2015-11-27



Sudah lebih dari dua minggu ini aku menjalani hari-hariku dengan mengidap sakit. Sakit yang cukup membuatku kadang hanya terkurai lemah seharian di kamar asramaku. Jika sudah demikian, yang ada di fikiranku adalah tentang kematian.

Umur hanya Allah yang tau bukan? Untuk menghadap-Nya, kita tidak harus menunggu tua. Untuk menghadap-Nya, tidak akan ada kata ‘menunggu shalih’ baru kemudian kita meninggal dengan baik.

Yang aku pikirkan adalah, jika suatu ketika, di beberapa detik kemudian aku tak bisa bangun lagi. Ketika nanti, kening ini takkan lagi bisa menikmati nikmatnya bersujud di hadapan-Nya. ketika nanti, lisan ini tak basah lagi untuk menyebut nama-Nya. ketika nanti, kedua mata ini tak bisa lagi melihat ayat-ayat-Nya.

Dari dulu, yang selalu kukhawatirkan adalah akhir dari hidupku nanti. Apakah akan akhir yang baik, atau sebaliknya. Betapa berdebarnya jantung ini saat sakit menghampiri. Aku khawatir ketika kesempatan hidup yang aku miliki tak akan bisa kudapatkan lagi. Aku lebih khawatir jika aku akan pergi lebih dulu, meninggalkan kedua orangtuaku. Dan aku lebih khawatir jika aku mati nanti, amal-amalku tidak cukup untuk menghadap-Nya, sedangkan dosa-dosaku yang begitu menggunung di hadapan Allah dan makhluk-Nya ini masih menumpuk begitu banyak.

Aku punya sedikit cerita.

Pagi tadi, selepas kajian ba’da shubuh di masjid pondok, aku mendengar sebuah kabar duka yang berhembus dari saudara seperjuanganku di pondok. Ia adalah santri akhwat dari program yang sama denganku di pesanren ini.

Awalnya aku merasa biasa saja saat membacakan Al Fatihah untuknya pagi itu. Semuanya terasa wajar. Ajal memang akan selalu menemui pemiliknya. Kataku detik itu.

Hari itu aku jalani dengan biasa saja seolah tanpa ada apapun. Aku hanya fokus memikirkan keadaanku yang kian melemah dari hari ke hari. Hasil cek up sore tadi cuku membuatku bertafakkur berkali-kali. Nasihat yang dokter berikan saat itu cukup membuat mata ini menumpahkan isinya.

***

Hari beranjak sore. Kulihat matahari muncul kembali dengan kemuning senjanya setelah satu jam tadi hujan mengguyur bumi. Alhamdulillah.

Oh iya. Ini adalah hari jum’at.

Waktu maghrib pun segera tiba. Seperti biasa aku dan serombongan sahabat seperjuanganku di asrama bergegas berangkat menuju masjid pondok. Aku masih merasakan sesuatu yang biasa saja saat itu selain rasa sakit yang mendera tubuhku.

Barulah setelah shalat isya, saat aku masih duduk di shaf shalatku, Allah mengingatkanku. Mendadak diri ini merasakan sesuatu yang lain. Sedikitpun aku tak mampu menjelaskannya.

Kulihat Aa (panggilan akrab KH Abdullah Gymnastiar) mengambil mikrofon yang ada di depannya. Kudngar suara beliau,
“… mohon doanya untuk saudari kita, santri dari Program Pesantren Mahasiswa (kemudian beliau menyebutkan namanya) meninggal pagi tadi sekitar pukul enam. Beliau adalah santri yang rajin membantu keluarga Aa.. (…)“ aku tak mengingatnya secara utuh karena tubuhku mendadak terasa berat. Kepala ini kembali pening dan kurasakan dingin menyelimutiku meski telah berlapiskan jaket tebal.

Kutengadahkan kedua tanganku, beberapa detik kemudian. Sebisanya kudoakan saudari seimanku itu. Entah mengapa, tiba-tiba cairan hangat itu menitik di atas sajadah. Perasaan itu semakin berkecamuk di dada.

Aku merasa kehilangan (sebagai saudara seiman), meski aku sama sekali tidak mengenalnya sedikitpun. Sosoknya saja aku tak tau yang mana.

Mungkin ini yang disebut dengan ukhuwah fillah. Perasaan saling memiliki yang luar biasa kuat antar saudara seiman, saling menyayangi, saling mencintai karena Allah, Dzat yang telah menautkan hati-hati kaum mukminin dalam ke-Esa-an tauhid-Nya.
______
Sudah lewat tengah malam. Aku masih terjaga. Ada sesuatu yang melanda fikiranku dengan hebat. Hati ini begitu gelisah.

Beberapa jam yang lalu, aku tidak masuk kelas pesantren karena kodisiku semakin memburuk. Aku terpaksa ambruk di atas pembaringan, lagi.
Padahal, seharusnya aku duduk di sana, bersama keluarga besar PPM Daarut Tauhiid untuk mendoakan bersama-sama saudari seperjuangan kita di pondok ini.

Namun apa daya, aku hanya mampu mendoakannya setelah isya tadi. Itu pun hanya seberapa. Hanya sebatas mendoakan agar ia diterima di sisi-Nya, diterima segala amal shalihnya, dilapangkan kuburnya, dan dijadikan wanita istimewa di surga-Nya, menjadi bidadari suci bermata jelita. Itu saja.

Agak naïf memang. Aku seorang lelaki, namun begitu mudah menitikkan rintik yang aku pun tak tau pasti apa alasannya, seperti tadi. Rapuh. Lapuk. Mungkin itu sebutannya.

Detik waktu semakin meninggalkanku dalam keheningan. Pukul sebelas seperempat. Kubuka laptopku. Lantas aku mulai mengetikkan barisan aksara yang sedari tadi menari di hadapanku.

Tepat pukul duabelas. Malam. Aku menghentikan aktivitas menulisku. Hanya mendapat dua buah tulisan yang kukarang sendiri isinya. meskipun ngawur, tak jelas. Tidak sebagus tulisan Kurniawan Gunadi, Tere Liye, atau penulis hebat lainnya. Aku masih terlalu jauh tertinggal di ujung paling belakang yang paling ujung.

Sebagai penutup aktivitas menulisku malam itu, aku berniat kembali mambaca-baca tulisanku di catatan Facebookku yang sudah lama tidak kubuka.

Namun.

Aku menemukan banyak sekali tulisan di beranda facebook yang begitu berat isinya. yang didalamnya berisikan rasa sayang yang begitu tulus, yang memancar dari hati seorang muslim untuk saudaranya. Aku menitikkan air mata ketika membacanya. Lagi.

Beruntung, lampu kamar sudah dimatikan sedari tadi. Dan sahabat-sahabat sekamarku pun sudah terlelap dalam tidurnya sehingga suara isakku tak terdengar. Mungkin.

Akan kubacakan untukmu, tentang apa yang kubaca malam itu,

_______________________________________

Tulisan pertama:
Meski kau pergi dipanggil-Nya lebih dulu dari kami, Adalah suatu kebahagiaan dan hal yang patut kusyukuri karena Allah takdirkan aku mengenalmu. Sungguh, segala kebaikanmu adalah hal yang patut ditiru. tiada yang lebih mencintaimu selain Dia Pemilik Sejatimu.

Terima kasih telah menjadi sahabat sekaligus adik yang luar biasa untukku dan untuk mereka. semoga Allah mempertemukan kita kembali, di JannahNya.
salam rindu dariku.
– Aam Amelia
__

Tulisan kedua:
Innalillahi wa inna illaihi raaji’un
Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu’anhaa
Ini saudara saya di PPM, namanya Septia Atikah.
Orangnya ramah, suka menolong, baiiiikkkkk banggeett.. Kadang suka cerita2 sama beliau..

Inget waktu lagi sakit dan saya jenguk ke asrama, pegang tangannya erat, seakan kita akan berpisah lama..
Ternyata benar, itu genggaman terakhir kita.. :’(
Semoga kita bisa berpegangan lagi ya de, di jannah-Nya.. Aamiin

Beliau wafat hari jum’at, hari agungnya umat Islam..
Beliau wafat dalam keadaan menuntut ilmu..
Beliau wafat syari’atnya karena sakit kelenjar getah bening dan usus buntu, sakit yg menggugurkan dosa2nya sebelum beliau dipanggil Allah..
Beliau dipanggil saat usia 19th, lebih muda dari saya.. Kematian memang tidak mengenal usia..
Banyak pelajaran yang saya dapat dari Septi..
Semoga Allah tempatkan beliau di sisi-Nya, dijadikan bidadari surga, dan dijadikan barzahnya berupa taman-taman surga.. Aamiin
__

Tulisan ketiga:
innalillahi wainna ilaihi rooji’uun…
teman seperjuanganku di pesantren.. teman seperjuanganku menggapai ridho Alloh.. kini kamu telah mendahuluiku menemui-Nya, menghadapNya.
insya Alloh Khusnul Khatimah meninggalkan dunia ini di hari Jumat..
ya Allah, jauhkan dia dari siksa kubur-Mu, dan berikan ia tempat paling baik di sisi-Mu. Aamiin

selamat jalan Septia Atikah, suatu saat aku pasti menyusulmu. aku selalu menunggu hari itu.. selalu..

love you.
– Isti Fatimah
__

Tulisan keempat:
Kata Septi ini namanya salam kesetiaan, kalo kata saya “Ini mah salam persahabatan”.
“Salam kesetiaan..” katanya
“Kalo keduanya saling menarik, akan saling menguatkan & semakin sulit dipisahkan”.
Salam persahabatan juga bener, Sep. karena salam ini sering dilakukan oleh dua orang sahabat.
“Photonya disimpen ya mbak..”
Iya Sep, sampai nanti kita punya anak. Kataku waktu itu disusul tawa lembutmu.
Septi, Insyaa Allah khusnul khatimah. Banyak belajar hikmah dari singkatnya kebersamaan denganmu, Sep. Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu’anhaa.
– Opie Novianty Sufahtulyahya
__

Tulisan kelima:
Mau apa yang kita sombongkan di muka bumi ini? ketika Alloh berkehendak untuk mencabut nyawa kita detik ini juga?

ahh.. semuanya terasa begitu tidak bisa di percaya, :’(
selamat jalan kawan seperjuanganku untuk selalu menegakkan kalimah tauhiid, Septia Atikah

Aku yakin kamu bahagia, Alloh sayang kamu, Sept. :’(
– Isti Fathimah
__

Tulisan keenam:
bahwa rencana Allah tak terduga, rencana Allah lebih bagus dari rencana kita Septii..

dulu kamu selalu memanggil dengan bahasa yang kuanggap aneh, “Cu, tar pigi sama ya”
“ha? pergi bareng maksudnya? elah septi bikin bingung aja”
Lalu kita gandengan ke kelas, keluar kelas, dan cari makan bareng. dan aku heran kenapa kamu gak pernah bosen dg yg namanya tongkol.

hal yg membuatku terkesan dgn kamu ialah saat mengantarmu ke cibaduyut utk beli sepatu buat ayahmu.

kita sama sama ingin tas kulit tapi kamu menahan diri membelinya karena ingin membelikan sepatu dan tas kulit paling bagus utk ayahmu.

“cu, kita kumpulin uang dulu yuk, nanti kesini lagi kita beli tasnya”.
Kamu benar benar mengesampingkan keinginanmu demi membahagiakan keluargamu.

dan rencana kita yg takkan terwujud disini, yg membuatku selalu menitikkan air mata..
“cu kalau kita sudah keluar dari asrama kita ngekostnya bareng ya..”
“iya hayu, cucu juga gak mau sendiri takut gak ada yg ingetin”

Mungkin kebersamaan kita di dunia hanya sampai disini. karena kamu lebih dulu dipanggil-Nya dgn berbagai kemuliaan yg cukup membuatku iri..
Semoga kamu termasuk ahlul jannah, semoga kebersamaan kita dapat disambung kembali kelak di syurga-Nya..
– Cucu Setiawati
__

Tulisan ketujuh:
Bahwa hidup adalah pengabdian. Pengabdian pada Allah, dan berkhidmat utk umat.

Septi banyak mengajarkan hal itu. Kebahagiaan adalah membahagiakan orang lain. Kemudahan adalah memudahkan urusan orang lain.

Semoga Allah menempatkan septi di SyurgaNya.. In syaa Allah husnul khatimah..

Kami sayang @septiaatikah .. Allah apalagi.
– Satia Syifa Ruhul Fikriah
__

Tulisan kedelapan:
Assalamualaikum Septi..
Rasanya begitu cepat, rasanya begitu optimis diri ini menunggu kepulangan Septi ke asrama dengan kondisi lahir batin yg kembali kuaaat..

septi tau gaa? :’)

banyak yang merasa kehilangan septi, termasuk diri ini.. yah kehilangan karna septi begitu banyak menebar kebaikan sayang.. :’)

teteh sayang septi, ternyata Allah lebih sayaang pada septi :’)
semoga meninggal dengan sebaik2 iman, berada dalam kemuliaan dan khusnul khotimah.. aamiin..

memang tak ada yang tau episode Allah akan seperti apa layaknya sekarang ini septi di panggil duluan oleh Allah swt.

Kemarin episode kita bersama di asrama, lalu episode kita berpisah dari asrama, sekarang episode berpisah di dunia.. semoga Allah menakdirkan episode bertemu dan berkumpul di surga firdausNya kelak yah septi.. teteh rindu septii.. :’)

Semoga kita semua selalu berada dalam kondisi sebaik2 iman, sebaik2 amal perbuatan, karna tak ada yang tau kapan Allah mau memanggil kita.. bisa saja saat ini atau detik selanjutnya.. :’)
– Isti Tibah Atiroh
__

Tulisan kesembilan:
Satu tahun aku mengenalmu, satu tahun kita tinggal bersama… Bersama berjuang gapai Ridho-Nya…

Engkau lebih muda dariku, masih banyak hal yang harus engkau lakukan. Kami menyayangimu tapi ternyata Allah lebih sayang sama kamu.

Innalillahi wainna ilaihi roojiiuun.. Semoga kau tenang disisi-Nya. semoga Allah mengampuni dosa-dosamu.

kau wanita soleha, engkaulah wanita syurga bidadari dunia..
Kau meninggalkan kesan baik di hati kami. Kau adalah ispirasiku..
Amalanmu membuatku iri..
InsyaAllah khusnul khotimah..
Selamat jalan saudaraku, adikku, sahabatku
semoga kita bersua di surga..

Septia Atikah, lahir: 4 mei 1996 | wafat: 09 okober 2015

Jadi refleksi diri, ibroh untuk kita semua, maut tak memandang usia. mari kita perbaiki diri lakukan yang terbaik, tingkatkan keimanan.. APA PERSIAPANMU UNTUK KUBURMU DAN AKHIRATMU?
– Makarti Ika Widi Astuti
__

Tulisan kesepuluh:
MaasyaAllah, banyak sekali orang yang kehilangan kamu de, teteh yakin mereka sayang sama kamu, walaupun sekarag kamu sudah tidak ada di dunia, tapi kebaikanmu akan slalu ada dalam ingatan mereka de, Allah lebih menyayangimu, karna itu Allah memanggilmu sekarang tepat hari Jum’at, Allah sudah mempersiapkan rumah yang sangat indah di SyurgaNya, Allah akan jadikan kamu bidadari Syurga yang akan membuat iri bidadari penghuni Syurga lainnya.

selamat jalan sayang, kalo saja waktu bisa diputar, kenapa pas terakhir ktemu tteh gk peluk kamu, cuma cipika-cipiki saja, terimakasih sayang atas pelajaran yang kamu berikan sama tteh, terimakasih Septia Atikah sudah menjadi wanita shaleha yang ceria yang sudah menemani tteh.. Allahumagfirlaha warhamha wa’afiha wafuanha..

__

Innalillahi wa innailaihi rajiun… Allah menjemput makhluknya kapan saja Allah menghendaki. Kamu lebih muda dari tteh de, tapi Allah mentakdirkan kamu dipanggil duluan. Kamu salah satu orang yg deket sama tteh ketika di asrama, sering begadang bareng sama tteh, kamu rela tidur tanpa kasur mengalah sama tman-tman yg sudah tidur pulas..

teringat ketika tteh mau nikah, kamu paling riweuh bantuin tteh, sampe bilang “tteh mau kemana? Calon pengantin gak boleh kemana-mana, ayo septi tmenin”

Indah de, kamu wanita yang memiliki kepribadian yang luar biasa, dewasa, rinduu akan itu semua, terakhir ketemu pas kamu abis cek up, liat mukanya pucet banget, biasanya kamu paling riang..

Inget banget de kalo kamu bangun paling awal di ghurfah, dan bangunin tmen-tmen yang lain buat shalat tahajud, dan slalu bilang “tteh ayo tidur, jangan begadang terus”

Mudah-mudahan Allah menerima amal shalehmu, dan menjadikanmu bidadari syurga sayang, semoga Allah mempertemukan kita kelak di syurga-Nya..
– Ariska
__

Tulisan kesebelas:
Innaalillaahi wa innaa illaihi raaji’uun.. Allahummaghfirlahaa, Warhamhaa, Wa’afihaa, Wa’fu’anhaa..

Kepergiannya jadi pelajaran untuk banyak orang. Kepergiannya pun menjadi kenangan kebaikan. Kepergiannya menjadi doa-doa kerinduan pertemuan kembali di syurgaNya.

Aku bersedih sebagaimana yg lain bersedih atas kepergiannya. Tapi kesedihanku lebih dalam terhadap diriku sendiri.

Bagaimana nanti aku mati ?
Akankah banyak menyisakan pelajaran?
Akankah menjadi kenangan kebaikan?

Akankah mengalun syahdu doa-doa kerinduan pertemuan di syurga kembali bersamaku?

Rabbighfirlii..
– Risci Rusyanawaty

___________________________________

Pada akhirnya, kita tak pernah tahu, siapa di antara kita yang akan lebih dulu pergi. Namun, kita sama-sama berusaha, agar bisa memberikan yang terbaik, memberikan apapun yang berkesan untuk kehidupan ini.

Teman, aku banyak belajar darimu. Tentang caramu memaknai hidup, tentang caramu mencintai kebaikan, tentang caramu menyayangi sahabat-sahabatmu.
Selamat jalan saudara seimanku. Semoga Allah menjadikanmu wanita istmewa di sana, menjadi Bidadari suci bermata jelita di surga-Nya. (islampos)

Show more