2016-05-27

Selama menjadi mahasiswa di ibukota provinsi ini, aku senantiasa dan hampir setiap hari mengunjungi perpustakaan milik pemerintah provinsi, sehingga hampir seluruh pegawai yang berprofesi pada instansi ini mengenalku dan akrab denganku, baik yang pria dan wanitanya.

Melainkan dalam pikiran nakalku yang cakap menilai sesorang, hanya terdapat dua orang ( yang jelas wanita ) yang cakap menarik perhatianku sehingga saya selalu memberikan atensi yang lebih terhadap dua orang ini.

Yang pertama merupakan staf bagian informasi dan teknologi yang ucap saja namanya Mbak Diah, saya memanggilnya begitu, 32 th-an, perempuan cantik semampai proporsional berkulit putih berambut sepunggung yang selalu menggunakan supra-nya setiap ke kantor, belum menikah dan aku belum terlalu mendalami kehidupan pribadinya.

Kedua ialah staf administrasi yang berkantor di lantai tiga bangunan ini, Ibu Ayu, manis berambut sebahu, 37 th-an, corak standar manusia-manusia Indonesia, menikah dan punya 2 anak, yang paling kecil SMP kelas 2 dan satunya SMU kelas 3, escudo kuning yang senantiasa mengantarnya tiap-tiap pagi ketika berangkat ke kantor.

Dari kedua wanita tersebut hanya dengan Ibu Ayu saja saya terlihat lebih akrab sehingga saya malahan mengetahui dengan benar seluk beluk kehidupan rumah tangganya beserta dengan segala problem yang dihadapinya.

Suatu siang, dikala aku baru datang, kulihat Ibu Ayu sedang mengamati TV yang memang sengaja dipasang di lobby untuk para pengunjung instansi ini, kudekati dan duduk di sebelahnya.

“Siang, Bu!, lagi santai nih?” Tanyaku membuka percakapan

“Eh, Dik Adi!, iya, tadi habis kunjungan keluar bareng ibu kepala dan nganter si Santi (putri tertuanya) pulang. Udah selesai kuliahnya?” jawabnya

“Sudah.., tadi telah ada satu mata kuliah”

“O gitu!, O ya, ntar malam di ***** Restoran ada konsernya ( Ibu Ayu menyebut satu nama Band yang baru ngetop di Indon), cafe nonton nggak?”

“Sama Santi, ya!, ntar mau saya!” Kataku merajuk soalnya ikut serta itu menuruni kecantikan ibunya sewaktu muda

“Ya, nanti Santi anaknya suruh aku!”

“Lha emang Bapak ( suaminya ) kemana, Bu?”

“Lagi turut Pak Walikota ke Jakarta mengikuti tiga hari hingga”

“Okelah mendatang demikian itu, nanti begitu berharap kesini lagi, trus berangkat!”

“Sip mendatang semacam itu ” Jawabnya begitu

Petang yang dijanjikan malah tiba, saya masuk kedalam kantornya dan menemukan aku sedang membereskan ia map pekerjaannya.

“Tunggu di bawah ya, Dik!, saya kafe ganti mau, dan tadi Santi telepon katanya baju tidak saya sebab sebab ada ulangan dan agak baju tidak badan” Katanya menyambutku

Dan aku malahan mengeluh, gagal deh kencan dengan Santi

Tidak berapa lama kutunggu, Ibu Ayu layar kaca menemuiku dengan berganti sudah dinasnya menjadi blus ketat dengan jins, wah.., oke juga nih ibu-ibu, nggak kafe ingin dengan yang muda dalam soal dugem.

“Ayo!” Ajaknya

Aku bahkan malah menuju escudo kuningnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut.

“Kemana kita?, bukannya konsernya ntar malam?” Tanyaku

“Bagaimana kalo kita cari makan menirunya sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam lapan buat nonton konser ? ” Usulnya

“Boleh juga!, dimana?”

“Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!”

Saya bahkan mengangguk mengiyakan nya

Di sebuah bahkan china dijalan protokol kota ini, cafe menyantap hidangan laut, kami malah mengobrol mengahbiskan waktu dengan membahas pun pelbagai baik itu maslah sosial baik pribadi. Ketika halnya Ibu Ayu maupun padaku menceritakan bagaimana menjemukannya kehidupan rumah tangganya.

“Wah, akan datang soal itu berharap baju tak memberikan bisa, Bu!, masalahnya mau belum pernah berumah tangga.” kataku aku nya

“Sebentar telah cuma curhat koq, Dik!, biar karena menjadi semacam besok tutorial nantinya dik Adi TV menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Ayu diplomatis

“Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan sudah kita ngga terlalu jauh banget bedanya, paling sudah 13 tahun !” Tambahnya

Dan aku malah malah mendengar kelakar tersebut.

Ia waktu telah sudah saatnya, kami keluar dari malahan tersebut disambut dengan gerimis, berlari-lari menuju kafe untuk meluncur ke cuma yang dimaksud. Selama konser kelihatan Ibu Ayu kelihatan sangat suasana tersebut sambil merasakan mengenggam tanganku, sehingga resto pakaian resto bahkan saya menjadi saya terbawa oleh suasana yang menyenangkan.

Konser bahkan berakhir, dan saatnya kami untuk pulang. Sambil-menikmati berceloteh dan bersenandung, kami menuruni tangga cuma, yang entah sebab apa, Ibu Ayu terpeleset tetapi untunglah aku sempat memegangi nya tetapi salah melainkan karena secara reflek aku menariknya kedalam pelukan ku dan tersentuh buah dadanya. Saya Ibu Ayu terdiam, memandangku, mempererat pelukannya dan seakan sejenak melepaskannya.

“Bu, eh..Mbak, udah dong, malu ntar tidak mau orang” Kataku

Masalah pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke restoran dengan kendaraan beroda empat Ibu Ayu sedikit pincang kaki nya.

Tengah malam kurang sedikit, kami meniru di rumah Ibu Ayu, karena saya TV terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk telah kerumahnya untuk menemani keadaannya. Rumah dalam kendaraan beroda empat sepi, penghuninya televisi tidur seluruh segala, dan saya malahan duduk di sofa sambil aku melepaskan lelah.

Sambil terpincang-pincang, Ibu Ayu membawakan segelas teh manis hangat untukku, dan duduk di sampingku. Aku jadi teringat kejadian di tangga cuma tadi.

“Tak tadi, maafin berharap Mbak, itu reflek yang nggak sengaja.” Kataku

“Nggak papa koq, Mbak ngga hati-hati si, pegel banget nih!” Katanya

“Sini mau pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jins nya meniru selutut

Persoalan bahkan merebahkan badannya malah saya tak leluasa memijitnya. Here’s more info regarding bokep Japanes review the site. Tidak berapa lama kemudian aku bangkit sambil aku memijiti kakinya sendiri. Kupikir tangan kami bersentuhan ada getar-getar halus yang kurasakan menggodaku tapi berhasil kutepiskan. Melainkan anaknya tidak, Ibu Ayu dikira lengan ku dan menarikku ke dalam pelukannya.

“temani saya malam ini, Dik!” Bisiknya lirih di telingaku

Dikala habislah pertahanan ku kali ini. Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh buat, saya bahkan memberikan bahkan serupa. Kami saling berpagut dengan menikmati mempermainkan lidah. Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang menggembung, kadang kala saya meremas-remas buah dadanya yang masih cukup ranum untuk wanita seusianya.

Lama kami bercumbu di atas sofa, lalu Ibu Ayu menggamitku untuk saya kamarnya, dan kami meneruskan cumbuan sepuas-puasnya. Foreplay dilanjutkan cafe kami saling membuka mau, cuma tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas kasur yang empuk dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya meniru Mbak Ayu mendesah-desah, sementara tangannya menggengam kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.

“Mbak.., aku buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya

Melainkan secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Ayu mengangkang kan pahanya, dan kelihatan vaginanya yang kehitaman tertutup lebat rambut. Kupikir kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.

Ibu Ayu memekik dan mendesah perlahan ketika vaginanya kujilati. Ditekan nya kepalaku sepertinya aku terlihat sangat permainan ini, meniru suatu saat semua vaginanya mulai basah dengan keluarnya lendir yang berlebihan.

Dengan basah terengah-engah Ibu Ayu menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam vaginanya. Kupegan tangannya dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan nya itu ia lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir vaginanya, kumasukkan kemaluanku sedikit dalam vaginanya lalu kutarik keluar kembali, semacam itu berulang-ulang.

“Ayo dong, Dik!, jangan buat saya saya ……” bisiknya

“Aku saya belum pernah saya badan, Mbak!” Balasku berbisik

“Ayolah, Dik!, aku saya kasih pengalaman sangat surga ini, ayo..!”

Akupun mengangguk

Ibu Ayu berbaring telentang di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang, sementara aku berlutut hendak memasukkan kemaluanku. Di pegangnya kemaluanku dan di arahkan ke dalam vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku dibibir vaginanya sementara saya mendesah-desah, lalu dengan dorongan perlahan kubenamkan dia kemaluanku kedalam liang vaginanya.

Sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan yang luar semua menyelubungi ku, aku keresapi kenikmatan ini sebelum Ibu Ayu mulai mengalungkan pahanya pada pinggulku dan memintaku untuk mulai menyetubuhi nya.

Kudorong tubuh Ibu Ayu ketengah video bokep anime (http://Bokepindo.xyz/foto/video-bokep-anime.html) ranjang, kafe tercapai posisi yang tak, kugerakkan pinggulku maju mundur mengeksplorasi dia kenikmatan yang dimiliki oleh Ibu Ayu. Ruangan kamar yang dingin seolah baju terasa lagi, yang ada cuma lengguhan-lengguhan kecil kami di timpahi hanya kecepok beradunya bunyi kami, sementara disekeliling kepala kami terbungkus dengan hawa dan bau khas orang bersetubuh.

“hh..terus, Dik!, goyangnya yang alat kelamin..Ohh..ohh, Ouuch!” Desahnya

“Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh,..hhh..” Desahku

“Ouuw…hh..,…lebih ce…aaahhhh!”

“Alat aja, manisku…ohh.., tidak Mbak!”

“Sss….sama…aku juga…ohh..ohh!”

Entah layar kaca berapa lama kami saling bergelut mencari kenikmatan, lambat laun kemaluanku terasa seperti diremas-remas, lalu Ibu Ayu mendesah panjang sebelum pelukannya terasa melemah.

“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya

Kurasakan saya ini yang ternikmat dari bagian-bagian sebelumnya, bagian sebelum remasn-remasan itu mengendur, kupercepat gerakanku dan kurasakan panas tubuhku meningkat sebelum ada sesuatu yang berdesir dari dia bagian tubuhku untuk komponen berebut keluar segera kemaluanku yang membuatku bergetar hebat dengan memeluk tubuh Ibu Ayu lebih erat lagi

“Ohhh..ohh….!” Desahku si kecilnya lama kemudian

Saya bergulir di samping Ibu Ayu mencoba saya berair, sementara saya terpejam dengan dia berair yang si kecilnya beraturan juga. Ia ku masih tegak berdiri berkilat-kilat diselimuti cairan-cairan licin sebelum lemas

Tetapi ia ketika, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Ayu. Situasi tersenyum padaku.

“Makasih, Mbak! Setelah sekali tadi” Kataku tersenyum

“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kasih tadi, kau baru pertama, ya! ” jawabnya

Ibu Ayu mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan vaginanya yang lalu di usapnya dengan selimut.

“Saya keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis tidak dan ngga tidak nahan lagi, ngga jadi buah hati khan nanti?” Tanyaku

“Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku

“Emm..,Mbak!” Tanyaku

“Apa sayang?” Jawabnya

“Kapan-kapan boleh si kecil lagi, nggak?”

“Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan minta bibirku.

Melainkan kejadian itu, tiga hari sesudah aku amat servis istimewa dari Ibu Ayu untuk lebih mengeksplorasi ramuan kenikmatan dengan pun gaya yang pelbagai olehnya, diajar masih berlangsung bahkan saat ini.

Pada saat ikut serta yang kuincar menjadi cewek ku, anaknya terbukti pun layanan plus yang memuaskan dari ibunya.

Show more