2014-03-22

Lip gloss First banyak diburu para wanita setelah iklan Dream DS ditayangkan. Tim ViVi sangat senang, begitu juga Ji Young. Dia melakukan pekerjaannya sambil sesekali melihat ke arah stand ViVi.

Miss Korea Episode Terakhir

Ji Young menyaksikan stand ViVi yang ramai pelanggan dari lantai atas. Senyum Ji Young tidak berhenti mengembang. Tiba-tiba Madam Ma menegurnya dari belakang.

“Kau melakukannya dengan baik! Bahwa model Bada Cosmetics ini begitu senang melihat lipstik perusahaan lain laris manis. Kau benar-benar bahagia?”

“Terima kasih, Presdir.” Ji Young membungkuk dengan tulus berterima kasih.

Madam Ma bilang dengan melihat respon pasar, lip gloss Hyung Joon mungkin terjual lebih banyak daripada lipstik Wine-ever yang dibintangi Ji Young. Ji Young tersenyum mengiyakan. Maksud Madam Ma adalah agar Ji Young berhati-hati. Ji Young masih sambil tersenyum, mengiyakan. Madam Ma bilang seperti hampir mati karena bahagia.

“Bisakah saya mengekspresikan kebahagiaan saya sekali saja?”

“Jangan di sini. Pulanglah, dan tertawalah sendirian di bawah selimutmu. Jangan percaya respon keluargamu sendiri. Begitulah cara model profesional harus bersikap. Mengerti?”

Ji Young mengiyakan lagi,

***

Stand ViVi masih ramai dikunjungi pelanggan. Hyung Joon mengambil barang tambahan, dia tersenyum melihat iklah Ji Young di televisi.

***

Hyung Joon berjalan menuju tempat biasa dia bertemu Ji Young di pinggir sungai. Ternyata sudah ada Ji Young disana. Hyung Joon jalan mengendap hendak mengejutkan Ji Young, tapi Ji Young menoleh.

Ji Young langsung membuka tangan, meminta Hyung Joon memeluknya. Hyung Joon melihat ke sekitar, kondisi aman, tapi dia masih tak beranjak dan tersenyum memandang Ji Young. Ji Young tidak sabar, dan meminta Hyung Joon segera mendekat.

Hyung Joon berjalan ke arah Ji Young, dan memeluknya. Mereka berpelukan erat sambil tersenyum.

Ji Young lalu bertanya berapa banyak yang Hyung Joon jual hari ini. Dengan sumringah Hyung Joon memberitahu kalau mereka menjual 1000 buah. Ji Young pun senang. Hyung Joon berterima kasih pada Ji Young. Ji Young berkaca-kaca dan mengucapkan selamat pada Hyung Joon.

“Aku akan menjadi sukses secepat mungkin, dan mempekerjakanmu sebagai juru bicara kami, jadi tunggulah sebentar saja, oke?”

Ji Young mengangguk.

“Aku akan membawamu ke dalam harga yang tinggi. Kau pastinya tidak mungkin (jadi juru bicara secara) gratis.”

Ji Young kembali mengangguk, dia mengerti.

“Sampai saat itu, kau akan bekerja keras sebagai model Bada Cosmetics seperti sekarang.”

“Aku akan bekerja keras.”

Hyung Joon menghela nafas lega. Ji Young berkata Hyung Joon pasti benar-benar senang hari ini. Hyung Joon mengangguk, itu semua berkat Ji Young. Hyung Joon tersenyum dan mengatakan bukan. (mungkin maksudnya Ji Young, dia hanya membantu sedikit, keberhasilan itu karena ketekunan dan kesabaran Hyung Joon sendiri.)

***

Hwa Jung memencet tombol apartemennya yang kini dihuni Jung. Jung membuka pintu. Hwa Jung gugup dan berkata dengan sedikit tergagap. Dia bertanya berapa banyak yang dijual Jung hari ini. Jung tidak menjawab dan menyuruh Hwa Jung masuk.

Hwa Jung pun masuk, dan ternyata Jung sedang memasak. Dia belum makan tadi, karena anak-anak bilang tidak ada yang makan. Hwa Jung melihat apa yang dikerjakan Jung di dapur dan memuji Jung yang benar-benar tahu cara memasak.

Hwa Jung melihat panci penanak nasi yang tidak pernah dia gunakan sejak ibunya membelikan itu untuknya. Jung minta maaf karena mengeluarkannya tanpa ijin, dia tidak mengeluarkan apapun lagi.

Hwa Jung: “Aku merasa seperti tamu di sini.”

Jung: “Ini karena kau belum pernah memasak di sini. Aku membuat ruangan ini seperti di rumah dengan memasak di dalamnya. Jika kau bekerja dan makan di luar sepanjang waktu, kamar ini bukanlah rumah. Ini cuma kamar hotel.”

Hwa Jung tersenyum. Jung menyuruhnya duduk dan dia akan mengambil nasi di dapur. Hwa Jung memandang Jung dan bertanya bagaimana Jung tahu cara memasak. Itu karena Jung sudah lama tinggal sendirian. Memasak untuk Hwa Jung adalah hal yang bisa dia lakukan untuk Hwa Jung. Yang dia tahu adalah bagaimana caranya memasak.

Jung kemudian menanyakan dimana sendok nasi, dia tidak melihat sendok nasi. Hwa Jung bilang dia tidak punya. Jung tak percaya Hwa Jung tidak punya. Dia lalu menyendok nasi dengan sendok makan.

“Jika kau ingin memasak dan tinggal di sini, mungkin ada banyak hal yang kurang di rumahku.”

“Aku akan perlahan-lahan saja membelinya satu per satu. Aku akan tinggal di sini sampai kau berangkat ke Perancis. Kapan kau berangkat, Doktor?”

Hwa Jung agak ragu menjawab. Lalu Jung berkata lagi kalau dia akan terus memasak untuk Hwa Jung hingga Hwa Jung pergi. Dia juga akan membeli beberapa peralatan. Jung pun bertanya apa lagi yang tidak dimiliki Hwa Jung. Hwa Jung bilang dia tidak tahu. Jung tertawa, Hwa Jung hanya tahu belajar, satu-satunya hal yang ingin Hwa Jung lakukan juga pasti belajar.

 

Hwa Jung tersenyum dan mengatakan makanan Jung terlihat lezat. Jung menyuruh Hwa Jung menikmati makanannya. Jung juga bilang kalau mereka menjual 2000 buah hari ini. Hwa Jung tersenyum senang.

“Benarkah? Wow, aku sangat senang! Kau adalah yang terbaik!” Hwa Jung memberikan jempolnya untuk Jung.

Jung tertawa, mereka pun makan bersama dengan bahagia.

***

Heung Sam dan Kang Woo mengunjungi Jung ke motel untuk memberikan kimbap. Tapi menurut pemilik motel, Jung yang tinggal di kamar 307 sudah keluar. Mereka penasaran apakah Jung pindah ke motel lain. Kang Woo meminta Heung Sam mengirim pesan pager lagi.

Heung Sam malah khawatir. Ketika dia sedang berdua dengan Jung dan meminta membeli kimbap karena mereka sudah kelaparan sepanjang hari, tapi Jung tampak tidak tertarik. Heung Sam pikir dia tidak punya uang.

“Jadi?” tanya Kang Woo tak mengerti.

“Apa yang kau maksud dengan "jadi"? Hari-hari ini, orang-orang yang kehilangan rumah mereka karena IMF (krisis ekonomi), berkumpul di Stasiun Seoul dan tidur di sana.”

Heung Sam kemudian berlari keluar, Kang Woo menyusulnya.

***

Hyung Joon dan Ji Young pulang ke rumah. Sebelum masuk Jung memberitahu Ji Young tentang Yoon. Saat Kang Shik mempermasalahkan batas usia Ji Young, Yoon lah yang mencegahnya terlebih dulu. Bahkan Yoon kehilangan banyak uang karena itu. Ji Young masih tak percaya Yoon melakukannya. Hyung Joon membenarkan, memang Yoon yang melakukannya.

“Yoon brengsek itu peduli padamu dengan tulus.”

“Kenapa kau mengatakan itu?”

“Karena jika aku tidak memberitahumu, aku merasa seperti pencuri atau sesuatu.”

Ji Young tersenyum, dia mengerti. Hyung Joon bertanya apa yang dimengerti Ji Young. Ji Young balik bertanya, haruskah dia berkata kalau dia tidak mengerti. Hyung Joon menggeleng. Ji Young lalu berkata Yoon benar-benar bisa melakukan segalanya. Hyung Joon tak mengerti.

“Dia pasti benar-benar menyukaiku. Tidak ada yang datang sebelum uang untuknya. Benar kan? Aku selalu bertanya-tanya seberapa besar kau menyukaiku. Aku juga ingin tahu.”

“Mengapa aku harus mengatakan itu kalau itu sudah tertulis di seluruh wajahku?”

“Dimana? Dimana?” Young menatap wajah Hyung Joon. “Kembali ke masa SMA, aku bisa mengatakannya. Tapi begitu kau mulai bekerja, kau penuh dengan hal-hal yang tidak kau katakan padaku, jadi aku tidak bisa mengatakannya lagi. Beritahu aku. Ekspresikan perasaanmu. Jika tidak, kau akan selalu seperti orang yang brengsek dan licik. Yang aku tidak bisa lihat apa yang ada didalamnya. Mengerti?”

Ji Young tersenyum dan masuk ke dalam meninggalkan Hyung Joon yang menghela nafas panjang.

***  

Chun Ja sedang akan menata rambut Sun Yeong. Madam Ma datang, dan dia memberitahu kalau Sun Yeong akan muncul di televisi.

Madam Ma akan menata rambut Soo Yeon. Tapi Soo Yeon terus menggaruk-garuk kepalanya. Madam Ma memeriksa kepala Soo Yeon, ternyata kulit kepalanya merah disana-sini, semuanya bengkak dan putih. Madam Ma bertanya mengapa bisa seperti itu, dan sudah berapa lama.

Soo Yeon bilang itu terjadi sejak Chun Ja mewarnai rambutnya. Soo Yeon merasa kulit kepalanya menyengat dan gatal. Madam Ma menoleh pada Chun Ja. Chun Ja mengelak, kenapa Soo Yeon membawa-bawa orang yang tidak bersalah dan mengatakan itu.

Madam Ma lalu melihat pewarna rambut di meja, Sekretaris Yoon memperlihatkannya pada Madam Ma. Madam Ma bertanya siapa yang membawa itu ke salon, dan siapa yang mengubah pewarna rambut? Sekretaris Yoon menunjuk Chun Ja. Chun Ja menghampiri Madam Ma dan berkata bahwa bukan seperti itu.

“Seberapa banyak uang yang kau terima dari Manajer Uhm itu?” tanya Madam Ma.

“Apa maksud Anda "menerima"? Apa?” Chun Ja mengelak.

“Apa kau pikir aku tidak tahu kalau orang itu melempar uangnya ke mana-mana dan berusaha membawa produknya ke toko-toko? Beraninya kau! Kau pikir kau bisa menipuku seperti ini? Ini bahkan belum lama sejak kau kembali.” Madam Ma marah besar.

Chun Ja berlutut dan menggosok-gosokan tangan, “Hyungnim, aku salah. Aku salah! Saat aku sedang diusik oleh debitur, aku pasti sudah gila untuk sesaat.”

“Meski begitu kau membiarkan sampah tersebut masuk ke tokoku? Apakah kau seorang manusia setelah menggunakan sampah macam ini ke rambut pelanggan ketika kau tertawa dan tersenyum?” Madam Ma makin marah.

Chun Ja berdiri, “Apa yang kau maksud dengan "sampah"? Hyungnim, Manajer Uhm bilang kalau ini produk baru yang paling populer di New York, jadi...”

“Apa itu masuk akal?” Madam Ma membentak Chun Ja. “Apakah itu masuk akal bahwa kau percaya tipuan brengsek itu?!”

Chun Ja berkata dia sadar kalau dia salah, tapi dia tidak tahu kalau Manajer Uhm orangnya sejahat itu. Dia sungguh-sungguh tidak tahu. Tapi Madam Ma tidak mau mendengar alasan Chun Ja. Madam Ma mengusir Chun Ja keluar. Sekretaris Yoon membawa Chun Ja keluar, bersama Sun Yeong juga. Chun Ja berteriak bahwa itu tidak adil, dia benar-benar tidak tahu. Tapi Madam Ma tak bergeming.

***

Yoon menerima dokumen dari sekretarisnya. Dia lalu mendapat telpon dari Ji Young. Yoon tampak sedikit terkejut.

“Kau pasti sibuk.” Ujar Yoon.

“Apakah kau masih merokok?”

Yoon diam tak menjawab.

“Apakah kau berhenti?”

“Tidak.”

***

Ada tiga pelanggan datang ke stand Bada untuk membeli BB cream seperti yang digunakan Ji Young. Kang Shik yang ada disana tersenyum.

Pelayan menawarkan lipstik yang cocok untuk BB cream pada pelanggan tadi, tapi mereka tidak mau, mereka hanya ingin membeli BB cream saja. Senyum Kang Shik lenyap.

Tiga pelanggan tadi setengah berlari menuju stand ViVi. Kang Shik kesal melihatnya.

Tiga pelanggan tadi membeli lip gloss seperti yang dipakai Ji Young. Salah seorang dari mereka bergumam kalau lip gloss itu cocok sekali digunakan bersamaan dengan BB cream. Hyung Joon bilang tentu saja. Mereka pun membeli satu set.

Hyung Joon lalu meminta Kang Woo untuk mengambil barang tambahan di toko, karena persedian mereka disana sudah hampir habis. Kemudian Kang Shik mendatangi stand ViVi. Hyung Joon menyapa dengan ramah. Kang Woo sebal melihat kakaknya, lalu berangkat untuk mengambil barang tambahan.

“Kau telah mendapatkan banyak uang.” Sindir Kang Shik pada Hyung Joon.

“Ah, ya. Terima kasih. Kalau kau berpikir untuk meniru lip gloss kami dan memasarkan mereka menggunakan jaringan besar Anda... Itu sudah terlambat, Hyungnim. Toko kosmetik lainnya setuju untuk menjual produk kami. Konsumen adalah raja, 'kan? Konsumen mencari untuk itu, bisakah toko pusat membantu itu? Aiyoo, aku mengatakan ini dengan hati untuk bekerja bersama satu sama lain bersama-sama lagi. Kau tidak lupa bahwa kami juga tahu bagaimana membuat BB cream, kan? Jika kami memutuskan, kami dapat dengan cepat membuat BB cream saat ini juga.”

“Apa kau sedang mengancamku?”

“Aku cuma bilang jangan lakukan itu. Sudah aku bilang sebelumnya. Mari bertahan bersama. Mari hidup bersama dengan baik. aku tidak berubah sama sekali. Aku masih merasakan hal yang sama. Jika kau bisa mengubah pikiranmu, aku pikir kita semua bisa bahagia.”

Kang Shik tidak berkata apapun lagi, dia hanya berbalik pergi. Hyung Joon mengucapkan salam dan tersenyum.

***

Di toko ViVi. Jung mendapat telpon dari OEM (Original Equipment Manufacturer). Mereka bilang agar ViVi mempersiapkan hal-hal yang mereka butuhkan dan daftar toko yang ingin ditempatkan produk ViVi (aku tidak terlalu ngerti tentang ini). Jung bertanya pada Heung Sam apakah Heung Sam mau pergi kesana.

Hwa Jung dengan prihatin duduk di samping Jung. Dia bertanya Jung semalam tidur dimana. Jung diam tak menjawab. Heung Sam bertanya lagi. Dimana Jung tidur akhir-akhir ini setelah meninggalkan motel.

Jung menoleh pada Hwa Jung yang memberikan kode agar Jung tutup mulut. Tapi Jung mengatakan yang sebenarnya, dia tidur di tempat Hwa Jung. Mata Hwa Jung membesar. Heung Sam menoleh, lalu Hwa Jung sembunyi.

Jung kemudian pamit pergi ke pabrik EOM.

Heung Sam tampak sangat syok, dia menunduk diam. Hwa Jung duduk dihadapannya.

“Hwa Jung. Kalau begitu jika aku tidak punya rumah dan berkeliling ke motel, kau akan membiarkanku tidur di tempatmu, kan?”

“Tidak.”

“Apa alasanmu membiarkan Jung Seon Saeng, bukan aku? Apakah karena aku tidak tampak seperti seorang pria? Huh? Apakah karena aku kurang ajar? Karena aku terlalu banyak bicara? Karena aku tidak memiliki rumah, uang, karisma atau tinggi badan? Kenapa?!” Heung Sam kesal.

“Kau tidak tahu bagaimana caranya memasak.”

“Memasak?” Heung Sam bingung.

“Kau tidak berpikir untuk memasak untukku. Kau tidak tahu caranya.”

“Kenapa kau berbicara tentang memasak semua tiba-tiba? Apakah itu penting?” Heung Sam masih tidak terima.

“Tampaknya menjadi penting. Karena Guru Jeong sangat berbeda dariku, aku takut pada awalnya, karena tampaknya jelas kita tidak akan berhasil. Tapi, saat memakan apa yang dia masak, aku merasa bahwa menjadi berbeda tidaklah buruk, tapi hal yang baik.”

Heung Sam terdiam, mendengar jawaban Hwang Jung itu.

***

Yoon datang ke toko Ji Young. Dia mencoba melihat ke dalam. Lalu dari samping Ji Young membuka jendela dan menyapa Yoon, bahwa dia mendengar kalau Yoon belum berhenti merokok. Ji Young bertanya apa yang diinginkan Yoon. Yoon tersenyum, apakah Miss Korea menjual rokok juga.

“Miss Korea juga cuma putri sudut rumah toko itu, cucu, dan seorang adik perempuan ketika dia pulang ke rumah.” Ji Young bertanya lagi apa yang diinginkan Yoon.

“Tolong beri aku 88.” Yoon tersenyum dan menyerahkan uangnya. Ji Young memberikan satu bungkus rokok. Lalu Yoon berkata, “Pastikan untuk memberiku uang kembali dengan tepat.”

“Kau telah berubah. Sebelumnya kau biasanya berkata bahwa kita harus berkencan dengan kembaliannya.”

“Uang adalah uang, dan kencan adalah kencan.”

“Kau benar.”

Mereka pun saling melemparkan senyum. Mereka kemudian duduk bersama di dipan. Ji Young memulai perbincangan dengan meminta maaf pada Yoon, dia tidak bisa benar-benar menerima Yoon. Dan Ji Young juga berterima kasih. Karena meskipun dia tidak pernah sekalipun menatap mata Yoon, tapi Yoon tetap memperhatikan dan mengkhawatirkannya.

Yoon bilang itu karena Ji Young adalah cinta pertamanya yang ingin dia lindungi. Seperti Hyung Joon. Ji Young tersenyum dan meminta Yoon untuk membuang jauh perasaannya sekarang. Karena dia tidak suka membuat seseorang merasa kesepian. Yoon tersenyum.

“Bahkan Oppa dengan kemampuan seperti itu, memiliki satu hal yang tidak berjalan sesuai dengan kehendak-Nya.” Ji Young menyenggol Yoon, menggodanya.

“Hanya satu hal?”

“Apakah ada yang lebih dari satu hal?”

“Tentu saja ada lebih dari satu. Kau cuma tidak tahu. Aku sama saja... Soal memiliki berbagai hal yang tidak berhasil. Karena aku punya banyak ambisi, banyak hal-hal yang tidak berhasil.”

“Aku mengerti. Aiyoo, alangkah menggodanya kau.”

Mereka tertawa. Lalu Yoon bertanya apa yang ingin Ji Young lakukan di masa depan. Ji Young menjawab, meski dia membuat rambutnya rontok karena khawatir tentang itu, dia benar-benar tidak tahu. Ji Young memutuskan untuk menjaga sendiri posisi yang sangat mengagumkan dan menyenangkan itu untuk saat ini.

“Tidak peduli apa yang aku lakukan, tampaknya itu menjadi posisi di mana peluang datang sesuai dengan bagaimana kau memikirkannya, tapi itu juga kesempatanku, jadi aku gembira dengan hal itu juga. Pada akhirnya, ketika Miss Korea baru dipilih pada bulan Mei, aku tahu bahwa orang akan lupa tentang aku. Tapi tetap saja, karena aku masih ada waktu, aku tidak akan terlalu cemas dan akan memutuskan kapan saatnya tiba. Bukankah itu baik-baik saja?”

“Oke. Jangan bekerja keras mendapatkan uang untuk membuat orang-orang yang kau suka bahagia. Lakukan pekerjaan yang kau sukai, yang bisa membuatmu bersemangat. Dengan begitu orang-orang di sekitarmu dapat melihatmu dan bahagia untuk waktu yang lama.”

Ji Young mengangguk.

Yoon berdiri. Ji Young bertanya apakah Yoon akan pergi.

Yoon berkata, “Untuk saat ini, ketahuilah bahwa kau telah membuatku merasa kesepian. Hanya untuk saat ini.”

Ji Young mengiyakan. Lalu Yoon pamit pergi.

(Suka adegan ini, mereka mengakhirinya dengan manis. Yoon juga sudah sadar, tidak semuanya dia bisa beli dengan uang.)

***

   

Chun Ja pergi ke kedai makanan sendirian. Dia menangis dan menggerutu sendirian.

“Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku? Bahkan jika aku mengambil sedikit suap, apakah aku tipe orang yang menyakiti dan mengganggu orang lain? Berapa tahun kita saling kenal? Berapa banyak makanan yang kita makan bersama-sama? Bagaimana bisa dia tidak percaya padaku?”

Chun Ja minum sojunya dan mengambil makanan. Dia masih saja menggerutu. Chun Ja bilang Madam Ma berlebihan. Chun Ja makan, dia tersenyum sedikit, lalu berkata lagi.

“Aku akan menikah dengan putra seorang pemilik tempat pembuatan bir, tapi dia menghentikanku dan memikatku dengan kulit babi. ‘Kenapa kau tidak menjadi asistenku? Keterampilan tanganmu baik sehingga itu akan sangat baik jika kau belajar bagaimana membuat gaya rambut.' Kau memikatku dalam menyukai itu dan kemudian menyiksaku setiap hari, Aish.”

Kemudian ponselnya berdering, dari Madam Ma. Diapun merengek.

Madam Ma ternyata meminta Chun Ja datang. Chun Ja nongol di pintu. Madam Ma menyuruhnya masuk. Chun Ja langsung menghambur manja pada Madam Ma. Madam Ma mencibir Madam Ma yang bertubuh besar tapi bertingkat manja seperti itu. Madam Ma menyuruh Chun Ja duduk agak menjauh, karena bau dari baju Chun Ja yang habis makan kulit babi.

Chun Ja memastikan Madam Ma tidak marah lagi padanya, dan bertanya apakah dia bisa kembali bekerja besok. Madam Ma menuangkan wine untuk Chun Ja. Dia berkata, jika Chun Ja melakukan sesuatu seperti itu sekali lagi, dia akan memastikan Chn Ja tidak bisa menginjakkan kaki ke dalam bidang itu. Chun Ja mengangguk.

Madam Ma lalu bertanya apakah Chun Ja yakin bisa membayar kembali semua utangnya. Chun Ja mengangguk mengiyakan dengan tidak yakin.

“Lihatlah matamu. Karena matamu, kau bahkan tidak bisa menipu orang. Aku tidak tahu bagaimana semua pikiranmu bisa terlihat. Katakan dengan jujur!”

“Saya masih berutang 30 juta won.” Kata Chun Ja dengan sedih.

Madam Ma kemudian bilang kalau dia yang akan membayar bunganya secara teratur. Chun Ja terkejut, lalu menangis haru dan berterima kasih.

“Kau orang pintar yang 'tidak pintar', tolong sadarlah! Apakah kau tahu kenapa aku mencoba untuk menghentikanmu ketika kau bilang kau ingin mandiri? Kemampuanmu baik, kau memiliki

Show more