2015-12-16

View attachment 70412

Dari aspek struktur, dimensi dan payload, hovercraft Kartika TNI AD hingga kini belum ada tandingannya di Indonesia, pasalnya Kartika punya daya angkut hingga 5,5 ton, sehingga sanggup membawa 1 truck ukuran ¾ dan 1 buah minibus sekelas Isuzu Panther. Tapi untuk urusan utilitas, hovercraft Lumba-Lumba TNI AL yang punya dimensi dan bobot lebih ringan, tampak unggul karena sudah beropeasi penuh sejak tahun 2005.

Di lingkup TNI AL, hovercraft menjadi elemen kekuatan Satfib (Satuan Kapal Amfibi). Dengan kemampuan beroperasi di dua ‘alam,’ daratan dan perairan, wahana ini dianggap sebagai alat transportasi yang ideal untuk tugas patroli, pengiriman logistik, dan angkutan pasukan ke wilayah pesisir sampai lepas pantai. Terlebih bila menyangkut kondisi wilayah yang rawan ranjau, maka hovercraft lah solusinya.

Meski populasi hovercraft nampak minim untuk kepentingan militer di Indonesia, namun baru TNI AL yang ‘resmi’ telah mengoperasikan hovercraft secara penuh, yakni Lumba-Lumba yang merupakan produksi dalam negeri. Lumba-Lumba dirancang untuk dapat membawa 20 pasukan bersenjata lengkap. Dengan bekal mesin diesel Deutz 466 HP, hovercraft ini sanggup melaju hingga kecepatan maksimum 33 knots dan kecepatan jejalah 28 knots. Dari aspek kecepatan, Lumba-Lumba sudah mampu menandingi kecepatan laju armada KCR (Kapal Cepat Rudal) dan kapal-kapal Satrol (Satuan Kapal Patroli) TNI AL.

Lumba-lumba yang kerap dilibatkan dalam beragam operasi, mampu beroperasi selama 10 jam. Berbekal kapasitas bahan bakar 700 liter, hovercraft Lumba-Lumba punya jarak jangkau sampai 450 km. Selain mampu mengangkut 20 personel, kabin Lumba-Lumba juga bisa disulap untuk keperluan angkut logistik, yakni sampai kapasitas 2 ton barang. Bobot kosong hovercraft ini adalah 8 ton.

Hovercraft yang dibalut material Rubberizing Nylon ini bila melintas medan ranjau dengan aman,. Selain aman dari ranjau, sifat dari material dan komponennya mampu merediuksi efek deteksi sonar. Secara keseluruhan, Lumba-Lumba punya dimensi 13 x 5,9 x 3,2 meter. Untuk dimensi kabinnya 5,6 x 2,8 meter.

View attachment 70413

Dari segi mobilitas, Lumba-Lumba kini dipersiapkan untuk standby di ruang kargo LPD (Landing Platform Dock) Satfib Komando Armada Timur, salah satunya di KRI Dr Soeharso 990 (d/h KRI Tanjung Dalpele 972), jenis LPD yang kini perannya difokuskan sebagai kapal BRS (Bantu Rumah Sakit). Dalam suatu kesempatan defile, hovercraft ini juga pernah tampil dibawa dengan truk trailer.

Sebagian bahan baku pembuatan hovercraft ini masih di import seperti daun baling-baling dan mesin. Walaupun masih impor, namun sebagian suku cadangnya banyak terdapat pada mesin truk yang beredar di Indonesia, sehingga memudahkan teknisi untuk merawat dan memperbaikinya. Untuk material serat fiber pada badan hovercraft, menggunakan karet nylon untuk skirt (bantalan) adalah produk dalam negeri. Perlengkapan tambahan pada hovercraft ini berupa satu unit alat komunikasi radar antena high frequency, alat pemandu lokasi berteknologi GPS (Global Positioning System).

Hovercraft ini telah dilibatkan dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI di Sangata, Kalimantan Timur di tahun 2013. Sebelumnya Lumba-Lumba juga ikut digunakan untuk pengamana ajang ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF Direx) di Manado, Sulawesi Utara di tahun 2011. Dalam tampilan defile, Lumba-Lumba nampak dipersenjatai senapan mesin FN MAG GPMP (General Purpose Machine Gun) 7,62 mm.

Ide penggarapan hovercraft ini bermula dari proposal dua mahasiswa program doktoral di Den haag, Belanda, berkerjasama dengan perwira TNI AL kepada Pemerintah guna mendukung pembuatan kendaraan angkut amfibi berjenis hovercraft untuk kepentingan militer. Proposal yang diprakarsai oleh tim yang terbentuk tahun 1995 ini antara lain, Dr Ir Leonardus Gunawan, Dr Ir Soerjanto Tjahjono, dan Laksamana (Purn) Dr Dwi Nugroho, kemudian mengajukan proposal juga ke pihak swasta, tapi sayangnya tidak berlanjut. Pertengahan tahun 1996 di kedutaan Indonesia di Belanda, KSAL waktu itu Laksamana Arief Kushariadi bersama Dwi Nugroho membicarakan pembuatan hovercraft untuk keperluan militer dan didukung oleh KSAL, berdasarkan dukungan tersebut, tim kecil ini mencari dana pinjaman lunak dari pemerintah Belanda.

Pada tahun 2004 merekapun bertemu dengan beberapa orang untuk mewujudkan mimpi membangun industri hovercraft di Indonesia. Tujuan utama untuk kepentingan Angkatan Laut dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara, tetapi bisa juga untuk kepentingan sipil seperti penyelamatan korban kecelakaan pesawat terbang yang berada radius 5 mil dari daerah pantai, keperluan SAR, dan sarana transportasi antar pulau yang tidak mempunyai pelabuhan laut.

Setelah pertemuan tersebut, lalu didirikan perusahaan yang bernama PT Hoverindo, yang mampu menyelesaikan lima unit pesanan TNI AL. Pada Desember 2005, empat unit berhasil di kirim dan menyusul kemudian satu unit pada tahun 2006. Bersama Dislitbangal (Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut) ditingkatkan untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam pengembangan Teknologi hovercraft di Indonesia.

Pada tahun 2006 PT Hoverindo karena sesuatu hal tidak bisa melanjutkan produksinya untuk program hovercraft nasional, maka di lanjutkan dengan PT Sumber Daya Patriatama (SDP). Apabila dilihat dari sisi teknologi, hovercraf produk anak bangsa ini tidak kalah dengan produk luar negeri, sedangkan dari sisi ekonominya, hovercraft ini lebih murah sampai 60% dari produk sejenis. (Gilang Perdana)

sumber http://www.indomiliter.com/lumba-lu...amfibi-pendukung-patroli-dan-angkut-personel/

Show more