2014-11-06

Salam kenal semuanya, perkenalkan nama saya Jesa, sudah selesai kuliah dari University of Salford di kota Manchester, kebetulan saya ambil S2 di bidang Islamic Banking & Finance. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman dari berbagai macam pengalaman selama menempuh kuliah S2 di Britania Raya, lebih singkatnya ada 3 poin cerita kilas balik yang akan dituliskan:
Sabar Menunggu Visa

Salah satu syarat untuk tinggal di negara luar adalah dengan membuat paspor dan visa. Paspor telah ada karena sebelumnya pernah berpergian ke luar Indo, tapi visa belum ada dan harus membuatnya dalam kurun waktu sebulan. Untuk mahasiswa sementara yang ingin belajar diwajibkan mempunyai student visa. Syaratnya lumayan banyak ada 13 poin lebih yang harus dipenuhi. Silakan cek di website UKBA untuk lebih lengkapnya. Cukup banyak persyaratannya dan semua harus diurus dalam waktu mepet. Ini juga yang membuat kehidupan di bulan Juni dirundung duka *lebay*. Dalam waktu 2 minggu visanya harus jadi sebabnya tanggal 27 Juni kelas sudah dimulai yang kegiatannya diisi dengan orientasi student. Tiap hari pembahasan dalam 2 minggu ini diisi dengan pertanyaan yang sama “visanya udah jadi belom?” Mau makan, tidur, nonton, sholat, sampai pergi yang terlintas adalah visa, visa, visa, dan visa. Singkat cerita, barulah terjawab semua pertanyaan di minggu ketiga akhir bulan Juni tanggal 28 keluarlah secercah harapan, visanya keluar…. tadaaa… Alhamdulillah memang sesuatu akan indah pada waktunya asal dengan kesabaran. Dan cerita perjuangan di kota Manchester barulah dimulai.

Kota Manchester

Ketika mendengar kota ini apalagi kalau bukan club papan atas yang terbesar di dunia Manchester United FC. Sejarah dari kota terkesan warna merah ini adalah pengakuannya perkemahan penduduk Roma yang disebut Mamucium, sisa peninggalannya bisa dilihat di Castlefield. Seiring bertambahnya bangunan seperti benteng dan tembok perang yang dibangun oleh suku Saxon, kota ini berubah menjadi daerah industri pertama dan terbesar di Inggris. Pada abad 20 semakin banyak pembangunan mendasar di bidang sosial dan ekonomi. Saya pribadi sangat suka dengan pengaturan kotanya oleh pemerintah karena sekotor apapun di malam hari, keesokan harinya sudah bersih. Ditambah lagi dengan disiplinnya transportasi bus dan kereta, mudah-mudahan suatu saat nanti kota-kota di Indonesia bisa berkembang ke arah yang baik.

Museum, salah satu tempat yang saya jajah pertama kali dan membuat pikiran saya mengingat film ‘night at the museum’ dimana semua benda-bendanya bergerak waktu malam hari juga saling berinteraksi, film dengan imajinasi yang super… tapi ga masalah kalo kata pak Albert Einsten yang menyuruh kita selalu berimajinasi dan berpikir kreatif. Meskipun dia ahli di bidang sains tapi quotesnya juga ditulis di dalam museum ini yaitu “look deep into nature and then you will understand everything better”.

Pastinya kalau kita berbicara tentang kota Manchester tidak pernah luput dengan tim sepak bola Manchester United. Adalah stadion yang dimiliki oleh tim bola terbesar di dunia yaitu Old Traffod Stadium. Old Trafford The Theatre of Dreams diberikan oleh Sir Bobby Charlton) adalah sebuah stadion di kota Stretford, Trefford, Manchester Raya, UK dan merupakan stadion milik Manchester United F.C. Lapangan ini menjadi permanen milik Manchester United F.C. sejak 1910 (sempat absen pada tahun 1941-1949 karena dibom saat Perang dunia kedua). Stadion ini terletak kira-kira setengah mil dari lapangan kriket Old Trafford dan Metrolink.

Terkadang stadion ini menjadi tuan rumah pertandingan semi-final Piala FA sebagai tempat netral, dan menjadi markas timnas Inggris ketika Wembley dalam proses renovasi. Dengan terpilihnya London sebagai tuan rumah Olimpiade 2012, stadion ini akan digunakan untuk beberapa pertandingan penyisihan sepak bola pria dan wanita. Di samping sepak bola, Old Trafford telah menjadi tempat penyelenggaraan Grand Final liga super Eropa sejak sistem playoff diadopsi oleh liga rugbi tahun 1998. Juga, pada awalnya, lapangan ini juga digunakan untuk shinty, olahraga tradisional Skotlandia.

Pertama-tama kita harus bayar tiket tour dulu, kira-kira dari 10 – 16 pounds tergantung umur dan punya student card. Lalu nanti diberi tahu jadwal guidenya jam berapa. Saya kebagian jam 1 siang jadi sebelumnya saya gunakan untuk keliling museumnya. Di dalamnya banyak terdapat benda-benda sejarah dari mulai kaos, peralatan bola, trophy, tanda tangan, hingga patung pemain legendanya. Waktu menunjukkan pukul 1 dan pemandu guide pun sudah hadir, mulailah dia menjelaskan semua do’s and don’ts. Kami semua diarahkan di setiap lorongnya untuk sampai ke bangku penonton. Dan akhirnya saya melihat langsung rumput hijau yang bersih tempat para pemain MU berlaga. Ini perasaan kedua yang paling membuat jantung berdebar-debar. Perasaan pertama kali itu saat melihat Ka’bah di depan mata sewaktu umroh dulu. Tapi saya juga cukup yakin untuk dunia sepak bola timnas Indonesia suatu saat akan bisa menjadi bagus seperti liga premier Inggris.

Cerita Wisuda
Akhirnya setelah 1 tahun penuh saya menyelesaikan kuliah, tibalah pada waktu yang sangat ditunggu-tunggu. Persiapan untuk wisuda pun sudah dipersiapkan dengan baik dari mulai tiket dan visa untuk keluarga, dari kampus biasanya dapat 2 tiket gratis untuk orang tua tapi kedua adik saya pun ingin ikut merasakan kehidupan di negara Inggris jadi beli tiket tambahan. Kemudian gaun untuk wisuda harus sewa kepada pihak kampus, ketika saya memakainya seperti jubah Harry Potter berwarna hitam panjang seperti baju terusan yang memiliki garis kuning, didalamnya memakai kemeja dan dasi. Ketika masuk keruangan penyewaan baju, mereka akan memberi petujuk cara pakainya, sangat menarik dan berbeda dengan baju wisuda saat saya lulus S1 dari UGM.

Selanjutnya kami para calon wisuda masuk ke dalam ruangan yang sudah mereka atur tempat duduknya. Bayangan saya pembukaan wisuda seperti acara yang sangat formal seperti menyanyikan hymne almamater, ternyata dibuka oleh kelompok musisi dengan terompet dan saxophone setelah itu datang penyanyi yang juga mahasiswa kampus Salford. Luar biasa santai seperti di pantai! Hehehe. Berikutnya datanglah para dosen, Professor, dekan, dan rektor kampus dengan jubah yang berwarna-warni sesuai jurusan masing-masing, pokoknya keren. Barulah sambutan dari rektor dan dekan kepada kami calon alumni yang panjang, pikiran saya sudah mulai membawa untuk tidur karena sudah mulai membosankan. Ternyata tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, kampus ini telah mengundang salah satu pemain sepak bola legenda dari Manchester United untuk diberi gelar penghormatan Honory Causa, yaitu Gary Neville. Subhanallah, salah satu pemain dari Class of ’92 yang pernah juga menjadi pelatih nasional Inggris ini memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup di sekitar daerahnya, Manchester. Karena dia selalu aktif dalam analisis dampak dan lingkungan stadion Old Trafford dan juga pembangunan berkepanjangan, kampus Salford memberinya penghargaan. Memang bagusnya di negara ini siapapun bisa mendapat penghargaan Honory Causa walapun tidak menempuh pendidikan secara formal. Semoga saja bangsa Indonesia kedepannya banyak melahirkan tokoh masyarakat yang fokus dalam hal pembangunan yang berkepanjangan. Yang awalnya ingin tidur malah jadi semangat mendengarkan pidato dari Gary Neville, sangat inspiratif. Setelah acara selesai, foto-foto dengan dosen, teman, dan keluarga saya mengembalikan baju untuk kembali pulang.

Cukup sekian cerita dari saya semoga bisa memberikan kesan yang baik untuk belajar di Britania Raya. Kesimpulannya, study is more than just about the result, but it is more likely about the process, nikmati prosesnya karena dari situ kita akan mendapat pelajaran sesungguhnya. Dan saya sangat yakin bahwa teman-teman sekalian akan lebih banyak mendapat pelajaran berharga untuk membangun negara Indonesia tercinta kita. Terakhir jika ada yang ingin didiskusikan tentang kehidupan di kampus Salford atau kehidupan di kota Manchester silahkan follow twitter saya @jaesarahman atau email di rjaesa@yahoo.com.

Jaesa Rahmannialdy
Msc Islamic Finance & Banking at Salford University (Postgraduate)

The post Merajut Mimpi di Manchester appeared first on Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom.

Show more