2015-02-14

Sabtu, 14 Februari 2015 - 08:13 wib

JAKARTA - Kendati bank menjamin keamanan dana Anda, ternyata ada peluang dana yang disimpan di bank bisa hilang alias dibobol. Dari, sejauh ini ada beberapa kasus rekening nasabah bank dibobol dengan berbagai modus, sebut saja Bank Mandiri dan Bank Permata.

Salah satu musibah itu menimpa warga Jakarta Pusat, Tjho Winarto. Dananya dibobol sekira Rp245 juta di Bank Permata tahun lalu. Kasus tersebut saat ini sedang bergulir di kepolisian dan akan berlanjut proses perdata.

Tidak mau kejadian tersebut menimpa orang lain, dia pun berbagi tips untuk menghindari pembobolan dana di bank. Berikut lima tips mengamankan dana di bank ala Tjho Winarto.

1. Hindari layanan transaksi keuangan online yang hanya berdasarkan password dan OTP (one time password) yang dikirimkan lewat pesan pendek (SMS).

"Saat ini, SMS merupakan weakest link di-security. Saya akan cari bank yang menyediakan layanan online menggunakan token fisik. Agak lebih repot, tapi lebih aman," kata Winarto di Jakarta.

2. Jika bepergian ke tempat yang sinyalnya kurang baik, selalu berusaha untuk call forward telepon ke rekan atau keluarga jika nomor telepon seluler Anda dikaitkan untuk transaksi online.

3. Dana utama kita sebaiknya diamankan di tabungan yang agak "tradisional", yang tidak bisa dilayani dengan fasilitas online. Hanya dana taktis yang disimpan di rekening yang agak mudah untuk ditransaksikan.

4. Langkah pengamanan sendiri (self protection) adalah mengganti PIN ATM dan password internet banking Anda sesering mungkin. “Seberapa sering penggantian PIN dan password adalah waktu ganti password laptop," ujar Winarto.

5. Waspada jika Anda sedang men-download file apapun dari website ataupun membuka file dalam email. Jika Anda mencurigai sumbernya, jangan dibuka. Hubungi bank Anda dan cari tahu proteksi macam apa yang mereka tawarkan pada para nasabah.

Tjho Winarto pernah kebobolan dananya. Pada 29 Agustus 2014 pukul 01:33, 01:37 pagi, 01:43, 01:47, 06:39 dan 11:15 WIB telah terjadi 6 kali transaksi internet banking untuk pengiriman uang dengan jumlah total sebesar Rp245.000.000 dari rekening Tjho Winarto ke beberapa rekening tujuan di Bank Danamon, Bank Tabungan Negara, dan Bank Rakyat Indonesia.

Ketika transaksi terjadi, Tjho Winarto sedang melakukan perjalanan dinas dan telepon genggam tidak aktif, baik di dalam pesawat maupun saat sedang berada di lokasi terpencil yang tidak terjangkau oleh sinyal telepon.

Berdasarkan informasi dari customer service Bank Permata cabang Menara Batavia, pelaku menghubungi Permata Tel sebanyak lima kali untuk mencoba reset password internet banking pada tanggal 28 Agustus 2014 pukul 17.09 WIB, 17.12 WIB, 17.15 WIB dan 23.40 WIB serta pada tanggal 29 Agustus 2014 pada pukul 1.17 WIB. Pada telepon terakhir, pelaku berhasil mereset password.

Tidak hanya itu saja, pelaku juga telah mendatangi Grapari Telkomsel tanggal 28 Agustus 2014 pukul 22.09 WIB dengan membawa KTP Tjho Winarto palsu dan surat kuasa palsu guna mendapatkan SIM card yang baru.

Winarto sudah meminta bantuan Bank Permata untuk melakukan investigasi tertanggal 29 Agustus 2014, disusul dengan laporan pengaduan yang tertanggal 3 September 2014. Pada awalnya pihak Bank Permata menyatakan bahwa kasus pembobolan tersebut sudah melalui prosedur transaksi yang valid dan otentik.

Pada 17 November 2014, Bank Indonesia (BI) melakukan pertemuan dengan Winarto dalam rangka klarifikasi pengaduan nasabah. BI merekomendasikan agar melaporkan kasus ini ke kepolisian.

Tjho Winarto secara resmi melaporkan Bank Permata ke Polda Metro Jaya pada 19 Januari 2015 terkait kasus pembobolan rekening tersebut. Pihak Permata akhirnya menyatakan bahwa kebobolan dana itu buah dari tindak kriminal oleh pelaku kejahatan pada tanggal 28 Januari 2015.
(wdi)

sumber http://economy.okezone.com/read/201...ips-amankan-dana-di-bank-dari-aksi-pembobolan

Show more