2016-04-13

Pemerintah bersama Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mendukung penuh kehadiran layanan yang berbasis koneksi Internet atau over the top (OTT) lokal agar bisa mengimbangi invasi OTT internasional seperti Facebook, Twitter, hingga WhatsApp.

Salah satu OTT lokal yang didukung oleh pemerintah dan ATSI ini adalah Sebangsa. Aplikasi hasil buah tangan anak muda Indonesia ini berkonsep media sosial agar bisa merangkul banyak pengguna.

Sebangsa yang memiliki logo bergambar alat musik angklung ini dibentuk oleh Enda Nasution dan Indira B. Widjonarko pada 2014 lalu.

Tampilan Sebangsa mirip dengan Facebook dan Twitter, yaitu ada timeline atau linimasa dengan berbagai konten multimedia. Serta, fitur grup yang mampu menampung anggota tanpa batasan jumlah. Bahkan, Sebangsa menyediakan konten khusus bagi kelompok BMI alias Buruh Migran Indonesia.

“Fitur grup kami menjadi andalan yang isinya konten khusus, stiker khusus, hingga bahasa gaul yang biasa dipakai sehari-hari. Contohnya, grup khusus BMI. Para TKI kita yang berada di luar itu juga butuh hiburan sesuai selera mereka. Facebook tidak mungkin mengurusi layanan seperti ini,” ucap Enda saat dijumpai beberapa waktu lalu.

Dijelaskan Enda, saat ini komunitas TKI yang tergabung di dalam Sebangsa banyak yang berasal dari Hong Kong dan Korea Selatan. Ada banyak komunitas lain yang sudah memanfaatkan fitur grup, di antaranya kelompok pencinta penyanyi Michael Jackson hingga komunitas Pramuka.

Lihat juga:

Tiga Aplikasi Lokal Didukung Menkominfo dan Operator Seluler

Selain linimasa, aplikasi Sebangsa menawarkan layanan “Japri” untuk melakukan obrolan secara langsung dengan teman, lalu fitur “911” yang berfungsi melaporkan atau mempublikasikan kondisi darurat kepada kepolisian atau pemadam kebakaran terdekat.

Kemudian fitur “Pesan Panik” dan “Kirim Jaga-jaga” yang masing-masing berguna untuk mengirim pesan darurat kepada lima orang terdekat dan memonitor orang-orang tertentu menggunakan aktivasi GPS. Tak lupa fitur “1800” sebagai sarana suara konsumen alias layanan pengaduan kepada perusahaan.

Tim Sebangsa turut memberikan konten sendiri mengenai ragam topik mulai dari agama, kebudayaan, musik, dan lain-lain.

“Untuk BMI, kami sediakan hal-hal yang berbau Indonesia, seperti cerita hantu, campur sari, keroncong, dangdutan, hingga ramalan yang lucu-lucu,” tambah Indira.

Tidak Mau Menyaingi Facebook cs

OTT nasional memang seringkali digadang-gadang sebagai bentuk ‘perlawanan’ terhadap layanan asing yang selama ini merajai pasar Indonesia. Sebut saja Facebook, Google, Twitter, Path, WhatsApp, hingga Line.

Diakui Enda, Sebangsa lahir di tengah masyarakat bukan untuk menyaingi para pemain asing yang sudah besar lebih dulu.

“Strategi kami bukan langsung untuk head-on dengan media sosial dan layanan besar yang sudah ada. Kami hadir juga bukan untuk membuat para netizen jadi meninggalkan Twitter atau Facebook. Sangat tidak apa-apa kalau mereka masih mau main yang lain, karena fitur yang kami tawarkan berbeda dari mereka,” ucap Enda.

Dua pendiri Sebangsa, Enda Nasution dan Indira B. Widjonarko. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)

Senada dengan Enda, Indira juga menambahkan, meski tampilannya seperti Facebook dan Twitter — ada linimasa yang dilengkapi dengan fitur like dan dislike — tetapi timnya yakin bisa memberi fungsi yang jauh berbeda dari media sosial lain.

Enda memberi contoh di dalam fitur grup, cara membuatnya diakuinya mirip dengan WhatsApp atau Facebook. Tinggal tentukan apa topik atau temanya — edukasi, lingkungan, dan lainnya — lalu tulis deskripsi singkat tentang grup itu, dan undang teman untuk bergabung.

“Kalau sudah bikin grup ini, kami sudah menamakannya komunitas. Tidak ada batasan jumlah member, kalau WhatsApp ‘kan 256 user. Dan bedanya lagi, kalau kalian chat di WhatsApp itu sifatnya lebih personal dan intens, sedangkan di Sebangsa kalian bisa share apapun itu dengan audiens yang lebih banyak. Jadi kalau mau kasih pengumuman penting, tidak perlu lagi cari kontak satu per satu, tinggal di dalam grup itu saja,” jelas Enda.

Indira mengatakan, tim Sebangsa memilih konsep linimasa yang seperti Facebook ketimbang chat room pada umumnya yang ada di dalam WhatsApp adalah agar lebih mudah digunakan dan tidak ada konten yang terlewat.

Ingin Satukan Berbagai ‘Bangsa’

Satu hal yang menjadi tujuan besar bagi Enda dari Sebangsa adalah, adanya penyatuan berbagai ‘bangsa’. Bangsa yang dimaksud adalah jenis komunitas atau perkumpulan yang tersebar di Indonesia.

“Tidak dipungkiri jika Sebangsa bisa menjadi wadah berkumpulnya bangsa nelayan, petani, sampai Nahdlatul Ulama (NU) yang jumlahnya mencapai jutaan member. Biar mereka semuanya bersatu di dalam satu platform supaya memudahkan berbagi dan menyampaikan pesan berantai,” tutur Enda.

Ia berharap, Sebangsa bisa menjadi cara baru untuk menjangkau berbagai macam ‘bangsa’ di Tanah Air, tentunya dengan konten yang jauh lebih canggih dari mulai foto, video, hingga pesan suara.

“Belum pernah ada platform seperti ini di dunia. Sebangsa hadir untuk menyatukan bangsa,” ucap Enda sambil tersenyum.

Diakuinya, perusahaan yang berisi sekitar 50 karyawan asli Tanah Air ini belum berpikiran untuk ekspansi layanan ke luar negeri, namun akan selalu terbuka bagi TKI yang tinggal di luar negeri maupun diaspora Indonesia di berbagai negara.

Source: CNN Indonesia

Show more