2015-11-05

Halo, perkenalkan saya Wandari Desi Rosidayati. Saya ingin berbagi cerita pengalaman saya tinggal di Islandia selama 4 tahun terakhir ini, mulai dari berpindahnya tempat tinggal ke sini dan diharuskan berbicara Bahasa Islandia, kemudian masuk ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas 8 di Islandia. Sudah pasti diawal saya mengalami kesulitan untuk belajar bahasanya, tetapi dari situ juga tekad harus bulat bahwa tidak ada jalan lain. Bersekolah di Islandia terbilang susah karena waktu sampai saya sama sekali tidak mengerti satupun kata-kata dalam bahasa Islandia. Ternyata tidak sesulit apa yang saya bayangkan sebelumnya, ketika belajar bahasa tersebut kita dimulai untuk mengenal alphabet yg berlaku di Islandia dan mengetahui cara melafal alphabetnya dahulu. Saya belajar dengan anak-anak lainnya yang berasal dari luar Islandia. Guru yang mengajar juga sangat sabar sekali untuk mengajari kami dan setelah 6 bulan saya mulai praktis bicara. Pengalaman ini terbilang sangat melelahkan karena harus belajar bahasa yang terbilang banyak berubah pada kata-kata tertentu dan kita harus tahu kunci untuk merubah kata-kata tersebut, tidak seperti Bahasa Indonesia yang terbilang tidak begitu rumit dan mudah dimengerti. Sekolah di sini mempunyai pelajaran IPA dan IPS untuk anak muridnya, tapi kita dibiarkan untuk tidak mempelajarinya dan diberi pelajaran Bahasa Islandia.

Proses belajar Bahasa Islandia di tahun pertama

Selama setahun berjalan saya sangat tidak percaya diri untuk mengucapkan bahasa Islandia dengan orang Islandia kecuali dengan guru saja. Dengan tekad dan percaya diri kita diharuskan berbicara dengan orang Islandia. Setelah saya kelas 9, pelajaran yang saya dapat sama dengan murid Islandia lainnya. Disinilah saya merasakan begitu susahnya materi yang saya pelajari saat itu dan boleh dikatakan saya masih ditingkat level 1 untuk mengerti materi tersebut. Waktu terus berjalan dan setelah saya naik kelas 10, kelas terakhir untuk tingkat SMP, saya tidak berhenti untuk belajar kata-kata bahasa Islandia yang tidak ada habisnya kemudian lama-kelamaan menjadi bosan untuk belajar kata-kata tersebut. Hal terpenting adalah saya sudah bisa berkomunikasi dengan orang lain mamakai Bahasa Islandia.

Lulus SMP di Islandia dimulai dari kelas 8 sampai kelas 10

Setelah 3 tahun berjalan, lulus lah saya dari SMP dan melanjutkan ke jenjang SMA. Membaca buku Bahasa Islandia sangat membantu ketika masa belajar dan menjadi lebih paham akan grammar mereka juga. Tidak kebayang dalam pikiran saya dimana hari kelulusan nama saya dipanggil dan mendapatkan penghargaan 1 dari 5 perempuan terbaik dari 2 kelas itu. Sungguh ajaib sekali ketika berjalan ke atas dan menerima sebuah kamus besar Bahasa Islandia beserta nama lengkap saya. Setelah lulus SMP di Islandia, saya melanjutankan SMA di Islandia. Sistem SMA di Islandia adalah 4 tahun dan harus menggumpulkan 140 poin jika ingin melanjutkan ke jenjang universitas. Sekarang saya ada di tahun ke-dua SMA di Islandia, dimana teman sebaya saya sudah kuliah semester 4 di Indonesia. Pasti ada hati kecil yang sulit untuk menerima keadaan, akan tetapi saya sudah bisa menjalaninya.

Beradaptasi di Islandia?

Untuk beradaptasi di sini terutama dengan cuaca tidak menjadi masalah sama sekali bagi saya. Mungkin ketika musim dingin cuaca menjadi lebih dingin dan lebih beku. Beradaptasi di tahun pertama sangat kaget pastinya dan lama-kelamaan saya menjadi paham akan cuaca yang berubah-ubah. Yang harus disiapkan adalah jaket tebal, sarung tangan, scarf, sepatu boots khusus musim dingin dan apapun yang bisa menghangatan badan ketika berada di luar. Saya tahu banyak orang mengira Islandia selalu dingin bahkan di pikiran mereka Islandia punya beruang salju. Ini salah besar, tidak ada binatang buas sama sekali di sini. Selain itu, orang Islandia sendiri tidak memiliki masalah dengan keberadaan orang asing selama mereka tidak buat masalah dengan dirinya.

Kenapa memilih tinggal di Islandia?

Saya pindah ke Islandia karena mengikuti orang tua yang menikah dengan orang Islandia. 70 Persen orang Indonesia di sini adalah keluarga saya dan hampir seluruh orang Indonesia di sini mengenal satu sama lain. Orang Indonesia di Islandia sebagian besar menikah dengan orang asli Islandia dan ada sekitar 30 orang ibu-ibu di sini. Untuk makanan, ibu saya biasa memasak dan setiap bulan kami mengadakan arisan atau bisa dibilang perkumpulan orang Indonesia di Islandia. Rata-rata orang Indonesia di Islandia bertempat tinggal di ibukota-nya yaitu Reykjavik.

Foto dalam artikel ini adalah koleksi pribadi saya.

Show more