2016-01-18



PT Zahir Internasional, pengembang software akuntansi di Indonesia,
makin serius menggarap pasar segmen menengah hingga atas. Tak
tanggung-tanggung, perusahaan yang dibidik termasuk yang beromzet Rp 1
triliun per tahun.

Zahir Internasional hadir sejak 1996 dengan
produk Zahir Accounting versi 1.0. Kini pada usia 19 tahun, Zahir
Internasional terus berkembang. Tahun lalu, perusahaan pun meluncurkan
produk terbaru, yakni Zahir Accounting versi 6.0 yang dikembangkan oleh
para ahli berpengalaman untuk membangun sistem di berbagai bisnis.

Hingga kini, Zahir Accounting telah digunakan oleh lebih dari 30 ribu
perusahaan berskala kecil, menengah, dan besar dengan 60 ribuan pengguna
(user/lisensi) di Indonesia serta mancanegara. Jumlah itu pun terus
bertambah. Kini Zahir telah banyak tersebar di lebih dari 30 kota di
Indonesia dalam wujud kantor pusat atau cabang, gerai, agen, dan
reseller (pengecer).

Kepada wartawan Republika Dian Fath Risalah El Anshari,
CEO PT Zahir Internasional, Muhamad Ismail, bercerita mengenai
kebiasaan masyarakat yang masih enggan mengandalkan teknologi untuk
bisnisnya. Padahal di sisi lain, perkembangan teknologi, khususnya
internet dan telepon pintar, melaju dengan pesat. Berikut hasil
wawancaranya.

Bagaimana awal bisnis Zahir?

Awalnya pendiri Zahir adalah Pak Fadil, mahasiswa ITB jurusan Fisika
angkatan 1991. Di pertengahan 1900-an, antara 1995 sampai 1996, beliau
menjalankan bisnis advertising (periklanan). Dalam perkembangannya
ternyata tidak mudah untuk mengelola bisnis periklanan. Pada saat itu
dibutuhkan laporan instan yang cepat. Seperti ada pertanyaan, 'hari ini
utang berapa, sih?' Atau pertanyaan lainnya terkait pencatatan keuangan,
akhirnya dibuatlah software accounting.

Mulai 1996 sampai
1997, kami memasarkan software accounting. Alhamdulillah, berangkat dari
situ, banyak small and medium enterprise yang mempunyai kebutuhan yang
sama. Kami pun terus mengembangkan aplikasi accounting yang simpel,
mudah digunakan, dan powerfull.

Sejak saat itu kami terus
berkembang, dari 1996 sampai 1999. Lalu pada 2000-an, kami pindah dari
Bandung ke Jakarta. Di Jakarta kami berkembang. Setelah 2004, kami terus
berkembang dan melakukan ekspansi dengan membuat kantor di beberapa
daerah, seperti di Surabaya, Yogyakarta, Malang, dan sekarang sudah
lebih dari 30 kota di Indonesia. Untuk pemasarannya, alhamdulillah juga
terus tumbuh. Meskipun konsentrasi di Indonesia, konsumen kami juga ada
beberapa di luar negeri, seperti di Timur Tengah, Jepang, Italia.

Bagaimana Anda melihat kondisi dan potensi pasar Zahir di Indonesia?

Untuk potensi pasar, kami yakin dan optimistis dengan industri
software. Memang waktu awal pembuatan Zahir pada 1996-1997, orang
melihat teknologi bukan bagian yang penting dari bisnis. Namun, kalau
sekarang seiring berkembangnya telepon pintar, orang semakin sadar bahwa
teknologi tak bisa dipisahkan dari bisnis.

Kami melihat pasar
accounting software tumbuh dengan luar biasa. Mereka pun semakin sadar
dan membutuhkan software untuk mengambil sebuah keputusan yang cepat.
Sehingga tidak ada penolakan dari penggunaan software kami. Karena
dengan menggunakan software kami, semua transaksi tercatat dan dalam
mengambil keputusan pun lebih cepat.

Melihat pertumbuhan industri software, kira-kira potensi market share bagaimana yang bisa diraup?

Kalau market share, terus terang belum ada studi value seperti apa.
Kalau lihat small and medium enterprise market share, ratusan ribu itu
sudah sangat besar. Bahkan, kalau mau lihat UKM yang kecil pun bisa
jutaan. Jadi kalau melihat pasarnya, sangat besar. Indonesia pun masih
menopang ekonomi dari small dan medium enterprise, jadi kita melihat
peluang sangat besar.

Untuk strateginya bagaimana?

Untuk strategi, dalam ekspansi, Zahir semakin besar. Selama ini Zahir
fokus di software accounting. Banyak sebenarnya yang bertanya, mengapa
Zahir tidak mencoba membuat sofware lain. Menjawab pertanyaan itu,
justru kami menganggap ini strategi kami yang simpel dan powerfull.
Dengan fokus pada software accounting, kami akan terus berkembang di
sisi software-nya. Kami juga fokus dengan kebutuhan konsumen dan area
accounting yang kami kejar.

Kami berpikir agar bagaimana dari
hari ke hari software ini semakin mudah, powerfull dan dimengerti, serta
membantu pengusaha dan entry user. Kami juga berusaha agar dekat dengan
pelanggan.

Sekarang orang bisa dengan mudah membeli software
online. Dari situlah kami ingin memberikan pelayanan dengan mendekatkan
diri pada pelanggan, dengan cara memberikan training. Jadi mereka bisa
bertanya, bagaimana cara menggunakan software tersebut, bagaimana kalau
ada troubleshooting pun bisa langsung ditanyakan.

Maka itu, di
Jakarta saja kami ada beberapa kantor, seperti di Kemang, Ratu Plaza,
dan Kelapa Gading. Tahun ini, kami juga akan membuka kantor di Depok dan
Bekasi. Pokoknya, kami fokus dalam satu hal, biar nanti investasinya
akan menguatkan kami dan semakin mendekatkan dengan pelanggan, serta
memberikan kenyamanan kepada pelanggan.

Bagaimana dengan kesiapan infrastruktur Zahir?

Setelah beli dan pakai software ini, memang akan ada banyak kebutuhan.
Pertama, mereka butuh training, bagaimana penggunaannya. Jadi setiap
pembelian kami berikan training secara gratis. Selain training kami juga
berikan implementasi, jadi kita bantu perusahaan, bagaimana perusahaan
itu bisa menggunakan yang terbaik dan pemanfaatan yang maksimal untuk
perusahaannya.

Hal ini berbeda-beda di setiap industri dan
perusahaannya, sehingga kami berikan layanan implementasi. Kami juga
berikan layanan support. Setiap perusahaan, karyawannya juga
ganti-ganti. Untuk itu, saat karyawan baru butuh training, kita punya
call centre, jadi any time mereka butuh, bisa kita bantu.

Saat ini, apa perkembangan bisnis Zahir yang terbaru?

Pada 2015, kami merilis produk Zahir Online. Sebelumnya produk Zahir
berbasis desktop, di PC, laptop. Makin ke sini, ada internet dan
Indonesia yang memiliki wilayah luas dan kepulauan menjadi tantangan
tersendiri untuk kami. Bagaimana perusahaan bisa mengelola keuangan
perusahaan di beberapa tempat yang terpisah dengan jarak dan pulau.

Zahir Online yang berbasis web memberikan kemudahan bagi pelanggan.
Ketika mereka butuh pengelolaan yang terintegrasi online, mereka
langsung bisa menggunakan.

Pada 2016, kami juga akan
mengenalkan aplikasi dengan model berlangganan, hanya dengan Rp 200 ribu
per bulan. Sehingga mereka yang small enterprise bisa menggunakan
produk kami dengan lebih mudah. Insya Allah pada kuartal pertama, akan
kami luncurkan.

Soalnya, untuk membeli, range harga mulai dari
Rp 15 juta. Range harga desktop Rp 20 juta sampai Rp 100 juta. Sehingga,
untuk menjangkau market secara luas, kami mengubah sistem, dengan
berlangganan Rp 200 ribu, mereka sudah bisa mengatur keuangannya.

Namun, fitur-fiturnya beda juga yang ditawarkan, segmen berbeda dan
tidak kanibal. Ada fitur-fitur yang memang berbeda. Seperti di
perusahaan besar ada multicurrency karena ada ekspor dan impor. Atau ada
juga perusahaan yang multiprice, jadi setiap pembeli beda-beda
harganya, ada fiturnya sendiri.

Kemudian, di level enterprise
kami juga sediakan VIP Support. Setiap bulan kami akan kunjungi dan dan
tentunya akan menjadi prioritas.

Saat ini Anda melihat kompetitor Zahir seperti apa?

Untuk kompetitor pasti ada, cuma yang menggarap software accounting itu
belum ada. Kompetitor kami sekarang justru mereka yang melakukan
pembukuan secara manual dan bagaimana meyakinkan mereka agar bisa
menggunakan Zahir. Realita sekarang, ternyata perusahaan besar
keuangannya masih manual dan tidak menggunakan software. Jadi peluang
masih banyak.

Padahal, mereka bisa investasi pabrik ratusan
miliar, tapi untuk investasi software puluhan juta tidak mau, sehingga
menjadi tantangan kami bagaimana mereka yakin menggunakan software. Ada
cerita teman saya di Bali, dia curhat bisnisnya berantakan.

Sudah bisnis setengah mati, tapi uangnya justru tidak ada. Akhirnya,
saya tawarkan implementasi Zahir. Setelah tiga bulan, dia baru sadar
ternyata ada uang dia yang nyangkut di luar sekitar Rp 1,2 miliar.

Jadi banyak orang yang bisnis besar, tapi tidak sadar punya uang Rp 1,2
miliar karena tidak ada pencatatan menggunakan software. Akhirnya, dia
melakukan pembenahan, sekarang dia malah bisnis tidak hanya satu, bahkan
dia sekarang kerja setiap Senin saja.

Bagaimana Zahir menghadapi fenomena perlambatan ekonomi?

Ada pasti, tapi alhamdulillah bisnis kita masih tumbuh. Pengaruhnya ada
di beberapa sektor di pasar kami yang bagus tapi tidak jalan karena
perlambatan ekonomi. Namun kami tetap yakin di bisnis trading dan jasa,
karena masih besar permintaannya. Alhamdulillah tidak begitu terasa di
bisnis kami. Saya juga optimistis bila melihat kondisi sekarang. Memang
ada perlambatan dan memengaruhi juga dengan dolar, tapi demand kami
masih lumayan besar.

Bagaiamana target Zahir dalam satu tahun?

Kami menargetkan Zahir akan terus tumbuh di atas 25 persen. Angka itu
menunjukkan kami masih optimistis. Pada 2015 saja kami masih melihat
bisnis kami masih oke. Meskipun ada perlambatan ekonomi, kesadaran
tekonologi makin meningkat. Jadi buat kami itu peluang yang menarik.

Lagipula, sekarang penggunaan IT masih sangat tinggi, masih banyak
sektor yang tidak goyah dan masih oke, kami pun optimistis. Dua-tiga
bulan terakhir ini mulai bergairah lagi. Kalau sekarang, misalnya,
infrastruktur pemerintah jalan, otomatis perusahaan kontraktor ada lagi.

Target jangka panjang Zahir seperti apa?

Zahir memiliki mimpi sejak awal berdiri adalah go global. Insya Allah
dimulai pada awal semester 2016, kami mencoba ekspansi ke Malaysia.
Setelah itu, kami akan ekspansi ke negara lain di ASEAN.

Kami
juga akan buat produk international market, karena kami tidak mau jadi
nomor satu di Indonesia, kami juga mau berbagi produk ini untuk pasar
yang lebih luas. Zahir memiliki kekhasan, yakni ada fitur-fitur menarik
yang justru tidak ada di pasar luar.

Di Indonesia kan level
ekonomi menengah. Setelah ada krisis global, barulah banyak negara yang
sadar bahwa bisnis menengah jadi penopang, dan Zahir sudah fokus selama
20 tahun. Selama pengalaman 20 tahun ada fitur unik yang kami tawarkan.

Tantangan dan harapan Zahir ke depan seperti apa?

Tantangan, ya itu tadi. Kami masih berusaha menyadarkan pengusaha agar
mengunakan aplikasi teknologi untuk membantu aktivitas bisnis.
Seharusnya, ke depan bisnis harus menggunakan teknologi. Kami mau
menyadarkan bahwa mereka perlu menggunakan aplikasi ini untuk
menjalankan bisnis.

Sulit memang untuk mengubah kebiasaan.
Walaupun di angkatan pengusaha muda kesadaran teknologi itu tinggi,
jumlah perusahaan yang belum aware itu masih sangat besar. Untuk
harapan, dengan ekspansi Zahir, kemudian internet dan gadget yang
semakin murah, akan lebih menyadarkan perusahaan bahwa teknologi
software accounting ini menjadi penting. n ed: mansyur faqih

***
Belajar dari Kisah Sukses

"Saya sangat suka membaca profil orang sukses. Dari membaca kisah
sukses mereka, saya merasa ada motivasi." Begitu jawaban Muhamad Ismail
yang kini menjabat sebagai CEO PT Zahir Internasional, pengembang
software akuntansi di Indonesia, ketika ditanya mengenai kunci sukses
keberhasilan kariernya.

Ketertarikan keturunan Yaman-Malang
kelahiran Jeddah, 23 Maret 1982 itu dengan dunia bisnis memang sudah
tampak sejak ia duduk di bangku kuliah. Setiap hari, ia selalu
menyempatkan diri untuk berkunjung ke toko buku di bilangan Rawamangun,
Jakarta Timur, hanya untuk membaca buku marketing dan kisah sukses.

"Dari situ saya merasa ada motivasi. Saya sangat suka membaca kisah
sukses yang sering ada di majalah. Salah satu strategi saya menghibur
diri, karena gratis juga, soalnya saat itu masih menjadi mahasiswa
kere," ujar Muhamad kepada Republika saat ditemui di bilangan Kemang,
Jakarta Selatan, Rabu (5/1).

Kisah sukses pun menjadi motivasi
Muhamad dalam menuntaskan pendidikan S1 jurusan Akunting dan IT serta S2
Manajemen di Universitas Bina Nusantara. Ia pun tak pernah lelah untuk
belajar. Bahkan saat ini, Muhamad masih melanjutkan S3 Manajemen di
universitas yang sama.

Selain membaca kisah sukses orang lain,
kata dia, kunci lainnya dalam meraih kesuksesan adalah selalu ingat
dengan Sang Pencipta. Ayah dua anak tersebut pun bercerita mengenai
tradisi di perusahaannya. Setiap panggilan azan, otomatis semua kegiatan
berhenti dan bersama-sama menunaikan kewajiban shalat berjamaah.

Tak hanya kepada karyawan, penerapan ilmu agama juga ia terapkan dalam
mendidik kedua putrinya. "Misalnya, tiap anak saya meminta sesuatu, saya
tidak pernah melarangnya. Saya akan menuruti semua permintaan mereka,
asal ada syaratnya. Syarat tersebut untuk mengajarkan anak bahwa tidak
mudah untuk mendapatkan sesuatu," kata Muhamad.

Syarat yang
pernah ia minta ke anaknya, antara lain, menghafal surat di Alquran.
"Alhamdulillah di usia sembilan tahun, putri pertama saya sudah hampir
hafal semua surat di juz 30," kata pria yang pernah bercita-cita menjadi
dokter tersebut.

Bahkan, tambah dia, putri pertamanya
tersebut saat ini sudah meminta agar dimasukkan ke dalam pesantren saat
memasuki jenjang sekolah menengah pertama

*)sumber : http://www.republika.co.id

Show more