Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
CATATAN KHUSUS: BAGI YANG MENGIKUTI VIA BLOG CUKUP BERKOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR POSTINGAN INI, ABAIKAN CARA-CARA VIA FACEBOOK
Salam Bahagia sahabat, apa kabarmu hari ini. Sudah membaca judul Giveawaynya kan?yup dalam rangka memeriahkan acara pernikahanku yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 Agustus mendatang aku ingin mengadakan acara sederhana nih.Dan melalui media ini aku undang teman-teman secara Online memeriahkan acara pernikahanku.
Dan harapanku hasil acaranya menjadi luar biasa. Dan Giveaway ini hanya berlaku bagi dia yang suka membaca, karena persyaratannya temen-temen harus membaca rentetan tulisan yang nanti akan menjadi bagian terpenting dalam event ini, maklum aku belum berhasil menjadi penulis novel sekarang saatnya mengasah kemampuan menulisnya. Sebelum lebih lanjut berbicara tentang Giveaway pasti temen-temen penasaran apa bingkisan dari penyelenggara, yang pasti aku hanya bisa memberikan bingkisan sederhana sebagai ungkapan terimakasih atas keikutsertaan teman-teman.
Giveaway ini juga terlaksana sebagai rasa syukurku karena sebentar lagi akan berstatus menjadi istri orang hehehe. Jadi aku turut mendoakan siapapun yang masih lajang dan mengikuti giveaway ini semoga segera dilancarkan jalannya menuju pernikahan dan yang sudah berkeluarga semakin mendapatkan keberkahan yang tak aka nada habisnya. AMin tanpa basa-basi lagi simak syarat-syarat ikut giveawaynya ya, dijamin nggak ribet, dan hanya butuh kamu mau membaca hehe.
1. Silahkan Like Fanpage AMRI EVIANTI (https://www.facebook.com/pages/AMRI-EVIANTI/286858561352518) , dan berteman dengan facebook Amri Evianti (https://www.facebook.com/amri.evianti?ref=tn_tnmn) serta berteman dengan calon suamiku Irsyad Ahmad Labieb(https://www.facebook.com/nasyad.irsyad?hc_location=stream) . BUkan apa-apa teman-teman biar memudahkan informasi saja.
2. Silahkan membaca tulisan dibawah ini dulu:
SURAT UNTUK WANITA YANG DIRINDUKAN SURGA*)
*)Ahmad Munji Irsyad
Aku menulis ini karena kesempurnaanmu tlah merampas kejeniusanku. Aku jadi manusia bodoh di hadapanmu. Kharismamu membuat lidahku kelu, membuatku tak mampu berkata-kata di hadapanmu. Kesederhanaan, ketabahan, dan kesucianmu mampu mengubur kesombonganku, membuatku rela memohon, bersimpuh padamu tuk bersedia menjadi pendamping hidupku. Sungguh!
Andai syarat untuk mendapatkan keikhlasanmu aku harus memetik bintang pasti akan ku sanggupi meski aku tak tahu lewat tangga mana aku kesana, karena sayapku Cuma sebelah. Namun jangan kamu pinta aku membangun ‘1000 candi dalam semalam’ sebagai syarat tuk menikah denganmu. Aku hanya manusia papa dalam arti yang sebenarnya. Aku pasti tak mampu karena yang ku punya hanya cita-citadan romantika tentang kenikmatan-kenikmatan beribadah yang sudah lama dicabut oleh Tuhan dari jiwaku.
bersamamu aku ingin menggali mata air spiritualku yang selama ini kering tertimbun kerikil-kerikilnafsuagar kembali memancar, mengalir dan membentuk anak sungai di jiwaku hingga nanti bisa ku jadikan sebagai media tuk melarungkan bahtera yang berisi cita-cita besarku tentang kesucian, kesempurnaan menuju samudra ketuhanan.
Demi Allah, demi Rosulullah, dan demi alquran yang mulia, kau terlalu sempurna untukku.
Aku akan berusaha semampuku untuk tak mengecewakan dirimu karena aku tak bisa membayangkan kemarahan Tuhan bila nanti aku menyia-nyiakanmu. Anggap ini sebagai surat lamaranku. Sebuah surat sederhana yang mewakili gatar-getar nuraniku, dengan dukungan dari keikhlasan wanita yang dirindukan surga, yaitu istriku, seorang wanita lugu berhati emas yang akan kuajak serta bercengkrama di taman-taman surga. Itu janji kecilku padanya.
Bila kamu mengizinkan aku untuk menjadi pendamping hidupmu, aku ucapkan terima kasih karena itu berarti kamu sudi berbagi kenikmatan beribadah yang kulihat di matamu. Andai ada kata yang lebih agung dari itu pasti akan kupersembahkan hanya untukmu. Namun bila saat ini Tuhan belum mengizinkan, aku akan bersabar seperti kesabaran yang ditunjukan Abu Dzar di padang gersang.
Namun satu hal yang harus kamu tahu, meski aku bukan yang terindah, tapi aku yakin akulah yang terbaik. Akan ku buat kamu suatu saat merasa bangga karena rahimmu adalah tempat bersemayam manusia-manusia besar yang mampu mengubah dunia menjadi lebih baik. Kita buktikan pada ‘masyarakatmu’ itu bahwa kita mampu mengkristal menjadi mutiara-mutiara yang dipandang indah oleh kehidupan.
bilang pada mereka, aku bukanlah binatang jalang yang hanya inginkan tubuhmu. Juga bilang pada mereka aku bukanlah laki-laki pengobral cinta palsu yang menghasutmu dengan syair-syair indah tapi semu. Aku hanya manusia biasa tanpa gelar di depan dan di ujung nama yang punya cita-cita bersimpuh di lingkaran sejati diriNya bersama para pengabdi suci. Salahkah aku, setitik debu di semesta bila mencoba mengkristal menjadi mutiara bersama dirimu “ Amri Evianti”
Dan tentang pernikahan, bagiku pernikahan adalah peristiwa suci sebagai media untuk menyatukan dua hati, dan bahteranya adalah madrasah untuk menguatkan jiwa-jiwa kita yang lemah hingga masing masing mengisi ruang kosong, saling melengkapi dengan kelebihan-kelebihan yang kita miliki, agar kita kuat menghadapi gelombang kehidupan, sampai suatu saat dunia bukan lagi penghalang, karena sayapku dan sayapmu menyatu kokoh dan mampu membawa aku, kamu, dan keturunan kita terbang tinggalkan derita kita di bumi ini tuk menuju kesempurnaan sejati.*
Singkut, 26 juli 2013 — bersama Amri Evianti.
Surat Balasan: Untuk Lelaki Yang Tercipta Dari Cahaya
Di ujung senja beribu detik yang lalu kau hadir dengan segenap keyakinan bahwa, niat untuk menuju kebaikan akan didengar oleh alam. Kau mengajakku dengan senyuman untuk menuju kebaikan itu. Aku sempat menertawakanmu dengan angkuhnya, dengan berjuta ego yang selama ini membusung dengan kokoh. Yaa, aku mencibir bahwa kau hanya akan menjadi bagian cerita fiksi saja dalam sastra cintaku dan bukan menjadi cerita nyata dalam sastra cintaku.
Namun, ketika Tuhan mulai menunjukkan kuasaNya melalui dirimu. Ketika lautan ego memuncak, saat keraguan mulai meminang. Kau hadir meraihku, meruntuhkan segala keegoanku. Dengan sabar kau menghadapi segala keangkuhan dan keras kepalanya diriku. Kadang ku berfikir apakah benar hati dan jiwamu tercipta sejenis denganku? Jika iya, mengapa kau tampak seperti tercipta dari cahaya?yang memberikan keteduhan dan sinar yang belum pernah kutemukan dari jiwa manapun selainmu. Kesabaranmu dalam menghadapi sempitnya hatiku, membuat hatiku semakin melebar setiap detiknya. Kau adalah embun di tengah panasnya jiwaku, bahkan kau adalah lentera dari gelapnya pandanganku. Kawan, andai kau tau perjalananku menemukannya begitu lama. Meski nama kami dulu pernah bertahta di sidrotul Muntaha. Lamanya perjalanan itu semoga selalu membuat kami percaya untuk senantiasa menjaga dan mengasihi untuk selamanya.
Atau saat aku benar-benar ingin ia hadir kala aku menikmati senja, atau bahkan saat aku melukis sketsa wajahnya dalam imajinasi menulisku kala itu. Tuhan telah memberiku jawaban bahwa dia adalah dirimu wahai Ahmad Munji Irsyad. Lelaki asal Rembang yang telah meluluhkan segala sifat keduniaanku, lelaki yang mempunyai kesabaran tak berujung ketika menghadapiku, lelaki yang nanti akan menjadi imamku.
Darinya aku belajar bahwa cinta itu bagaimana kami saling mengerti dan menghargai. Bersamanya aku akan mewujudkan mimpi-mimpi sederhana kami menuju mimpi besar di kemudian hari.Ya, lelaki yang telah melalap habis kesombonganku dengan kearifan,lelaki yang telah meluaskan hatiku hingga aku merasa beruntung bisa menjalani sisa waktuku bersamanya. Jika ia telah melamarku dengan aksaranya maka dengan ini aku akan menerima lamaran lelaki yang telah meyakinkanku untuk melangkah ke gerbang pernikahan itu dengan rasa bahagia.
Aku tak akan memintamu mencipta 1000 candi meski 1 abad lamanya, atau bahkan memintamu untuk menggapai bintang sebagai syaratnya. Aku hanya ingin engkau tak akan pernah bosan berbagi nikmatnya beribadah bersamaku, dan tak akan pernah berhenti merajut aksara bersamaku.
Hingga di ujung senja kali ini, aku bisa tersenyum lega di masa depan aku telah memilikimu sebagai media inspirasi sastra cintaku, yang akan selalu aku kabarkan pada semesta bahwa Tuhan akan selalu bersama pada setiap jiwa yang telah dituliskan bersama dalam takdirNya.
Dan tentang pernikahan, bagiku pernikahan adalah layaknya paragraf lanjutan dari sekian paragraf-paragraf yang telah kulewati dalam perjalanan aksara kehidupanku. Dengan pernikahan kita akan melanjutkan aksara menuju paragraph-paragraf berikutnya. Jika aku tak punya tanda baca dalam aksaraku, maka aku ingin engkau yang akan menjadi tanda baca untuk aksaraku, begitu pula sebaliknya. Pernikahan membuatku terlampau bahagia bisa disandingkan dengan pilihan Tuhan yang selama ini kunantikan. Pernikahan juga membuatku percaya bahwa tak ada kesabaran dan doa yang tidak Tuhan dengar. Gerbang pernikahan yang ada dihadapanku membuatku harus senantiasa bersyukur bahwa Tuhan akan senantiasa menjagaku melalui sosok pemilik kesabaran tak bertepi itu. Pernikahan menjawab segala teka-teki jodoh yang selama ini kupertanyakan dan nantikan. Pernikahan juga membawaku pada keharuan mendalam, bahwa bisa bersamamu membutuhkan perjuangan yang tak bisa dikatakan murahan, dan aku percaya Tuhan ada dibalik semuanya. Terimakasih Tuhan atas segala keindahan yang kau berikan.
Singkut, 27 Juli 2013
Sebuah Catatan: Akhirnya Kumenemukanmu
Oleh: Amri Evianti
sedangkan aku tak pernah tau apakah kali ini tulisanku mempunyai jiwa? atau sebenarnya hanya rentetan aksara yang tak bernyawa, yang kutahu adalah bagaimana aku merangkai aksara. Dan kau tahu jingga... jika aku hanya mempunyai aksara maka aku ingin engkau yang menjadi nyawa nya, yang akan selalu menghidupkan catatanku di manapun dan kapanpun. Masih sama seperti hari lalu jika sudah banyak yang bosan dengan aksaraku aku hanya ingin kamu tak pernah bosan akan semua catatanku.
_Amri Evianti_
Tulisanmu adalah kacamata bgiku. Karna aku mulai memperhatikanmu bermuara dari goreran_goresan penamu. Bahkan kini ku mulai menyandu dgn tulisan2 mu, mana mungkin aku jenuh dan bosan dgn nya. . teruslah menulis ku akan slalu mendampingimu dalam stiap goresan penamu.
_Irsyad Ahmad Labieb
Tiada duka yang abadi di dunia, tiada sepi merantaimu selamanya
Malam kan berakhir, hari kan berganti
Takdir hidup kan di jalani
_Opick_
------------------------------------
Potongan lagu milik Opick di atas setidaknya sedikit mewakili apa yang aku rasakan saat ini. Dari sekian kali aku jatuh bangun mencoba menjalin hubungan dengan orang baru dalam hidupku. Semua akan berakhir pada bulan Agustus tahun ini. Setelah aku lulus kuliah dan sudah belajar bagaimana menopang hidup hanya satu cita-citaku bagaimana aku bisa segera bertemu dengan imam hidupku. Setelah 12 bulan berlalu aku dinobatkan sebagai alumni mahasiswa di salah satu kampus Islam Negri di Yogyakarta tepatnya bulan April 2012, pada akhirnya bulan April 2013 ada sosok adam yang berniat baik memintaku untuk bersama-sama berusaha dalam menuju kebaikan yakni pernikahan*uhuk, keselek pena*.
Pertemuan kami sudah sejak beberapa tahun yang silam, sebatas yang kutahu dia adalah Ustadz dari adikku yang menimba ilmu di pondok pesantren Nurul Jadid. Entah tahun berapa saat lebaran dia bersama teman-temannya bersilaturahmi ke rumah *bukan menemuiku, tapi adikku yang laki-laki*hahaha dan aku dipaksa adikku untuk ke ruang tamu menemui mereka, andai aku bisa hilang saat itu maka aku akan benar-benar hilang kala itu *tapi aku bukan jin*. Singkat cerita aku sudah berada di ruang tamu seraya menelungkupkan kedua tanganku tepat di depan dadaku “Kenalkan saya kakaknya putra, nama saya Evi” alamakkk pedenya aku kala itu, huh amit-amit nggak lagi aku kaya gitu hahahaha. Dan mereka hanya menganggukkan kepala dan satu orang yang akan menjadi suamiku itu, amit-amit cuek bebek. Nggak tau apa yang dia hadapi orang paling cantik di dunianya esok hohohoho.
Waktu berlalu dengan anggun, membawaku untuk kembali lagi ke Yogyakarta melanjutkan kuliahku. Pada waktu iku tiket pesawatku yang menguruskan Abah Kyai Imam Hambali pengasuh pondok pesantren Nurul Jadid, lembaga pendidikan yang pernah kusinggahi selama aku duduk di bangku Tsanawiyah, selama aku di sana calon suamiku belum ada di sana *kalau ada, mungkin malah nggak cinta hahaha*Saat aku bertemu dengan kyaiku, yang kuingat kala itu ada sosok Ustadz pondok yang sedang berpaku pada laptop dan printer. Hanya sekilas aku melihatnya seraya bergumam “ O, bisa computer juga ya” hahahah awas aku kena jitak kwkwkwkw.
Waktu terus bergulir,hingga bertahun-tahun lamanya. Kita menjalani hidup kita masing-masing dengan segala aneka warnanya. Hingga bulan Agustus tahun 2012 yang lalu aku diputuskan untuk kembali ke Jambi karena masa aktif di Jogja sudah habis*Wisuda April 2012*. Beberapa bulan telah berlalu, ketika berslaturahmi ke pondok pak kyai pernah bergurau padaku “Wes Ndue calon urung nduk? Nek urung mengko Abah golekke(Sudah punya calon belum nak, kalau belum besok abah carikan) dan expressiku hanya senyum-senyum malu *persis kaya hello kitty kalau malu hahaha*
Waktu lagi-lagi tak mau berhenti barang sedetik, agar usiaku tidak semakin tua, galau belum dapat calon yang yakin dihati. Banyak pertanyaan di sana sini, membuat telingaku serasa mau meledak hohohoho *lebay*. Tepat pada hari kamis, 25 April 2013 akun fb yang bernama Irsyad Ahmad Labieb ini mengirim pesan melalui Inbox fb
Irsyad Ahmad Labieb
Ngapunten mb' , maaf sbelum ny mau tanya, . udah ada calon blum. ? he he
Amri Evianti
hihihiiih udah ustadzz cuma belum dikasih tau ma Allah hihi
sami mawon ya dengann belum
Irsyad Ahmad Labieb
Lha rencanane jnengan pripun dgn pernikahan ? he. He. Ngapunten kurang sopan .
Amri Evianti
ahhh kulo lebih santai aja pakk...dengan berdoa sekuat tenaga..setiap saat saya ingin itu ya berdoa..toh saya yakin menawi belum sampai jodohnya mau segetol apapun usaha tetepa aja NIHIL..ini bukan berati meneyrah geh...tetep ada usaha..apalgi usia semakin bertambah...tapi juga belum dibilang tua si hehe *malah curhat*
Amri Evianti
lha pripun to
Irsyad Ahmad Labieb
Menawi cocok lan jodoh, nek boten geh brarti usaha dlm kebaikan di ganti pahala oleh alloh, he, he, namanya jg usaha.. Hi hi
Pripun ?
Amri Evianti
pripun napane??
Irsyad Ahmad Labieb
Eh , . Sopo ngerti jodoh
Amri Evianti
geh jodh kaleh sinten mboten paham kulo cobi baca pesan njengan seblumnya
Irsyad Ahmad Labieb
He,he, maksud kulo, usahaku untuk menaklukkan hati jenengan. *isin aqu rek*:-)
Amri Evianti
upssss...mboten salah ketik njengan????
kulo geh isinlah
Irsyad Ahmad Labieb
Wah, , baru mau melangkah udh ada indikasi penolakan ni. , tpi wez kadung isin , nanggung .
Irsyad Ahmad Labieb
Hi hi. , . Selain saya ada pesaing laen bten. ?
Amri Evianti
waduhhh
pingin guyu kulo
apa lho yang membuat jnengan bisa ke saya
hehe
Irsyad Ahmad Labieb
Lha ko' malah guyu pripun tho? ?
Amri Evianti
isin kulo mengajukan pertanyaan itu
Irsyad Ahmad Labieb
Kesederhanaan dan cara berfikir paleng, lha kok curang soal ku drung di jawab, he. He.
Isin pripun. ?:-
Irsyad Ahmad Labieb
Geh sampun, ampun di ceritakan ke siapapun geh,
Amri Evianti
untuk soal jngan
kita membuka komunikasi biasa ryin mawon
heheh
ya jodoh kita sama-sama percaya tidak bakal tertukar satu sma lainnya
Irsyad Ahmad Labieb
Sippp, sangat setuju. Gayane ngetes, ,hi.hi. Ampun di publikasikan geh, termasuk teng ortu, , biasa mawon, . tulang rusuk gak akan pernah tertukar, . Xixixixi.
Amri Evianti
mboten ajeng crito2
Irsyad Ahmad Labieb
Geh. Matur suwun bu, eh mba' ,:-D
Jreng-jreng itu komunikasi sederhana kami *jangan pada gigit jari ya* hahaha intinya dalam inbox itu dia nembak *uhuk* takut ketauan ey hehehe. Tapi dia juga meminta jangan bilang-bilang dulu *malu mungkin* ya aku sepakat. buat apa kita share ke orang apalagi juga belum jelas hehe. Jum’at paginya Takdir membawaku ke pesantren untuk menjemput adik perempuanku yang sedang sakit. Bersamaan dengan itu Aku dipanggil oleh Abah yai dan Ibu nyai. Dengan tertunduk aku duduk di hadapan beliau berdua.
“Piye Nduk gelem ra Ibu kenalke karo Ustadz kene” (Gimana Nduk, mau tidak Ibu kenalkan dengan Ustadz sini) Ibu nyai membuka percakapan, dan aku hanya dag-dig-dug, duh aku mau dihubungkan dengan ustadz yang mana hohohoho*andai aku bisa menggaruk kepalaku kala itu, pasti akan kugaruk, tapi sayang nggak bisa hehehe*
“Abah delok-delok, kok nduwe anak wedok singkut 5 kae sing nandi-nandi mung dewe, piye nek abah nikahke. Ora wedi diculik uwong sampeyan?” (Abah lihat-lihat kok punya anak permpuan singkut lima itu yang kemana-mana masih sendiri, bagaimana kalau saya nikahkan. Nggak taku diculik orang kamu?) dengan tersenyum wajah kharismatik kyaiku menyampaikan sesuatu padaku. Dan lagi-lagi aku layaknya putrid keraton yang hanya bisa senyum tanpa bisa berkata-kata.
“Piye nek sampeyan Ibu kenalkan karo Pak Munji”(bagaimana kalau kamu Ibu kenalkan dengan Pak Munji”
Duarrrrr seraya petir menyambar pesantren ini *hehehe* nama Ahmad Munji Irsyad adalah nama pemilik Akun fb Irsyad Ahmad Labieb. Aku hanya berbisik lirih *kenapa dia udah cerita duluan dengan Ibu dan Abah Kyai. Nggak FAIR*
“Nduk, Sing nggawe keluarga bahagia iku dudu rupo lan bondho. Rupo kui sing nggawe Gusti Allah lan bondho kui juga sing maringi gusti Alloh” (Nduk, yang membuat keluarga bahagia itu bukan hanya wajah dan harta. Wajah itu yang membuat Allah begitu juga dengan Rizki itu juga yang memberi Allah) Abah menyampaikan kata-kata yang tidak asing bagiku, tapi serasa baru pertama kali ini aku mendengarnya.
“ Bondho kui iso digolekki nduk, tapi sing perlu sampeyan fikirke nggolek bojo kui sing iso menguasai ilmu masyarakat, keluarga lan pribadi. Pak Munji ilmu agama jelas mumpuni, ilmu umum juga nggak ketinggalan, ilmu masyarakat saiki juga wis diterjunke nang singkut 3”(Harta itu bisa dicari nduk, tapi yang perlu kamu fikirkan untuk pendamping hidup itu yang menguasa ilmu masyarakat, keluarga dan untuk diri sendiri).
Lagi-lagi aku hanya membisu. Keringat dingin mulai menemaniku dengan anggunnya. Hanya jawaban singkat di ujung senja kala itu “ Izinkan saya untuk mengenal beliau terlebih dahulu”
Abah dan Ibu nyai menyetujuinya. Setelah pulang aku masih dengan fikiran bagaimana dia bisa cerita dulu, dan aku mulai menghubunginya via inbox fb *maklum tidak punya no hp heheh* singkat cerita dia memang tidak cerita pada siapapun termasuk abah dan ibu nyai. Tapi mungkin memang jalannya kami menuju takdir kami, Abah dan Ibu nyai sepakat menjodohkan kami. Bagi dia keberuntungan besar kala itu dan bagi aku makin tersudutkan hehehe.
Hari telah berganti, Kami menjalani proses hubungan kami dengan semampu kami bisa. H