Pengantar/ Materi Kuliah Veda (resume) II
Selamat datang di materi yang ke dua ini, disini adalah lanjutan materi sebelumnya. silahkan ke materi sebelumnya.
BAB V WEDANGGA
5.1 Pengertian Wedangga
Wedangga berasal dari kata Angga yang berarti badan atau batang tubuh. Jadi untuk mempelajari Weda itu harus dirumuskan sedemikian rupa, ibarat mempelajari tubuh manusia, kita harus mempelajari semua susunan yang ada dalam manusia itu agar kita mudah memahami apa sebenarnya manusia itu dan apa makna susunan itu. Dari weda itu perlu kita ketahui akar kata, kejadiannya, gaya bahasa, persamaan kata, berbagai kata kias, penggunaan bahasa dalam astronomi, termasuk berbagai macam aspek kajian filsafat yang terkandung. Wedangga sangat penting dan diperlakukan karena kitab ini secara tidak langsung berperan berbagai rambu – rambu lalu lintas sebagai pelita dan sebagai tonggak penuntun dalam memperlajari weda.
5.2 Kedudukan Wedangga Dalam Weda
Kedudukan wedangga amatlah sangat penting dan sangat kuat sehingga tidak dapat dipisahkan dengan weda kalau kita ibaratkan seperti bayi dengan ibunya. Karena dengan wedangga akan membantu seseorang untuk mempermudah memahami dan mempelajari inti hakekat weda.
5.3 Berbagai Macam Wedangga
Menurut cabang ilmu yang dibahas, Wedangga dapat dijabarkan menjadi enam kelompok yang disebut dengan sad wedangga. Sad artinya enam, adapun enam kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
1) Siksa yaitu ilmu tentang cara membaca dan cara mengeja
2) Wyakarana yaitu ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa
3) Chanda yaitu ilmu yang mempelajari irama atau cara untuk melagukan syair Weda
4) Nirukta yaitu ilmu tentang kosakata yang digunakan dalam Weda
5) Jyotisa yaitu ilmu tentang perbintangan yang digunakan untuk menetukan hari baik dalam upacara tertentu
6) Kalpa yaitu ilmu yang mempelajari tentang pedoman pelaksanaan upacara
BAB VI GARIS – GARIS BESAR ISI WEDA
Garis – garis besar weda dapat dikelompokkan menjadi empat bagian utama yaitu :
1) Kelompok Wijnana yaitu kelompok yang membahas segala aspek pengetahuan termasuk yang didalamnya berbagai silsilah penting. Yang paling menonjol dalam aspek wijnana adalah aspek yang memberi keterangan dasar mengenai pandangan filsafat metafisika (ilmu yang mempelajari gejala – gejala alam atau benda itu) berdasarkan weda.
2) Kelompok Karma adalah kelompok yang membahas segala teori dan infomasi dengan mantar bagaimana dunia ini diciptakan melalui satu kurban besar atau maha yajna yang dilakukan oleh Maha Purusa.
3) Kelompok Upasana adalah kelompok yang membahas segala aspek pengetahuan yang ada kaitannya dengan petunjuk dan cara melakukan hubungan dengan Tuhan
4) Kelompok jnana adalah kelompok yang membahas segala aspek pengetahuan sebagai ilmu murni
6.1 Ajaran Bhaktiyoga
Kata bhakti dalam bhakti yoga berarti penghormatan yang dilakukan dengan penuh sujud, taat, patuh dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sang pencipta dan penguasa. Dimana bhakti itu dapat diwujudkan dengan jalan kasih sayang terhadap semua mahluk ciptaannya.
6.2 Ajaran Jnanayoga
Jnana yang artinya pengetahuan atau ilmu, dengan jalan jnana yoga artinya kita mengabdikan diri atau hidup ini dengan pengamalan ilmu yang kita miliki.
6.3 Ajaran Rajayoga
Istilah raja yoga adalah merupakan singkatan untuk istilah Rajaguhyayoga, yaitu jalan pengungkapan rahasia yang paling utama (raja). Jenis ini juga disebut Rajawidya atau pengetahuan yang paling tinggi. Ukuran yang paling tinggi karena jenis ini pada intinya merupakan pengungkapan pengetahuan tentang Tuhan.
6.4 Ajaran Wibhutiyoga
Tuhan dengan sifat – sifatnya yang mulia yang melebihi segala yang ada merupakan ajaran Wibhutiyoga. Dengan ungkapan bahwa Tuhan merupakan dewa dari semua dewa, yang maha bijaksana, maha mengetahui, maha adil, maha tinggi, maha kudus, terbaik yang paling baik,tertinggi yang paling tinggi, dan sebagainya yang merupakan ajaran Wibhutiyoga. Ajaran ini adalah penggambaran lahirriah sebagai hasil pengamatan bathin itu. Makna utama dalam ajaran wibhutiyoga berdasarkan bhagawangita adalah sebagai jawaban atau yang memberi jawaban atas pertayaan yang mempersoalkan sifat – sifat Tuhan.
6.5 Ajaran Karmayoga
Karmayoga adalah ajarannya pada masalah – masalah keduniwian. Walaupun didalannya termasuk ajaran ritual, namun bentuk ajaran ritual ini dikaitkan pula pada msalah – masalah dunia. Yang bertujuan untuk memberi dasar spiritual pada masalah dunia.
BAB VII UPAWEDA
7.1 Pengertian Upaweda
Istilah Upaweda diartikan sebagai weda yang lebih kecil dan merupakan kelompok kedua setelah Wedangga. Upa yang berarti dekat atau sekitar, dan weda berarti pengetahuan. Dengan demikian Upaweda berarti sekitar hal – hal yang bersumber dari weda. Upaweda meyangkut aspek pengkhususan untuk bidang tertentu.
7.2 Kedudukan Upaweda
Upaweda pada dasarnya dinyatakan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan weda. Tiap buku merupakan pengkhususan dalam memberikan keterangan yang sangat diperlukan untuk mengetahui dalam weda. Upaweda berfungsi untuk meningkatkan pengertian dan pendalaman serta memberi penjelasan tentang berbagai yang terdapat dalam weda. Jadi kedudukannya sama dengan kedudukan wedangga terhadap weda.
7.3 Berbagai Macam Upaweda
Ada empat bagian dari Upweda yang biasa disebut – sebut adalah sebagai berikut :
1) Ayurweda
Istilah yajurweda, berarti ilmu yang menyangkut bagaimana seseorang itu dapat mencapai umur panjang yang berfungsi untuk dapat mencapai umur panjang atau seratus tahun. Yang termasuk di dalamnya adalah ilmu pengobatan atau yang menjadi objek bidang kedokteran. Ayurweda juga berisikan ilmu yang menyangkut aspek jiwa dan jasmani. Adapun bagian dari ayurweda menurut isi kajiannya, adalah sebagai berikut :
1. Salya yaitu ilmu tentang bedah dan cara pengobatannya
2. Kayacikitsa yaitu ilmu tentang jenis dan macam obat - obatan
3. Salakya yaitu ilmu tentang berbagai macam penyakit pada waktu itu
4. Bhutawidya yaitu ilmu tentang pengetahuan psiko terapi
5. Kaumarabhrtya yaitu ilmu tentang pemeliharaan dan pengobatan penyakit anak – anak termasuk pula cara perawatannya
6. Agadatantra yaitu illmu tentang pengobatan atau toxikologi
7. Rasayamantra yaitu ilmu tentang pengetahuan kemujijatan dan cara – cara pengobatan non medis
8. Wajikaranatantra yaitu ilmu tentang pengertahuan jiwa remaja dan permasalahannya
Adapun pembagian berdasarkan kitab Carakasamitha, adalah sebagai berikut :
1. Sutrasthana yaitu ilmu tentang pengobatan
2. Nidanasthana yaitu ilmu tentang macam jenis penyakit yang paling pokok – pokok saja
3. Wimanasthana yaitu ilmu tentang pathologi, tentang ilmu pengobatan dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang dokter medis
4. Indriyasthana yaitu ilmu tentang cara diagnose dan prognosa
5. Sarirasthana yaiutu ilmu tentang anatomi dan embriologi
6. Cikisasthana yaitu ilmu tentang ilmu terapi
7. Kalpasthana
8. Siddhi
2) Gandharwaweda
Gandharwaweda mengajarkan tantang tari dan seni suara atau music.
3) Dhanurweda
Dhanurweda sering diterjemahkan sebagai ilmu militer atau ilmu penahan. Dhanurweda diajarkan terutama kepada mereka yang menjadi calon pemimpin. Sebagai ilmu dhanurweda memuat keterangan tentang traning, mengenai acara penerimaan senjata, acara latihan pemakaian senjata dan penggunaan senjata. Dan penulis yang dikenal adalah Wiswamitra, Wiracintamani.
4) Arthasastra
Arthasastra adalah ilmu tentang politik atau ilmu tentang pemerintahan. Kauntilya atau Canakya atau Wisnugupta yang dianggap sebagai Bapak ilmu politik Hindu karena beliau sebagai penulis pertama Arthasastra. Adapun empat aliran bidang Arthasastra yang disebut Caturwidya
1. Anwiksaki adalah ilmu saling ketergantungan
2. Wedatrayi atau Trayi juga merupakan ilmu saling ketergantungan
3. Wartta adalah ilmu tentang kesejahteraan
4. Dandaniti adalah ilmu pengetahuan yang lebih menekankan pada sendi – sendi hukum atau pemerintahan yang mengatur kehidupan manusia.
BAB VIII ITIHASA
8.1 Pengertian Itihasa
Kata itihasa berasal dari tiga kata yaitu iti – ha – asa yang artinya sesungguhnya kejadian itu begitulah nyata. Itihasa adalah nama sejenis karya sastra agama Hindu. Itihasa adalah sebuah epos yang menceritakan tentang sejarah perkembangan raja – raja dan kerajaan hindu di masa silam. Itihasa dianggap dasar yang paling penting untuk dapat memahami ajaran weda. Ceritanya penuh dengan fantasi, kewiraan yang dibumbui dengan mitologi sehingga memiliki sifat kekhasan sebagai sastran spiritual. Di dalamnya terdapat berbagai dialog tentang social politik, tentang filsafat dan teori kepemimpinan yang diikuti sebagai pola – pola raja hindu.
8.2 Jenis – Jenis Kitab Itihasa
Menurut sifatnya, maka seluruh yang tergolong Itihasa hanya tiga macam yaitu :
1) Ramayana
2) Mahabrata
3) Purana
Secara tradisional jenis yang tergolong Itihasa hanya dua macam yaitu :
1) Ramayana
2) Mahabrata
8.3 Ramayana
Kitab Ramayana merupakan hasil karya terbesar Maha Rsi Walmiki. Menurut hasil penelitian Ramayana tersusun atas 24000 stanza yang dibagi – bagi atas tujuh bagian yang disebut kanda yang terjadi pada jaman Tretayuga. Ramayana adalah sebuah epos yang menceritakan tentang riwayat perjalanan Bhatara Rama yang dianggap sebagai penjelmaan dari dewa visnu sebagai awatara sebagai penegakkan dharma. Adapun ketujuh kanda yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut :
1) Balakanda = menceritakan tentang masa kanak – kanak Rama
2) Ayodyakanda = menceritakan tentang penobatan Rama akan menjadi raja
3) Araniakakanda = menceritakan tentang kehidupan Rama di hutan dengan Lakmana dan dewi Sita
4) Kiskindakanda = menceritakan tentang perang Subali dengan Sugriwa
5) Sundarakanda = menceritakan tentang keindahan alam dalam perjalanan Rama mencari Dewi Sita
6) Yudhakanda = menceritakan tentang perang Rama dengan Rahwana
7) Uttarakanda = menceritakan kembalinya rama ke Ayodya dan proses penyelenggaraan upacara Asuameda
8.4 Mahabrata
Mahabrata adalah bagian Itihasa yang usianya lebih muda dari Ramayana, yang disusun oleh Bhagawan Walmiki. Mahabrata adalah kitab terbesar yang dimiliki oleh Hindu baik dilihat dari segi isi dan ukurannya. Mahabrata memiliki k.1 100.000 buah dan bagian 18 parwa. Bagian yang terbesar adalah Parwa yang ke- 12 memiliki 14.000 stanza. Sedangkan yang terkecil parwa 17 memiliki 312 stanza. Mahabrta terjadi pada permulaan jaman kaliyuga berkisar 3101 SM menurut Prof. Dr. Pargiter. Adapun ke- 18 parwa itu adalah adi parwa, sabha parwa, wana parwa, wirata parwa, udyoga parwa, drone parwa, karna parwa, salya parwa, sauptiak parwa, sentry parwa, santi parwa, anusasana parwa, asuamedika parwa, asramawasika parwa, mausala parwa, maha parasthanika parwa dan swarga rohana parwa.
BAB IX PURANA
9.1 Pengertian Purana
Kata purana berarti tua atau kuno. Kata ini dimaksudkan sebagai nama jenis buku yang berisikan tentang cerita- cerita dan keterangan mengenai tradisi yang berlaku pada jaman dahulu kala. Berdasarkan bentuk dan isinya, purana adalah sebuah Itihasa karena di dalamnya memuat catatan - catatan tentang berbagai kejadian yang bersifat sejarah. Tetapi dilihat dari kedudukannya, Purana merupakan jenis kitab Upaweda yang berdiri sendiri, yang sejajar dengan Itihasa. Purana adalah kitab yang memuat berbagai macam tradisi atau kebiasaan yang menjadi keterangan – keterangan lainnya, baik itu tradisi atau kebiasaan baik itu tradisi local, tradisi keluarga, tradisi suku bangsa, gotra, dan prawara serta cerita tentang metologi.
9.2 Pokok – Pokok Isi Purana
Pada garis besarnya, hampir semua Purana memuat cerita – cerita tentang kebiasaan tradisional yang dapat dikelompokkan dalam lima hal yaitu :
1) tentang kosmologi atau mengenai tentang penciptaan alam semesta
2) tentang hari kiamat atau pralaya
3) tentang silsilah raja – raja atau dinasti Hindu yang terkenal
4) tentang masa manu atau jangka pergantian masa manu ke masa manu berikutnya(manwantara)
5) tentang sejarah perkembangan dinasti Surya atau Suryawangsa dan Chandarawangsa
kelima hal ini dirumuskan di dalam kitab Wisnu Purana III.6.24, yang menegaskan sebagai berikut:
sargaca pratisargaca wamso manwantarani ca,
sarweswetesu kathyante wamsanucaritam ca yat
9.3 Pembagian Jenis Purana
Pembagian kitab purana berdasarkan isinya yang dalam pembagiannya menunjukakan adanya aliran – aliran atau sekte dari Tri Murti dan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1) kelompok Satwika adalah kelompok Purana yang mengutamakan Wisnu sebagai Dewatannya atau dewa tertingi juga diceritakan penjelmaan dewa Wisnu sebagai awatara. Kelompok ini dapat dijabarkan menjadi enam buah buku yaitu : wisnu purana, narada purana, bhagawata purana, garuda purana, padma purana, dan waraha purana.
2) Kelompok rajasika (rajasa) purana adalah kelompok kedua yang mengutamakan Dewa Brahma sebagai Dewatanya. Adapun enam buah kitab dalam kelompok ini yaitu : brahmanda purana, brahmawaiwasta purana, bhawisya purana, markandeya purana (merupakan bukti bahwa di bali pernah terkenal madzad waisnawa dan bhagawata), wamana purana, dan brahma purana. Terdapat juga wisnu dalam penjelasan wamana purana dalam penjelmaan wisnu sebagai manusia cebol.
3) Kelompok tamasika (tamasa) purana adalah kelompok yang ketiga dan terdiri atas enam kitab juga yaitu : matsya purana, kurma purana, lingga purana, siwa purana, skanda purana, dan agni purana. Disini juga terdap penjelasan tentang penjelmaan dewa wisnu sebagai awatara dalam kurma purana.
9.4 Kitab Upapurana
Kitab upa purana merupakan jenis kitab yang terkecil dan merupakan kitab sebagai suplementer. Upa purana ini ditulis oleh Bhagawan Wyasa yang isinya sangat singkat dan pendek. Dengan ada beberapa penemuan tentang awig –awig yang berlaku dibesakih baik dalam bentuk prasasti atau catatan – catatan dalam lontar yang kesemuannya itu dapat dikategorikan dalam upa purana. Upa purana ini banyak memberikan informasi dan manfaat kepada kita mengenai ajaran keagamaan dan acara. Adapun nama – nama yang tercatat dalam upa purana sanatpurana, narasimha, brhannaradiya, siswarahasiya, durwasa, kapila, wamana, bhargawa, waruna, kalika, samba,nandi, surya, parasasra, wasistha, dewi bhagawata, ganesa dan hamsa.
Jika Materi ini bermanfaat Silahkan di download pada materi yang telah disediakan. Silahkan ke materi selanjutnya