2014-10-15

Ini dia satu lagi late post yang saya pikir tak boleh dilewatkan untuk dibagi. Apa itu? Kamis petang, 15 September 2014 lalu, sembilan orang emak blogger (termasuk saya) datang memenuhi undangan working dinner bersama Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI dan pengelola media di DIY. Acara yang bertajuk “Peran Media dan Humas dalam Menyongsong Komunitas ASEAN 2015” ini dilangsungkan di Hotel Sheraton Mustika, Jln. Laksda Adisucipto dan dihadiri oleh sekitar 50 orang peserta, di antaranya: pengelola media (wartawan/jurnalis cetak, radio, dan televisi), pejabat penhumas, serta komunitas blogger (Kumpulan Emak Blogger-KEB dan Komunitas Blogger Jogja-KBJ).



press release acara working dinner

Sebelum masuk ke acara inti, para peserta berkumpul di Mataram 3 Grand Ballroom. Beberapa terlihat saling sapa dan memberi salam, termasuk saya. Pertama, menyapa emak-emak tjantiek: Mak Injul, Mak Lusi, Mak  Lies, Mak Ika, Mak Kachan, Mak Arifah, Mak Gesi, dan Mak Novika. Mestinya ada seorang lagi yang emak blogger yang mengkonfirmasi akan datang. Ya, Mak Irul. Ada urusan mendadak di rumah yang membuat beliau terpaksa tidak datang. Sayang sekali. Semoga lain kesempatan Mak Irul bisa turut serta. O ya, setelah beberapa saat ngobrol dengan emak-emak, mampirlah juga saya ke meja kawan-kawan KBJ. Setor muka!  :lol:

Di tengah hangatnya ramah tamah peserta, sekitar pk. 19.00, suara moderator mulai terdengar; mempersilakan kami untuk menikmati santap malam. Alhamdulillah! :)

Fokus pun beralih ke bagian belakang deretan meja peserta. Di beberapa meja telah tersedia menu lengkap dan menggugah selera. Mulai dari beberapa jenis appetizer, main course, sampai dessert-nya. Namanya juga di hotel, ya? Nah, dari sekian menu yang berjodoh dengan lambung saya, yang paling saya suka adalah salad jagung, cumi-cumi, dan ikan salmon-nya! ;)

Acara makan berlangsung sekitar 30 menit. Setelahnya, acara inti (pemaparan dan diskusi) pun secara resmi dibuka oleh Bapak Ir. Sigit Haryanta M.T. (Kepala Biro Umum, Humas, dan Protokol Pemprov DIY). Dalam sambutannya, beliau menyinggung tentang pentingnya acara semacam working dinner malam itu. Dalam rangka menyongsong Komunitas ASEAN 2015, tentunya dibutuhkan peran serta semua pihak. Untuk itulah awak media, baik cetak, online, maupun elektronik, dimohon untuk berperan aktif dalam mensosialisasikan Komunitas ASEAN kepada masyarakat.

Usai sambutan sekaligus pembukaan acara, dimulailah acara diskusi interaktif yang dipandu oleh Bapak Heru H. Subolo (Pejabat Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN). Dalam diskusi ini tampil dua orang pembicara, yaitu Bapak Eddy Hariadi (Duta Besar/Deputi Watapri Jenewa tahun 2003—2006) dan Bapak Iwan Suyudhie Amri (Sekretaris Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN).



sesi paparan & diskusi

Lalu, apa saja yang disampaikan oleh para pembicara tersebut?

Bapak Eddy Hariadi menyoroti tentang peran humas dan media dalam menyongsong komunitas ASEAN 2015. Dalam penjelasannya, lebih lanjut beliau menegaskan bahwa akan ada komunitas ASEAN  tertanggal 31 Desember 2015 nanti. Masyarakat semestinya tidak perlu menyikapi hal ini dengan berlebihan karena ASEAN bukan hal baru, bukan pula ancaman. Sesuai pandangan yang dilontarkan oleh para pemimpin dalam ASEAN Vision 2020, kelak komunitas ASEAN akan meliputi negara Asia Tenggara yang hidup dalam damai, stabil, dan sejahtera; terikat bersama dalam kemitraan pembangunan yang dinamis dan peduli satu sama lain.

Lebih lanjut, beliau juga mengungkapkan bahwa hingga hari ini masih ada kekhawatiran/ketakutan masyarakat menyikapi komunitas ASEAN 2015, terutama UKM dan pengusaha terkait perdagangan bebas, menumpuknya produk tidak laku, dan persaingan yang akan jauh lebih ketat. Di sinilah media berperan dalam membangun opini positif, sehingga ‘prasangka’ berlebih yang ada tersebut bisa lebih terkendali.

Narasumber kedua, Bapak Iwan Suyudhie Amri menyoroti tentang kesiapan menghadapi komunitas ASEAN 2015. Indonesia sebagai salah satu founding father ASEAN pada tahun 1967 silam, memiliki 50% peran dalam komunitas ini; sehingga tidak mungkin jika Indonesia keluar dari ASEAN.

Beliau juga mengomentari soal persaingan tenaga kerja seperti yang sebelumnya disinggung oleh Bapak Eddy Hariadi. Beliau memberi satu contoh: pembangunan infrastruktur yang besar vs kekurangan tenaga insinyur bersertifikat di lapangan. Kalau hal ini dibiarkan terus-menerus, mau sampai kapan infrastruktur yang mendukung itu dikerjakan? Jadi, mempekerjakan insinyur tambahan dari negara sahabat dalam komunitas akan menjadi solusi ideal.

Selain itu, beliau juga menambahkan  bahwa mulai tahun 2015 baru akan diberlakukan untuk 2 profesi dan hanya tenaga kerja dengan kesepakatan yang akan dipekerjakan di dalam komunitas, sehingga tidak perlu ada persepsi buruk terhadap hal ini. Kalaupun masih ada kekhawatiran, beliau berharap agar hal ini merupakan sebuah langkah menuju kesiapan.

Usai pemaparan serius santai oleh kedua pembicara, diskusi interaktif pun digelar. Mak Lusi, sebagai perwakilan KEB menyampaikan tanggapannya, disusul oleh beberapa penanya lain dari media cetak maupun elektronik. Saya sendiri duduk tenang menyimak diskusi. Belum ada cukup keberanian untuk menyampaikan pendapat, maklumlah newbie–belum pernah menulis tentang komunitas ASEAN. Meski demikian, dengan mengikuti acara working dinner malam itu, wawasan saya makin bertambah sehingga kelak bisa digunakan untuk menulis lebih beragam soal komunitas ASEAN.



Mak Lusi in action :D

Well, tanpa terasa jam sudah menunjuk pk. 21.30. Diskusi berjalan lancar … tak terlewat sedikitpun oleh kantuk atau kedinginan. Alhamdulillah. :D

Sebagai penutup acara, kami semua berkesempatan untuk ber-welfie bersama Dubes Eddy Hariadi. Senangnya bisa berpose hore-rame seperti malam itu. Semua tak lain karena tongsis-nya Mak Injul hehehe.

welfie bareng dubes Eddy Hariadi (foto oleh Mak Injul)

foto bersama dengan pembicara (foto oleh Mak Ika Koentjoro)

Thanks to KEB for this opportunity, especially Mak Injul yang sudah mencolek saya. ;)

Show more