDP, Bapak Eko Prasetyo. Selain memberikan banyak informasi mengenai beasiswa LPDP, Bapak Eko Prasetyo juga mengingatkan kepada peserta Simposium untuk tetap berkontribusi untuk Indonesia di mana pun berada sesuai dengan kapabilitas masing-masing. Khusus bagi mahasiswa di luar negeri, beliau berpesan untuk terlibat dengan PPI karena pada dasarnya mahasiswa di luar negeri merupakan duta bangsa Indonesia.

Sebelum acara berlanjut ke panel diskusi ketiga, perwakilan NET. TV, Adrian, menyampaikan apa yang bisa mahasiswa di luar negeri lakukan untuk bekerjasama dengan NET. TV. Salah satunya adalah dengan menjadi citizen journalist yang diharapkan dapat melaporkan kejadian yang menarik yang sedang hangat terjadi di negara-negara tempat mereka studi.

Acara berlanjut ke panel diskusi ketiga yang memiliki tema “Semangat kewirausahaan: Membangun keunggulan kompetitif bagi Indonesia”. Pada panel diskusi kali ini, tiga orang pembicara memberikan kuliah mengenai kewirausahaan. Pembicara pertama adalah Ibu Mari Elka Pangestu. Inti dari kuliah singkat yang disampaikan beliau adalah Indonesia berpotensi untuk maju dan bersaing di bidang kewirausahaan, terutama di sektor industri kreatif. Ibu Mari juga berpesan kepada mahasiswa yang hadir untuk tidak cepat menyerah dan mencoba belajar dari kegagalan. Panel diskusi dilanjutkan oleh CTO Traveloka sekaligus perwakilan pengusaha muda Indonesia, Derianto Kusuma. Derianto menyampaikan kepada peserta  tentang MEA dari sudut pandang pelaku ekonomi mikro, di mana usaha kecil menengah memiliki peran aktif. Beliau juga berpesan kepada pemerintah untuk tidak mempersulit generasi muda untuk berkarya melalui bisnis. Pembicara terakhir di panel diskusi ketiga adalah seorang wirausahawan terkemuka di Indonesia dan juga pendiri Saratoga group, Bapak Sandiaga Uno. Melalaui kuliahnya, ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik. Yang pertama adalah pentingnya bermitra karena menurut Bapak Sandiaga ada sebuah kenyamanan tersendiri apabila kita berada di sekeliling orang-orang yang mau membantu kita. Yang kedua adalah pentingnya untuk memiliki mindset layaknya seorang wirausaha; yaitu kerja keras, kerja tuntas, kerja cerdas dan kerja ikhlas agar suatu saat akan banyak bermunculan wirausahawan Indonesia yang berkualitas.



Sebelum berlanjut ke panel diskusi terakhir, acara dilanjutkan dengan istirahat makan siang selagi menunggu kehadiran Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla, yang akan memberikan kuliah umum kepada peserta Simposium Internasional di hari kedua. Kuliah umum dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh hadirin. Pada kuliah umumnya, Bapak Wakil Presiden berpesan kepada mahasiswa di luar negeri untuk tidak lupa dengan Indonesia setelah menuntaskan studinya. Namun, beliau juga mengingatkan untuk menyerap sebanyak-banyaknya pengalaman kerja sebelum pulang ke Indonesia agar ilmu yang sudah ditimba sudah lebih terasah untuk diaplikasikan di bumi Pertiwi. Pada sesi tanya jawab, menanggapi pertanyaan mengenai pemulangan mahasiswa Indonesia di Yaman, Pak Jusuf Kalla menyatakan bahwa Indonesia sudah tidak kalah dari negara-negara di Timur Tengah dalam ilmu Islam, terutama karena Indonesia dapat menjaga keharmonisan bangsa meskipun berbeda-beda agama. Oleh karena itu, beliau menyatakan akan dibangunnya perguruan tinggi Islam internasional di Indonesia tahun depan. Dengan demikian para mahasiswa Indonesia tidak perlu berangkat ke negara yang sedang dilanda konflik untuk mendalami ilmu Islam.

Usai kepulangan Bapak Jusuf Kalla, acara pun berlanjut ke panel diskusi yang terakhir. Panel diskusi ini bertema “Pengalaman internasional untuk kemajuan nasional: Meningkatkan kontribusi diaspora Indonesia”. Panel diskusi ini memiliki jumlah pembicara terbanyak, yaitu sebanyak empat orang yang datang dari berbagai kalangan. Yang pertama adalah seorang akademisi yang sedang menempuh pendidikan doktoral bidang Antropologi di National University of Singapore, Ibu Nur Aisyah Katarumalos. Pembicara kedua di panel ini adalah Bapak Haryanto T. Budiman yang sedang menjabat sebagai CEO JP Morgan Indonesia. Panel diskusi kediasporaan dilanjutkan oleh pembicara ketiga, yaitu Bapak Bastian Sembiring. Pembicara terakhir di panel diskusi kali ini adalah Bapak Ainun Najib yang merupakan diaspora di Singapura sekaligus pencetus website kawalpemilu.org. Walaupun berbeda profesi, keempat pembicara memiliki pesan kepada mahasiswa serta diaspora di luar Negeri untuk tetap bisa berkontribusi bagi Indonesia meskipun mereka berada di luar Indonesia. Dengan berakhirnya panel diskusi keempat, berakhir pula Simposium Internasional PPI Dunia di hari kedua.



Hari terakhir Simposium PPI Dunia, tanggal 10 Agustus 2015, adalah hari kongres PPI Dunia. Kongres PPI Dunia diadakan untuk meregenerasi kepengurusan dewan presidium PPI Dunia. Kongres dimulai dengan pemilihan dewan presidium sidang kongres, di mana perwakilan delegasi PPI Spanyol, PPI Arab Saudi dan PPI Jepang secara sukarela maju untuk memimpin jalannya sidang. Sidang dimulai dengan pembahasan tata tertib sidang yang berjalan dengan cukup lancar. Kemudian sidang dilanjutkan dengan presentasi terkait laporan pertanggung jawaban oleh dewan presidium PPI Dunia periode 2014-2015 yang dipimpin oleh Ahmad Almaududy Amri selaku koordinator PPI Dunia periode 2014-2015.

Setelah laporan pertanggung jawaban disampaikan dan dinyatakan diterima secara mufakat oleh semua delegasi, sidang berlanjut ke pembahasan rekomendasi program kerja PPI Dunia periode berikutnya dan dibarengi dengan penetapan koordinator PPI Kawasan. Setelah melakukan pembahasan, terpilihlah koordinator-koordinator dari setiap kawasan; yaitu, Dewa Frendika dari PPI Perancis sebagai koordinator PPI kawasan Amerika dan Eropa, Gregorius Rionugroho dari PPI Korea Selatan sebagai koordinator PPI kawasan Asia dan Oseania dan Imam Khairul Annas dari PPI Arab Saudi sebagai koordinator PPI kawasan Timur Tengah dan Afrika. Ada pun beberapa rekomendasi yang dihasilkan melalui diskusi per kawasan di antaranya pengintegrasian biro pers PPI Dunia dengan biro pers PPI se Dunia guna memberikan perkembangan terkini mengenai seputar kegiatan mahasiswa Indonesia di seluruh dunia.

Setelah istirahat makan siang, sidang berlanjut ke pembahasan perubahan  AD/ART PPI Dunia. Sidang  berjalan cukup alot karena ada beberapa rekomendasi terkait perubahan AD/ART yang disusun oleh tim ad hoc AD/ART PPI Dunia yang tidak disetujui oleh beberapa delegasi sehingga memerlukan pembahasan dan perubahan lebih lanjut. Setelah merampungkan draft AD/ART, acara berlanjut ke pemilihan koordinator PPI Dunia. Dari tujuh nama yang dicalonkan, lima di antaranya menyatakan mengundurkan diri sehingga hanya tersisa dua nama, yaitu Monica Jonan selaku delegasi dari PPI Ceko dan Steven Guntur dari PPI Rusia. Setelah melakukan kampanye singkat, pemilihan suara melalui musyawarah mufakat tidak dapat dicapai sehingga terjadilah voting. Pada akhirnya, Steven Guntur dari PPI  Rusia terpilih untuk menjadi koordinator PPI Dunia periode 2015-2016.



Sebelum acara Simposium Internasional PPI Dunia ditutup, diadakan pemilihan tempat untuk Simposium Internasional tahun depan. Ada pun PPI Negara yang mencalonkan diri sebagai tuan rumah adalah PPI Mesir, PPI Filipina dan PPI Taiwan. Melalui voting, PPI Mesir mendapatkan amanah untuk menyelenggarakan Simposium Internasional PPI Dunia tahun 2016. Rangkaian acara Simposium Internasional PPI Dunia pun ditutup oleh Atase pendidikan dan kebudayaan KBRI Singapura. Dengan demikian, selesailah acara Simposium Internasional PPI Dunia ke tujuh yang diselenggarakan di Singapura.

Show more