2016-05-24

Sesudah didesak oleh suamiku, dengan alasan bahwa tidak ada salahnya berbagi pengalaman supaya rekan-rekan bisa mengamati dan menambah pengetahuan seputar kehidupan seksual kami, alhasil saya ingin juga menyebutkan pengalaman seksualku, dengan prasyarat bahwa tidak ada nama hakekatnya. Dikala ini sekiranya anda membaca tulisan ini, suami sayalah yang menulis serta meramu menjadi suatu artikel, aku hanya bercerita tentang pengalaman, perasaan dan pikiran saya. Silakan seandainya anda ingin bertanya, sharing maupun berbicara, dengan saya maupun dengan suami saya.

Pacaran dan Kontak Seksual

Sejak kecil, orang tuaku menekankan bahwa zona kelamin adalah jorok, kotor dan sebagainya. Aku masih ingat dikala masih kecil, dikala saya memegangi kelaminku, ibuku mengatakan bahwa itu tidak baik, jorok, kotor, banyak bakteri. Mungkin karena sejak kecil ditanamkan hal tersebut, karenanya sampai saya berpacaran, saya tidak pernah masturbasi. Tidak terlintas dalam pikiranku untuk memikirkan hubungan seksual atau memainkan alat kelaminku sendiri. Selama aku belum mengetahui suamiku, hampir tak ada kontak seksual antara saya dan pria.

Aku cuma berpacaran 2 kali. Pertama pada dikala duduk di tempat duduk SMA, yang kedua ialah dengan Abang, suamiku. Pada saat berpacaran untuk pertama kali, kami berpacaran tidak sungguh-sungguh. Pada dikala itu aku masih tak tahu apa yang seharusnya dikerjakan dalam berpacaran (saya anak yang dimanja orang tua, hingga SMP aku masih bersikap layaknya si kecil kecil, dan orang tuaku over protective). Hubunganku dengan pacar pertama cuma singkat saja, hanya berjalan 1 bulan, itupun tanpa jalan bareng, tanpa datang ke rumah dan lain-lain. Hanya berpacaran atau berjumpa dan mengobrol ala kadarnya di sekolah. Tidak ada kontak seksual sama sekali dengannya.

Makin lama memang pengetahuanku seputar seksualitas meningkat seiring dengan usiaku yang bertambah, pada waktu di SMA aku sudah mengenal perihal hubungan seksual, akan tetapi saya tidak merasa tertarik untuk menjalankannya. Pernah bersama teman-temanku menonton film biru. Aku terkaget-kaget menyaksikan adegan itu, sebab tak menyangka ada orang yang berharap mempertontonkan alat kelamin mereka dan memainkannya dengan tangan, mulut, dan terakhir bersenggama. Saya dan temanku muak memandangnya, cuma beberapa adegan, kemudian kami mematikan film tersebut dan termangu, dan kami berkomentar bahwa hal itu menjijikan.

Menonton film (apalagi film bf online porno), mendengar cerita jorok tak membuatku mau melaksanakan hubungan seksual. Tapi seiring dengan itu, beberapa kali saya ingat bahwa saya bermimpi bermesraan dengan pria, dan muncul impian seksual, akan namun kepuasan itu tiba tanpa adanya relasi seksual, cuma sekedar bermesraan, atau berpelukan. Saya tak ingat berapa kali saya bermimpi seperti itu, namun yang jelas tak terlalu acap kali, biasanya hal ini datang periodik, seperti halnya datang bulan. Saya berpikir, mungkin ini disebabkan siklus hormon dalam diriku saja.

Dengan Abang, demikian panggilanku terhadap pacar kedua, yang kini yakni suamiku, lain. Kami berpacaran saat aku telah kuliah. Kami berjumpa di kampus. Relasi kami bahkan semula umum saja, sebatas junior dan senior. Tidak ada perasaan deg-degan ketika bersua dengannya, saya juga tak ngecengin Abang, dan dari pengakuannya, sebenarnya Abang pada saat itu sesungguhnya sedang berusaha mendekati teman dekatku, Vita.

Hubunganku dengan Abang berjalan cukup lama, kami menikah setelah kurang lebih 4 tahun berpacaran. Sebab Abang lebih dahulu lulus, karenanya tahun-tahun terakhir berpacaran, kami berbeda lokasi yang lumayan jauh, yang mana tak dapat bersua setiap ketika. Tapi, selama kami berada di satu kota, banyak hal yang berhubungan dengan kontak seksual yang aku dan Abang lakukan selama berpacaran. Dan pengalaman seksualku dengan Abang ialah pengalaman seksual yang pertama, dan satu-satunya pria yang kusayangi.

Kontak seksual dengan Abang pertama ialah saat Abang mencium keningku. Ketika itu aku merasa bergembira sekali karena saya merasa bahwa Abang sayang padaku. Semenjak dikala itu, Abang mulai berani mencium pipiku. Tiap-tiap ada kans, pasti Abang mencium pipiku. Aku merasa bersuka ria sekiranya Abang mencium pipiku. Kala aku merinding geli, dan ada rasa aneh yang menjalar di sekujur badan bila Abang mencium pipiku lama-lama dan mulai menciumi komponen dekat telinga.

Aku tak ingat lagi, kapan pertama kali Abang mencium bibirku. Ketika itu aku masih kaku sekali. Abang mencium bibirku, dan saya hanya membisu saja, tak tahu apa yang patut aku lakukan. Ketika itu ciuman di bibir terasa biasa saja, tak ada aliran listrik, tak ada serrr. Umum saja. Aku pun lebih gembira bila Abang mencium kening atau pipiku. Apalagi seandainya mencium pipi lama-lama. Saya jadi linglung, mengapa banyak yang bilang bahwa ciuman bibir menyenangkan, menggairahkan dan lain-lain. Saya tak dapat merasakan kenikmatannya. Kian sering kali berciuman, Abang mengajariku teknik berciuman. Aku mengambil inti sari, aku ikuti apa yang Abang lakukan terhadap diriku. Apabila Abang mengisap bibirku, karenanya saya juga melakukan hal yang sama. Ternyata ciuman bibir demikian itu menyenangkan sekali. Saya sungguh-sungguh menyukainya, apalagi apabila mulai memainkan lidah. Ada perasaan nikmat tersendiri saat saya mengulum bibir dan lidah Abang.

Dikala berciuman, lazimnya tangan Abang memeluk diriku sehingga tangannya melingkari badanku, sehingga tangannya dapat menggosok-gosok punggungku. Aku sungguh-sungguh menyukainya, karena saya merasa demikian itu dekat dengan dirinya. Sejak kecil, memang saya selalu dimanja, oleh karena itu, saya betul-betul gembira sekiranya dipeluk, dielus-elus dan dimanja. Lama-kelamaan, Abang semakin berani, ia tak cuma menggosokkan tangannya dari luar pakaian, akan melainkan mulai masuk melewati bawah pakaian atau t-shirt yang saya pakai dan membelai lantas kulit punggungku. Semula aku agak risih, tapi lama-lama aku tidak keberatan, dan malahan aku merasa bersuka ria sekali. Semakin lama kami berpacaran, kontak seksual kami kian seru.

Setelah seringkali kami berciuman, berpelukan dan akhirnya pada suatu saat, kami bercumbu, dan kami berada dalam posisi aku terbaring telentang, dengan tubuh Abang berada di atasku. Saya merasakan sesuatu yang keras di bagian alat kelaminku. Aku tak paham bahwa yang merekat pada alat kelaminku yaitu alat kelaminnya yang mengeras. Aku cuma menikmati ada kenikmatan dikala alat kelaminku terkena komponen tubuh Abang yang keras, tanpa sadar saya lazimnya ikut serta menggoyangkan pinggulku dikala Abang menggoyangkan pinggulnya menekan lebih kuat komponen tubuhnya ke kelaminku.

Gerakan itu tidak kurencanakan, namun entah kenapa saat itu aku menggerakkan pinggulku, meskipun kami masih mengaplikasikan celana lengkap (saya lebih kerap mengaplikasikan celana jeans dari pada rok) tetapi aku bisa merasakan nikmat pada diriku. Kian aku bergoyang, rasa sedap itu bertambah, ada rasa nikmat pada alat kelaminku. Umumnya sesudah lama bercumbu seperti itu, Abang mengejang dan lemas. Saya baru tahu, bahwa ketika mengejang itulah Abang orgasme. Umumnya akan menonjol basah di celananya. Saya merasa lega bila Abang telah menempuh puncak kepuasan kalau sedang bergumul, bukan sebab aku merasa puas, akan tapi terlepas dari rasa takut dan rasa bersalah. Aku senantiasa merasa bahwa ada perasaan yang tak enak, perasaan bersalah dan rasa takut, sepertinya saya merasa benar-benar berdosa.

Aku serba salah, selama bergumul, aku merasa ada cita-cita atau harapan yang aneh, kemaluanku sangat sedap seandainya tertekan tubuh Abang. Aku sungguh-sungguh menikmatinya. Beberapa kali, lebih-lebih jikalau saya mengenakan celana yang berbahan halus, aku dapat mencapai orgasme. Sebelumnya saya tak pernah orgasme. Sebagian kali bergumul aku menikmati orgasme, perasaan yang enak luar biasa. Di sisi lain, setelah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, aku selalu merasa bersalah, berdosa dan berharap rasanya menyendiri. Oleh karena itu, setelah orgasme umumnya aku langsung melepaskan diri dari dekapan Abang, dan minta Abang turun dari tubuhku. Hal ini disebabkan saya berharap menyendiri, tidak mau bersama Abang, dan menyesal. Ironisnya, aku tak tahu apa yang saya sesali. Saya melakukan hal itu bersama, dan sebetulnya kami tidak mengerjakan relasi seksual yang sebetulnya, jadi tak seharusnya merasa terlalu bersalah. Akan tapi aku sendiri tak tahu, mengapa perasaan bersalah, berdosa itu selalu timbul ketika bercumbu berat maupun setelah orgasme.

Tak jarang berdaya upaya bahwa aku tidak akan menjalankannya lagi. Tapi pikiran ini tak pernah terjadi, saya senantiasa dan selalu akan melakukan hal itu lagi tanpa bisa menahan keinginanku. Berkali-kali itu pula Abang selalu kuminta melepaskan pelukan dan dekapan dikala aku habis orgasme. Suatu dikala Abang bertanya, kenapa saya senantiasa menolak atau minta Abang untuk melepaskan pelukan. Aku berbohong mengatakan bahwa apabila saya orgasme aku merasa kepanasan. Hal ini berulang kali setiap kami bergumul, dan tiap-tiap kali saya orgasme, dengan penuh perhatian Abang mengipasi diriku dengan majalah, koran ataupun kipas.

Lama kelamaan saya merasa tak nikmat sudah berbohong dengan orang yang saya sayangi. Alhasil aku mengakui bahwa ada perasaan tak sedap saat habis melaksanakan kontak seksual, apalagi jika orgasme. Bahkan terkadang saya merasakan perasaan itu dikala impian seksualku mulai bangkit, dikala sedang bercumbu. Abang mengerti perasaanku, dan Abang bercerita bahwa sebelumnya Abang juga menikmati hal yang sama, merupakan perasaan bersalah yang betul-betul benar-benar sesudah bermasturbasi (lihat pengalaman seksual Abang pada tulisan terdahulu). Abang bercerita bahwa hal itu dapat hilang dengan sendirinya bila kita menganggap bahwa hal itu hal yang wajar, umum saja, dan kita juga memahami bahwa hakekatnya dorongan seksual adalah normal untuk tiap manusia. Jadi kita tidak perlu merasa terlalu bersalah untuk melaksanakan hal ini (bila dipikir memang apa yang Abang katakan benar, tetapi tentunya hal ini tidak cocok dengan norma yang ada).

Aku akal aku mendapatkan pendapat Abang, bahwa keperluan seksual yakni salah satu kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi, seperti: makan, minum, tidur. Perlahan-lahan aku mencoba untuk mendapatkan rekomendasi Abang. Saya berusaha melupakan perasaan bersalah. Abang juga terus meyakinkan saya dengan memperlihatkan kepadaku literatur-literatur serta tulisan-artikel yang ia peroleh dari beraneka sumber perihal kehidupan seksual wanita. Buku pengetahuan seputar seksual Abang, bagus dari dalam maupun luar negeri cukup banyak. Beberapa literatur diberikannya kepadaku. Perlahan-lahan memang perasaan bersalah itu berkurang, melainkan, tetap tak dapat sirna dari perasaanku. Aku masih konsisten merasakan perasaan bersalah.

Sejajar Kelamin Pria

Saya dengan usia pacaran kami, kami menjadi lebih berani dalam bercumbu. Kami menjadi lebih saling terbuka dalam menyatakan persoalan-situasi sulit seksual. Ada hal yang sangat berharga bagiku, yakni bahwa Abang tidak bersuka ria jikalau dia ditolak saat pergumulan sedang mulai, biasanya ia akan muram apabila pergumulan berjalan setengah dan terhenti. Hal lain yang saya pelajari yakni bahwa Abang sungguh-sungguh tak berbahagia jika dikala sedang bergumul aku ngakak. Kejadiannya yakni, Abang selalu berusaha untuk mengendalikan payudaraku ketika sedang bergumul, entah kenapa, aku tak dapat menikmatinya, geli sekali jikalau payudaraku diraba.

Suatu kali karena tidak tahan, saya mengakak saat payudaraku diraba. Abang marah sekali saat itu. Untunglah Abang berharap paham bahwa aku bukan mentertawakan apa yang kita lakukan, akan melainkan karena geli sekali. Abang berharap mengerti, alhasil Abang mengalah dan tak lagi mencoba mengatur payudaraku (that’s why I love him, tabah dan ingin mengerti aku). Aku sendiri tak mengerti, mengapa saya amat geli dikala payudaraku diraba. Dari cerita-cerita sahabat-teman ataupun bacaan yang kubaca, saya tahu bahwa biasanya wanita akan betul-betul terangsang dan bersuka cita sekiranya payudaranya disentuh atau dikendalikan pada saat melakukan kontak seksual. Payudara merupakan komponen tubuhku yang paling akhir Abang lihat dan sentuh. Abang pun lebih-lebih dahulu memandang kemaluanku sebelum melihat payudaraku (lihat artikel perihal payudara).

Kontak seksual lain yang kami lakukan sebelum menikah yakni petting. Abang yang memulai mengurangi baju yang dikenakan ketika petting. Semula dia mengatakan bahwa genitalianya agak sakit seandainya mengenakan celana panjang, ia kemudian hanya mengenakan celana dalam ketika petting, kian lama, ia memintaku untuk mengganti celana panjang dengan celana pendek, dengan alasan lebih sedap dan tidak panas. Biasanya apabila kami berduaan, saya lantas mengganti celana pendek, juga jika saya ke daerah kost Abang karena saya membawa celana pendek, atau menggunakan celana pendek Abang. Biasanya lebih nikmat, juga biar bisa dengan lantas melayani Abang tanpa mesti menunda gejolak dengan mengganti celana dulu. Umumnya nafsuku bisa langsung sirna jikalau ada sesuatu yang menunda. Lama-kelamaan aku mulai melepas celana pendek dan hanya menggunakan celana dalam saja. Hal ini kulakukan kecuali saya kian sayang dan percaya sama Abang, aku lebih bahagia sebab sentuhan kulit dengan kulit semakin terasa.

Suatu kali, ada pengalaman yang betul-betul menarik, adalah saat itu siang hari, dan kami berharap tidur siang bersama (benar-benar tidur). Abang mengatakan bahwa dia ingin membuka celana dalamnya, hal ini memang tradisi Abang tidur. Ketika mengatakan bahwa Abang punya budaya membuka celana sama sekali dikala tidur. Waktu itu saya tidak percaya, dan tidak mengerti mengapa, aku mengira bahwa Abang mengada-ada. Dikala itu saya cuma bilang terserah Abang, dan saya langsung masuk selimut dan berbaring miring memunggungi Abang. Tak lama kemudian Abang berbaring sambil memelukku dari belakang. Saya pegang tangannya, Tidak seperti lazimnya, dikala kakiku bergerak, ada perasaan aneh di sekitar pahaku (saya cuma mengenakan celana pendek waktu tidur saat itu). Ada seperti meraba rambut halus, dan ada seperti benda Aneh. Aku sukar menggambarkannya, akan tetapi saya berdaya upaya, pasti itu yakni alat kelamin Abang. Saya kaget sekali, dan saya lantas bertanya ke Abang, apakah dia jadi membuka celananya. Abang mengiyakan. Saya terheran-heran.

Kemudian Abang bercerita seputar keadaan alat kelaminnya, dia bercerita bahwa ia disunat dan seterusnya. Pada waktu itu yang menarik yakni bahwa Abang menawarkan untuk memperlihatkan kemaluannya kepadaku. Aku saat itu sebenarnya ingin sekali melihat, akan melainkan malu untuk memintanya. Abang sepertinya tahu, lalu aku dipinta berbaring di dadanya, (saya menyukai sekali berbaring di dadanya) dengan kepala menengok ke arah kakinya (bayangkan jikalau anda bersama pasangan anda berjalan berdua, lalu tangan laki-laki merangkul, seperti itulah kami berbaring, tetapi dikala ini kepalaku bergantung pada dadanya), lalu Abang menyingkapkan selimut yang menutupi kemaluannya, dan dari balik selimut saya memperhatikan benda yang belum pernah kulihat (live show) sebelumnya, kelamin pria dewasa.

Aneh rasanya mengamati kelamin pria, aku sama sekali tak terstimulus, namun aku beratensi sekali dan mau memperhatikan lebih jelas. Lalu dengan masih berbaring, Abang membeberkan kepadaku bagian-komponen, nama-namanya, gunanya dan lain-lain. Ia juga memperlihatkan luka bekas sunat. Dia menceritakan banyak seputar alat kelaminnya. Aku bergembira sekali menerima pengetahuan baru seputar seksualitas. Saya kelamin pria! Ketika itu alat kelamin Abang kulihat jelek sekali, keriput hitam dan ada urat-uratnya, ditambah lagi rambut keriting yang ada di sekitar batang hitam itu. Saya sama sekali tidak tertarik secara seksual memperhatikan alat vitalnya.

Abang juga menawarkan jika ingin menyentuh alat kelaminnya. Saya sedikit bingung, antara ingin tahu, malu dan juga agak jijik. Saya cuma menutupkan mata dan menggidikkan wajah. Abang seakan tahu bahwa saya sedang bimbang, karenanya ia membatasi tanganku, dan dinasihatinya tanganku ke kelaminnya. Dikala itu tanganku terkepal kuat, tapi Abang konsisten menyentuhkan jariku ke kelaminnya dengan lembut. Ada suatu yang lembut kupikir di jari-jariku. Perlahan kubuka kepalan tangan, dan Abang tak lagi mengontrol tanganku dengan kuat, tetapi mengendalikan dengan lembut dan memberi pengarahan tanganku menyentuh kelaminnya. Aku pun pelan-pelan mulai mengamati tanganku yang sedang menyentuh alat kelaminnya. Aneh, benda jelek seperti ini memiliki kulit yang benar-benar lembut. Di dalam scrotum-nya kelihatan dua bola yang bergerak-gerak.

Saya memberanikan diri untuk membatasi batang alat vitalnya setelah bertanya apakah akan sakit atau tak. Saya mengontrolnya dengan dua jariku. Aku mengamati-lihat dan membalik-balikkan batang kelamin Abang, (jeleknya kelamin pria ini, pikirku dikala itu). Abang berkata bahwa dia gembira sekali sebab aku ingin mengontrolnya. Ketika itu saya berterima kasih sekali karena Abang berharap menampilkan sesuatu yang baru kuketahui, yang sesungguhnya sudah lama saya ingin tahu, seperti apa sih alat kelamin pria itu. Ketika ini aku mengamati dengan mata kepalaku sendiri, bukan hanya mengamati, tetapi menyentuh, dan mengaturnya. Saya malah tahu nama dan guna komponen dari alat kelamin pria, bukan hanya teori, namun seketika melihat dan merabanya. Ketika itu saya merasa senang sekali. Siang itu kami tak melakukan petting, tapi kami tidur siang berdua, saya tetap berbaring dengan kepala bersandar di dadanya, dan tertidur saat saya masih memandangi dan membatasi mainan baruku.

Semenjak saya mengamati dan mengendalikan alat kelamin Abang, Abang tambah membekaliku dengan bermacam pengetahuan seputar kontak seksual. Abang mengajariku untuk memanipulasi alat kelamin pria yang benar. Abang mengatakan bahwa pria amat berbahagia sekiranya wanita mengatur alat kelaminnya. Saya beratensi sekali, dan kebetulan setelah berkali-kali saya mengontrol dan melihatnya, saya beratensi untuk memegangnya. Saya hal yang menarik dan lucu memandang alat kelamin pria yang tadinya lemas, dan kecil terkulai, dapat menjadi batang keras, besar yang tegak. Tidak jarang batang genitalia Abang berdenyut. Aku menyenangi sekali sensasi ketika memegang batang genitalia Abang dan batang alat vital tersebut berdenyut.

Dari Abang saya dididik metode untuk mengatur batang alat kelamin secara benar, membelai dan memainkan scrotum yang menyenangkan tetapi tidak menyakitkan, saya juga tahu bahwa komponen kepala sungguh-sungguh peka jadi sebaiknya tidak dengan gesekan yang terlalu kuat. Ketika itu, aku menjadi menyukai sekali dengan batang alat vital, terlebih memainkannya dengan tanganku. Abang akan menggeliat kenikmatan apabila batang alat vitalnya kupelintir-pelintir seperti melinting rokok. Tak jarang aku sengaja membuka retsleting dan memegangi kelamin Abang saat di dalam mobil (umumnya malam-malam). Saya menjadi bergembira mengendalikan batang kemaluan, gemas rasanya memainkan batang genitalia pria.

Biasanya bila aku sedang memainkan batang alat kelamin Abang, hasratku muncul, dan umumnya akan dilanjutkan dengan petting yang diakhiri dengan orgasme Abang dalam perasan tanganku. Pada peluang itulah aku juga tahu tentang sperma yang keluar dari batang kemaluan, rasanya pekat, lengket, berwarna putih dan hangat. Cairan air mani amat kental dan sekiranya tidak ditutup atau dihalangi bisa menyemprot keluar jauh sekali. Jadi, tiap-tiap Abang mau orgasme, biasanya aku menutupi lubang kelaminnya dengan tissue atau celana dalamnya. Saya lebih bersuka ria menutupi dan melap dengan celana dalamnya, sebab apabila dengan tissue, lazimnya tissue akan lengket di tanganku, atau di kelamin Abang.

Tidak seperti yang disebutkan di buku porno ataupun cerita-cerita porno, air mani Abang tak berbau sama sekali, tapi memang repot juga kalau sudah mau orgasme, sibuk mencari tissue atau celana dalam (namun aku berbahagia lho). Entah kenapa, aku senantiasa merasa senang sekali sekiranya Abang orgasme. Kalaupun aku tak mengalami orgasme, akan namun saya benar-benar bersuka ria dan gembira melihat Abang orgasme. Hal ini memang tak terlalu kerap terjadi, karena lazimnya kalau melakukan petting, aku akan orgasme secara khusus dulu, baru kemudian Abang akan orgasme setelah melakukan petting lagi denganku atau dengan aku memijat dan meremas batang kemaluannya.

Petting dan Oral Seks

Pengalamanku bertambah lagi sesudah saya mulai berani mencium batang alat vital Abang. Semula saya ragu-ragu, sebab saya masih beranggapan bahwa kelamin itu jorok. Namun setelah Abang berulangkali meyakiniku, bahwa alat kelamin tak jorok, dan hampir sama dengan anggota tubuh yang lain, maka aku perlahan-lahan mulai memberanikan diri.

Semula aku cuma mau mencium dengan melekatkan bibir saja. Hal itu sesudah dipaksa oleh Abang. Tetapi lama-lama, aku terbiasa, dan ada kekuatan tarik sendiri, entah apa. Saya menjadi suka menciumi batang kemaluan Abang. Saya lalu bertanya, hakekatnya apa yang disukai Abang. Abang memberikan teladan yang diharapkan dengan jarinya, namun gambaran perihal cara yang disukai Abang baru jelas sesudah Abang memberi contoh dengan pisang. Ya, alat peraganya pisang, dan amat tepat sasaran dalam memberikan pelajaran kepadaku. Abang menjelaskan bahwa ketika saya melaksanakan oral seks, terkadang gigiku meraba kulitnya. Hal ini tidak menyenangkan. Abang mencontohkan caranya supaya tak ada bekas gigi di kulit pisang. Dan walhasil? Luar lazim. Saya sendiri terkagum-terkagum atas dampak yang saya lakukan ketika mempraktekan hisapanku. Abang begitu menikmatinya, menggelinjang dan mendesah-desah. Aku tidak pernah melihat Abang menikmati kontak seksual seperti ketika itu.

Oleh sebab itu saya sangat suka oral seks, dan sejak itu saya terbiasa dengan oral seks. Saya dapat menjalankannya dengan baik, aku awam melakukannya di mobil, di kamar, dan di mana saja ada peluang. Aku menyukai sekali melihat Abang menggelinjang kenikmatan, saya menyukai sekali melihat dan merasakan batang kemaluan Abang bergerak-gerak saat dirangsang. Umumnya batang alat kelamin Abang akan sangat cepat ereksi jika saya menghisap kepala batang alat vital, dan memainkan lidahku di kepala batang kemaluan seperti sedang menghisap permen kojak (tahu kan, permen bundar yang ada gagangnya).

Setelah acap kali kami melakukan petting atau oral seks, dengan kondisi Abang bugil, dan saya hanya mengenakan baju dalamku, lama-lama aku berani juga membuka celana dalamku ketika petting. Hal ini aku beranikan sesudah mendengar cerita Abang seputar sahabatnya yang suka mengerjakan petting dengan pacarnya tanpa mengenakan apa saja, tetapi tak melakukan penetrasi. Aku beratensi juga, lagi pula selama ini Abang menyukai memasukkan kelaminnya ke celana dalamku, jadi sama saja. Hasilnya pada suatu dikala saya membiarkan Abang membuka celana dalamku.

Semula saya masih malu dan menutupi kemaluanku dengan tangan apabila Abang mengamati ke arah kelaminku. Aku juga masih belum memberikan peluang kepada Abang untuk mengontrol alat kelaminku. Namun itu tidak bertahan lama. Lama-kelamaan kepercayaanku kepada Abang semakin meningkat dan membiarkan Abang mengamati dan memegang alat kelaminku. Aneh rasanya alat kelaminku diatur orang, berarti Abang yakni orang asing pertama yang mengatur alat kelaminku. Saya kurang demikian itu bergembira kalau alat kelaminku dikendalikan, apalagi bila masih kering. Lubang kemaluanku memang susah basah. Terkadang dapat kering dengan kencang kalau stimulan tiba-tiba sirna. Karena aku sering kali mengeluh, akibatnya Abang jarang mengatur dan meraba kelaminku lagi. Saya sebenarnya sedap juga jika telah terstimulus.

Suatu saat, kami sedang bercumbu dan aku cuma mengenakan BH-ku saja, kemudian Abang menciumi badanku. Aku betul-betul suka seandainya Abang mulai menciumi seluruh tubuhku, terasa geli tetapi enak. Ciuman Abang mulai turun ke bawah, aku tahu, pasti Abang akan menjalankan oral seks terhadap diriku. Aku menolak, dan mati-matian aku tak ingin Abang menjalankan oral seks kepada diriku. Saya tidak berharap Abang kecewa sesudah melaksanakan oral seks terhadap diriku. Aku takut Abang mencium bau yang tidak enak di zona kewanitaanku. Saya tak mau Abang menciumi daerah tubuhku yang kotor. Saya senantiasa meminta Abang untuk langsung memelukku dan mengerjakan petting seperti lazim, cuma dengan metode seperti ini saya berupaya merayu Abang untuk tidak melakukan oral seks, tetapi tetap melaksanakan kontak seksual. Lama-kelamaan, Abang bertanya, kenapa aku menolak. Aku mengatakan sejujurnya tentang pandanganku. Abang ngakak mendengar penjelasanku, dan dia kembali memberikan penjelasan kepadaku perihal oral seks. Tak lupa dia selalu memberikan literatur-literatur seputar oral seks dan membeberkan kepadaku dengan sabar.

Suatu saat, sesudah saya yakin, saya membiarkan Abang menjalankan oral seks terhadap diriku. Terbukti luar awam! Aku tak bisa menyuarakan perasaan sedap yang kurasakan ketika Abang melakukan oral seks. Umumnya aku cuma bisa menggelinjang, meremas bantal atau memeluk bantal erat-erat saat Abang memainkan lidahnya di sekitar bibir alat vital atau di klitorisku. Sensasional sekali. Sayangnya saya tak dapat mendekap tubuh Abang saat Abang sedang melaksanakan oral seks. Aku merasa bahwa saya tidak akan dapat orgasme jika saya tidak memeluk Abang. Semenjak lazimnya jika kenikmatan semacam itu memuncak, saya menarik Abang untuk melaksanakan petting seperti lazim dan kemudian tak lama kemudian saya akan mendapat orgasme.

Paralel Masturbasi dan Orgasme

Sejak berpacaran dan bercumbu dengan Abang, saya mulai seringkali merasa gairah seksualku meningkat. Saya kerap merasa mau dipeluk, dicumbu dan mengerjakan kontak seksual dengan Abang. Saya seringkali berdaya upaya bercumbu dengan Abang dan aku bermasturbasi. Banyak metode bermasturbasi, Abang mengajariku pelbagai macam sistem bermasturbasi, melainkan aku lebih bahagia memeluk bantal guling, dengan aku berada di atas guling, saya menggerak-gerakkan pinggulku menggesekkan klitoris pada bantal guling hingga orgasme. Posisi seperti menunggang kuda ini memang benar-benar kerap membuatku orgasme. Hampir 90% orgasmeku, bagus masturbasi maupun kontak seksual dengan Abang aku temukan dengan posisi seperti ini. Posisi ini memang memungkinkan aku memutuskan sendiri tempat mana yang lebih nikmat digesekkan, dan seberapa besar gesekan yang tepat.

Dalam bermasturbasi, saya selalu membayangkan Abang di bawah, dan aku berada di atasnya. Aku juga pernah mencoba mengaplikasikan shower air hangat, rasanya menyenangkan dan seru, tetapi tekanan air saya anggap masih kurang pas buatku, saya tidak bisa orgasme dengan mengaplikasikan teknik pancuran ini. Aku juga tidak menyukai mengaplikasikan tangan, sebab kurang nyaman bila mengendalikan tempat klitoris.

Aku menyesal baru mengenal masturbasi sesudah mengetahui Abang. Karena jika saya telah mengetahui masturbasi sejak dulu, tentunya saya lebih dahulu menikmati kenikmatan ini. Ketika ini, saya terus melaksanakannya seandainya kangen dengan Abang, hasratku meninggi. Apalagi saya dan Abang berada di lain kota, karenanya masturbasi memang jalan keluar yang terbaik untuk melepas harapan seksualku. Kadang-kadang aku menjadi betul-betul terangsang jika Abang mengatakan di telepon bahwa batang alat vitalnya sedang ereksi, atau Abang sedang merayu-rayuku. Sesudah meneleponku, aku mulai menstimulus klitorisku dengan menggesek-gesekkan daerah kelaminku ke bantal guling.

Tidak seperti wanita lain yang kubaca di literatur atau buku-buku, aku yaitu wanita yang cepat sekali mendapat orgasme. Dengan Abang, saya hampir senantiasa orgasme, apalagi dengan posisi saya berada di atas. Saya selalu menikmati puncak kenikmatan seksual yang betul-betul sungguh-sungguh menyenangkan kalau kontak seksual dengan posisi ini. Dalam satu kali melakukan kontak seksual maupun masturbasi, aku cuma dapat orgasme satu kali. Namun sekali untuk menerima orgasme yang kedua apalagi ketiga. Aku semestinya menunggu lama sekali, lazimnya menjalankan kegiatan dulu baru bisa orgasme lagi. Itupun hanya satu kali. Aku bagiku ini bukan suatu situasi sulit. Saya telah cukup mujur dapat merasakan kenikmatan surgawi yang luar umum hampir di setiap kontak seksual.

Saya tak dapat membayangkan wanita lain yang tidak pernah mengalami orgasme, aku tak dapat membayangkan kehidupan seksual mereka yang kurang menyenangkan. Bagiku orgasme yakni amat penting. Ada hal penting yang menarik hati diriku, bahwa aku tidak pernah mengeluarkan cairan saat orgasme. Memang kemaluanku terasa basah kalau terangsang, akan melainkan tidak pernah mengeluarkan cairan seperti layaknya Abang mengeluarkan air mani saat ejakulasi. Tapi aku senantiasa merasakan kepuasan yang luar biasa ketika aku orgasme. Hubungan Abang hal itu biasa pada wanita, pun berdasarkan Abang, pacar-pacarnya dulu juga tidak pernah ejakulasi dikala orgasme.

Hal lain yang aku kerap kali lakukan merupakan bahwa memang saya seringkali tak membutuhkan atau tidak menginginkan orgasme pada setiap kontak seksual, terkadang aku cuma berharap melayani Abang. Hal ini tampaknya sulit dimengerti oleh Abang. Abang seringkali memaksakan diri agar saya mengalami orgasme tiap-tiap melakukan kontak seksual. Aku, sesekali saya betul-betul puas cuma dengan melayani Abang, bukan kepuasan seksual, tapi kepuasan psikologis dapat melayani dan memberikan kepuasan surgawi kepada pasangan yang sungguh-sungguh kusayangi.

Keperawanan dan Kekerabatan Seksual

Aku senantiasa berupaya menjaga keperawananku. Saya berprinsip bahwa aku tidak mau melaksanakan kekerabatan seksual sebelum menikah. Saya ingin memberikan kesucianku terhadap suamiku. Keinginanku cuma separo terkabul. Memang yang memerawaniku ialah Abang, akan melainkan sebelum pernikahan, kira-kira 5 minggu sebelum pernikahan kami. Dikala itu kami sedang mengerjakan petting seperti awam. Sebelum petting kami berdiskusi perihal malam pengantin kami, keperawanan dan hasrat kami dalam merasakan malam pertama. Aku menyebutkan ketakutanku menghadapi malam pertama. Aku tidak dapat membayangkan batang genitalia Abang (yang menurut ukuranku besar) akan memasuki kewanitaanku yang betul-betul kecil. If you enjoyed this post and you would certainly like to get even more information pertaining to bokep korea kindly check out our own internet site. Saya juga membayangkan sekiranya batang kemaluan Abang yang keras menjelang lubang kewanitaanku, tentunya menyakitkan.

Saya banyak mendengar dari teman-sahabat kuliah yang telah menikah, atau dari pengalaman orang lain bahwa kekerabatan seksual pertama kali akan menyakitkan, ada yang sampai tak bisa berjalan, sakit selama satu bulan, dan lain-lain. Ketakutan itu demikian itu menghantui diriku. Di satu sisi, saya memang betul-betul mau menikmati kekerabatan seksual yang menurut banyak orang seperti itu sedap, akan tetapi aku takut untuk menjalankan yang pertama. Terbukti Abang bertanya kepadaku, apakah aku berharap melaksanakan relasi seksual di malam pertama atau tidak, aku kebingungan. Aku sempat mengatakan sesungguhnya saya ingin sudah tak perawan saat malam pertama, supaya saya bisa menikmatinya tanpa sakit.

Saya Abang salam mengerti dengan pernyataanku ini. Semenjak pada malam itu, ketika petting, Abang bertanya apakah batang kemaluannya boleh dimasukkan. Aku dikala itu ragu-ragu, antara ingin dan tak. Saya tidak mengatakan apa-apa, tetapi tak lama sesudah batang genitalia Abang menggesek-gesek kemaluanku dari luar, aku menikmati sesuatu yang memasuki lubang kewanitaanku. Agak nyeri, dan saya tahu bahwa Abang sudah memasukkan batang alat vitalnya ke dalam liang kewanitaanku. “Abang…! Jangan Abang…” Bisikku dikala itu, Abang seolah tak mendengar dan aku merasakan batang alat vitalnya kian dalam masuk ke dalam liang senggamaku seiring dengan gerakan pinggul Abang. Saya menolak Abang, ketika itu kuputuskan saya tak ingin melaksanakannya dulu, dan aku menikmati sakit pada lubang kewanitaanku.

Karena saya mendorongnya, saya merasakan batang alat kelaminnya tercabut dari liang kewanitaanku. Agak nyeri, ada perasaan seperti benda yang memaksa masuk, dan ada sensasi seperti (maaf) dikala kotoran yang keluar di saat buang air besar, melainkan sensasi ini di lubang kewanitaanku. Abang tetap memeluk, dan ketika itu bersamaan dengan orgasmenya. Aku merasa lega, sebab beriringan dengan Abang orgasme. Aku pun memeluknya dengan erat.

Sesudah Abang melepaskan diri, sebab berharap membersihkan tumpahan air mani di kasur, aku melihat ada tetesan darah di paha dan rambut kemaluanku, dan juga di sprei bersama tumpahan air mani Abang. Ketika itu aku berdaya upaya bahwa saya dapat haid, karena memang sudah saatnya saya datang bulan. Aku seksual tentunya menolong keluarnya darah, pikirku. Genitalia Aku membersihkan noda darah di sprei dan di sekitar kemaluanku dengan tissue, Setelah Abang juga aku bersihkan dengan tissue. Saat itu masih terasa sensasi adanya barang yang masuk di kemaluanku padahal sudah tidak ada apa-apa lagi.

Setelah bersih-bersih, dan menghabiskan waktu, sore hari saya memeriksa pembalut wanitaku. Ternyata tak ada lagi darah keluar. Saya lazimnya pendarahan di hari pertama lumayan banyak. Saya memberi tahu hal ini ke Abang. Abang hanya terdiam, dan dia mengatakan bahwa ada kemungkinan aku telah tak perawan lagi.

Aneh, aku tidak merasa menyesal, sedih, atau apapun. Saya cuma berpikiran bahwa kalaupun itu adalah darah perawanku, saya tak menyesal sebab saya berikan terhadap Abang, yang saat itu sudah kuanggap sebagai suami (karena tinggal 5 pekan lagi kami akan menikah). Aku hanya khawatir bahwa darah tersebut bukan sebab sobeknya selaput dara, akan namun sebab gangguan dalam rahimku. Pikiran ini terus menghantui diriku hingga seminggu setelah itu. Untungnya Abang dapat meyakinkanku bahwa bukan kelainan, akan tetapi akibat sobeknya selaput keperawananku. Kami setuju bahwa akan kita lihat pada malam pertama. Ternyata rupanya aku tak berdarah lagi, berarti itu yakni akibat sobeknya selaput dara, akan namun seandainya berdarah, ada kemungkinan dari karena lain. Kami amat berdebar menunggu hari H. Tidak hari H, kami tidak pernah menjalankan lagi, malah petting bahkan jarang kami lakukan. Biasanya sibuk, aktifitas seksual kami lakukan hanya dengan melaksanakan petting saja.

Tidak terasa, hari yang ditunggu tiba. Acara pernikahan berlangsung lancar. Saya semacam itu terharu, begitu juga Abang. Malam pertama kami lewatkan di sebuah hotel. Kami merasa bergembira sekali, dikala mandi, kami mandi berdua, saling menyabuni satu sama lain, semacam itu menyenangkan. Dikala itu juga kami saling mencukur bulu kelamin satu sama lain hingga benar-benar mulus (melainkan kami berdua sepakat bahwa kami tak akan mencukur lagi sampai mulus sebab betul-betul betul-betul tidak nyaman ketika rambut-rambut itu tumbuh kembali).

Setelah acara dengan keluarga terdekat selesai dan kami kembali ke hotel, Aku segera memeluk Abang, mencium pipinya. Berjuta perasaanku saat itu, senang, takut, terharu, lelah, tetapi ada hal yang benar-benar kusukai, bahwa akibatnya kami berdua bisa menikah dan menjadi suami-isteri. Saya memaksa Abang untuk melakukan malam pertama kami malam itu, semula Abang mengalah dan tidak berharap saya terpaksa sebab lelah. Melainkan aku memaksa karena aku tidak ingin suamiku tidak merasakan malam pertama, yang ditunggu-tunggu. Abang kemudian mencumbuku, setelah batang alat kelaminnya tegak total dan sangat keras (hasil latihannya sebelum menikah membuat batang genitalianya keras luar umum. Aku sempat takut melainkan terkagum-kagum).

Sebelum memasukkan batang alat vitalnya, aku menuangkan sedikit baby oil ke lubang kenikmatanku, dan saya juga menuangkannya di batang alat kelamin Abang (baby oil ini ide Abang, agar aku tidak merasa sakit saat pertama kali berkaitan seksual, sebab menurut Abang, sakit atau tak tergantung dari lubrikasi lubang genitalia). Aku menutup mataku, dan berdebar, betul-betul takut. Berjuta perasaan ada dalam pikiranku, tapi aku berusaha konsisten terlihat hening. Tidak lama kemudian, aku merasakan batang genitalia Abang menyentuh bibir kemaluanku. Dimain-mainkannya ujung batang alat vital di bibir kewanitaanku. Saya menjadi semakin senewen. Dikala itu Abang terus menciumi pipi, leher, alat pendengaran sambil terus memainkan ujung batang genitalia di bibir kemaluanku. Saya menjadi bernafsu, dan mulai mengulum bibir Abang.

Tidak lama kemudian, saya merasakan kemaluanku terasa sedikit panas, dan penuh saat batang kemaluan Abang memasuki lubang kemaluanku. Saya tersentak, berharap rasanya mensupport Abang. Untung tidak saya lakukan, aku bahkan memeluknya keras. Tapi saya tak bisa menahan rintihanku. Aku hampir menangis saat Abang berhenti melakukannya dan berkata ingin mencabut jikalau aku merasa sakit (Abang semacam itu perhatian dan sayang padaku, hingga-hingga Abang ingin berhenti melakukan kenikmatan malam pertama untukku). Saya demikian itu terharu, dan saya memintanya untuk meneruskannya. Aku tak bisa menikmati malam pertamaku. Sakit, dan ada sensasi seperti dikala membuang air di kemaluanku ketika batang alat kelamin Abang keluar masuk. Saya tak orgasme selama dua malam, tapi saya sangat puas.

Dari malam pertama saya tahu bahwa selaput daraku telah sobek 5 pekan sebelum pernikahan. Rasa sakit, sepertinya bukan karena sobeknya selaput dara, akan tapi karena belum terbiasanya lubang kewanitaanku mendapatkan batang alat vital dan lubrikasi yang kurang.

Hari ketiga, ketika sudah kesekian kalinya kami mengerjakan relasi badan, aku mendapatkan orgasme pertamaku yang aku bisa ketika melakukan kekerabatan seksual. Saya biasa, saya mencapai kenikmatan luar awam tersebut dengan posisiku di atas. Ada sensasi yang betul-betul berbeda ketika saya orgasme dengan adanya batang kemaluan yang masih berada dalam liang senggamaku, luar umum. Sejak dikala itu, saya telah mulai menyukai, amat suka, pun tergila-sinting mengerjakan relasi seksual dengan Abang. Saat menyenangkan dan nikmat sekali. Saya malah lama-lama dapat berhubungan seksual tanpa patut mengaplikasikan baby oil. Saat ini sudah sebagian posisi yang kami coba. Dari semua posisi, aku benar-benar suka dua posisi Missionary: Abang di atas dan memelukku, atau aku di atas dan memeluk Abang dari atas. Posisi terakhir ini yang pasti membuatku orgasme.

Hasil latihan Abang memperkeras batang alat vitalnya dan menahan orgasme membuatku sangat tergila-sinting untuk senantiasa melaksanakan kekerabatan seksual. Dikala saya tidak bersama Abang, lazimnya aku bermasturbasi dan membayangkan saat batang alat kelamin Abang menjelang lubang kewanitaanku. Sungguh, menurutku tidak ada hal lain yang amat menyenangkan diriku dikala aku orgasme saat melakukan hubungan seksual dengan Abang. Latihan Keggel yang kujalani rupanya dapat membantuku menempuh orgasme dan juga berdasarkan Abang menambah nikmat hubungan seksual saat aku melaksanakan kontraksi otot-otot yang saya latih dengan latihan Keggel.

Aku dikala ini merasa bahwa aku yaitu wanita paling bersuka ria di dunia, karena aku mempunyai suami yang baik, pengertian, sabar, dapat memenuhi nafsu seksualku yang tidak pernah padam, dan aku termasuk di antara sedikit wanita yang pernah dan acap kali mengalami orgasme saat berhubungan seksual. Oleh karena itu, apabila anda berharap bertanya, berbagi pengalaman, ingin kiat-tips, kritik dan lainnya, silakan Anda menghubungi saya atau suami aku melalui e-mail. Kami berdua akan sangat gembira berkomunikasi dengan Anda seluruh. Semoga artikel ini bisa berkhasiat.

Show more