2015-07-10



PROYEK AKHIRAT: Archie Wirija, Pasha Chrismansyah, dan Narendra Pawaka di ’’studio’’ mini Quran Indonesia Project. Makin banyak yang bergabung dalam proyek itu. (Raka Denny/Jawa Pos)

Memanfaatkan perkembangan teknologi, tiga anak muda menginisiatori rekaman audio bacaan Alquran dalam bahasa Arab, Indonesia, dan Inggris yang bisa didengar melalui gadget. Agar cepat membumi, mereka menggandeng 130 kontributor dari beragam kalangan, termasuk para selebriti.

Laporan Nora Sampurna, Jakarta

RUANGAN itu hanya seluas kamar tidur, sekitar 4 x 4 meter. Di dalamnya terdapat sebuah laptop, sound system, sofa, dan lantainya dialasi karpet. Kolase deretan foto kontributor yang mengisi audio dipajang di dinding.

Di sudut yang agak tersembunyi, terdapat kasur yang digulung. Ternyata, kasur itu berfungsi sebagai alat peredam saat proses rekaman audio Alquran dilakukan.

’’Kami mengerjakan semuanya di sini. Kalau ada suara bajaj atau mobil lewat di depan rumah, rekaman terpaksa diulang. Sebab, suara bajaj masuk kerekam,’’ kata Archie Wirija saat ditemui di rumahnya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (6/7).

Ya, ’’studio’’ mini itu memang berada di rumah Archie. Ide project audio Quran tersebut awalnya juga datang dari Archie. Tepatnya 27 Juli 2014 pada hari terakhir puasa Ramadan tahun lalu. Pria kelahiran Jakarta, 8 Mei 1989, yang juga seorang musisi tersebut menuturkan, media audio bisa didengar di mana saja.

’’Bayangannya, Quran itu bisa didengerin saat terjebak macet atau lagi nunggu sesuatu. Misalnya nggak sempat baca (Alquran), minimal mendengarkan,’’ ucap mahasiswa jurusan production management and performing arts Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta itu.

Ide tersebut lalu dia garap bersama dua teman kampusnya, Pasha Chrismansyah dan Narendra Pawaka, yang mengambil jurusan sound design. Archie bertindak sebagai produser, Pasha dan Eda –sapaan Narendra– mengerjakan editing.

Mereka bertiga merumuskan konsep project itu. Siapa saja yang akan diajak bergabung dan konten apa saja yang bakal disampaikan kepada audiens. Konsepnya, selain bacaan Alquran, Quran Indonesia Project berisi terjemahan dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

’’Kalau baca sekaligus dengan artinya kan lebih meresap,’’ kata Pasha yang merupakan putra (alm) penyanyi legendaris Chrisye. Semua itu ditujukan agar makna yang terkandung di dalam Alquran lebih dimengerti dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika mereka mengajukan ide itu lewat media sosial (medsos), sebagian orang sempat menolak bergabung dengan alasan belum bisa membaca Alquran atau bacaannya belum bagus sehingga takut salah. Awalnya hanya 15 orang yang bergabung. Menariknya, yang pertama bersedia menjalani rekaman audio Alquran adalah Zivanna Letisha, Puteri Indonesia 2008, yang merupakan sahabat Archie. Kemudian, penyanyi Afgan, Raisa, dan Tasya menyusul masuk dalam 15 kontributor pertama.

Setelah itu, gaung proyek tersebut meluas lewat medsos. Acha Septriasa, Gita Gutawa, Kunto Aji, Dimas Seto, komika Ge Pamungkas, dan sederet kontributor lain dari berbagai kalangan turut bergabung. Konsepnya memang menyasar anak muda secara luas.

’’Tidak harus membaca sebagus qari atau hafiz. Kita di sini sama-sama belajar,’’ tutur Eda.

Selama proses rekaman, Archie dkk selalu menghadirkan pembimbing dari Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Alquran Madani agar pembacaan tepat sesuai dengan tajwid. ’’Setelah tahu ada pembimbingnya, mereka lebih tenang dan akhirnya mau ikut,’’ lanjut putra artis Ayu Diah Pasha itu.

Meski begitu, para kontributor tersebut tetap harus berhati-hati agar tidak salah. Misalnya, yang dilakukan penyanyi dan pemain film Acha Septriasa. Dia membutuhkan waktu dua jam untuk membacakan tiga ayat saja.

’’Sebelumnya, saya belajar dulu sama ustad. Saat take rekaman juga didampingi. Kalau ada yang salah, dibenerin. Beda lho baca Quran sehari-hari dengan baca sambil direkam. Agak beban,’’ ungkap Acha.

Namun, dia mendapat pengalaman berharga dari aktivitas tersebut. Acha merasa diingatkan kembali untuk memperbaiki bacaan Alquran-nya.

Begitu pula Raisa. Penyanyi cantik bersuara merdu itu mengapresiasi project Archie dkk. ’’Yang bikin tertarik karena tidak hanya membaca Alquran, tetapi kita diingatkan untuk memahami artinya dan tidak berhenti belajar,’’ tutur perempuan 25 tahun tersebut.

Menurut Archie, dirinya mengajak kalangan figur publik untuk terlibat dalam proyek itu agar pesan baik bisa lebih cepat sampai ke masyarakat. Jadi, tidak perlu repot-repot mempromosikan proyek tersebut.

Namun, awalnya tidak mudah mengajak orang untuk bergabung dalam gerakan itu. Misalnya, yang dialami Eda ketika merayu sang mama untuk bergabung.

’’Butuh usaha ekstra. Awalnya ibu bilang takut. Tetapi, setelah melihat mama Archie dan mama Pasha ikutan, ibu akhirnya mau. Ternyata, prosesnya nggak lama dan ibu senang sekali,’’ ungkapnya.

Soal pemilihan surah dan ayat yang direkam, hal itu diserahkan kepada para kontributor atau tim Quran Indonesia Project. Archie juga pernah membuat survei untuk mengetahui surah yang paling sering dibaca umat muslim. Ternyata, kebanyakan adalah ayat yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, terutama berkaitan dengan dunia anak muda.

Raisa, misalnya, memilih surah An-Naas dan Al-Baqarah 255 (ayat kursi). Penyanyi Tulus membacakan surah Al-Fiil (Gajah). ’’Surah itu dipilih Tulus karena dia punya album yang berjudul Gajah. Jadi, ada kaitannya kan?’’ ucap Archie.

Proyek tersebut melibatkan 130 kontributor. Sebanyak 105 di antaranya membacakan ayat Alquran dan 25 orang berada di balik layar. Proses rekaman berlangsung sejak September 2014 hingga Februari tahun ini.

Ada 121 bacaan yang terekam dalam tiga bahasa: Arab, Indonesia, dan Inggris. Total ada 363 sound yang diedit Pasha dan Eda. Prosesnya tidak selalu sekali take. Ada yang harus diulang sebagian, lalu ditempel dan digabungkan sehingga terdengar seperti one take sound.

Sejak website proyek tersebut ini diluncurkan 1 Juni lalu dan di-announce kepada masyarakat pada 4 Juni lalu, Quran Indonesia Project sudah didengarkan lebih dari 570 ribu kali. Pendengarnya tidak hanya berasal dari tanah air, tetapi menyebar di 50 negara. Urutan berikutnya setelah Indonesia adalah Singapura, Amerika Serikat, Malaysia, Jerman, Jepang, Korea, Inggris, dan Italia. Ada pula pendengar dari Israel.

Karya Archie dkk tersebut juga sampai ke telinga Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang kemudian mengundang mereka untuk beraudiensi. ’’Respons masyarakat benar-benar jauh melebihi ekspektasi kami. Project dari kamar, dengan peralatan seadanya yang kami punya, mendapatkan tanggapan seluas ini,’’ ucap Archie penuh syukur.

Respons yang luar biasa besar itu mendatangkan kesempatan-kesempatan baru untuk mengembangkan proyek tersebut. Ada yang membuatkan billboard yang dipajang di Jalan Gatot Subroto, Jakarta; ada yang menawarkan kerja sama untuk membuatkan aplikasi di smartphone; dan sangat banyak yang ingin bergabung menjadi kontributor.

Sejak awal, mereka menetapkan koridor proyek itu sebagai misi dakwah yang nonprofit. Rekaman audio bisa diunduh secara free. CD yang dibuat pun tidak diperjualbelikan. Konsepnya, dipinjamkan dan diberikan.

’’Setelah di-copy ke PC atau di-synchronize ke smartphone, bisa diberikan kepada orang lain agar makin menyebarkan kebaikan,’’ kata Eda yang tergabung dalam Nora Band.

’’Nanti kalau jadi dibikinkan aplikasi, kami juga ingin tetap free,’’ tegas Pasha.

Tim sudah membicarakan pengembangan yang bisa dilakukan. Bisa artwork yang terinspirasi dari ayat-ayat Alquran seperti yang ditampilkan saat launching proyek, buku, event, dan banyak lainnya. Agustus–September mendatang merupakan periode development tahap kedua. Selanjutnya pada akhir tahun diumumkan cara untuk bergabung.

’’Insya Allah, akan ada batch kedua yang rencananya untuk Ramadan tahun depan. Harapan kami, nanti lengkap 30 juz dibacakan,’’ ungkap Archie. (*/c5/ari)

Show more